"Uninstall"

Based on vocaloid song 'Kaito ga Uninstall' Originally sung by KAITO

Disclaimer: do not own anything, Vocaloid and their song © Yamaha and Crypton Future Media

Summary: Seorang lelaki ingin membuat Master-nya untuk meelihat kepadanya seorang. Cara apa yang akan ia lalui untuk mewujudkan impiannya itu?

Genre: T-M? (kurang ngerti)

Warning: May contain Yandere Kaito, Death Chara, etc.


"Kaito!" Panggil seorang lelaki. Kami, Para Vocaloid memanggilnya Master. Aku pun segera menghampirinya.

"Ada apa, Master?" Tanyaku pada Master.

"Aku ingin kau datang ke ruanganku, Kaito. Aku ingin kau untuk menyanyikan sebuah lagu untukku. Apakah kau bersedia?"

Master ingin aku untuk bernyanyi untuknya! Aku sengat senang!

"Kaito, apakah kau bersedia?" tanyanya sekali lagi karena aku hanya terdiam. Dengan cepat aku mengangguk bersedia.

"Baiklah, aku menunggumu, Kaito!" Master tersenyum dan beranjak pergi.

Aku benar-benar senang. Aku yakin, aku spesial bagi Master! Aku pun berjalan dengan riang gembira, menuju ruangannya Master.

Di Tengah Perjalanan

Aku melihat Rin dan Master. Apa yang sedang mereka bicarakan?

Tak lama kemudian aku melihat Master tersenyum dan mengelus lembut kepala gadis blonde tersebut. Setelah itu, Master beranjak pergi. Rin terlihat sangat senang.

Setelah Master pergi, aku pun bergegas mendekati Rin

"Hai, Rin! Kamu kenapa? Kelihatannya senang sekali" Tanyaku berpura-pura kalo aku tidak melihat apa yang terjadi tadi.

"ehh... Kaito-nii... Tadi, saat aku berlatih bernyanyi, Master memujiku! Aku senang sekali, Kaito-nii!" Jawab Rin penuh senyum. Aku juga tersenyum, senyum yang kupaksakan.

"oh ya Kaito-nii, aku mau cari Len dulu ya, Bye Kaito-nii!" Rin melambaikan tangannya sejenak dan pergi. Aku membalas lambaiannya.

Ternyata, bukan hanya aku yang diperlakukan spesial oleh Master. Apa yang harus kulakukan untuk membuat Master melihatku dan hanya kepadaku?

Beberapa menit kemudian

Gadis berambut biru Turqoise yang dikucir dua datang dan menghampiriku. Ia mengenggam tanganku dan bertanya.

"Kaito-nii, Kaito-nii kenapa berwajah murung seperti itu?"

"Aku tidak apa-apa, Miku..." jawabku berusaha tersenyum. Sepertinya senyumku tadi meyakinkan, karena Miku juga tersenyum.

"Kalo ada apa-apa, Kaito-nii cerita aja... 'kan Kaito-nii tidak sendirian disini..." Miku tersenyum lembut, sepertinya ia menghiburku.

Sambil tersenyum, aku mengangguk pelan.

"Kaito-nii, tadi aku dipuji oleh Master lho! Karena aku dapat mencapai nada tinggi dengan baik... aku senang sekali!"

Lagi-lagi, kejadian ini terulang. Rasanya seperti Déjà vu saja...

"Aku pergi dulu ya, Kaito-nii. Tadi Meiko-nee manggil. Bye Kaito-nii!" Miku tersenyum sebelum ia berbalik dan menghilang dari pandanganku

Aku tahu, bahwa aku hanyalah satu dari banyak Vocaloid yang ada dirumah ini...
Tetapi, kenapa aku seperti tidak dapat mengerti fakta itu? Apakah aku harus terus menjadi orang bodoh yang tidak mengenal rasa marah? Apa yang harus kulakukan?

Aku terus melamun dan melamun, tetapi aku teringat bahwa Master menungguku. Jadi aku pun mencoba menyingkirkan hal yang ada di benakku.
Aku pun melangkahkan kakiku menuju ruangan Master.

Di Ruangan Master

Aku terdiam di depan sebuah pintu. Aku mengetuk pintu ini.

Tok! Tok! Tok!

Tak lama kemudian, terdengarlah suara dari dalam ruangan itu

"Masuk!" aku pun membuka pintunya dan memasuki ruangan yang serba putih itu. Melihatku, Master tersenyum

"Kaito... kemarilah" aku mendekatinya yang sedang duduk di sebuah kursi di belakang meja kerjanya. Setelah aku mendekatinya, ia menyerahkan selembar kertas yang berisikan sebuah lirik lagu.

"Aku ingin kau menyanyikan lagu ini, Kaito" ujarnya. Aku mengangguk dan mulai bernyanyi sesuai dengan lirik yang ada di kertas yang diberikan oleh Master.

Nyanyianku terhenti karena tadi aku menyanyikan nada yang false. Master menyemangatiku dan berkata

"Tidak apa-apa, Kaito" aku menatap Master

"Karena aku tahu, kau pasti bisa. Percaya dirilah" hibur Master. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah, nyanyianmu tadi bagus sekali... perbaiki nada yang salah ya, Kaito" aku mengangguk lagi.

"Terima kasih karena kau mau menyempatkan waktumu untuk ke ruanganku. Kuharap kau akan bernyanyi lagi lain kali Kaito"

"Aku akan selalu bersedia, Master. Permisi..." aku membungkukkan tuhku sejenak, setelah itu aku keluar dari ruangan serba putih itu, menuju ruanganku.

Di Ruangannya Kaito

Aku duduk kasurku dan terdiam. Di meja tempat tidurku, aku meihat sebuah foto yang di pigura. Itu adalah foto kami, Para Vocaloid. Meskipun tidak semuanya, disana terdapat fotoku, Miku, Len, Rin, serta Meiko yang tersenyum bahagia.

"Aku akan menghapus mereka semua..." bisikku pelan tanpa sadar.

Sebelumnya, aku sangat kebingungan memikirkan cara untuk membuat Master melihat kepadaku seorang.
Tetapi sekarang, aku akhirnya menyadari apa yang harus kulakukan...

Aku berdiri dan bergegas pergi ke dapur...

Di Dapur

Aku mengambil sebuah alat pemecah es. Saat itu juga, seorang wanita berambut merah datang menghampiriku.

"Lho, Kaito? kenapa kau disini-" ucapan wanita itu terhenti ketika ia melihat wajahku.

"Kaito? ada apa matamu? kenapa matamu berwarna merah?" aku hanya diam, tidak menjawab. Aku mempererat gengamanku pada pemecah es yang tadi kuambil

"Kai-" lagi-lagi ucapan wanita itu terhenti. Seiringan dengan tanganku yang memperlihatkan pemecah es yang ujungnya runcing, wajah wanita itu menjadi ketakutan.

"Kaito!" Aku menusukkan pemecah es tersebut ke perut wanita itu, tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Hingga akhirnya wanita itu tak bernafas lagi.

"Sayonara, Meiko..." tubuh wanita itu bersimbahkan darah segar. Begitu juga dengan tubuhku. Tapi aku tidak peduli lagi, karena aku tahu, Master tidak membutuhkan siapa pun selain aku. Makanya, untuk yang lain, aku hanya meng-Uninstall mereka.

"Meiko-nee? kenapa tadi berteriak?" suara seorang lelaki dari arah belakangku. Ia melihat mayat seorang wanita yang ada di belakangku, juga tubuh kami yang berlumuran darah.

"Meiko-nee! Apa yang kau telah lakukan, Kaito-nii?" Teriaknya histeris. Aku pun menusukkan pemecah es kepada anak lelaki itu, sama seperti yang aku lakukan pada wanita tadi.

"Len?" terdengar suara Rin dan Miku. Mereka melihat 2 mayat yang tergeletak tak bernyawa. Rin menangis dan berlari memeluk kembarannya. Sementara Miku terlalu shock untuk bergerak. Ia terduduk lunglai.

"Len!" Rin menangis sejadi-jadinya, memeluk tubuh kembarannya yang telah kaku.

"Jangan khawatir, Rin. Karena aku akan mengantarkanmu ketempat saudaramu itu" setelah aku mengucapkan kata-kata itu, aku menusuk punggung gadis blonde tersebut.

"Ka-kaito-nii... ke...na...pa?" tanyanya sebelum aku benar-benar menghabisinya.

"Karena kalian hidup... Sayonara, Len... Rin..."

Yang tersisa hanyalah Miku. Gadis itu benar-benar ketakutan. Air mata mengalir deras dari bola matanya yang berwarna biru.

"Ka-kaito-nii..." ia terisak. Aku hanya tersenyum sambil memperlihatkan 'senjata' yang kugunakan untuk menghabisi tiga Vocaloid, yang membuatnya semakin terisak.

"Miku... sekarang giliranmu..." bisikku pelan. Aku pun menusuk pemecah es ke jantung gadis tersebut. Membuatnya benar-benar berhenti.

Aku menatap semua korbanku. Dengan tanganku ini, aku telah menghapus mereka semua. Tidak perlu diragukan lagi...

Aku langsung bergegas pergi, menghadap Master-ku seorang.

Di Tempat Master

Aku berdiri di hadapan Master dengan bajuku yang berlumuran darah.

"Master... Sekarang, hanya ada satu Vocaloid di rumah ini... Kau akan aku dan aku seorang 'kan Master?" sambil tersenyum aku mengatakan hal itu kepada Master.

"Ka-Kaito..." Master sepertinya kaget melihatku seperti ini.

Aku berlutut di hadapan Master. "Master... aku adalah satu-satunya Vocaloid yang berada disisimu sekarang..." Aku menggangtungkan kalimatku

"Aku... mencintaimu, Master..." Lanjutku. Aku pun memejamkan mataku dan tersenyum.

Inilah... bukti kesetiaanku padamu, Master.

Suara ini... Lagu ini... Semuanya... Kuberikan hanya kepadamu...
Master-ku

~The End~