Chapter 1

'Ending Story?'

.

KyuMin Fanfiction

.

Rate T

.

Shounen-ai, BL, Boyxboy

.

This story is mine, but KyuMin not mine :'3

enJOY! ^-^

.

.

.

Lee Sungmin menutup buku kecil yang ada dipangkuannya. Ia mendongakkan kepalanya untuk merasakan hembusan angin senja yang menenangkan, membelai rambut halusnya dengan begitu lembut.

"Sungmin-ah, kau tidak ingin masuk? Hum?" sentuhan lembut tangan seseorang menyentuh kepalanya pelan. Ia menolehkan kepalanya kebelakang dan menemukan sosok sang ibu dengan senyum tulus dibelakangnya.

"Eomma.. kenapa tidak didalam saja? Disini dingin, tidak baik bagi eomma." Sungmin segera mengambil tangan ibunya dan meletakkannya pada pipinya. Sang ibu hanya tersenyum melihat putra kesayangannya begitu menyayanginya.

"Kau juga, kenapa malah melamun disini? Hari mulai gelap" Leeteuk mendudukkan dirinya disamping Sungmin dan membawa kepala sang anak kepada bahunya. Hening cukup lama terjadi ketika Sungmin tak kunjung menjawab pertanyaannya. Leeteukpun menolehkan kepala dan menemukan Sungmin memejamkan matanya.

"Hey, nak.. kau tau bukan aku tidak akan bisa membawamu kedalam rumah jika kau tertidur disini, sayang" Leeteuk kembali mengelus lembut surai halus itu dan mendapat gumaman samar dari Sungmin. Pria itu tidak tertidur, hanya saja.. ia merasa sangat lelah, entah kenapa.

"Eomma, apa kau bahagia memiliki anak sepertiku?" Gumam Sungmin dengan mata yang masih terpejam. Leeteuk kemudian terkekeh samar dan menepuk halus paha Sungmin disampingnya.

"Kenapa kau berbicara seperti itu? Tentu saja aku sangat bahagia. Aku sangat menyayangimu.. jangan pernah berpikir macam-macam dengan perasaan sayangku kepadamu Sungmin-ah." Leeteuk memeluk Sungmin erat, putranya yang manis itu belakangan ini senang sekali bertanya seperti itu.

"Aku hanya, mencoba mencari tahu bahwa ada yang masih menyayangiku." Sungmin mendongak dan menatap Leeteuk sendu, kemudian bibirnya membentuk sebuah senyum tulus yang terlihat sedih.

"Jangan seperti itu! Aku menyayangimu, appamu juga. Sekali lagi kau bertanya seperti itu, eomma tidak akan membolehkanmu masuk kedalam rumah." Canda Leeteuk. Kemudian Sungmin tertawa karena iapun tahu, itu hanya sebuah ancaman omong kosong ibunya. Bahkan ketika ia hanya berada didalam kamarnya yang dikunci seharianpun, Leeteuk sangat mencemaskannya, bagaimana mungkin wanita lembut itu tidak mengizinkannya masuk kedalam rumah?

"Aku menyayangimu, eomma" Sungmin memeluk erat Leeteuk. Ia benar-benar menyayangi ibunya, sangat. Sampai-sampai, ia tidak sadar jika air matanya menetes lagi. Walaupun ia sadar bahwa wanita lembut itu bukan ibu kandungnya..

0o0o0

Lee Sungmin hanya seorang pria biasa. Dia memiliki paras wajah manis, imut, cantik, dan disaat-saat tertentu juga bisa menunjukkan wajahnya yang manly. Lee Sungmin, pria yang diasingkan oleh keluarganya begitu keluarganya tahu jika dia berbelok menjadi seorang gay karena seseorang. Tapi, ia sangat beruntung ketika Leeteuk dan Kangin membawanya pulang kerumah mereka ketika menemukan Sungmin yang meringkuk dengan selimut tipisnya disebuah taman kota ketika pasangan itu sedang berjalan-jalan.

.

.

.

.

Kau tahu tentang sebuah cerita yang berakhir bahagia? Semua orangpun ingin seperti itu, termasuk seorang Lee Sungmin.

"Eomma, aku izin untuk keluar sebentar~"

Sungmin adalah pria manis yang baik. Dia rela melakukan apapun untuk kebahagiaan orang lain,

"Aku ingin membeli obat. Bukankah obat eomma sudah habis? Aku akan segera kembali."

Walaupun ia harus rela menaruh kebahagiaannya pada urutan kesekian pada daftar yang ia buat sendiri pada kehidupannya.

"Baiklah, aku akan sangat berterimakasih kepadamu.. Sungmin-ah"

Walaupun ia harus menyembunyikan kesedihannya, itu tidak masalah. Asalkan, orang yang ia sayangi bisa tersenyum.

.

.

Sungmin menyusuri setiap ruas-ruas toko obat untuk menemukan obat sang ibu. Beberapa jam ia menyusuri toko-toko tersebut, akhirnya iapun menemukan apa yang ia cari sedari tadi. Namun ketika ia hendak mengambil obat itu, sebuah tangan putih pucat milik seseorang juga telah memegang bungkus obat itu.

"Ah, sepertinya ini milikku. Bisakah kau melepaskannya?" Sungmin berucap kepada sang pemilik tangan tanpa menolehkan kepalanya kebelakang.

"Lee Sungmin?" Suara menenangkan yang begitu Sungmin kenal mengalun tepat dari arah belakangnya. Ia mencoba membalikkan tubuhnya untuk menghadap orang yang memanggilnya barusan. Dan orang itu ada disana.

"Ch- Cho Kyuhyun?" Orang itu.. orang yang selama ini ia hindari, kini kembali tepat didepannya. Mata teduhnya, tubuh tinggi yang terbalut sempurna dengan kulit putih pucatnya, bahkan wangi tubuhnya masih sama seperti dulu. Orang yang sangat ia cintai sampai sekarang.. sekarang ada dihadapannya lagi.

"Hey, kenapa melamun? Kau –Lee Sungminkan?" Pria berkacamata dengan frame hitam yang bertengger sempurna dihidung mancungnya itu kembali membuka suaranya. Sedikit melambai-lambaikan tangannya pada wajah yang tampak bingung didepannya.

Sungmin hanya menundukkan wajahnya ketika pria didepannya merundukkan sedikit wajahnya hingga sejajar dengan dirinya. Cho Kyuhyun memandang sendu paras manis didepannya, kemudian bergumam pelan.

'Kenapa kau pergi dariku?'

Sungmin tersentak pelan, ia tidak tahu harus menjawab apa pertanyaan dari pria didepannya. Detak jantungnya berdegub dengan kencang saat semua memori dirinya dan Kyuhyun dulu berputar dalam ingatannya.

.

.

'Lee Sungmin! Kau sangat manis! Jadilah kekasihku!' Seorang pemuda dengan rambut ikalnya tiba-tiba saja berada tepat didepan Sungmin yang sibuk dengan pikirannya dibawah pohon yang ada dibelakang sekolah. Pemuda itu tersenyum lebar ketika Sungmin mendongakkan kepalanya menatap dirinya.

'Kau siapa? Apa kau tidak waras? Kau pria, dan aku juga pria.' Sungmin berujar dengan nada datar, kemudian dia kembali membuka buku yang ia bawa sedari tadi.

'Aku tidak gila. Aku menyukaimu.. dan kau harus jadi milikku!'

.

.

Air mata perlahan menumpuk pada kelopak matanya. Dadanya begitu sesak ketika kenangan-kenangan itu mulai muncul lagi.

Ia kemudian mendongak dan tersenyum tipis pada Kyuhyun yang masih setia menatapnya. Kemudian dia berbalik dan mengambil obat yang ia cari sedari tadi, tanpa menolehkan wajahnya Sungmin menjawab dengan nada datar andalannya "Aku ambil obat ini. maaf tidak bisa mengobrol lama denganmu, Kyuhyun-ssi" setelah itu lelaki manis tersebut bergegas menuju kasir dan segera keluar dari toko obat, meninggalkan Kyuhyun yang masih terdiam ditempatnya.

Maafkan aku Kyuhyun-ah, hanya saja aku tidak ingin mengulang memori menyakitkan itu lagi, terlebih aku sekarang semakin tidak pantas bertemu lagi denganmu.

0o0o0o0

Sungmin kembali kerumahnya yang sederhana. Ia meletakkan sepatunya pada rak yang ada disamping pintu dan segera masuk kedalam. Ia melihat sang eomma sedang menonton acara televisi dengan secangkir teh hangat ditangannya.

"Eomma, aku pulang" Ucap Sungmin lembut, Leeteukpun segera menoleh kearah suara dan menemukan Sungmin yang baru kembali.

"Kau sudah pulang sayang? Kemarilah, aku membuatkanmu teh hangat. Appamu belum pulang, mungkin ia akan pulang pukul sepuluh nanti." Leeteuk tersenyum lembut dengan menepuk sisi kosong sofa yang ia duduki. Sungminpun mengangguk dan tersenyum manis.

"Eomma tahu? Tadi aku bertemu dia"

"Siapa? Cho Kyuhyun?"

"Hu'um.."

Leeteuk diam sebentar, kemudian mengelus pundak Sungmin dengan lembut. Ah, dia tahu rasanya bertemu kembali dengan cinta lama. Leeteuk tahu, Sungmin masih mencintai pria itu bahkan mungkin putranya tidak bisa melupakan cintanya itu. Walaupun ia belum melihat sosok 'Cho Kyuhyun' itu, tetapi ia merasa bahwa pria itu cukup baik.

"Kau tidak apa? Ceritalah kepadaku" Sungmin menolehkan kepalanya kepada ibunya, kemudian senyum tipisnya terlihat.

"Tadi ia datang ke toko obat yang sama denganku, kemudian dia juga ingin mengambil bungkus obat yang kucari. Lalu ia bertanya kepadaku, 'Kenapa kau pergi?', tapi aku tidak menjawab dan malah berlalu begitu saja." Sungmin bercerita dengan menundukkan kepalanya, entah kenapa rasanya sakit.

"Ia masih mencintaimu, kaupun jugakan?" Tanya Leeteuk dengan tatapan teduhnya. Ia mengusap pelan surai lembut milik anaknya, kemudian tersenyum menenangkan. "Aku yakin, kalian masih saling mencintai. Jadi, mengapa tidak mulai dari awal?" Tanya Leeteuk.

"Keadaan sudah berbeda, eomma. Sudah berbeda" Sungmin menggeleng dan tertawa kecil namun satu tetes air mata jatuh dari matanya. Ya, semuanya sudah berbeda.

"Jika kalian memang saling mencintai, tidak ada yang tidak mungkin jika kalian akan bersama lagi" Leeteuk menggenggam tangan Sungmin sekedar memberi kekuatan. Sungmin hanya tersenyum dan membalas genggaman tangan ibunya.

"Sekarang mandilah, kau pasti tidak nyaman dengan bajumu. Aku akan membuat makan malam" Leeteuk beranjak dari duduknya kemudian mengecup sekilas kepala Sungmin sebelum menuju dapur untuk membuat makan malam.

.

.

.

Suasana malam ini sepi, hanya ada beberapa serangga malam yang terdengar suaranya diluar sana. Angin membuat suara gesekkan pelan antara dedaunan gugur dengan rerumputan dibawahnya. Walaupun ini sudah pukul 11 malam, kantuk belum juga menghampiri Sungmin. Pria itu terus saja mengguling-gulingkan tubuhnya kekanan atau kekiri namun itu tidak membuat kantuk menghampirinya.

"Aish, aku tidak bisa tidur!" Sungmin memeluk gemas guling yang ia peluk kemudian ia mendudukkan dirinya dan bersender pada kepala ranjang. Ia kemudian menolehkan pandangannya menuju meja nakas disampingnya dan mengambil buku diarynya.

"Cho, mengapa begitu sulit melupakanmu? Aku sangat tersiksa bila seperti ini terus" Sungmin mengusap lembut permukaan buku itu, buku itu pemberian dari Kyuhyun, walaupun hanya sekedar buku tapi itu sangat berharga.

"Aku sebenarnya sangat senang mendengar suaramu lagi.." Sungmin menatap sendu buku itu, kenangannya bersama Kyuhyun terputar kembali.

.

.

Like the warm spring scent

I'll stay by your side only for a moment

I'll be the blowing wind

So i can wipe away your tears

I love you, words i prepared all night

Words i couldn't say because of the butterflies

Now i'll confess to you

I love you, i love you

"Kau masih ingat nyanyian itu?" Kyuhyun menggenggam erat tangan putih Sungmin yang sedang berbaring diatas pahanya.

"Tentu saja, kau sangat mempesona saat bernyanyi seperti itu." Sungmin tersenyum manis mengingat pertama kali Kyuhyun bernyanyi disebuah caffe saat itu. Kyuhyunnya memang mempesona, ia benarkan?

"Hahaha, tentu saja aku mempesona Ming" Kyuhyun tertawa bangga, kemudian ia merundukkan wajahnya hingga tinggal beberapa centi dari wajah Sungmin.

"Kau itu memang mempesona, tapi aku tidak suka percaya dirimu yang kelewat batas" Sungmin mencolek pelan hidung Kyuhyun dengan tangan yang masih digenggam oleh pria diatasnya. Kemudian dia mengerjapkan matanya melihat Kyuhyun yang hanya terdiam diatasnya.

"Aku seperti ini hanya padamu, kau tahu?" Kyuhyun mengecup pelan bibir Sungmin, kemudian menatap lembut wajah manis dibawahnya.

"Aku tahu. Dan kau hanya boleh seperti itu kepadaku! Mengerti?" Sungmin tersenyum dan mulai bangkit dari acara berbaringnya. Ia kemudian memeluk Kyuhyun dari samping dan menumpukan kepalanya pada bahu tegap kekasihnya.

"Aku mencintaimu.. aku mohon, jangan tinggalkan aku" Kyuhyun membawa Sungmin kedalam dekapannya dan menciumi rambut Sungmin dengan lembut.

"Aku juga mencintaimu. Sangat." Sungmin memejamkan matanya, tanpa terasa satu tetes airmata jatuh begitu saja dari matanya yang indah.

.

.

Sungmin mengerjapkan matanya yang memanas, satu demi satu air mata lolos dari mata indahnya begitu satu memori terputar lagi diingatannya. Disaat ia dan Kyuhyun masih bisa saling bercanda ataupun saling memberikan kenyamanan, dan disaat itulah Sungmin merindukan sosok itu. Banyak orang bilang, kenangan buruk itu menyakitkan. Namun mereka salah, kenyataannya kenangan indahlah yang menyakitkan.

"Eungh!"

Sungmin menaruh buku itu kembali ke meja nakasnya saat rasa sakit tiba-tiba menjalari kepalanya. Ia mengerang tertahan begitu rasa sakit itu tidak kunjung mereda. Rambutnya sudah berantakan karena Sungmin terus menerus meremasnya, sakit itu ia rasakan kembali, selalu seperti ini jika memori bersama orang itu terputar kembali. Isakkan mulai terdengar seiring denyutan itu semakin terasa menyakitkan, terlebih darah segar mulai turun dari hidungnya. Pandangannya mulai berkunang-kunang, tapi ia tidak ingin pingsan! Tidak...

Sungmin terengah ketika sakit itu sedikit demi sedikit semakin mereda, kemudian dengan cepat ia menyeka darah dari hidungnya menggunakan tisu yang selalu tersedia dimejanya.

'Tuhan, aku mohon hilangkan rasa sakit ini.'

Kemudian dia membaringkan tubuhnya kembali kekasur. Kyuhyun, lelaki yang entah mengapa sama sekali tidak bisa ia hilangkan dari ingatannya. Ia hanya ingin, rasa sakit setiap kali ia mengingat sosok itu hilang..

.

.

0o0o0

Sungmin bangun dengan mata yang sembab, kantung mata yang menghitam dan juga muka yang ia tekuk sedari tadi menambah buruk wajahnya lalu ia mulai menyentuh matanya.

"Aku harus apakan mata ini? lagi pula kenapa bisa begini?" Sungmin berdecak sebal sambil terus mematut dirinya didepan cermin. Beruntung hari ini ia tidak ada jadwal kerja dan kuliahpun masih pukul dua siang nanti, jadi ia bisa sedikit memperbaiki wajanya.

"Ah, aku harus mengompresnya" Ucapnya dengan helaan napas, kemudian dengan malas ia membuka pintu kamarnya dan mulai berjalan menuju dapur.

"Kau sudah bangun Sungmi- Oh astaga! Kau kenapa nak?!" Kangin yang sedang sibuk dengan korannya langsung berdiri melihat muka anaknya yang sangat berantakkan, ia menghampiri Sungmin dan langsung manangkup wajah itu dikedua tangannya.

"Aku tida-"

"Jangan berbohong padaku, Lee Sungmin!"

Sungmin menatap ragu Kangin yang menatapnya dengan serius, kemudian ia mengalah dan memegang kedua tangan Kangin. 'Sial, kenapa aku lupa appa juga libur hari ini' Sungmin meruntuki kebodohannya, ia lalu tersenyum pada Kangin.

"Aku tidak apa-apa , appa. Aku kemarin tidak sengaja bertemu dengan Kyuhyun sebentar, jadi aku hanya menangis karena membayangkan dia" Jawabnya mencoba jujur. Kangin memperhatikan sekali lagi wajah manis anaknya yang sekarang masih berantakan, lalu tersenyum dan mengacak rambut Sungmin dengan gemas.

"Hah, kau sudah beranjak dewasa Sungmin-ah, tapi kau tidak pernah berubah dari dulu" Ucap Kangin dan ia kembali berjalan ketempat duduknya. Sedangkan Leeteuk? Sedari tadi pria cantik itu hanya diam berkutat dengan masakkannya tanpa mau ikut campur dalam perdebatan 'ayah-anak' yang menurutnya terlalu berlebihan, ia sudah tahu jika Sungmin pasti akan menangis setelah melihat Kyuhyun kemarin.

"YoungWoon -ah, kau seperti baru mengenal Sungmin. Ia pasti akan selalu sedih jika mengingat pria pembuat onar itu. Kau ingat saat kita bertemu dengan Sungmin? Sungmin remaja menangis dipinggir taman kota sambil tertidur, jika saja kau tidak mencari asal suara itu pasti aku sudah menyuruh kau untuk pergi dari tempat itu karena mengira itu suara hantu" Cerita Leeteuk panjang lebar dengan tangannya yang sibuk menata sarapan untuk mereka bertiga. Kangin yang berada dikursi seberang tertawa-hampir terbahak- ketika mengingat kenangan itu.

"Kau benar, Jungsoo! Ahahaha, seandainya aku meninggalkan Sungmin disana bagaimana keadaan dia sekarang? Mungkin matanya hanya akan tinggal segaris karena ia terus menangisi Kyuhyunnya" Goda Kangin dengan menaik turunkan alisnya pada Sungmin yang membatu didepan pintu kulkas.

"Appa! Sudah lupakan kejadian memalukan itu, itu sudah enam tahun yang lalu! Lagipula itu saat aku masih limabelas tahun, appa!" Sungmin mendengus sebal kepada Kangin yang tidak berhenti dengan tawanya, bahkan tawa lelaki itu semakin keras melihat muka Sungmin yang memerah karena godaannya dan Leeteuk.

"Oh ayolah Sungmin, mengaku saja kau masih mencintai pria sialan itu" Ucap kangin lagi begitu tawanya mulai mereda.

Leeteuk yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya melihat Kangin yang terus menggoda Sungmin dan Sungmin yang mulai mendengus kesal karena appanya itu, namun ia bersyukur karena dengan begitu Sungmin bisa melupakan sedikit kesedihannya.

"Sudah-sudah, kita sarapan dulu"

"Tapi eomma, aku harus-"

"Tidak, tidak. kau harus sarapan, sekarang juga Lee Sungmin" Leeteuk menatap anaknya yang hendak beranjak masuk kedalam kamarnya dengan membawa beberapa batu es didalam mangkuk, lalu dengan terpaksa ia mengikuti keinginan ibunya padahal ia ngin mengompres matanya terlebih dahulu.

"Baiklah, eomma" Ucap Sungmin, kemudian ia menarik kursinya dan mendudukan dirinya dengan nyaman.

"Selamat makan" Ucap ketiganya hampir bersamaan, kemudian dapur hening selama mereka makan hanya ada suara-suara dentingan sendok maupun gelas dengan meja diruangan itu.

Beberapa menit kemudian mereka selesai dengan sarapan sederhana yang jarang mereka lakukan karena kesibukan masing-masing, Sungmin pertama yang mengundurkan diri dari dapur untuk kembali kekamarnya.

"Appa, eomma aku kekamar dulu. Terimakasih atas makanannya" Ucap Sungmin, kemudian membungkuk sedikit dan berjalan menuju kekamarnya yang berada dilantai dua. Namun, sebelum ia sempat masuk kekamarnya Kangin berbicara dengan keras dari arah dapur, "Sungmin-ah! Jangan menangis lagi, mukamu akan sama seperti shrek nantinya!". Sungmin yang mendengar itu hanya mendengus kesal karena ucapan ayahnya, tapi tidak lama setelah itu Sungmin terkekeh kecil, ia bersyukur memiliki keluarga yang harmonis seperti sekarang.

Sungminpun menghabiskan waktunya didalam kamar untuk mengompres matanya agar nanti siang matanya tidak memalukan ketika ia kekampus.

.

.

.

Siang yang tidak terlalu panas, semua berjalan secara lancar. Sarapan bersama, senda gurau kecil yang selalu terjadi ketika sarapan bersama, juga sedikit peringatan-peringatan kecil dari ayahnya agar selalu menjadi anak yang baik, padahal sekarang ia sudah cukup dewasa, tapi memang begitulah ayahnya. Kim Young Woon, laki-laki paruh baya yang masih terlihat sangat tampan dengan badan tegapnya dan senyum menawan, juga lelucon yang lucu ataupun kadang menyebalkan, ia sangat sempurna untuk mejadi pemimpin sebuah keluarga karena tanggung jawabnya yang tidak pernah ia lalaikan, kasih sayangnya untuk istri dan juga anaknya, dan Sungmin bersyukur sekali lagi ia bisa mendapatkan sesosok ayah yang seperti itu.

" Appa, eomma aku berangkat kuliah dulu, mungkin aku akan pulang agak malam hari ini" Ucap Sungmin yang sedang sibuk memakai sepatunya dirak didekat pintu. YoungWoon hanya bergumam samar dari arah ruang tv, sedangkan Leeteuk berjalan mendekati anaknya.

"Hati-hati, Minnie-ya.. perhatikan dosenmu dengan serius, jangan terlalu banyak bercanda, mengerti?" Ujar Leeteuk dengan tatapan lembutnya, Sungmin yang dinasihati seperti itu mengangguk dan tersenyum lalu bangkit dari duduknya usai selesai memakai sepatu.

"Aku mengerti eomma, aku bukan anak sekolah dasar lagi." Jawab Sungmin dengan sedikit terkekeh. Leeteuk memperhatikan anaknya sebentar sebelum ia meraih pipi Sungmin lalu memperhatikan mata anaknya itu.

"Matamu. Sudah lebih baik, hum?"

"A-ah, ya, sudah lebih baik" Jawab Sungmin gugup, ia kemudian menunduk enggan menatap Leeteuk didepannya, sang ibu yang melihat tingkah anaknya tersebut tersenyum lembut, kemudian mengusap sayang surai hitam yang mulai panjang itu.

"Jika kau masih mencintainya, kembalilah kepadanya. Tapi jika kau tidak cinta lagi kepada orang itu, lebih baik kau lupakan dia, dan carilah seseorang yang bisa membuatmu lebih bahagia.. aku tidak ingin lebih lama melihatmu yang tertekan dengan perasaanmu sendiri, Sungmin-ah"

.

.

0o0o0

.

.

.

.

^ToBeContinue^

.

.

.

Annyeong.. satu cerita abal dari saya kembali saya post.. mungkin sudah tidak ada yang mengingat saya karena saya tidak mengepost ff lagi belakangan ini T^T tapi gapapa..

Saya kembali lagi^.^/ mungkin cerita ini bakalan ketebak jalan ceritanya, hahaha saya juga tau kalo ff ini begitu pasaran.. tapi gapapalah, biarkan saya berimajinasi hehehe..

Yasudahlah, ini cuap-cuap saya, maaf banyak typo, kata-kata yang kurang tepat,gak ada feelnya, ataupun bosan dengan jalan ceritanya/.\ kuharap ada yang sudi untuk mereview ff ini, hehehe..

Salam JOYer! ^-^/~