Kepala wanita yang mengenakan dress hitam itu mulai berdenyut kencang, membuatnya menahan pusing yang mulai menderannya. Sejak 15 menit yang lalu perdebatan tidak berhenti pada perkumpulan keluarga besar Namikaze di ruang pertemuan di salah satu ruangan di area pemakaman. Mereka berdebat mengenai hak waris dan segala tetek bengek yang membuat kepala wanita berambut pirang itu semakin berdenyut.
"Bagaimanapun juga, Jiraya-sama adalah ayahku dan aku sebagai anak pertama tidak menerima bahwa hampir 80 persen semua kekayaan jatuh pada dia. Padahal dia hanya cucu dari anak kedua." Ucap anak pertama dari sosok yang dipanggil Jiraya.
"Bukan hanya kau saja kak, bagaimana dengan keluargaku? Meskipun aku bungsu, seharusnya ini dibagi rata." Timpal seorang wanita paruh baya yang merupakan anak bungsu dari Jiraya.
"Saya harap anda semua tenang." Pengacara keluarga menenangkan semuanya. "Keputusan sudah dibuat, meskipun anda semua menentang tetapi surat wasiat dari Jiraya-sama sudah tercantum dan sah secara hukum. Lagipula selama ini yang menjalankan bisnis Namikaze Group dari keadaan pailit hingga sekarang hanya Naruto-sama, dan kalian semua yang protes, hanya bisa menghilang dan menutup mata seakan tak tau apa-apa." Suara protes itu hilang berganti dengan kesunyian meskipun tatapan benci dilayangkan pada Naruto. Namun wanita itu tetap dengan gayanya yang tenang dan elegan. "Cukup sekian dan saya akhiri pertemuan ini. Selamat siang."
Sepeninggal pengacara tersebut, suara riuh kembali terdengar di ruangan tersebut.
"Pasti kau yang memanipulasi isi wasiat itu kan Naruto!"
"Kau tak pantas mendapatkan semuanya."
Naruto, wanita yang dibicarakan itu hanya menghela napas dan memandang semuanya dengan datar, lalu iya tersenyum meremehkan.
"Oh ya? Apakah pendengaran paman dan bibi mulai berkurang? Pengacara tadi sudah mengatakan bahwa itu sah di mata hukum. Lagipula apa kalian tak tau malu, sudah hampir lebih dari 10 tahun tidak mau berhubungan dengan kakek tiba-tiba ribut ketika pembacaan surat wasiat. Bahkan belum 24 jam kakek di kebumikan kalian sudah menuntut dibacakan langsung surat wasiatnya. Menyedihkan."
Kata-kata Naruto membuat kedua orang tersebut geram, namun belum sempat keduanya menyerang Naruto tiba-tiba alaram kebakaran berbunyi dan seketika otomatis air menyembur dari langit-langit sebagai pertanda ada kebakaran. Semua orang dalam ruangan itu berlarian keluar dibantu dengan bodyguard masing-masing.
Naruto duduk tenang tak menghindar dari air yang membasahi tubuhnya, tiba-tiba sebuah payung melindungi tubuhnya dan tampak pengawal kepercayaannya sudah berdiri disamping sambil memayunginya.
"Kita pulang sekarang nyonya?"
"Bagus Sasuke, kau datang disaat yang tepat. Kepalaku sudah cukup pusing jika berada disini terlalu lama."
Naruto beranjak dari duduknya dan dibelakang pengawalnya berjalan mengikuti.
Di luar bagunan itu semuanya menatap kearah Naruto dan pengawalnya dengan tatapan kesal karena seakan-akan wanita itu yang memiliki segalanya. Tak tampak basah di bajunya bahkan sanggul rambutnya masih tertata rapi. Naruto berjalan melewati semuanya dengan acuh. Sasuke memberikan kode pada pengwal lainnya agar menyalakan mesin mobil dan bersiap membawa majikannya pergi dari tempat tersebut.
"Nyonya Naruto, terima kasih untuk sumbangan di kuil kami." Salah satu biksu menghampiri Naruto yang berdiri di dekat mobil.
"Sama-sama, saya hanya melanjutkan apa yang kakek saya sering lakukan. Mohon doa untuk kakek, biksu." Naruto membungkukkan badannya sedikit.
"Tentu saja nyonya. Hati-hati dijalan."
Mobil Naruto bersama mobil para pengawalnya bergerak meninggalkan area pemakaman. Menyisakan keluarga Namikaze lain dengan perasaan kesal.
"Apa kita kembali ke kediaman madam?" tanya Suigetsu supir pribadi Naruto.
"Tidak, kita ke kantor saja."
"Baik madam."
...
...
Warn ! this story about gender bender (Female Naruto) . So, if you don't like this story or pairing, i beg you for step back and do not continue read. Be a smart reader ok!
( oh ya fanfic ini terinspirasi dari drama the K2... jadi kalau ada mirip-mirip dimaklumi saja, karena mengambil latar belakangnya sama namun jalan ceritanya akan berbeda jauh)
...
...
Namanya Namikaze Naruto, istri dari Sabaku Gaara seorang Gubernur Sunagakure. Naruto dan Gaara menikah hanya sebuah status dan hubungan politik dan bisnis. Gaara tak pernah mencintai Naruto, karena dia sudah memiliki kekasih yang diam-diam sudah dinikahinya. Sedangkan Naruto pernah memiliki sedikit perasaaan pada Gaara, namun segera ia buang setelah tau Gaara memiliki kekasih.
Naruto memiliki image sebagai istri yang santun, baik hati, pintar dan istri idaman. Semuanya ia lakukan agar menjaga reputasi nama Gaara. Karena jika sedikit saja ada terdengar berita sumbang tetang Gaara, tak hanya membuat namanya yang jelek tetapi juga mempertaruhkan nama dua keluarga.
Naruto anak dari pasangan Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina, kedua orang tuannya sudah meninggal karena sebuah kecelakaan yang dimanipulasi salah satu kerabatnya. Naruto memiliki seorang kakak yang tinggal di luar negeri karena memegang sebuah perusahaan yang didirikan diluar Namikaze Group. Sebagai pegangan jika terjadi sesuatu pada perusahaan Namikaze.
Naruto sudah berumur 30 tahunan tetapi parasnya masih tampak muda, tak jarang banyak menunjukan ketertarikannya pada Naruto, meskipun mereka tau bahwa Naruto sudah menikah.
Naruto memiliki seorang pengawal kepercayaan bernama Uchiha Sasuke. Pemuda itu diangkat Naruto ketika Sasuke pernah salah menyerang. Ia hendak menyerang sepupu Naruto yang sudah membuat kakak Sasuke satu-satunya meninggal tetapi malah Naruto yang diserang Sasuke.
"Mundur semua! Atau akan kubunuh wanita ini!"
Semua pengawal dan asisten Naruto melihat majikannya yang ditodong senjata api mundur dengan was was. Mereka tidak bisa mengambil resiko dengan nekat maju dan malah membuat majikan mereka terluka.
"Mundurlah kalian semua, biar aku yang menangani." Ujar Naruto dengan tenang. "Jadi apa maumu sebenarnya?"
Sasuke tertawa dengan kencang, "Tentu saja membunuhmu wanita jahat!"
"Jahat? Perbuatan apa yang kulakukan sampai kau bisa menudingku dengan kata itu?"
"Cih, jadi kau benar-benar lupa? Baiklah akan kuingatkan lagi apa yang sudah kau lakukan pada kakakku. Kau ingat Uchiha Itachi, kekasihmu itu? Dia kakakku, kakakku satu-satunya dan kau sudah membunuhnya."
Naruto menoleh ke samping dengan wajah bingung, "Maaf tuan, saya tidak memiliki kekasih bernama Itachi bahkan saya sudah menikah sejak 5 tahun yang lalu."
"Apa kau sudah menikah? Bagus sekali nona Yamanaka Ino! Akting anda sungguh buruk, apa kau-."
"STOP! Apa tadi kau bilang? Yamanaka Ino? Hahahahahahhaha." Naruto tertawa kencang.
"Kenapa kau tertawa, aku bisa saja membunuhmu saat ini." Ancam Sasuke yang mulai menarik pelatuknya.
"Bunuh saja, dan tuan sebaiknya sebelum kau berbuat seperti ini, ada cari tau bagaimana wajah Yamanka Ino. Karena saat ini kau sudah salah orang. Namaku Namikaze Naruto. Na-ru-to! Bukan sepupu bodohku itu." Naruto tertawa lagi dan merasakan eratan sasuke pada tubuhnya mulai mengendur.
Pengawal yang melihat hal itu bersiap menyelamatkan majikannya, tetapi Naruto menghentikan mereka dengan isyarat tangan.
"Katakan padaku, apa yang sudah dilakukan sepupu bodohku itu? Kau tidak tau, kalau aku ini istri dari Sabaku Gaara gubernur Sunagakure dan juga wajah kami tidak mirip."
Sasuke memandang wajah Naruto yang tersenyum dan mengelus wajah tampan itu. "Bagaimana jika kau menjadi pengawalku maka aku sendiri yang akan memastikan Yamanaka Ino akan mati dihadapanmu? Tetapi kau harus setia selalu padaku."
"Apa kau yakin akan membunuhnya?"
"Apa kau pernah membunuh seseorang?" tanya Naruto pada Sasuke yang sudah benar-benar melepaskannya dan meletakkan senjata apinya di lantai.
"Sudah, aku seorang mantan pasukan tentara khusus, membunuh bukan hal yang baru."
"Baiklah, apa kau ingin membunuh Ino sendiri atau aku yang membunuhnya untukmu? Jujur saja aku tak begitu peduli dengan dirinya." Naruto melepaskan tangannya dari wajah Sasuke. "Aku menunggu jawabanmu anak muda."
"Tentu! Aku sendiri yang akan membunuhnya dan mulai sekarang aku bersumpah setia kepada anda nyonya Sabaku."
Naruto tersenyum puas, "Panggil saja aku Naruto aku tak suka dipanggil semacam itu."
"Baik nyonya Naruto."
.
.
Gedung dengan bentuk artistik mewah berlantai 30 itu menjulang tinggi di tengah-tengah kota Sunagakure. Rombongan Naruto tiba dengan disambut para pegawai yang bekerja di gedung tersebut. Susah payah Naruto membangun kembali perusahaan itu dari masa terburuknya hingga menjadi sukses dan besar seperti sekarang.
"Selamat datang nyonya."
"Kakashi apa ada laporan baru?"
"Tentu nyonya, bahkan laporan ini akan membantu kita menyerang balik mereka." Jelas Kakashi asisten pribadi Naruto.
"Kita ke lantai 9."
Para pengawal lain berhenti mengikuti hingga di lift. Hanya ada Kakashi, Naruto, Sasuke, dan Asuma Sarutobi kepala direksi yang masuk dalam lift. Karena di lantai 9 hanya bisa dimasuki beberapa orang saja dan tempat itu tak akan bisa diakses siapapun yang tak memiliki ijin.
Perlahan lift mulai turun kebawah. Meskipun mereka mengatakan lantai 9 nyatanya lantai tersebut berada 9 lantai dibawah tanah. Tak sembarangan orang bisa masuk ke lantai ini. Di lantai ini semua rahasia dan sumber informasi mengenai Namikaze group bahkan sampai informasi musuhpun ada
"Selamat datang nyonya." Seorang wanita berambut pink pendek menyambut Naruto di depan lift.
"Sakura bagaimana keadaan sekarang?" Naruto berjalan kedepan menuju satu-satunya ruangan yang berada di lantai tersebut.
"Semua berjalan dengan semestinya nyonya, bisa dipastikan perusahaan yang dipegang oleh paman anda Inoichi akan segera mengalami kebangkrutan dan juga bibi anda sepertinya mulai mencurigai bahwa ada yang mensabotase keuangan mereka." Jelas wanita yang bernama Sakura itu sambil membaca berkas yang dibawanya.
Setelah sampai di ruangan rapat tersebut Naruto langsung membaca berkas-berkas yang diberikan Sakura, sedangkan Sasuke duduk diseberang Naruto sambil melihat layar lebar yang menampilkan data-data serta informasi mengenai musuh-musuh Naruto.
"Bagaimana Sasuke, apa kau mau langsung mengeksekusinya atau masih mau bermain?" tanya Naruto menopangkan dagunya dengan kedua telapak tangan yang tertaut.
"Setelah kupikir-pikir sepertinya secara perlahan lebih menyenangkan daripada eksekusi langsung, aku mengikuti permainanmu saja Nyonya." Jawab Sasuke dengan wajah datarnya seperti biasa.
"Baiklah kalau begitu, kita akan buat permainan seru. Namun sambil melakukan hal ini, bagaimana kabar para pesaing Gaara di pemilihan nanti?"
Kakashi yang duduk disamping kanan Naruto mengetik di atas keyboard dan menampilkan dua buah foto serta data diri disampingnya. Kedua foto itu adalah para pesaing Gaara dalam memperebutkan posisi sebagai calon presiden periode selanjutnya.
"Sejauh ini laporan dari mata-mata kita, Tuan Orochimaru sepertinya secara rahasia tergabung dalam sebuah organisasi rahasia pemerintah yang bernama Anbu. Organisasi tersebut bahkan diketuai oleh presiden saat ini. Hanya saja, sangat sulit mengetahui siapa saja yang tergabung dalam oraganisasi tersebut karena presiden sangat menjaga informasi mengenai organisasi ini." Jelas Kakashi dan melihat Naruto tampak sangat tertarik dengan informasi yang dimilikinya.
"Selanjutnya tuan Hasirama Senju. Sebenarnya dia yang bisa dibilang tak terlalu membahayakan seperti Orochimaru. Catatannya bersih dan juga tak ada hal mencurigakan yang dilakukannya dibelakang titelnya sebagai menteri sosial dan budaya. Kehidupannya bisa dibilang paling normal, tetapi tetap saja kita harus tetap waspada. Sekian laporan dari saya." Kakashi kembali duduk menunggu tanggapan dari atasannya itu.
Naruto menyandarkan tubuhnya di kursi. "Kalau begitu Kakashi cari tau lebih banyak mengenai Anbu tersebut, dan juga siapa saja anggota dalam organisasi itu dan apa tujuannya." Perintah Naruto pada Kakashi.
"Asuma, tolong bawakan semua laporan mengenai perusahaan dan juga daftar karyawan yang bekerja untukku dan juga Gaara."
"Baik nyonya."
"Dan Sakura, aku ingin kau mencari berbagai informasi mengenai semua usaha para Namikaze, baik itu paman dan bibiku dan juga sepupuku. Lalu lanjutkan memantau perusahaan Inoichi."
"Baik nyonya, akan segera saya lakukan."
"Kalian sudah boleh pergi," ketiga orang yang diberikan Naruto perintah menundukan dirinya lalu berjalan keluar ruangan rahasia itu dan langsung mengerjakan tugas yang sudah diperintahkan oleh Naruto.
Tinggal Sasuke dan Naruto dalam ruangan itu. Naruto memejamkan matanya dan memijit pelipisnya pelan. Ia lelah dan benar-benar lelah. Jika saja dia bukan membawa nama Namikaze dan juga istri dari seorang Sabaku Gaara, ia enggan melakukan hal ini. Bahkan ia sudah mulai tak menghargai hidupnya, ia selalu berpikiran agar semua hal yang diharapkannya berjalan sesuai keinginannya.
"Anda ingin pulang sekarang nyonya?" Sasuke bertanya pada Naruto yang masih memejamkan matanya.
"Sedang apa si Sabaku sialan itu Sasuke?"
"Menurut laporan Yamato, tuan Sabaku sedang berada di acara penggalangan dana untuk korban banjir di daerah selatan Sunagakure bersama para bawahannya dan beberapa bodyguard kita."
"Bagaimana dengan wanita itu dan anaknya?"
"Mereka sedang berada di London selama sebulan karena wanita itu ada pekerjaan disana." Lapor Sasuke dengan lengkap.
Naruto mengehela napas lalu membuka kedua mata safirnya. "Aku lapar, kita makan Sasuke."
Sasuke menarik kursi Naruto dan membuka pintu ruangan itu mempersilahkan Naruto keluar lebih dulu.
"Ah.. aku ingin ramen, gyoza, es jeruk, dan takoyaki." Gumam Naruto.
"Anda bisa sakit jika memakan semuanya Nyonya."
Naruto tersenyum geli dengan Sasuke yang selalu menganggap serius semua hal yang digumamkannya. "Aku tau, hanya lapar mata saja Sasuke. Kita pulang ke rumah saja, aku lebih suka masakan nenek Chiyo dibandingkan di restoran. Membayangkannya saja sudah membuat perutku semakin lapar." Rajuk Naruto kekanakan.
Hanya di depan Sasuke saja Naruto bisa bertingkah seperti itu, karena ia sudah sangat mempercayai Sasuke yang selalu bersamanya hampir 2 tahun ini. Sasukepun juga seperti itu, ia yang awalnya hanya menjadi bodyguard Naruto karena mau balas dendam menjadi berubah dan ingin benar-benar melindungi nyonya besarnya ini. Ia bahkan tak segan-segan menyingkirkan orang-orang yang membuat nyonyanya kesal dan marah.
Sekitar setengah tahun yang lalu, ia sudah hampir membunuh wanita simpanan Gaara, karena Gaara lebih memilih menghabiskan libur cutinya selama 5 hari demi bersama wanita itu dan anak mereka. Sedangkan Sasuke menyaksikan sendiri Naruto yang sendirian bekerja melindungi nama baik Gaara dan menghabiskan malam-malamnya sendirian.
Disaat ia sudah berhasil hampir membunuh Matsuri dan Inari, Naruto datang dan menghentikannya. Wanita itu tersenyum dan membawa Sasuke keluar dari rumah Matsuri. Sebelum pergi ia memanggil ambulans untuk menolong ibu dan anak itu. Sasuke ingat perkataan Naruto saat menggandengnya keluar dari rumah Matsuri.
"Sasuke, kau tak perlu menambah kotor tanganmu untuk mereka. Bukan salah mereka kalau Gaara lebih memilih mereka, aku tidak keberatan dengan hal itu. Aku tak peduli mereka mau berbuat apa, aku sudah biasa menghadapi hidupku sendirian, masih banyak hal lain yang perlu kita lakukan dan lebih penting."
"Nyonya Naruto, saya akan selalu mendampingi anda sampai kapanpun dengan sepenuh hati, itu janji saya dan saya tidak akan membiarkan satu orangpun bisa bernapas jika ada yang menyakiti anda."
Naruto mengelus wajah Sasuke dan tersenyum tipis. "Aku pegang janjimu itu Uchiha Sasuke."
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Kanon1010 Proudly Present...
First Lady
Chapter 1... end...
