DISCLAIMER : Axis Powers Hetalia belongs to Himaruya Hidekazu. I can claim OC!Indonesia as mine, though.
.
Selagi Ibu menenun jubahnya, jubah keagungan berwarna ungu bak raja (namun sungguh, terlalu banyak warna merah terkubur diantara jalinannya, terlalu banyak warna terang mencolok menyakitkan mata) didapatinya jemarinya telah tertusuk jarum berkali - kali. Tanpa sengaja atau ada maksudnya, Ibu tidak tahu. Darah menetes ke tanah kehitaman yang penuh humus, gembur menurut kitab - kitab lampau─konon dapat membuat ranting semata berakar dan bertunas. Meresap masuk ke dalam pori - pori gembur jauh ke dalam jalinan akar pohon jati mewarnai belulang memutih yang meringkuk di dalam seperti janin keguguran.
Nyawa kami untuk apa? mereka bertanya, Darah kami demi maksud bagaimana?
Wanita itu tak dapat menjawabnya, terus menenun. Pertanyaan dibiarkan bergema di rongga kepalanya. Dalamnya mengambang viridian seperti butiran zamrud yang mengapung tenang diantara laut sebiru safir.
Untuk siapa?
"Bukan untuk saya," jawab Ibu Pertiwi setelah termenung beberapa lama, mungkin beberapa dekade. Didapatinya jalinan jubah itu kembali terurai. Dalam utas demi utas benang kusut itu, terdapat warna merah menyala yang tak lekang zaman. (Darah, dibalut sedemikian rupa pun, tetap darah.) Dirajutnya kembali dengan penuh kesabaran. Peluh tidak melunturkan warna merah jubah itu, sebab peluh itu pun telah serupa darah.
.
Hannibal Lecter: And what did you see, Clarice? What did you see?
Clarice Starling: Lambs. The lambs were screaming.
Hannibal Lecter: They were slaughtering the spring lambs?
Clarice Starling: And they were screaming.
- Thomas Harris, The Silence of the Lambs
A/N: A really short drabble I made about half a year ago in my phone's notes. You may guess what this is based of, ho ho.
I hope you enjoy this little thing as much as I do!
