"Du Bist Lustig, Naruto!"
Disclaimer : Sudah dipastikan bukan punya saya . Tapi punyanya Mas Masashi Kishimoto
Pairing : SasuNaru
Warning : Gaje? "Udah pasti"
Typo? "banyak banget"
Rated : T *sekarang*
Fict gaje ...
menyempatkan diri buat publish ...
tak tau ini bagus apa kagak ...
maaf bila banyak typo yah ...
Gaara POV
"Hhh~" aku menghela napas, melihat seorang pemuda mungil berambut pirang, berkulit coklat dan bertanda lahir 3 garis halus dimasing-masing pipinya sedang terlelap tidur. Kepalanya terlilit perban putih dengan sedikit bercak darah disekeliling kepalanya. Sudah 2 hari sejak aku menemukannya, dia belum sadar juga.
Flashback
Ketika itu aku dan kakakku Temari sedang berjalan-jalan disebuah taman dipusat kota. Ketika hendak duduk di bangku taman, tak sengaja mataku melihat seseorang yang tergeletak dibawah rimbunan semak belukar. Karena penasaran aku pun mendekati orang itu. Kaget aku melihatnya. Pemuda yg kelihatannya lebih muda dari padaku, tergeletak tak sadarkan diri dengan kepala dan perut yg terus mengeluarkan darah. Tak banyak waktu aku buang, dengan segera aku hampiri pemuda itu. Kuambil ponsel di kantong celanaku. Ku hubungi seseorang supaya mengirimkan mobil kesini.
"Astaga, Gaara. Siapa dia? Kenapa dia terluka parah seperti itu?" tanya kakakku Temari.
Aku pun menggeleng, tanda aku tak tahu. "Aku gak tau Nee-san. Ketika aku menemukannya dia sudah seperti ini. Aku akan membawanya pulang dan mengobatinya. Bolehkan Nee-san?" tanyaku dengan tatapan seperti memohon.
"Tentu saja. Kita akan bawa pulang dia dan merawatnya." Tak berapa lama kemudian, mobil yang aku pinta pun tiba. Aku angkat tubuh yang lemah itu. 'Ringan' itu kata yang terlintas dibenakku ketika aku mengangkatnya.
End's flashback
Aku ingin dia cepat sadar, agar aku bisa menghubungi keluarganya. Mungkin sampai sekarang keluarganya cemas karena dia belum pulang-pulang juga.
"ergh" sebuah erangan menyadarkanku dari alam bawah sadarku. Aku langsung melihat kesumber suara. 'Ah, dia sudah sadar.' aku pun langsung menghampirinya.
End's Gaara POV
Pemuda berambut merah bata menghampiri pemuda yang terbaring lemah itu. Sepasang bola mata berwarna biru terbuka dari balik kelopak mata pemuda itu. Dikerjap-kerjapnya matanya itu.
"Ukh, di..mana a..ku? Ke..napa aku a..da di..sini?" perkataan yang lemah itu lah yang dia katakan setelah sadar dari pingsan lamanya. Gaara pun mendekatinya. "Si..apa kau?" tanyanya.
"Aku Gaara, Sabaku No Gaara. Aku yang menemukanmu dalam keadaan terluka dan membawamu kerumahku. Sekarang gimana perasaanmu?" tanya Gaara sedikit lega.
"Emh, yah lumayan. Cuman sedikit pusing dan terasa perih di perutku." jawabnya lemah.
"Mungkin karena terlalu banyak darah yang hilang, kamu jadi sedikit pusing. Sekarang kamu beritahu aku nama dan alamatmu, aku akan menghubungi keluargamu."
"Eh. . Ah . . Aku . . Aku . . Namaku . ." jawabnya bingung sambil memegang kepalanya yang berperban. Kemudian dia mengerang kesakitan. "Aku siapa? Namaku siapa? Keluargaku, si-a-pa?" hilanglah kesadarannya pemuda pirang itu. Gaara langsung berlari keluar, untuk memanggil dokter yang merawat pemuda itu.
.
Setelah memeriksa dengan seksama, sang dokter pun keluar. Dihampirinya sang dokter langsung oleh Gaara, "Bagaimana, Dok? Keadaannya bagaimana? Apa yang terjadi dengannya?" tanya Gaara beruntun.
Sang dokter pun menghela napas terlebih dahulu sebelum menjawab pemuda berambut merah bata itu. "Sepertinya dia kehilangan ingatannya atau biasa disebut amnesia. Wajar jika dia amnesia, luka dikepalanya sangatlah parah. Usahakan dia jangan memaksakan diri untuk mengingat jatidirinya, karena akan membuatnya sakit kepala." Gaara sedikit shock mendengar jawaban dari dokter itu. Tapi setelah itu dia pun menganggukkan kepalanya.
Setelah dokter itu kembali ke Rumah Sakit, Gaara masuk ke kamar dimana pemuda itu tertidur. Perlahan Gaara mendekati tempat tidurnya, kemudian duduk di salahsatu kursi yang tersedia di samping tempat tidur berukuran mewah. Diamatinya wajah pemuda itu, tak sengaja matanya menangkap sesuatu yang berkilau dari balik baju yang dipakainya itu. Kemudian dengan perlahan diambilnya benda berkilau itu, ternyata itu adalah seuntai liontin berbandul kristal berbentuk segilima. Didalamnya terpahat sebuah nama. Dibacanya dengan teliti nama itu, 'Naruto? Mungkin namanya adalah Naruto. Tapi itu tak cukup, aku gak tahu nama marganya siapa. Namun itu sudah lebih dari cukup.' ditinggalkannya pemuda yang bernama Naruto itu untuk beristirahat.
.
Esok paginya
Gaara POV
Pagi yang cerah. Untung hari ini masih libur. Jadi aku bisa menemaninya seharian. Sebelum kekamarnya aku mau mandi dulu, setelah itu baru aku menjenguknya.
Ketika aku masuk, aku melihat dia sudah bangun dan duduk bersandar.
"Ohayou, Kamu sudah bangun, Naruto?" tanyaku padanya.
Dia pun menoleh. "Naruto? Apakah itu namaku?" tanyanya padaku.
"Iya, aku tahu setelah melihat ukiran namamu di liontin yang kamu pakai" dia pun merogoh sesuatu dari balik baju, didapatnya sebuah liontin. "Selagi kamu tidak mengingat asalusulmu, bagaimana kalau kamu tinggal disini saja. Kamu mau kan?"
Dia terkejut setelah mendengar tawaranku. "Memangnya boleh?" tanyanya setengah tidak percaya. Sebelum aku menjawab, datanglah Temari -kakakku- sambil membawa sarapan untuk Naruto.
"Tentu saja kamu diperbolehkan. Malah kami senang kamu mau tinggal disini. Kamu gak bakalan ngerepotin asal kamu menjadi anak manis. Jadi kamu mau kan tinggal disini?" Naruto pun mengangguk.
"Aku mau, kalau itu tidak membuat kalian repot. Terimakasih sebelumnya." Nee-san berjalan mendekati kami -aku dan Naruto-
"Sekarang kamu makan dulu yah, biar kamu cepat sembuhnya." kata Nee-san sambil meletakan meja kecil berisi sarapan untuk Naruto.
"Terimakasih, Temari-san." katanya sambil tersenyum manis -sangat manis malah-
"Kamu jangan memanggil Nee-san seformal itu, panggil saja Temari Nee." mata Naruto terlihat terbelalak kemudian dia pun tersenyum manis lagi "makasih Temari-nee."
"Kyaaaaa imutnya." teriak Nee-san sambil memeluk Naruto. "Sudahlah Nee-san, Nee-san gak mau Naruto sakit lagi kan? Sekarang lepaskan Naruto dan segeralah berangkat kuliah. Hush, sana pergi." kataku dengan nada bercanda tentunya. "Huh, iya-iya. Kau jadi lebih cerewet Gaara."
"Terserahlah" kataku singkat.
Melihat aku dan kakakku yang sedang bertengkar kecil, Naruto hanya tersenyum. Akhirnya Nee-san pergi. Tinggalah aku dan Naruto berdua. Waktu kami habiskan dengan menceritakan keluarga, teman-teman dan sekolahku. Tak lupa kami pun bermain Game yang tersedia dikamar ini. Tak terasa hari sudah mulai malam. Aku menyuruh Naruto untuk segera tidur. Aku sendiri keluar dari kamar Naruto setelah memastikan bahwa Naruto sudah tertidur.
END GAARA POV
Hari ini tepat seminggu Naruto menjadi bagian dari keluarga Sabaku, kedua orangtua Gaara pun menerima Naruto dengan baik. Kakak laki-laki Gaara sudah menganggap Naruto sebagai adiknya sendiri. Bahkan Naruto sering menjadi target godaan kakaknya Gaara itu yang bernama Kankurou. Karena penerimaan baik itu lah, kondisi Naruto menjadi semakin lebih baik.
Disuatu pagi yang cerah, seluruh keluarga Sabaku berkumpul di meja makan -plus Naruto-. Akhirnya Karura -ibunya Gaara- memecah keheningan. "Bagaimana keadaanmu sekarang Naru-chan?"
"Ah iya, berkat Baa-chan dan yang lainnya keadaanku menjadi semakin lebih baik. Terimakasih." jawab Naruto dengan sebuah lengkungan dibibirnya.
"Sama-sama, malah harusnya kami yang berterimakasih, berkat keberadaanmu disini keluarga ini menjadi semakin ceria." tanggap Karura dengan senyum lembutnya.
"Ah iya Naru-chan, mungkin kamu bosan diam terus disini. Apakah kamu mau bersekolah dengan Gaara disekolahan yang sama?" tanya Temari. "Eh? Memangnya boleh? Kalau boleh aku mau banget. Abis bosan banget dirumah. Kapan bisa mulainya?"
"Besok. Soalnya hari ini kamu masih harus istirahat dan lagi pengurusannya baru beres besok."
"waiiii, makasih Jii-chan Baa-chan. Aku sayang kalian" seru Naruto dengan senyuman lebarnya.
"Dasar manja." ujar Gaara
"Biarin. Weeek, Gaara jelek." ucap Naruto sambil menjulurkan lidahnya layaknya anak kecil yang sedang bertengkar.
Esok paginya, Naruto sudah siap dengan seragam barunya.
"wah. Naru-chan. Dengan seragam itu kamu terlihat manis sekali." ucap Temari. Memang pagi ini Naruto terlihat manis dengan seragam barunya. Kemeja putih dengan blezer hitam melilit ditubuh mungilnya serta celana hitam panjang yang menutupi kaki kecil tapi jenjang itu. Sungguh perpaduan yang bagus.
"ehehehe, makasih Temari-nee." ucap Naruto sambil tersipu malu.
"Cepat habiskan sarapanmu, Naruto. Sebentar lagi kita akan berangkat." ucap Gaara datar.
"Iya-iya, Gaara bawel ah. Sabar dikit napa sich."
"Ah iya Naru-chan. Luka di perutmu masih sakit gak?" tanya Karura.
"Tidak kok. Cuman perih sedikit saja. Nanti juga hilang sendiri. Baa-chan gak usah khawatir. Aku kan anak kuat." ucap Naruto dengan senyum lebarnya. Melihat Naruto begitu, Karura hanya bisa menghela napas.
"Kalau begitu kami berangkat."
"Iya, hati-hati dijalan yah. Gaara jangan ngebut."
"Hn" setelah berpamitan mereka pun pergi.
20 menit kemudian mobil sport berwarna merah yang dikemudikan Gaara, memasuki area sekolah. Dilihat dari depan saja sudah 'wah' apalagi bagian dalamnya.
"Naruto, sebelum masuk kekelas kamu keruang kepala sekolah dulu." Gaara pun menengok ke sang objek. Yang dilihatnya Naruto hanya memberi tatapan -aku-gak-tahu-tempatnya-dimana-jadi-antar aku-kesana-yah.
"Iya-iya baiklah. Aku akan mengantarmu kesana." Naruto pun tersenyum lebar mendengar jawaban dari Gaara.
Mereka pun sampai di ruang kepala sekolah.
TOK TOK TOK
"Masuk." jawab seseorang dari dalam ruangan itu. Gaara dan Naruto pun masuk keruangan itu. Dilihatnya seorang wanita cantik berambut pirang dikuncir 2.
"Terimakasih kamu sudah mengantarnya, Gaara. Sekarang kamu boleh masuk kekelasmu. Sisanya biar aku yang urus." ucap sang kepala sekolah Tsunade.
"Kalau begitu saya permisi, Tsunade-sama." Gaara pun keluar.
"Nah bocah. Jadi namamu Naruto ya. Aku akan menempatkanmu dikelas 2-3. Sekarang tunggulah walikelasmu. Ngomong-ngomong luka dikepalamu baik-baik saja." tanyanya pada Naruto.
"humph, iya baik-baik saja. Terimakasih sudah mengkhawatirkanku Tsunade-baachan" Naruto tersenyum.
"Kau, dasar bocah. Seenaknya saja memanggilku nenek."
Tok tok tok
"Mungkin itu walikelasmu. Sekarang kau bersiaplah bocah." ucap Tsunade kepada Naruto. "Masuklah Kakashi." setelah dipersilahkan masuk, muncullah seorang pria berambut silver dan bermasker yang bernama Kakashi.
"Maaf saya terlambat Tsunade-sama. Tadi saya ada mas ..."
Belum sempat Kakashi menyelesaikan ucapannya sudah terpotong oleh ucapan Tsunade, "Sudahlah, aku bosan mendengar alasanmu yang tak masuk akal. Cepat bawa bocah ini, dia murid baru dikelasmu namanya adalah Sabaku No Naruto."
Sesaat Kakashi mengamati Naruto, kemudian tersenyum, "Ayo kita masuk kelas, Naruto-kun." Naruto merinding disekitar tengkuknya ketika mendengar ajakan yang bernada 'ganjal' dari guru barunya itu.
"Ah ba...baik sensei." kemudian guru dan murid itu keluar dari ruangan kepala sekolah setelah sebelumnya berpamitan dengan sang Kepala Sekolah.
Ruang kelas 2-3
Ruangan kelas yang sangat ribut karena sang guru belum muncul juga. Terlihat bermacam-macam anak sedang melakukan kegiatannya masing-masing. Ada yang menggosip, makan, tidur sampai melamun pun ada. Namun kegiatan mereka terhenti setelah pintu kelas mereka bergeser. Masuklah sang guru.
"Kakashi-sensei ko terlambatnya sebentar sih." ucap seorang gadis berambut pink kepada gurunya, Kakashi.
"Ah, Sakura. Tak apa kan sekali-kali datang tepat waktu."
"Tapi sensei, kami senang sekali jika sensei datang terlambat apalagi kalau sampai tidak masuk kelas." ujar seorang pemuda yang mempunyai tato segitiga di pipinya.
"Sudah-sudah. Sebenarnya bukan mauku juga datang tepat waktu Kiba, tapi karena ada murid baru jadi harus datang pagi."
"Murid baru? Cewek ato cowok sensei. Manis gak? Cakep gak? Pintar gak? Kaya gak? Tapi pastinya gak bisa ngalahin Sasuke-kun kan?" teriak Sakura.
Merasa disebut namanya seorang cowok dengan model rambut aneh berwarna hitam yang tak kalah hitamnya dengan bola matanya. Kulitnya yang putih serta tingginya yang pas untuk ukuran cowok. Tak lupa tubuhnya yang kekar menambah pesona sang pemuda tersebut hanya bergumam tak jelas. Dia adalah si bungsu Uchiha, Uchiha Sasuke.
"Tenanglah. Hei Sakura, kuberi tahu kau sedikit mengenai dia. Dia cowok namun selebihnya kamu lihat sendiri. Naruto masuklah."
Setelah sang murid baru alias Naruto masuk. Tiba-tiba keadaan kelas menjadi sunyi, sepi senyap. Dilihatnya semua murid disana menahan napas ketika melihat makhluk yang ada didepan kelas.
'Manusia apa Malaikat sih. Manis banget' batin semua murid -minus Kakashi-. "Nah Naruto perkenalkanlah dirimu kepada teman-teman barumu." Naruto pun hanya mengangguk.
Dia berjalan ke dekat Kakashi. Sebelumnya menarik napas terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Hai semua. Perkenalkan namaku Sabaku no Naruto. Aku murid baru disini. Salam kenal." ucapnya dengan suara lembut dan tersenyum manis.
Blush.
Semua orang merona berjamaah.
"Naruto mungkin kamu bingung dengan teman-teman barumu. Lebih baik kau hiraukan saja mereka. Sekarang duduklah di meja kosong itu." Kakashi menunjuk meja kosong yang ternyata mejanya sang pemuda tampan, Sasuke. Naruto berjalan menuju Sasuke -lebih tepat mejanya yang dekat dengan Sasuke- yang masih dalam keadaan merona. Setelah Naruto duduk, dia mencoba menyapa Sasuke.
"Hai, aku Naruto. Salam kenal yah, eng"
"Sasuke, Uchiha Sasuke." jawab Sasuke yang telah berhasil menghilangkan rona merah di pipinya. Percakapan singkat itu pun berhenti tatkala Kakashi sensei berdehem.
Istirahat
Bunyi bel istirahat terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Mendengar bunyi itu, sorak sorai dari para murid terdengar. Mereka pada berhamburan keluar. Terkecuali kelas 2-3, semua murid disana bukannya pergi ke kantin tapi malah menghampiri meja Naruto.
"Hei Naru-chan kenalkan namaku Sai. Kamu manis sekali sih." mendengar dia dipanggil manis Naruto hanya ber-blushing ria.
"Hei Naruto, kamu adiknya Gaara-senpai ya. Terus kepalamu kenapa? Sepertinya sakit sekali." tanya seorang perempuan berambut ungu, Conan. Refleks Naruto memegang pelipisnya.
"Ah ini ya. Iya lumayanlah, gak sesakit minggu lalu. Emh, sebenarnya aku bukan adiknya Gaara. Ceritanya panjang, jadi aku akan memberi tahu intinya saja. Seminggu yang lalu Gaara menemukanku dalam keadaan terluka parah dan membawaku kerumahnya. Aku dirawatnya, 2 hari aku tak sadarkan diri. Namun di hari ke 3 aku sadar, tapi aku tak mengingat siapa diriku. Kemudian Gaara dan Temari-nee memintaku tinggal disana sampai aku ingat. Begitulah ceritanya." Naruto menghela napas karena sudah berbicara panjang lebar seperti itu.
"oooh jadi begitu toh." semua yang mendengar berita Naruto hanya ber-oh saja.
"Kamu beruntung ya bisa bertemu dan berbicara dengan Gaara senpai setiap hari." ucap Conan.
"Ah biasa saja. Dia itu pelit bicara. Tapi waktu pertama kali bertemu Gaara, dia ramah sekali. Namun sekarang dia ber-"
"Ber- apa Na-Ru-To" tiba-tiba Gaara sudah ada dibelakang Naruto. Naruto melihat ke belakang dengan gerakan patah-patah seperti robot.
"Eh? A-ha-ha hai ..." Naruto tertawa hambar.
