Getaran dari smartphone Kyuhyun membangunkan sang empunya dari tidur siangnya. Namja itu mengucek matanya dan mengambil smartphonenya yang tergeletak di samping bantal tidurnya.
Ia melihat ada satu pesan dari sepupunya, Leeteuk. Dia menanyakan kabar Kyuhyun. Kyuhyun membalasnya dengan cepat. Saat ia akan membuka aplikasi naver musiknya, ia baru ingat bahwa ia tak memiliki sambungan internet, ia terbiasa mendengarkan musik. Ia harus pergi keluar untuk mencari sambungan wifi gratis, itupun jika ia beruntung.
Dengan kesal Kyuhyun menyibak selimutnya. Padahal hari ini ia sangat malas pergi kemana-kemana, tapi ia harus mengecek naver emailnya, jika bukan karena keperluan, dia tak akan menggunakan internet. Alasannya karena tagihan wifi di korea sangatlah besar, bisa mencapai tujuh juta rupiah bahkan lebih dalam sebulan, namun kecepatan internetnya super super cepat. Maka dari itu, orang-orang korea kebanyakan masih menggunakan warnet atau memenuhi kafe-kafe yang menyediakan wifi gratis.
Kyuhyun melompat-lompat di samping pagar sebuah rumah mewah yang berada di lingkungan rumahnya. Biasanya ia mendapatkan sambungan wifi disana. Ia hanya akan menggunakannya sedikit saja jika ia mendapatkannya, menggunakan seperlunya. Ia sering berkeliling di lingkungan dekat rumahnya hanya untuk mendapatkan sambungan wifi gratis. Itupun untung-untungan. Kebanyakan sambungan wifi yg ia dapat hari ini, besoknya saat ia akan menggunakannya lagi, sambungan itu telah di berikan password, jadi mau tak mau Kyuhyun akan kembali berkeliling lagi. Namun, tampaknya hari ini ia sedang tak beruntung. Bukan karena sambungan wifi yang ia dapatkan kemarin telah di berikan password oleh pemiliknya, melainkan kini pemiliknyalah yang sedang berada di hadapannya dan sedang memberikan tatapan tajam padanya.
"Ehehehehe... Anyeong haseyo Ahjumma!" Sapa Kyuhyun dengan canggung sambil mengusap belakang kepalanya yang baik-baik saja. Ia menggigit bibir bawahnya begitu tak mendapatkan respon yang ia harapkan. Ahjumma di hadapannya hanya memandanginya dari atas hingga bawah, membuat Kyuhyun semakin merasa canggung. Rasanya ia ingin melarikan diri saat ini juga dari situasi seperti ini. Kyuhyun yang sudah bersiap pergi dari tempat itu mengurungkan niatnya saat ahjumma itu bertanya padanya.
"Apa kau ini teman anakku?" Kyuhyun hanya tersenyum canggung. Ia bingung akan berkata apa. Ia sudah terlanjur terpergok basah jadi akan lebih baik jika ia berbohong saja. Toh, jika ia berbicara jujur, tentunya ia akan sangat malu atau bisa saja ahjumma itu melaporkan dirinya ke pihak berwajib dan bisa saja ia dicurigai sebagai perampok. Tidak, Kyuhyun tak mau menjatuhkan catatan riwayat hidup dirinya dengan masuk penjara.
"N-ne. Anyeong haseyo, Cho Kyuhyun imnida." Kyuhyun masih mempertahankan cengiran bodohnya, ia memilih berbohong, karena itu jalan satu-satunya menurutnya. Detak jantungnya berdetak begitu cepat ketika ia membayangkan jika dirinya akan masuk penjara jika tak berbohong sekarang. Di balik tubuhnya, tangannya mengacungkan jari tengahnya dan menyumpahi dirinya sendiri di dalam hati, "fuck my life!". Niatannya yang hanya akan mencari sambungan wifi gratis malah membawanya dalam situasi tak diharapkan ini.
"Kalau begitu masuklah, tunggu apalagi?" Ahjumma itu tersenyum, membuat Kyuhyun mendadak mengucapkan syukur atas kebohongannya sendiri. Ia di giring masuk ke dalam rumah mewah itu dan disuguhi minuman dan cemilan.
"Buatlah dirimu nyaman seperti dirumah sendiri, Cho Kyuhyun-ssi. Ahjumma akan memanggilkan Kibum untuk menemuimu. Jadi tunggulah sebentar ne?" Kyuhyun mengangguk setuju. Setelah melihat ahjumma yang ia tak tahu sama sekali namanya pergi menjauh, Kyuhyun refleks mengelus dadanya lega. Ia mengambil minuman di hadapannya dan meminumnya dengan rakus seolah ia sehabis berlari maraton.
"Jadi nama anak ahjumma itu, Kibum ya? Apa dia seumuran denganku? Aku harus bilang apa ke si Kibum itu jika ia tak mengenaliku? Ah, ottohke? Aku lari dari sarang buaya dan masuk ke kandang singa! Ahh! Matilah kau Cho Kyuhyun!" Gumam Kyuhyun seraya memandangi kosong gelas berisi jus jeruk yang tersisa setengah di tangannya.
"Apa aku harus lari saja ya? Yah! Nanti bagaimana jika ahjumma mengingat wajahku dan melaporkannya ke polisi? Apalagi tadi aku telah memperkenalkan diri padanya. Ottohkee? Cho Kyuhyun neo pabboya!" Kyuhyun masih saja bergumam pada dirinya sendiri tanpa mengalihkan pandangannya dari gelas di tangannya.
"Cho Kyuhyun-ssi?" Hampir saja gelas itu terlepas dari tangannya, Kyuhyun langsung berdiri dan membungkuk pada dua orang yang memperhatikannya itu. Satu diantaranya duduk di atas kursi roda, menurut Kyuhyun, dialah Kibum yang ahjumma itu maksud.
"Anyeong haseyo! Kibum-ssi, bagaimana kabarmu? Kau terlihat sehat dan tetap tampan! Ah, Ahjumma, jwesonghamnida sepertinya aku harus segera pergi karena sesuatu yang mendesak. Sekali lagi jwesonghamnida!" Kyuhyun kembali membungkuk 90 derajat. Ia harus cepat pergi dari tempat itu jika ingin hidupnya selamat dunia dan akhirat.
"Ah, Kyuhyun-ssi, bisa kita bicara berdua saja? Ada hal penting yang harus kuberitahukan padamu. Kau tunggu disini saja ya, uri Bumie. Eomma akan bicara padanya sebentar." Kyuhyun yang semakin ketakutan, dan ingin berlari saja untuk saat ini, hanya bisa pasrah ketika ahjumma itu membawanya ke suatu tempat untuk berbicara padanya. Ia ingin sekali berlari menuju pintu keluar dan menangis sekencang-kencangnya karena ketakutan, tapi apalah daya, ia tak bisa apa-apa. Ia hanya bisa berdoa untuk keselamatannya kedepan. Ia hanya bisa pasrah jika ia akan di laporkan ke polisi dan masuk penjara. Keringat dinginnya mengucur keseluruh tubuhnya tanpa jeda.
.
.
.
Akankah, Bayangan Kyuhyun yang masuk penjara akan benar-benar terjadi?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
.
-DearSJ-
