"Aku melakukan ini semua bukan karena aku ingin. Aku bisa memberikan apapun di dunia ini kepada mereka, Baek," Chanyeol berlutut di hadapannya dengan wajah yang sendu, "Apapun, tapi tidak dengan dirimu. Aku hanya ingin melindungimu, kau sendiri tahu betapa besar aku mencintaimu."

"Kau mencoba melindungiku? Tapi kenapa bagiku yang kau lakukan hanyalah menjauhkanku dari pandanganmu?"

"Karena jika kau berada di dekatku, kau akan semakin terluka." Chanyeol beralih dan mengenggam tangannya erat, "Percayalah padaku. Aku mencintai dirimu, Baekhyun. Aku sangat, mencintai dirimu."

Baekhyun terdiam, ia mengira kalau ia akan jatuh lagi ke pelukan namja itu dan membantunya berdiri, tapi hanya untuk kali ini, ia memutuskan bahwa ia tidak. Tidak, Chanyeol sudah cukup menghancurkannya dan yang hanya tersisa darinya sekarang adalah keberanian diatas puing puing hatinya yang berkeping. Apapun yang lelaki itu lakukan untuk membawanya kembali ke dekapannya, Baekhyun tidak akan peduli. Sekeras apapun namja itu meraungkan namanya, Baekhyun akan bersedia untuk berlaku seperti ia tuli.

Ia sudah muak dengan segala penghianatan dan cinta kotor yang selalu namja itu ucapkan.

"Jika kau mencoba menjelaskannya, semua sudah terlambat." Baekhyun menyeringai tajam, tapi entah bagaimana, rasa sakit masih terlihat kental disana. Ujung pistol itu di dekatkan, siap untuk meluncurkan timah panas yang berbunyi memekakan.

"Dengan ini, aku tidak akan berakhir dengan mencintaimu lagi."


Stay With Me

Bagian Satu


Chanyeol melepaskan dasi yang seakan mencekik lehernya seharian ini. Tubuhnya ia hempaskan begitu saja di sofa ruang utama, mengabaikan cahaya TV LED di depannya yang menyala dengan terang benderang. Perlahan, manik hitam Chanyeol tergoda untuk tertutup dengan kepala yang sudah siap untuk terkantuk kantuk, sebelum suara gorden yang terbuka menyadarkannya.

Ada sesuatu yang hilang.

Chanyeol bangkit dari posisi ternyamannya untuk tidur tadi dan mulai menyusuri setiap ruangan di rumah raksasanya yang dijuluki 'Kastil Seoul' oleh beberapa orang. Mencari seseorang yang biasa menyambutnya didepan pintu rumah. Orang yang seharusnya melepas dasinya dan membawakan tasnya kedalam. Kemana orang itu?

Chanyeol mulai gusar.

"Baekhyun-ah?"

Chanyeol mengeluarkan suara Bass nya. Mengeluarkan frekuensi suara yang seakan meraung dan merambat menyusuri ruangan itu selama sepersekian detik. Tapi nihil, hanya suara kibasan angin yang mengenai gorden yang seakan menjawabnya.

"Baekhyun-ah? Baek? Kau dimana?"

Chanyeol mengedarkan pandangannya namun tetap nihil. Tak ada siapapun di ruangan itu.

Cklek

"Baekhyun?!"

Chanyeol dengan cepat berbalik. Tetapi bukan, itu bukan Baekhyun. Luhan tersenyum sedikit, amat sedikit hingga hanya ujung bibirnya yang terangkat.

"Sssttt..." Luhan menaruh jari telunjuknya didepan bibirnya "Kau bisa membangunkan Tuan Baekhyun."

"Ia tidur?" Chanyeol memicing, "Biasanya ia menungguku pulang."

"Kau pasti tidak melihat jam itu." Luhan menunjuk Jam dinding di belakang Chanyeol yang menunjukan pukul 03.00 AM.

"Baekhyun pergi dengan Kyungsoo hari ini. Karena itu kurasa, Baekhyun tidak memiliki cukup tenaga lagi untuk menunggumu yang pulang amat telat malam ini."

"Yah, beberapa rapat kacau dan aku harus berada di perusahaan dengan jam extra." Chanyeol mendengus lelah, "Dalam perjalanan kesini, aku beharap dapat menenggelamkan kepalaku di leher Baekhyun agar aku dapat merasa lega."

"Kkkk~ ternyata Sehun memang benar. Kau ketergantungan dengan tunanganmu itu, Chan."

Chanyeol tertawa kecil, "Asalkan aku bukan ketergantungan pada tunangan orang lain, kurasa itu sah sah saja."

Alih alih menjawab, Luhan memilih menuangkan air putih ke gelas yang ada diatas meja kerja Chanyeol, "Minumlah, kau pasti lelah hari ini."

"Ya, kau benar." Chanyeol meneguk air putih itu dengan dua tegukan besar.

"Tampaknya akan lebih lelah jika aku tak melihat Baekhyun hari ini."

Luhan tertawa, lalu mendorong bahu Chanyeol ke arah pintu menuju tangga, "Pergilah menemuinya kalau begitu."

Chanyeol terkekeh, "Aku memang akan menemuinya."

"Dan pastikan kau tak berisik, Park. Ia baru tidur 1 jam lalu setelah aku mati matian membujuknya untuk tidur tanpamu."

"Ya, ya aku mengerti."

Kalau kalian mau tahu, dia adalah Park Chanyeol, si pemegang kuasa di perusahaan teknologi bernama Blanches*. Wajahnya yang menawan, tubuhnya yang tinggi dan terlatih, dan jangan lupakan suaranya yang membuat siapa saja rela jatuh mengemis untuk menjadi kekasihnya. Ya, dia adalah definisi sempurna dari kata "Dewa yang Hidup". Tapi tidak hanya sampai disitu, Chanyeol masih memiliki ribuan sisi lain.

Ia, juga adalah seorang mafia. Ya, mafia. Walaupun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui kalau Park Chanyeol jugalah seorang mafia dengan nama Richard Park. Bersama ribuan orang yang juga mengabdi sebagai kaki tangannya di Blanches, ia mendirikan Noires*. Sebuah refleksi kaca dari Blanches. Suatu perikatan keluarga mafioso yang diturunkan oleh sang ayah. Ia adalah yang terkuat, yang terbengis, yang terkejam, dan yang tersadis. Ia membunuh orang orang tanpa kata permisi, ia mengedarkan narkoba kepada para artis dan penjabat, ia selalu lolos dari mata hukum yang dinilai adil. Ia melakukan itu. Ia melakukannya karena Baekhyun, kesayangannya, kekasihnya, seluruh pusat kehidupannya.

Dan ia sedang menuju ke kamar orang terpenting dalam hidupnya.

Figure seorang lelaki dengan surai hitam pekat yang sedang berbaring di ranjang menyambutnya ketika ia sampai, yang membuat Chanyeol tersenyum. Dengan langkah yang amat pelan, ia mendekat lalu duduk disisi ranjang. Tangan kekar yang di idamkan hampir setiap wanita didunia itu bergerak ke arah surai lelaki itu, mengelusnya pelan, memuja dalam hati karena surainya yang lembut itu seakan menghipnotisnya untuk terus mengelusnya. Chanyeol tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. Ia mengambil sejumput helai surai Baekhyun dan mengulungnya dengan jarinya, melakukannya berulang ulang seakan itu adalah obat jenuhnya karena biasanya lelaki ini akan berceloteh padanya sebelum mereka tertidur. Akhirnya Chanyeol bangkit dari duduknya. Ia berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum tidur disamping malaikatnya yang sudah ia rindukan beberapa jam ini.

Chanyeol keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang melilit pinggangnya dan satu lagi handuk mengantung di lehernya. Namja yang menjabat CEO itu mengobrak abrik lemari mencari piyama ternyamannya untuk tidur sebelum sebuah lengan kurus melingkar di pinggang kekarnya,

"Eumh.. Chanyeol?" Suara lirih itu terdengar halus dan lelah.

"Baekhyun? Kau terbangun?" Chanyeol berbalik, menatap Baekhyun-lelaki itu- yang sedang mengucek sebelah matanya sambil menguap.

"Chanyeol baru pulang?"

Baekhyun menatap surai Chanyeol yang masih basah,

"Ya ampun, kau harus mengeringkannya lagi kalau kau tak mau demam." Baekhyun menggerutu lalu meraih handuk yang ada di leher Chanyeol, mengusakkan handuk itu ke rambut Chanyeol yang basah. Chanyeol tertawa pelan, sambil mengambil pakaian dari lemari mereka.

"Ini kan tugasmu, Baekhyun-ah."

Baekhyun menggerutu lagi, "Kalau aku tak ada bagaimana hidupmu."

"Kau akan selalu ada di sisiku."

Baekhyun terdiam sesaat. Jemari lentiknya yang tadinya menggengam handuk menggendur.

"Kau tak akan kemana mana, Baekhyun. Jangan bicara seakan kau akan pergi."

"Maafkan aku." Baekhyun melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut Chanyeol.

"Kenapa kau pulang telat?" Baekhyun mengalihkan pembicaraan.

"Ada beberapa urusan yang harus kuurus secara extra hari ini."

Baekhyun menghetikan gerakannya lalu menaruh handukknya di kasur.

"Kau pasti lelah."

"Aku tak lelah karena aku melihatmu." Chanyeol tertawa, ia mengancingkan kancing terakhir piyama tidurnya.

"Lalu, kau tidak ke sana malam ini?"

Chanyeol terlihat berfikir sejenak, "Kurasa tidak." Ujarnya setelah semenit.

"Kurasa 2 hari ini aku tidak akan kesana." Chanyeol menerawang, "Memang kenapa?"

"Tidak, aku hanya bertanya." Baekhyun tersenyum, "Dan, kalau begitu bisakah kau menemaniku besok?"

Alis Chanyeol terangkat , "Ada sesuatu yang kulewatkan?"

"Kau melewatkan banyak hal" Cibir Baekhyun, "Besok bukankah kau sudah berjanji untuk menemaniku ke rumah eomma? Eomma sudah sangat merindukan anaknya yang tidak pulang dan lebih suka mengamati saham diperusahaan dari pada mengunjunginya."

"Eomma bilang begitu?" Chanyeol terkekeh, "Ya ampun, besok aku harus bersujud meminta ampun di kakinya."

"Kau ini." Baekhyun ikut tertawa.

"Kau tidurlah, aku akan bertemu Sehun sebentar." Chanyeol mendorong bahu Baekhyun pelan sehingga tubuh mungilnya berbaring di ranjang.

"Selamat tidur." Chanyeol mengecup dahi Baekhyun,

"Kau harus cepat kembali dan tidur juga."

"Yes, Your Majesty." Chanyeol tersenyum lembut. Ia menarik selimut dan menaikkan nya sebatas dada Baekhyun dan tersenyum kembali,

"Tidurlah."

Baekhyun balas tersenyum, menampilkan mata sabitnya yang juga melengkung begitu indah. Lalu manik itu terpejam. Disusul nafas teratur Baekhyun yang membuat Chanyeol tak bisa berhenti tersenyum.

Setelah memastikan kesayangannya itu benar benar tidur, Chanyeol beranjak dari ranjang dan keluar kamar. Menatap Sehun yang sepertinya sudah lama berdiri menunggunya.

"Lama menunggu?"

"15 menit." Ucap Sehun datar, "Kau selalu mengundur waktu bertemu, Tuan Park."

"Kau tau aku tak perlu meminta maaf untuk itu."

Sehun menyerahkan sebuah map dengan amplop coklat kearah Chanyeol,

"Ini yang kau minta dua hari lalu." Sehun menatap Chanyeol, "Mereka masih menyelidikinya, sementara hanya itu yang bisa kami laporkan padamu."

Chanyeol menatap map itu dingin, sebelum kembali menatap Sehun, "Kau berhasil menangkapnya?"

"Sejauh ini, Belum." Sehun menunduk, "Tapi akan kupastikan kami akan menangkapnya dan menyerahkan bedebah itu padamu."

Chanyeol tersenyum puas lalu menepuk pundak Sehun, "Kau memang selalu bisa kuandalkan, Sehun"

"Adalah Kehormatanku untuk jadi tangan kananmu, Park."

"Ada yang lain?" Chanyeol menatap map map lainnya yang masih dipegang Sehun, "Kau membawa lebih banyak map hari ini."

"Ini berkasku. Beberapa hal perlu kuselidiki dan aku membawanya untuk mendiskusikannya dengan Kyungsoo dan Luhan." Sehun berujar datar. Kelewat datar. "Kami akan melaporkannya padamu kalau itu perlu."

"Oh baiklah, aku tak akan mengganggu kalian. Take your time."

Chanyeol masuk ke kamar, lalu menatap map coklat yang tadi disodorkan Sehun padanya. Menatap Baekhyun yang terlelap, Chanyeol mengambil pisau kecil dan merobek segelnya. Ia mengeluarkan dokumen yang ada didalamnya sambil memastikan si mungil kesayangannya masih tidur dengan lelap.

12 Desember 2016

Hasil penyelidikan di beberapa kantor kepolisian setempat, kami menemukan hal hal janggal mengenai keberadaan Kim Jaeyeol. Beberapa dari mereka berkata kalau Jaeyeol sudah lama mati tetapi beberapa orang mengatakan kalau ia sedang melarikan diri di Vancouver, Kanada. Setelah penyerangam terhadap Byun BaekHyun dua tahun lalu, Jaeyeol mendadak menghilang. Yang tersisa hanyalah keluarga dan antek antek nya yang juga tidak tau dengan pasti keberadaannya. Jaeyeol sendiri adalah seorang mantan pembunuh bayaran yang terkenal karena ia dikenal bertangan dingin saat membunuh siapapun. Dalam catatan hitamnya, ia pernah membunuh 57 orang dan melakukan hampir lebih dari 200 percobaan pembunuhan. Jaeyeol diketahui masih memiliki beberapa antek antek yang mungkin saja melakukan aksi nekad apabila masih hidup. Sejauh ini, keberadaan Jaeyeol masih kami lacak. Harap tuan bersabar.

Chanyeol terdiam ditempatnya, termenung sambil menatap Baekhyun yang mendengkur halus seperti seekor kucing kecil di kasur. Byun BaekHyun, Chanyeol jelas amat menyayangi anak itu. Sejak kecil, ketika Appa Chanyeol mengenalkan Baekhyun padanya sebagai 'orang yang akan menemanimu seumur hidupmu', Chanyeol sudah amat menyukai Baekhyun. Namja mungil itu bisa melakukan apa yang sulit ia lakukan. Tertawa, tersenyum, bebas, dan bahagia. Chanyeol senang melihat Baekhyun berada disekitarnya karena itu seperti sebuah takdir. Seperti sebuah ikatan yang memang tidak bisa diakhiri.

Chanyeol senang ketika Baekhyun tampak memang diciptakan untuk melengkapinya, walaupun mereka berjenis sama, Chanyeol tak keberatan. Karena Baekhyun amat menggemaskan dan seperti kekuatan tersendiri untuknya. Baekhyun membuat Chanyeol ingin selalu melindunginya. Dalam keadaan apapun, dalam suasana apapun. Seiring mereka dewasa, Chanyeol semakin menyanyangi Baekhyun. Dan mulai tumbuh ke arah yang lebih besar dan membingungkan. Cinta. Kehadiran Baekhyun di setiap paginya merupakan candu terbesar baginya. Chanyeol mungkin sudah ketergantungan? Karena ia begitu butuh Baekhyun di setiap hari hari jenuhnya.

Tapi, Chanyeol telah menempatkan Baekhyun di posisi yang salah.

Chanyeol selalu berusaha melindungi Baekhyun. Tugas utama seluruh mafiosonya adalah melindungi Baekhyun dari tangan tangan asing yang ingin melukai Baekhyun. Tetapi semakin ia melindunginya, semakin mereka ingin menyakitinya. Karena seluruh dunia tau, kelemahan terbesar seorang Richard Park sepenuhnya bertumpu pada Baekhyun. Chanyeol rela melakukan apapun asal Baekhyun aman dan tidak terluka. Berulang kali mereka mencoba menyandera Baekhyun dan meminta tebusan pada Noires, karena mereka jelas tau kelemahan sang dewa. Chanyeol boleh saja menyamar jadi Richard, tetapi mereka tetap tau apa titik lemah terbesar yang Chanyeol miliki. Maupun Richard miliki.

Katakan padaku apa yang harus aku lakukan?


Bagian 1

Selesai

Bersambung ke bagian 2


Blanches : Sayap Putih

Noires : Sayap Hitam

Chapter perombakan ini di sponsori oleh saran berharga dari Kak CussonsBaekby. Terima kasih atas sarannya dan semoga hasilnya sudah lebih rapih dan baik *Bow*.

Next? Leave the review below~

Sampai jumpa di chapter depan.