Seorang pria berambut cokelat membuka pintu menuju ruangannya. Menutup pintu tanpa berbalik—sedikit membantingnya sebenarnya—ia kemudian berjalan menuju kursinya sambil melonggarkan dasinya. Tepat saat ia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi empuk miliknya, seorang wanita muda berambut toska masuk begitu saja tanpa permisi. Tentu saja pria itu sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut, toh sekretarisnya itu memang sudah biasa begitu—kalau ia sedang iseng, wanita itu bahkan berani mengejutkannya tiba-tiba.
"Bagaimana, Hiyama-shachou?" ujar wanita itu yang segera menuju mini-pantry di pojok ruangan untuk menyeduh teh setelah menyimpan beberapa berkas di meja sang pria. Setelah menimbang selama beberapa saat, ia memutuskan bahwa chamomile tea adalah pilihan paling tepat bagi atasannya yang kelelahan.
"Kau bisa tebak sendiri, Hatsune-kun," balas pria itu setelah beberapa saat meneliti berkas yang tadi diserahkan sang wanita. "Menilai orang adalah salah satu hal yang tidak begitu kukuasai dan itu salah satu alasan mengapa aku mempekerjakanmu."
Meski kedengarannya dingin dan tidak berperasaan, Hatsune Miku tahu bahwa sang presdir muda Hiyama Kiyoteru mengucapkan itu sebagai bentuk apresiasi—yang sayangnya terdengar sarkastik.
"Maaf karena aku tidak bisa menemani tadi. Bisakah anda ceritakan kesan anda terhadap Rodriguez-sama selama presentasi tadi?" tanya Miku sambil meletakkan dua cangkir teh di meja, sebelum duduk di seberang atasannya.
Menyesap tehnya sedikit, Kiyoteru mulai berbicara, "Bruno-san tipikal pebisnis pada umumnya. Banyak ide, ambisius, dan terlihat seperti perencana yang baik. Namun kalau hanya dengan sekali pertemuan, aku tak bisa memberi penilaian begitu saja," ungkapnya, "kadang aku berharap terlahir menjadi seorang naturalis sepertimu."
Miku memilih tertawa hambar sebelum melirik ke arah pojok meja. Mengambil benda bulat kecil di sana, iya menggelindingkannya di atas meja, ke arah Kiyoteru, "bagaimana kalau bermain satu atau setengah course dengannya? Lagipula kurasa anda berhak mendapatkan penyegaran."
Hiyama Kiyoteru menatapnya heran, "apa ini akan berguna?"
"Tentu saja," balas Miku yakin.
Mengambil bola putih kecil itu, Kiyoteru menghela napasnya, "segera hubungi Bruno-san dan atur jadwalnya."
Looking Through the Holes
a Vocaloid Fanfiction by Mizumori Fumaira
Vocaloid © Yamaha Corp.
Author does not gain any profit from this work
Written as a submission for Vocaloid Sports Festival Events held by Panda Day
Introduction
Halo~ Hatsune Miku di sini! Sebagai permulaan izinkan aku untuk menjelaskan secara singkat tentang golf bagi yang awam maupun tidak mengenal golf sama sekali seperti si author, misalnya!
Golf adalah satu cabang olahraga yang cukup umum dimainkan di berbagai belahan dunia. Secara sederhana, inti dari permainan golf adalah memasukkan bola ke dalam lubang (cup) dengan jumlah pukulan seminimal mungkin, sehingga pemenang ditentukan dari pemain yang memiliki skor lebih rendah. Satu course golf terdiri dari 18 hole yang masing-masing berjarak 200-500 yards (1 yard = ± 90 meter) dari tempat pukulan awal (tee box) melewati lintasan dengan rumput yang terpotong pendek (faraway). Pada lintasannya, akan ada banyak rintangan seperti water hazards (rintangan air seperti sungai, danau, atau kolam), bunker (cekungan atau daerah berisi pasir), rough (daerah dengan rumput yang tinggi)yang menjadi tantangan bagi pemain untuk memasukkan bola ke dalam lubang. Setiap hole mempunyai nilai par(target jumlah pukulan yang diperlukan untuk memasukkan bola ke dalam lubang) tertentu tergantung seberapa jauh jarak dari tee box ke cup, serta kesulitan lintasan. Bila pemain berhasil memasukkan bola di bawah jumlah par maka muncul istilah eagle (memasukkan bola dua pukulan lebih sedikit dari par) atau birdie (memasukkan bola satu pukulan lebih sedikit dari par), sementara istilah boogey atau double boogey digunakan bila pemain memasukkan bola lebih dari par (masing-masing secara berurutan, satu atau dua pukulan lebih dari par). Untuk memasukkan bola, pemain menggunakan lebih dari satu jenis stik yaitu driver (untuk memukul jarak jauh, biasa digunakan pada pukulan dari tee box), iron (jenis stik yang umum digunakan, mempunyai jangkauan yang sedang namun tingkat akurasi tinggi), dan putter (stik untuk memukul di area green/ area sekitar lubang untuk memasukan bola). Untuk membantu pemain mencatat skor, membawakan stik golf, serta memberi arahan dan saran biasanya pemain menyewa caddie. Ah, bagi Hiyama-shachou tentu saja tak perlu repot-repot menyewa caddie karena aku sendiri sudah terdaftar sebagai caddie profesional dengan titel honor!
Istilah lain akan dicantumkan dalam glossary di bagian akhir cerita. Selamat menikmati~
Menjadi seorang presiden direktur di usia yang masih tergolong muda bukanlah hal yang mudah. Baru saja menamatkan studi magisternya di Amerika, Hiyama Kiyoteru dipanggil ke Jepang tepat ketika ia hampir mendaftarkan dirinya sebagai salah satu mahasiswa doktorat. Hal tersebut terjadi karena ayahnya angkatnya, Hiyama Kiyoshi, memilihnya menjadi penerus Hiyama Corp., sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri. Kiyoshi memilihnya karena bahkan di antara anak-anaknya—yang kandung maupun angkat, Kiyoteru-lah yang paling mumpuni dengan cara pikir strategis yang membuatnya bisa meraih predikat sebagai mahasiswa terbaik di angkatannya. Walau begitu, layaknya akademisi jenius pada umumnya, ia mempunyai sedikit masalah dalam bersosialisasi dan hal lain yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Disanalah Hatsune Miku berperan penting. Enam tahun hidup di bawah atap sekolah berasrama khusus putri, etiket dan sosialisasi bukanlah hal baru baginya. Sebagai orang yang perspektif serta dianugerahi kemampuan dalam membaca ekspresi seseorang, Miku sering kali dimintai pertimbangan terutama ketika perusahaan tersebut menerima tawaran kerja sama atau investasi dari perusahaan lain. Maka meski ia tak sampai mengecap bangku sarjana, Kiyoteru merekrutnya menjadi sekretaris pribadinya setelah pertemuan mereka yang tidak disengaja.
Kiyoteru merapikan rambutnya yang tertiup angin sejuk khas musim semi, berdiri memandang lapangan hijau dari kejauhan. Puas memandang sekelilingnya, ia mengambil satu stik dari tasnya. Sebuah driver agar bolanya terpukul sejauh mungkin dari tee box.
"Saya terkejut karena anda bahkan tidak membawa caddie," ujar Bruno memecah kesunyian tepat setelah Kiyoteru memukul. Memicingkan mata, ia menebak setidaknya bolanya terlempar 150 yard, lumayan untuk hole pertama dengan par 4.
Melirik ke arah Bruno, Kiyoteru hanya tersenyum, mati-matian menahan kekesalan pada seorang wanita berambut toska yang harusnya saat ini mencatat skornya dan membawa tas golfnya, "meski kelihatannya profesional, sekretaris saya sepertinya memakai jam dari karet. Mungkin ia akan menyusul."
"Oh, semoga saja. Saya sendiri penasaran dengan Hatsune-san yang selama ini hanya bisa saya dengar suaranya lewat telepon," balas Bruno sambil mengambil drivernya. Seperti yang sudah diajarkan Miku sejak awal bertemu, Kiyoteru hanya menanggapi itu dengan tawa kecil meski ia sendiri sedikit tak nyaman saat menyadari kalau Bruno secara tak langsung menggoda sekretarisnya.
"Tipikal Cassanova, ya …"
Mengayunkan drivernya, tentu saja Bruno yang punya perawakan yang lebih atletis dari Kiyoteru berhasil melambungkan bola setidaknya dua puluh yard lebih jauh darinya. Ini masih hole pertama dan sifat ambisius Bruno langsung terlihat.
Bruno Rodriguéz bukanlah orang sembarangan di dunia bisnis. Goumei Corp.—perusahaan miliknya, adalah perusahaan di bidang tekstil yang baru melejit selama lima tahun terakhir ini, yang kabarnya bahkan berpartisipasi dalam memberikan bahan untuk beberapa busana yang diperagakan dalam acara peragaan busana internasional. Tentu saja mencapai level tersebut dalam waktu singkat membuat sang presdir muda dengan paras menawan meraih popularitas yang cukup tinggi. Dan alasan Bruno mengunjungi perusahaan Kiyoteru adalah untuk menawarkan perusahaannya sebagai investor bagi perusahaan yang kini tengah disorot namanya tersebut.
Namun, bukan Kiyoteru namanya kalau tidak menyelidikinya dahulu sebelum memutuskan sesuatu. Dari informasi yang ia dapat—lagi-lagi, terima kasih kepada wanita muda berambut toska yang juga piawai mencari informasi, ada beberapa gosip tak sedap berkaitan dengan sistem perusahaan tersebut serta dengan presdirnya sendiri—yang sayangnya masih belum jelas kebenarannya. Pada akhirnya, penilaian terakhir adalah Kiyoteru harus memutuskan dengan melihat dan mengenal sendiri siapa sebenarnya Bruno Rodriguéz itu.
Memberikan stiknya pada caddie, Bruno berjalan menyusul Kiyoteru yang beberapa langkah di depan, "kulihat anda sepertinya cukup hebat dalam hal ini, Kiyoteru-san."
"Aah … mungkin karena setiap akhir pekan ayah saya sering mengajak saya main," ujar Kiyoteru. Sebenarnya, yang banyak mengajarinya tak lain sekretaris prokrasnya yang sudah biasa main sejak kecil, katanya.
"Hoo, Hiyama-kaichou tampaknya masih sehat, ya? Anda beruntung. Ayahku akhir-akhir ini tidak pernah berhenti mengeluh tentang pinggangnya."
Sambil sesekali mengobrol santai, keduanya melanjutkan permainan. Hole satu yang sepanjang 412 yard tanpa rintangan berarti dimenangkan oleh Bruno dengan birdie. Hole 2 yang memiliki beberapa rintangan air di sekitar fairway , lagi-lagi dimenangkan oleh Bruno, dengan birdie. Sementara hole 3 sepanjang 308 yard dengan green berbentuk tempurung kura-kura dimenangkan oleh Kiyoteru dengan par. Untuk sementara, keduanya memiliki skor yang sama yaitu 11.
"Kiyoteru-san bagaimana kalau kita buat ini lebih menarik?"
"Maksud anda?"
"Betting over something, perhaps?"
Kiyoteru memicingkan matanya sebentar—berpikir sejenak, sebelum akhirnya tersenyum. Menambah sedikit tekanan akan membuatnya lebih mudah membaca sang pria berambut pirang.
"Sure. How much?"
"Aah ... kita berdua sama-sama tahu kalau ada hal yang lebih menarik daripada uang," Bruno kemudian mengerling ke arah caddienya yang berada sedikit jauh dari sebelah kirinya, "dia juga sekretaris pribadiku. Yang menang boleh mengajak sekretaris yang kalah untuk berkencan untuk satu hari, mungkin?"
Kiyoteru melirik ke arah sang caddie yang berkulit gelap dan memiliki tubuh yang cukup menarik. Dibandingkan dengan wanita itu, Miku yang sedikit ... underdeveloped tentu saja kalah jauh. Namun Kiyoteru tidak pernah peduli dengan hal-hal macam itu.
Dan memikirkan kalau sekretarisnya bermesraan dengan seorang cassanova seperti Bruno ... entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Belum sempat Kiyoteru menolak, tiba-tiba saja ia ingat apa yang dikatakan Miku melalui pesan obrolan tadi malam. Ada baiknya ia mengikuti permainan yang disodorkan Bruno meski Kiyoteru adalah host dari permainan tersebut. Gadis itu bahkan sudah bisa menebak bahwa cepat atau lambat Bruno kemungkinan besar akan meramaikan permainan mereka—dan taruhan adalah salah satu kemungkinan terbesar, ujar wanita itu.
Namun bagaimana kalau dia kalah dan ...
"Anda berencana untuk kalah? Payah. Padahal hanya permainan setengah course."
Tertawa kecil, Kiyoteru bisa mendengar suara menyebalkan wanita itu di dalam kepalanya. Kalau Miku ada di sampingnya sekarang, pasti ia mengatakan hal yang sama. Atau bahkan menyetujui tawaran Bruno tanpa tedeng aling-aling.
"Menarik. Let's do that, then."
Setelah memimpin di hole 4 yang tergolong short par 4dengan birdie, Kiyoteru harus mengalami kegagalan pahit di hole 5. Dari nilai par 4, Kiyoteru harus puas dengan double boogey karena lintasannya yang sedikit bersudut dengan rintangan pasir di tepi luar faraway. Sementara itu Bruno berhasil memperoleh par tanpa hambatan. Kiyoteru memimpin dengan skor 19 sementara Bruno hanya kalah tipis dengan skor 20—karena ia mendapat double boogey di hole 4 yang rintangannya cukup banyak.
"Kalau begitu, aku jalan duluan," ujar Bruno setelah melayangkan tee shotnya dengan mulus kira-kira sejauh 150 yard. Faraway kali ini pun memiliki kelok yang bahkan lebih tajam dari sebelumnya, dengan hutan yang menghalangi pandangannya menuju green dan rerumputan tinggi di sisi luar lintasan. Ah, dan jangan lupakan rintangan air yang jaraknya hanya 50 yard dari hutan itu. Setelah itu, sepertinya tidak ada rintangan berarti untuk memukul bola ke green selain bunker di sekelilingnya.
Kiyoteru sama sekali tak suka dengan perbedaan skor tipis seperti itu—membuatnya geram. Meski ia tipe yang jarang peduli dengan menang atau kalah, ia terbiasa menang dan kali ini pun ia tidak berencana untuk kalah. Dan sekarang, ia mengincar eagle pada hole par 5 tersebut.
Tentu saja bukan demi perempuan berkulit gelap sekretaris Bruno. Sudah pasti karena ia tak mau Miku ... menertawakannya dan menjadikannya bahan lawakan antara wanita itu dan ayahnya yang cerewet.
"Harus ambil risiko, mungkin ..." Kiyoteru bergumam. Yang tadinya ia berniat cari aman, sekarang mulai berpikir untuk bermain sedikit berani, "iron 8 ... hm, mungkin sebaiknya iron 7."
Berbeda dengan dirinya yang sedari awal bermain aman, Bruno selalu melancarkan pukulan-pukulan bertenaga yang membuat bolanya melambung tinggi dan jatuh jauk dari asalnya, seorang risk-taker memang.
Mengambil napas dalam sebelum menghelanya panjang, Kiyoteru bersiap. Menumpu bobotnya pada sebelah kanan, sedikit condongkan badan ke target, putar pinggang, dan ayun!
Kiyoteru tersenyum melihat bola itu menghilang di satu titik yang ia tuju. Kalau perhitungannya benar, bola itu akan safe.
"Wah, sayang sekali, ya Kiyoteru-san. Sepertinya bolamu tenggelam di kolam."
Kiyoteru hanya bisa terkejut sebelum melihat sendiri bolanya berada di dasar rintangan air. Ia memijat kepalanya. Sebenarnya selama 6 hole prmainannya, bukan kali ini saja bola miliknya jatuh di tempat yang tidak sesuai dengan perhitungannya. Apa daya penglihatannya sudah menurun dan ia harus mengganti kaca mata, atau memang ada yang salah dengan dirinya hari ini ...
Yang jelas, Kiyoteru sudah lelah.
Satu bulan ini jadwalnya memang padat, semenjak perusahaanya memutuskan untuk membuka cabang di Indonesia. Permainan yang seharusnya jadi penyegaran baginya malah menjadi tekanan lain yang seolah berusaha menguji batas kemampuannya.
Seolah mengejeknya, tetes-tetes air turun dari langit perlahan namun pasti. Meski langit masih cerah, namun rinai hujan sama sekali tak peduli dengan hal itu, terus turun dengan kecepatan rendah dan konstan—gerimis.
Menatap bolanya, ia rasanya ingin menyerah saja.
"Sudah kubilang, 'kan, jangan lupa membawa peralatan pelindung dari hujan."
Awalnya Kiyoteru menganggap suara cempreng itu hanya delusi dari otaknya yang sudah lelah. Namun menyadari tak ada lagi rintik hujan membasahi tubuhnya, ia berbalik.
"Alangkah baiknya bila sepasang lensa milik anda punya daya jangkau tersendiri. Sejak hole 4 ia sudah berbuat curang pada anda, dan ini sudah kelima kalinya," ujar wanita berambut toska itu sambil memperlihatkan sebuah foto dari ponsel pintarnya, "dia sampah dan tidak layak kita urus, alih-alih diberi investasi. Ayo kita pulang."
Entah sudah keberapa kalinya, Miku selalu menjadi alasan ia bisa bernapas lega. Pikirannya yang sedari tadi berkabut menjadi jernih kembali tepat saat ia menatap sepasang iris sewarna batu kelahiran bulan Maret di depannya.
Tentu saja mereka tak bisa berbuat apa-apa bahkan dengan bukti itu. Keduanya sadar dan tahu betul mengonfrontasi orang seperti Bruno tak ubahnya seperti menyiram bensin ke api. Walau begitu, setidaknya keduanya telah melihat bahwa orang sepertinya tidak bisa dipercaya.
"Bukan gayaku untuk pergi di tengah pertandingan," ujar Kiyoteru sambil mengambil bolanya dan meletakkannya tepat di tepi kolam. Penalti dua pukulan untuknya, artinya skor akhirnya harus ditambah dua, karena bola harus dipindahkan ke posisi lain setelah masuk ke dalam kolam.
"Heh, sok keren seperti biasa," komentar Miku.
Tersenyum, Kiyoteru mengambil iron 6 dan mengayun stiknya. Terlihat bola itu mendarat dengan aman di green. Miku memicingkan matanya sebelum menyerahkan payungnya pada pria itu dan mengambil tas berisi stik golf milik Kiyoteru.
"Aku ke sana duluan sebelum si bodoh itu berbuat yang tidak-tidak. Anda santai saja," ujarnya sambil lari menerobos hujan hanya dengan dilindungi jas hujan plastik kumal miliknya.
"Terima kasih, Miku," bisik pria itu dengan senyum.
Karena insiden tadi, skor Kiyoteru dan Bruno seimbang karena Bruno hanya mendapat birdie. Namun, berkat arahan Miku di hole 7dan 8 dengan par 4 yang terkenal akan rintangan anginnya—yang diperburuk dengan hujan yang menjadi cukup deras, Kiyoteru bisa melewati keduanya dengan masing-masing 3 pukulan. Sementara Bruno yang memang terlihat kewalahan harus puas dengan par dan double boogey.
"Kali ini bagaimana? Haruskah kita beri sedikit keringanan?" tanya Miku sambil memegang erat tudung jas hujannya dengan satu tangan, sementara tangan lain memegang payung untuk Kiyoteru.
"Menurutmu begitu?" Kiyoteru bertanya balik sambil mengambil drivernya. Pria itu bisa mendengar Miku menyeringai.
"Bohong deh. Gimana kalau eagle?"
Kiyoteru melirik ke arah Miku yang tersenyum jahil, dan keduanya tertawa kecil seolah bisa membaca pikiran masing-masing. Entah kenapa, selain bisa diandalkan sekretarisnya yang satu ini sangat connect dengannya. Kiyoteru memang ingin mengakhirinya dengan sesuatu yang besar, dan eagle adalah satu-satunya cara. Miku sudah tentu mengerti kemauannya itu.
"Tolong arahannya, Hatsune-sama," balas Kiyoteru sambil tertawa kecil. Miku melihat ke depan, sedikit memicingkan mata karena angin cukup besar. Ia terdiam sebentar, menunduk dan membiarkan tangannya terjuntai hingga menyentuh rumput. Kemudian ia berjinjit dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil menatap lurus ke depan. Kiyoteru sudah paham kalau Miku melakukan gerakan aneh seperti itu, maka ia sedang membaca arah dan kecepatan angin.
Hole terakhir tersebut cukup menantang. Dengan 5 par, jarak 514 yard untuk sampai ke cup atau lubang, sungai di sisi kanan faraway, rough yang memotong lintasan, serta bunker yang mengelilingi green, tentu mendapat nilai par saja patut disyukuri, apalagi di cuaca yang buruk seperti ini.
"Ganti drivernya dengan iron saja, nomor 5 atau 6. Jangan buat bolanya terlalu tinggi, atur agar bola tidak melambung hingga 10 … tidak, 15 meter. Usahakan agar bola sampai sedekat mungkin di ujung faraway sebelum rough."
"Baiklah. Beri aku nomor 6," ujar Kiyoteru. Dengan segera, Miku memberikan stik yang Kiyoteru minta. Kiyoteru mengambil napas dalam sebelum mengayun stiknya. Bola melambung menembus angin sebelum akhirnya jatuh tepat di tepi faraway. Saat berjalan menuju bolanya, Kiyoteru dan Miku dapat mendengar Bruno merutuk karena bolanya jatuh di tengah rough. Ah, di beberpa hole sebelumnya, Bruno juga sempat membanting stiknya. Pria itu sepertinya punyamasalah dalam mengontrol amarahnya.
"Sekarang, anginnya akan membawa bola ke arah sungai karena bagian rough tidak terdapat pepohonan seperti di faraway. Biar aku cek dulu sebentar," ujar Miku sambil berlari menuju rough, dan melihat ke kanan-kirinya, sebelum ia memeriksa arah dan kecepatan angin. Begitu ia selesai, ia kembali berlari ke arah Kiyoteru, "lakukan seperti tadi ... tidak, jangan melebihi 10 meter ketinggiannya, dan incar sedekat mungkin dengan bunker."
"Bagaimana kalau greennya saja langsung?"
"Heh, ambisius seperti biasa," ujar Miku sambil memberikan Kiyoteru iron nomor 4 dan menerima stik yang sebelumnya Kiyoteru gunakan, menyimpannya di tas. Memicingkan matanya, ia berusaha melihat ke kejauhan meski pandangannya terhalang titik-titik air yang menempel di lensa kacamatanya.
Ia pun mengayunkan bolanya tanpa keraguan, dan berhasil menempatkan bolanya di green—meski kalau bola itu bergulir beberapa yard saja ke belakang akan jatuh di bunker yang basah. Miku segera menyerahkan payungnya kepada Kiyoteru dan berlari ke arah bola sambil membawa tas golf, memastikan bahwa bolanya safe dan akan tetap begitu.
Seperti perkiraan Miku, angin di daerah rough mengarah ke arah sungai dan berhasil membuat bola milik Bruno masuk ke dalam sungai.
Sebuah pukulan dengan tingkat akurasi yang mengagumkan oleh Kiyoteru meski permukaan di sekitar cup licin dan menanjak, mengantar Kiyoteru pada eagle yang ia rencanakan. Membalas high-five Miku, Kiyoteru menemukan dirinya tertawa lepas seiring dengan hujan yang mulai mereda.
Butuh tiga pukulan bagi Bruno untuk menamatkan hole tersebut, dibantu oleh Miku yang seperti biasa sangat menikmati perannya sebagai wanita baik hati. Bruno mengulurkan tangan pada Kiyoteru yang sama sekali tak ditanggapi oleh yang bersangkutan. Walu begitu, Bruno tetap melancarkan senyumnya,
"permainan yang bagus, Kiyoteru-san. Saya tidak menyangka anda bahkan berusaha mendapat eagle untuk bisa berkencan dengan sekretarisku," ujarnya diakhiri dengan tawa. Kiyoteru hanya menyeringai ke arah pria itu.
"Yah, lebih baik daripada menceburkan bola lawan ke dalam danau hanya untuk berkencan dengan sekretaris lawan. Lupakan saja, Bruno-san, soal taruhan itu dan kontraknya. Semoga berhasil mencari investor lainnya."
Meninggalkan Bruno yang mematung dengan senyum kaku dan tangan yang masih menunggu sambutan, Kiyoteru berjalan menuju pintu keluar. Miku yang sempat kaget dan tertinggal berusaha berlari dan menyejajarkan langkahnya dengan atasannya.
"Yang tadi itu apa? Anda menjadikanku sebagai taruhan?" todong Miku. Kiyoteru hanya meliriknya sebelum membuang mukanya. Alih-alih marah, Miku malah tersenyum lebar, "aaah … jadi karena anda takut aku diambil Bruno-san, makanya wajah anda seperti mau menangis di pinggir kolam tadi?"
Senyum Miku berubah menjadi tawa ketika melihat Kiyoteru makin mempercepat lajunya dengan kuping yang memerah sambil menggerutu, "bodoh!" Berlari, wanita itu menghapus jarak di antara mereka.
"Jawab iya saja susah, dasar!" komentar Miku. Kiyoteru lalu menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah sekretarisnya yang cerewet itu. Perlahan, ia mengangkat dagu wanita yang lebih pendek lima belas senti darinya itu dan menyeringai.
"Bukankah kau sudah tahu kalau aku paling tidak suka kalau kepunyaanku disentuh orang lain?"
Kali ini, giliran Miku yang wajahnya memerah dan berteriak, "bodoh!"
Kiyoteru tertawa sebelum menarik tangan wanita itu dan menggenggamnya erat, mengabaikan tunangannya yang masih bewajah semerah tomat.
Outro & Glossary
Halo, Hiyama Kiyoteru di sini. Di bawah sudah kutuliskan beberapa kosakata dan hal-hal asing yang tidak berkaitan maupun berkaitan dengan golf yang tidak dijelaskan oleh Miku di intro. Semoga dapat membantu.
Chamomile tea : sebenarnya bukan jenis teh dari daun teh biasa (Camelia sp.) melainkan bunga kering chamomile yang diseduh dengan air panas. Miku biasa membuatkannya untukku ketika aku kelelahan dan biasa mencampurnya dengan sedikit madu.
Mini-pantry : dapur kecil. Dalam ruanganku, biasa digunakan untuk membuat minuman dan memanaskan makanan. Tentu saja Miku lebih sering menggunakannya daripadaku
Naturalis : ah ya, pernah nonton Lie to Me? Aku dan Miku menyukai serial barat yang bertema kriminal dan psikologi. Kembali ke topik, naturalis adalah orang yang memiliki bakat alamiah untuk membaca karakter seseorang berdasarkan ekspresi dan gesturnya.
Setengah course : satu course golf terdiri dari 18 hole, jadi setengahnya hanya 9 hole. Lagipula, siapa yang mau lama-lama bermain dengan orang yang tidak jujur?
Iron : seperti yang telah disebutkan di intro, iron adalah jenis stik yang sering digunakan di faraway dan mempunyai tujuh jenis, yaitu iron 3-9. Makin besar nomornya maka dapat menghasilkan pukulan dengan sudut lambung bola yang makin besar, namun jarak jangkauannya akan semakin kecil. Daripada driver, iron bisa memberikan akurasi lebih dalam memukul bola. Kadang aku hanya bermain dengan iron dan putter di beberapa hole tertentu meski aku memukul dari tee box.
Safe : bola jatuh di daerah yang aman seperti faraway atau green.
Penalti : dalam golf penalti adalah menambahkan sejumlah angka ke dalam skor, yang membuat skor pemain menjadi lebih besar dari seharusnya. Pada kasusku, penalty diberikan karena bola tidak dapat dipukul dari tempat jatuhnya bola—yaitu di dasar kolam—dan harus di pindahkan. Kasus tersebut membuatku diberi 2 poin penalti ke dalam skor.
Permainan golf seringkali menjadi sarana di mana para pebisnis bersosialisasi. Selama bermain golf bersama ayah dan MIku, aku juga belajar tentang membaca seseorang dari permainannya. Maka untuk membaca karakter rekan bisnis, pesaing, investor, bahkan klien dan perusahaan yang menwariku untuk berinvestasi atau bekerja sama aku biasa mengajak mereke bemain satu atau setengah course, tergantung orangnya. Tapi tentu saja, permainan di akhir pekan bersama dua orang merepotkan tadi memang paling menyenagkan.
(A/N) hula hulaaa~ hadeh *usap keringet INI JADINYA KOK GINI SIH?!
Ahem. Fumaira desu datang dengan fanfic ala-ala *apa. Jadi tadinya saya mau bikin tentang olahraga lari dari kenyataan antara Kiyoteru vs Bruno—terus Miku tugasnya ngajarin Kiyoteru lari gitu hehe, tapi karena tergoda paket ransum akhirnya saya memberanikan diri ngebahas tentang olahraga yang sangat asing buat saya : gol(e)pf.
Seperti kebanyakan orang awam, saya nganggep golf itu cuma olahraga borjuis asal pukul*? Memori saya tentang golf adalah game online PANGYA! yang nggak pernah saya mainin secara baik dan benar (dapet par aja kagak ngerti maksudnya apaan. Dapet double boogey malah alhmdulillah). Tapi setelah membulatkan tekad saya akhirnya nonton video yutub tentang golf, baca dandoh sampe volume 11 (doh pen lanjut lagi asli bikin nagih!), dan buka artikel sana-sini dan akhirnya jadilah ini wkwkkwk.
Anw saya sadar penyampaian kisahnya bener-bener gak friendly buat orang awam, tapi semoga intro dan outro yang disampaikan langsung oleh main pair favorit saya dapat membantu. Soal teknik ini itunya saya banyak ngarang dari riset dan sedikit comot comot dari komik dandoh. Semoga ndoro Panda Dayo memaklumi dan tekniknya valid, hehe. Bila ada yang kurang dimengerti sila bertanya di kotak ripiu~
-regards, Fumaira
p.s. kalau keburu waktu dan saya bisa, mungkin akan sumbang submisi lain. Temanya catur, tapi lebih fokus tentang dopping, hehe. Masuk tema gak, ndoro Panda?
