ROSE WEASLEY DAN IRIS ZABINI
Disclaimer: JK Rowling
Tertukar
Rose's POV
Aku memandang sekeliling Aula Besar saat sarapan pagi itu. Mengapa anak-anak Hogwarts bisa menikmati sarapan tanpa mempedulikan bahwa hari ini mereka akan menghadapi hari yang melelahkan? Sekarang kan hari Senin. Dan Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan. Aku tidak suka hari Senin. Mengapa hari Senin aku harus mendapat surat peringatan menyebalkan dari Mom dan Dad, menyuruhku untuk menjaga kelakukanku sepanjang minggu ini? Tapi aku tidak selalu mendapat detensi setiap minggu. Mengapa hari Senin aku harus menghadapi guru-guru Hogwarts yang disiplin dan mata pelajaran yang melelahkan? Andaikan aku diijinkan terbang mengelilingi danau dengan Nimbus 6000-ku.
Namaku Rose Weasley, aku adalah anak sulung dari dua Golden Trio, Ronald Weasley dan Hermione Weasley. Ayahku adalah seorang Auror terkenal dan ibuku adalah seorang pegawai Depertement Hukum Sihir di Kementrian Sihir. Aku mempunyai seorang adik laki-laki bernama Hugo, dia dua tahun dibawahku. Adikku itu sangat menyebalkan. Kami menghabiskan waktu kami di rumah dengan bertengkar. Ibuku yang sudah bosan menghadapi kami mengancam akan mengirim salah satu dari kami ke The Burrow supaya kami bisa dididik oleh Grandma Molly. Biasanya ancaman itu selalu berhasil membuat kami diam. Walaupun sering bertengkar, aku sangat menyayangi Hugo. Aku akan sedih sekali kalau dia tidak tinggal bersama kami, dan aku yakin Hugo pun akan sedih kalau aku tidak tinggal bersamanya.
Aku memiliki keluarga besar yang sangat kompak. Ada Grandma dan Grandpa Weasley, walau takut pada mereka, aku sangat menyayangi mereka. Grandma dan Grandpa Granger, kakek dan nenek dari pihak ibuku, yang sangat memanjakan aku dan Hugo. Ada paman-pamanku, Uncle Bill, Uncle Charlie, Uncle Percy, Uncle George, dan Uncle Harry Potter, dia menikah dengan bibiku, Aunt Ginny. Kemudian ada istri paman-pamanku, Aunt Fleur, Aunt Audrey dan Aunt Angelina. Juga yang paling menghebohkan adalah sepupu-sepupuku; Victoire, Dominique, Louis (Bill/Fleur), Molly, Lucy (Percy/Audrey), Fred, Roxanne (George/Angelina), James, Albus dan Lily (Harry/Ginny). Juga ada Teddy Lupin, putra baptis Uncle Harry, yang selalu menghabiskan waktu bersama kami.
Ada senang dan ada susahnya juga menjadi keluarga besar. Senangnya adalah kau tidak akan pernah kesepian, setiap hari sepupu-sepupumu akan datang mengunjungimu, menggodamu, bermain Quidditch bersama dan banyak hal menyenangkan lainnya. Susahnya adalah kau tidak akan punya kehidupan pribadi, karena sepupu-sepupumu akan selalu menjadi bagian dari kehidupanmu. Mereka tahu semua hal tentangmu, dari hal yang paling kau suka ke hal yang paling kau benci dan mereka akan selalu mau tahu tentangmu. Dan lagi, kau juga tidak akan memiliki teman karena orang-orang berfikir kau lebih suka berteman dengan sepupumu dari pada berteman dengan orang lain.
Aku, Rose Weasley, cewek Gryffindor berambut merah ikal, bermata biru dengan bintik-bintik diwajah adalah Weasley yang tidak memiliki kehidupan pribadi dan teman, kecuali sepupu-sepupu yang selalu mau tahu urusan orang dan sangat menyebalkan. Aku senang karena semua sepupuku, kecuali Al dan Lily, telah meninggalkan Hogwarts. Mereka hanya bisa bertemu aku di The Burrow saat liburan natal. Setidaknya tahun ini aku bisa mencari pacar. Bukannya tidak ada yang tertarik padaku, tapi sepupu-sepupuku, terutama James, Fred, Louis dan Al, selalu memantrai siapa saja yang mendekati cewek-cewek Weasley dan Lily Potter. Sungguh menyebalkan! Tapi tahun ini semua berbeda, aku dan Lily akan punya pacar. Kami Cuma akan menghadapi Al dan Hugo. Aku tersenyum senang.
"Kamu sinting, ya? Kok senyum-senyum?" Tanya Lily sambil duduk di sampingku. Lily adalah cewek yang benar-benar cantik. Kami semua menganggapnya begitu. Dia dan Dominique adalah yang tercantik dalam keluarga; Dominique pirang dan Lily berambut merah. Hah! Sempurna. Tapi kadang menyebalkan juga karena semua cowok-cowok akan melirik mereka dan mengabaikan kami yang lain. Seperti saat ini mata semua cowok di Aula Besar menatap Lily dengan terpesona.
"Aku berpikir bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang sempurna untuk kita." Kataku.
"Tahun yang sempurna? Rose ini tahun NEWT kamu dan tahun OWL aku. Ini akan jadi tahun yang melelahkan." Kata Lily mengabaikan cowok-cowok yang memandangnya.
"Memang, tapi aku bukan bicara tentang pelajaran, tapi tentang hubungan sosial. James, Fred dan Louis sudah pergi jadi kita bisa mencari pacar, nggak akan ada lagi yang menghalangi kita, kecuali Al dan Hugo, tapi kita berdua bisa mengatasi mereka."
"Menurutmu begitu?" tanya Lily ragu-ragu, "Tapi aku nggak memiliki otak kamu, Rose, aku nggak bisa lulus dengan mudah. Aku harus belajar keras agar bisa lulus OWL. Jadi, tahun ini aku berniat memfokuskan diri pada pendidikanku."
"Lil, apa kamu pikir aku akan membiarkanmu nggak lulus OWL? Aku akan membantumu belajar dan kamu pasti akan lulus."
"Kalian sedang berbicara tentang OWL?" tanya Hugo yang baru saja datang dan duduk di samping kami di meja Gryffindor. Al yang muncul dibelakang Hugo duduk sambil menguap.
"Benar! Lily takut dia nggak lulus OWL." Kataku memandang Lily dengan kesal.
"Kamu pasti lulus, Lil, aku akan membantumu." Kata Hugo, menarik bubur gandum ke dihadapannya dan mulai memasukkannya banyak-banyak ke mulutnya. Aku membuang muka. Aku heran mengapa Hugo suka memakan makanan menjijikan itu.
"Kalian beruntung karena nggak mewarisi otak Uncle Ron." Kata Al.
Yah, Hugo dan aku memang mewarisi otak Mom, tapi temperamen kami adalah Weasley, meskipun Hugo lebih sedikit bijaksana, dia mewarisi sifat Mom. Tapi segala yang ada padaku adalah Weasley; dari bintik-bintik di wajah, rambut merah, kecenderungan untuk meledak marah pada hal kecil dan rasa percaya diri yang benar-benar rendah. Hugo mungkin beruntung, dia tidak memiliki bintik-bintik diwajah. Dengan rambut merah, dan mata coklat dan tubuh jangkung, dia bisa dibilang tampan. Jadi, cewek Weasley yang tidak punya sesuatu untuk dibanggakan kecuali otak yang cemerlang adalah aku.
Aku melirik Al yang sedang menghabiskan cerealnya. Al juga termasuk cowok tampan dan populer di sekolah. Yah, kalau dibilang soal populer, memang kami semua populer karena orangtua kami terkenal. Kadang-kadang hal itu sungguh menyebalkan karena orang-orang mendekati kami hanya karena ingin meminta tandatangan orangtua kami. Al baru-baru ini putus dengan pacarnya Arlena Collins, karena Collins hanya ingin menjadi cewek populer dengan Al sebagai pacar. Hah! Menyebalkan bukan?
"Rose, kamu sudah mulai belajar untuk NEWT?" tanya Al.
"Aku sudah membuat jadwal belajar, untukmu juga. Dan Hugo, kamu bisa membuat jadwal belajar untukmu dan Lily."
"Aku sudah melakukannya dua hari yang lalu, tapi Lily sepertinya nggak peduli." Kata Hugo, memandang Lily kesal.
"Aku latihan Quidditch, Hugo."
"Kami juga latihan Quidditch." Kata Hugo, memandang Al dan aku.
Kami, keluarga Weasley adalah penggermar berat Quidditch. Al adalah kapten tim Gryffindor tahun ini, merangkap sebagai seeker, Hugo adalah keeper, Lily dan aku adalah Chaser. Dalam enam tahun di Hogwarts, piala Quidditch selalu menjadi milik Gryffindor. Bisa dikatakan bahwa kami keluarga Weasley/Potter adalah pemain Quidditch yang hebat.
"Rose, thanks untuk jadwalnya. Malam ini kamu akan membantuku mengerjakan PR Transfigurasiku kan?"
"Jangan malam ini... Aku dan Lily punya rencana lain."
"Apa?" tanya Lily bingung. "Rencana apa?"
"Lily, kita kan harus berburu cowok... Kita sudah berjanji tahun ini harus memiliki pacar."
"APA?" seru Al dan Hugo terkejut menumpahkan jus labu kuning di meja.
"Rose, aku kan nggak bilang iya." Kata Lily menghindar.
"Lil, kamu harus ikut. Cowok-cowok itu nggak mungkin melirik aku, tapi kalau kamu ikut pasti banyak cowok yang melirik kita dan aku bisa kebagian satu. Ayo, Lil!"
"Nggak boleh!" kata Al. "Aku nggak akan membiarkan kalian berkeliaran dengan pakaian minim dan menggoda cowok."
"Kami nggak memakai pakaian minim. Al." Kataku meyakinkan Al.
"Bener, Al, kita harus mengawasi mereka malam ini." Kata Hugo.
"Rose, pokoknya aku akan menunggu kamu di Perpustakaan setelah makan malam, kalau kamu nggak datang akau akan mencarimu sampai ketemu. Dan kalau aku melihatmu sedang bersama cowok, aku akan memantrai mereka."
"Lil, aku juga akan mengawasimu." Kata Hugo.
"Aku nggak akan kemana-mana, Hugo, aku akan ada di perpustakaan bersamamu setelah makan malam." Kata Lily memngabaikan pandanganku.
"Bagus Lily! Rose? Bagaimana denganmu?" kata Al.
"Untuk malam ini aku akan menyerah karena nggak ada gunanya pergi tanpa Lily... Tapi besok aku akan berhasil membujukmu, Lil." Kataku pada Lily.
Lily hanya tersenyum menyesal, dan Al serta Hugo mendengus marah.
"Sebentar lagi kelas mulai. Ayo, Rose!" kata Al menyambar lenganku dan menyeretku menuju kelas Ramuan. Aku paling benci Ramuan. Apakah aku sudah bilang kalau aku benci hari Senin karena hari Senin ada pelajaran Ramuan?
Iris' POV
Aku memandang keluarga Weasley/Potter sedang berdebat di meja Gryffindor mereka. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan dari meja Slytherinku, tapi dari mimik wajah mereka, aku melihat bahwa mereka menikmati berbicara dengan satu sama lain. Mereka benar-benar keluarga yang akrab dan membuat iri. Mereka juga sangat terkenal dan merupakan cewek/cowok poluler di sekolah. Orangtua mereka adalah Golden Trio, penyelamat dunia sihir. Dan semua orang ingin berteman dengan mereka. Sangat berbeda kalau dibandingkan dengan keluargaku.
Namaku adalah Iris Zabini, keluarga berdarah murni yang terkenal dengan kecantikan dan ketampanan mereka. Tetapi aku sama sekali tidak cantik, aku bisa dibilang sangat buruk kalau dibandingkan dengan saudara kembarku, Alan. Walaupun kembar, kami sama sekali tidak identik. Alan, dengan rambut hitam dan mata abu-abu dengan tulang pipi yang tinggi, merupakan cowok tampan dan populer. Dia merupakan chaser Slytherin, yang menjadi incaran cewek-cewek Hogwarts. Sedangkan aku adalah cewek slytherin, dengan rambut hitam dan mata abu-abu (Ciri fisik inilah yang menandakan bahwa aku dan Alan kembar), yang dianggap sinting oleh anak-anak Hogwarts lainya, selalu duduk di tempat paling belakang di kelas, selalu dilupakan orang, tidak memiliki teman, selalu menjadi bahan ejekan dan lelucon, terutama oleh cowok-cowok tampan Ravenclaw dan Gryffindor.
Keluargaku juga bukan keluarga yang akrab. Kami tidak saling mencintai seperti keluarga Weasley/Potter. Mom dan Dad selalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sedangkan aku dan Alan dibiarkan bertumbuh dengan Trincer, Peri Rumah kami. Aku menduga bahwa Mom dan Dad, yang menikah karena dijodohkan, tidak saling mencintai. Aku dan Alan juga tidak saling mencintai, kami tidak saling berbicara di rumah, maupun di Hogwarts. Aku menghabiskan waktuku di kamar, mempelajari beberapa mantra dan kutukan, sedangkan Alan sibuk berkumpul dengan teman-temannya yang populer.
Aku memandang jadwal pelajaranku untuk hari Senin. Benar-benar hari yang menyenangkan. Hari ini ada pelajaran Ramuan, mata pelajaran favoritku. Sebenarnya, aku sudah bisa membuat ramuan-ramuan tertentu yang berbeda, tapi aku selalu menahan diri. Aku tidak ingin menonjolkan diri. Yang selalu menonjolkan diri dan menunjukkan rasa percaya diri tinggi di kelas adalah Rose Weasley. Benar-benar cewek dengan rasa percaya diri tinggi. Dia merupakan cewek cantik dan menarik dengan rambut merah dan mata biru bercahaya. Dia tidak menyadari bahwa cowok-cowok Hogwarts menatapnya dengan mata melotot. Mungkin karena itulah, cowok-cowok keluarga Weasley/Potter mengancam dan memantrai siapa saja yang mencoba mendekatinya.
Aku memandang Alan yang sedang asyik bercerita dengan temannya, Vincent Goyle dan Scorpius Malfoy. Vincent Goyle adalah cowok bertubuh besar dan berambut hitam, sedangkan Scorpius Malfoy adalah cowok tampan dengan rambut pirang-putih dan bermata abu-abu. Mereka adalah teman-teman Alan yang paling akrab. Kami, Scorpius, Vincent, Alan dan aku, sudah saling mengenal sejak kami lahir, orangtua kami bersahabat. Sejak kecil Scorpius, Vincent dan Alan selalu menjadikan aku sasaran lelucon mereka dan menghabiskan waktu dengan membuatku menangis sepanjang hari. Seiring dengan berjalannya waktu, mereka melupakan aku dan menghabiskan waktu mereka sendiri dengan cewek-cewek dan Quidditch.
"Aduh...!" aku menjerit karena sekarang tubuhku telah dipenuhi oleh cairan berwarna kuning.
"Oh, Maaf Zabini!" kata Emily Parkinson. Dia sedang memegang gelas kosong yang isinya adalah jus labu kuning tersiram ke tubuhku.
Anak-anak lain tertawa. Aku melihat Alan, Vincent dan Scorpius, ikut tertawa bersama yang lain. Harusnya mereka membela aku kan? Aku saudara kembar dan sahabat mereka sejak kecil.
"Oi, Emily, biarkan Iris sendiri." Kata Scorpius dengan kurang yakin dan mereka tertawa lagi.
"Benar, Emily, biar bagaimanapun dia saudara aku." Kata Alan dengan tawa yang semakin keras.
Benar! Benar Brengsek! Aku merapikan diriku dan berusaha mencari tongkatku untuk mengeringkan diriku, tapi cewek lain, Linda Nott, telah mengambil tongkatku dan melambaikannya di depan hidungku.
"Mencari ini Zabini? Aku akan memberikannya padamu kalau kamu mencium Albus Potter sekarang!" kata Linda sambil melirik Potter yang sedang berjalan melewati meja Hufflepuff dengan menyeret Weasley yang bersungut-sungut tentang sesuatu.
"Nggak mau... Kembalikan tongkat sihirku!" kataku memandang Linda dengan tajam.
"Cium atau ku patahkan tongkat sihirmu." Kata Linda jahat. Anak-anak Slytherin yang berada dekat mereka tertawa. Alan, Vincent dan Scorpius malah ngakak. Bangsat!
"Baik!" kataku memandang Potter yang sekarang sedang melewati meja Ravenclaw. Sebentar lagi mereka tiba di meja Slytherin. Aku berdiri menghalangi jalan mereka ketika mereka tiba di meja Slytherin. Potter dan Weasley berdiri memandangku dengan bingung.
"Ada apa?" tanya Potter mengangkat alisnya, bingung.
Aku bergerak mendekatinya dan menciumnya tepat di bibir.
Rose's POV
Aku memandang bingung ketika cewek Slytherin yang agak aneh itu, yang biasa dijuliki 'Sinting' oleh teman-teman sekamarku, mengalangi jalanku dan Al. Cewek itu, berambut hitam lurus sampai ke punggungnya dan bermata abu-abu. Dia kelihatan suram dan kusam entah kenapa, dia seperti dipenuhi aura kegelapan dan kesedihan.
"Ada apa?" tanya Al memandangi cewek itu dengan bingung. Aku lupa namanya, karena aku memang tidak memperhatikan anak-anak Slytherin. Menurutku, mereka anak-anak yang harus dijauhi.
Lalu cewek itu... cewek kusam itu mendekati Al dan mencium Al tepat dibibirnya. Sedetik, dua detik... lima detik dan Al mendorong cewek itu dengan keras dan membuatnya terjatuh ke lantai. Anak-anak Slytherin yang berada di sekitar mereka tertawa dengan keras.
"Apa-apaan ini?" tanya Al bingung, wajah Al memerah sampai ke lehernya.
Cewek itu bangun dan membersihkan belakang jubahnya. Kemudian, dia berjalan ke seorang cewek Slytherin lain dan merebut tongkat sihir dari cewek yang sedang tertawa itu.
"Terima kasih, Nott." Kata cewek itu.
"Oh, pertunjukan menarik, Zabini." Kata cewek bernama Nott itu.
Zabini? Ohya, Iris Zabini, kalau tidak salah itu namanya. Mereka berada dalam kelas Ramuan yang sama.
"Apa-apaan ini, Zabini?" tanya Al.
Zabini tertawa suram dan mengayunkan tongkatnya untuk mengeringkan sesuatu yang seperti muntahan di depan jubahnya.
"Oh, Potter hanya sedikit ciuman dari saudara kembarku yang cantik." Kata Zabini, cowok Slytherin berambut hitam.
Saudara kembar? Masa sih? Aku memperhatikan Zabini Cowok dan Zabini cewek, kalau dilihat dari dekat memang ada sedikit kemiripan fisik, tapi dari sisi kepribadian sangatlah berbeda jauh. Zabini cowok sangat bercahaya, populer dan percaya diri, sedang Zabini cewek seperti yang sudah ku katakan tadi sangat suram dan kusam.
"Harusnya kamu senang mendapat ciuman pagi ini, Potter, bukankah kamu baru saja putus dari Collins." Kata Malfoy, cowok Slytherin yang mirip vampir.
"Aku tidak bicara denganmu, Malfoy!" kata Al, kembali memandang Zabini yang sedang mengatur buku-bukunya dan sedang berniat meninggalkan mereka.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum minta maaf!" kata Al pada Zabini.
"Dia menyukaimu, Potter! Dia selalu memandang meja Gryffindor saat sarapan." Kata cewek Slytherin lain yang bernama Parkinson.
Wajah Zabini merah padam. Anak-anak lain tertawa, bahkan saudara kembarnya. Saudara macam apa ini? Masa dia membiarkan saudara kembarnya dijadikan permainan dan bahan ejekan? Benar-benar menyebalkan! Aku merasa seperti berada di tengah-tengah orang yang sadis.
"Diam kalian semua!" kata Al dengan suara keras. "Zabini, aku mengharapkanmu bersikap bersahabat dan mulai minta maaf karena kalau kamu nggak minta maaf. Aku nggak peduli kamu cewek, aku akan mengutukmu..."
"Sudahlah, Al, nggak apa-apa." Aku berbisik pada Al, karena aku tahu Al bisa sangat marah dan akan mengutuk siapa saja yang menjengkelkannya.
Anak-anak lain malah tertawa semakin keras.
Zabini mengambil tas-nya dan berjalan meninggalkan mereka. Al sudah akan ingin mengucapkan sebuah kutukan, ketika aku menahan tangannya.
"Ayo!" aku membawa Al meninggalkan anak-anak Slytherin yang sedang tertawa terbahak-bahak.
"Ku kira mereka sedang mempermainkan dia." Kataku pada Al.
"Aku heran... Ada, ya, orang yang membiarkan dirinya dipermainkan? Benar-benar nggak berguna? Nggak bisa melindungi diri sendiri."
"Yah, kamu nggak lihat tadi, Zabini itu kayaknya kasihan banget,ya? Terus saudara kembarnya malah tertawa bersama yang lain."
"Anak-anak Slytherin memang aneh, Rose. Jangan pedulikan mereka... Tapi si cewek Zabini ini benar-benar keterlaluan." Kata Al.
"Maafkan dia, Al."
"Kok kamu minta maaf untuknya?"
"Aku cuma kasihan aja... Dia kelihatannya suram banget."
"Huh!" kata Al mendengus.
Al's POV
Cewek aneh Brengsek! Aku sudah sering melihatnya duduk sendirian disetiap kelas. Aku juga telah sering melihatnya diejek oleh cowok-cowok Ravenclaw yang sok keren dan menyebalkan. Aku tidak ingin membantunya, karena aku paling benci orang yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Dia memiliki tongkat sihir, dia seorang penyihir, kenapa tidak disihirnya saja cewek-cewek Slytherin yang menyebalkan itu.
"Al, Ramuan Polijusmu sudah Ok kan?" tanya Rose, mengagetkanku, ternyata kami telah tiba di kelas Ramuan dan Rose sedang memperhatikan ramuan Polijus-ku.
"Aku nggak tahu..." aku memang bukan orang yang percaya diri dalam pelajaran seperti Rose. Dad sering berkata bahwa aku mirip dia. Dalam penampilan mungkin, karena aku merasa aku lebih mirip Mom. Terlalu banyak Weasley dalam diriku. Aku memandang Rose dan senang ketika dia mengangguk kepala menatap Ramuan Polijus-ku. Kalau begitu ramuanku bagus.
Aku melihat anak-anak lain mulai masuk ke kelas. Malfoy, Zabini dan Goyle masuk bersama, diikuti oleh enam orang anak-anak Ravenclaw. Sebenarnya aku heran, kok bisa,ya, Goyle yang otaknya bisa dibandingkan dengan udang diijinkan mengikuti kelas NEWT Ramuan. Kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, begitu kata Dad. Beberapa menit kemudian, cewek itu, cewek aneh yang memiliki bibir lembut itu masuk kelas... Hah, apa yang ku pikirkan? Bibir lembut? Merlin, aku harus segera mencari pacar baru.
Aku melihat cewek itu tidak memandang seorang. Dia langsung berjalan menuju tempat duduknya di dekat Malfoy, lalu dengan sedih memandang ramuannya, tapi tiba-tiba senyuman aneh muncul di bibirnya. Hah? Aku mulai aneh lagi, kok aku memandang cewek aneh itu sih? Hah, aku sungguh-sungguh harus mencari pacar.
Iris' POV
Aku berlari dan berlari terus menuju ruang bawah tanah, air mata mengalir memenuhi mataku. Hatiku benar-benar sedih. Mempermainkan aku setiap pagi adalah kegiatan rutin teman-teman sekamarmu, Emily dan Linda. Mereka selalu mempermainkan aku, tapi tadi benar-benar keterlaluan karena melibatkan Potter. Benar-benar memalukan, aku tidak akan berani lagi memandang wajah Potter. Merlin, apa yang terjadi padaku? Kehidupanku benar-benar menyedihkan. Di rumah, di Hogwarts tidak ada tempat yang baik untuk aku. Aku benar-benar tidak ingin menjadi diriku. Aku ingin menjadi orang lain. Orang lain yang hebat dan populer, orang yang cantik dan bisa mendapatkan cowok, orang yang bahagia.
Aku melangkah gontai menuju kelas Ramuanku. Hari ini hari Senin, harusnya aku bahagia karena Ramuan adalah mata pelajaran favoritku, tapi aku sedih dan benar-benar sedih. Hari ini mungkin akan lebih buruk lagi dari sekarang.
Anak-anak lain telah berada di kelas ketika aku tiba. Semua telah duduk berpasangan menghadap meja, dimana terletak sebuah gelas berisi ramuan polijus, proyek mereka tiga bulan lalu. Sekarang ramuan itu sudah siap diujicobakan. Aku berjalan menuju mejaku dan memandang ramuanku sendiri. Dan sesuatu... suatu ide yang benar-benar cemerlang memenuhi kepalaku. Aku tahu ini adalah satu-satunya cara aku. Aku bisa bebas dari segala penderitaanku, siapa pun dia tak apa yang penting aku bebas... bebas dan bebas! Aku mengayunkan tongkatku dan mengumamkan mantra pada ramuan polijusku... Siapapun dia... laki-laki atau perempuan tak apa yang penting aku bukan aku.
Rose's POV
Aku memandang Profesor Brewster dengan kesal. Harusnya kan ramuan Polijus sudah diujicobakan minggu lalu, tapi karena alasan-alasan aneh yang hanya Profesor menyebalkan itu yang tahu ujicoba ramuan dilakukan hari ini.
"Kalian harus mengujicobanya berpasangan dan efeknya telah dibuat hanya 5 menit dari satu jam agar tidak terjadi kehebohan... Kita juga harus berpasangan dengan orang yang ukuran tubuhnya sama agar tidak perlu berganti pakaian... Mr. Potter dan Mr. Zabini... dan Miss Weasley, kau bisa berpasangan dengan Miss Zabini!..." kata Brewster, kemudian menyebutkan nama anak-anak lain.
Aku melihat Zabini berjalan mendekat ke mejaku dengan membawa ramuan Polijusnya sendiri. Dia tersenyum agak mengerikan, membuat aku tergidik. Dia memberikan ramuan polijusnya padaku dan mengambil ramuan polijusku. Dia mengacungkan tongkat sihirnya pada ramuanku dan menggumamkan kata-kata aneh perlahan.
"Apa yang kamu lakukan pada ramuanku?" tanyaku heran, karena mantra itu bukan mantra untuk membuktikan ramuannya merupakan ramuan yang baik atau tidak.
"Rambutmu, Weasley!" katanya.
"Aku akan membunuhmu, kalau kamu berniat merencanakan sesuatu, Zabini..." kataku memperingatkan Zabini, sambil mencabut rambutku dan menjatuhkan pada ramuanku dan ramuan itu berubah warna menjadi jingga kemasan. Ramuan Zabini ditanganku setelah dijatuhkan rambut Zabini telah berubah warna menjadi biru bening.
"Kalian boleh minum sekarang!" terdengar perintah Brewster.
"Cheers!" kataku sambil mengangkat gelasku pada Zabini. Zabini hanya tersenyum mengerikan. Ada apa denganku kok aku ketakutan? Benar-benar ketakutan... Zabini telah meneguk gelasnya. Dan aku meneguk gelasku sambil menutup mataku menanti rasa sakit seperti yang digambarkan oleh Pemandu Ramuan Tingkat Lanjut, tapi aku tidak merasa kesakitan, hanya perasaan seperti aku sedang terbang dan medarat dengan tiba-tiba. Aku tersentak. Aku lalu membuka mata dan melihat diriku sedang memandangku dengan senyum kemenangan. APA? Apa yang terjadi? Aku memandang diriku sendiri dan melihat bahwa aku sekarang memiliki rambut hitam dan kulit putih tanpa bintik-bintik. Tapi, ramuannya tidak berfungsikan? Aku tadi melayang. Artinya, aku tidak berubah menjadi Zabini, tapi aku berpindah ke Zabini. Tidak! Merlin! Artinya jiwaku... rohku masuk dalam tubuh Zabini. Aku menjerit keras dan langsung pingsan.
Scorpius' POV
"KYAAAA!"
Aku, yang baru saja hendak meminum ramuan Polijus berisi rambut salah seorang cowok Ravebclaw, terkejut. Hah? Ada apa ini? Siapa yang menjerit? Aku memandang ke samping tepat pada waktunya melihat Iris terjatuh dengan kepala lebih dulu. Rose Weasley, cewek berwajah aneh dengan bintik-bintik, sedang berdiri memandang Iris yang pingsan. Di wajahnya tergambar senyuman aneh. Dasar cewek sadis tak bisa melihat kesulitan orang lain.
"Iris..." Zabini telah berjalan mendekati tubuh Iris, aku mengikutinya.
"Profesor, apa yang terjadi?" tanya Alan khawatir. Alan, meskipun tidak menunjukkannya, sangat menyayangi Iris. Aku sebenarnya heran kenapa Alan tidak menunjukkan rasa sayangnya pada Iris, dia selalu membiarkan Iris mengurus diri sendiri. Latihan, katanya ketika aku bertanya, latihan untuk menguatkan diri ketika kita terluka. Kalau Alan sudah mulai berfilosofi mending aku mengundurkan diri.
Aku sebenarnya heran dengan keluarga mereka. Dulu waktu kecil aku sering main ke rumah Zabini, tapi sejak umur kami sepuluh tahun, Dad melarangku ke sana. Entah kenapa? Pasti karena masalah keluarga. Alan juga tak pernah membicarakannya. Kadang aku perhatikan dia Cuma duduk sambil memandang kosong ke depan, meskipun kami sedang bicara dengannya. Aku tidak punya hak mencampuri urusan keluarga Zabini, aku hanya bisa berada disampinya sebagai teman.
"Cuma pingsan..." jawab Brewster. "Mungkin dia shock karena ramuan Polijusnya tidak berfungsi... yah, shock berat"
Masa ada yang pingsan karena salah mengerjakan ramuan yang benar saja.
"Apa dia baik-baik saja?... dia belum pernah pingsan sebelumnya," kata Alan dengan wajah pucat.
"Dia tidak apa-apa." Kata Brewster, "Bawa dia ke rumah sakit."
Alan dan aku mengangkat Iris ke rumah sakit. Sebelum keluar ruangan aku melihat Weasley memandang Alan mata biru yang menunjukkan kesedihan? Hah? Mengapa dia sedih memandang Alan? Apa Alan telah melakukan sesuatu padanya?
Review please!
Winey: sequel untuk Cerita Cinta Rose Weasley nanti ku coba bikin.
Fanfic ini terdiri dari 4 POV jadi ada beberapa kata/kejadian yang diulang. Jangan bosan,ya!
Riwa Rambu
