Akhirnya tahu juga cara edit Fic yang gak sengaja ke posting.

Tank U Googleeng Sensei

...

Sebelumya, Saya mohon Bantuannya. Di karenakan Saya masih baru dan pastinya banyak kesalahan. Mohon berikan Saran dan Kritiknya.

Chapter 1 : Awal

Suatu hari di sebuah desa, begitu damai dan tentram.
Langit malam yang cerah di hiasi bulan dan bintang yang menghiasi malam. Angin berhembus menerpa pohon dengan lembut menyentuh dahan pepohonan sehingga terlihat melambai-lambai dan menerbangkan daun yang terlepas dari dahannya. Terlihat warga desa yang berlalu-lalang di pusat kota yang begitu ramai, dengan berbagai aktivitasnya. Lampu-lampu yang menyala terang di setiap toko-toko dan rumah-rumah menghiasi kota pada malam yang indah ini.
Namun, suatu ketika hal yang tak diinginkan pun terjadi.

BBUUffffSSSHHHH!

Muncul asap putih yang besar membumbung tinggi di pusat kota itu, disertai angin yang sangat kencang mampu menerbangkan rumah dan orang-orang di sekitarnya. Kayu-kayu dan kaca di setiap toko dan rumah sekitar berterbangan kesegala arah menjadi serpihan. Orang-orang di sekitar tempat kejadian tersebut tersungkur jatuh akibat hembusan kencang angin tersebut, mereka semua memandang kaget dan heran dengan kejadian tersebut.

"Apa itu!" teriak salah seorang warga dengan wajah terheran-heran.
"Getaran dan anginnya sangat kencang, apakah itu ledakan dari sebuah BOM?!"
"Asap putih apa itu?" hampir seluruh warga mencoba mengemukakan pendapatnya.
"Semuanyaa larrii…!" teriak seorang warga memberi peringatan pada warga yang lain.
Beberapa shinobi datang, mencoba mendekat untuk memastikan apa yang terjadi.

"Semuanya..! cepat menjauh dari tempat ini!" Salah seorang shinobi desa berteriak untuk memperingatkan warga desa.
"Bantu para warga untuk menjauh dari sini! Dan amankan area tempat kejadian, utamakan keselamatan warga!" perintah salah satu shinobi pada beberapa rekan yang datang ke tempat kejadian.
"Baik!" jawab serentak.
Mereka pun bergegas melaksanakan perintah itu.
"Cepat selamatkan diri kalian" intruksi para shinobi desa kepada para warga yang berbondong-bondong menjauh dari area kejadian aneh itu.

Salah satu shinobi yang memberi perintah terhadap rekannya tadi, mencoba lebih mendekati kepulan asap putih itu, mengamati dengan seksama kepulan asap putih itu yang semakin lama semakin menipis sehingga terlihat bayangan hitam raksasa tinggi besar. Dari kejauhan warga yang melihat menyipitkan mata, melihat sosok bayangan besar itu yang masih terselimuti asap besar yang muncul entah sebabnya dan dari mana.
Salah seorang shinobi yang berdiri di sebuah menara pengawas yang jauh dari tempat kejadian, melihat dengan seksama menggunakkan teropong panjang dengan satu lubang untuk memperjelas penglihatannya pada sosok di balik asap itu.
Dia putar bagian ujung kepala teropong itu untuk memperbesar jarak pandang.

Trrrrkkk..

GRRROOOOOAAAARRRRR…!

Dengan sekali rauman yang amat keras berhembus angin yang sangat kencang, menciptakkan gelombang udara dengan daya kejut yang menghempas kuat. Kembali menerbangkan serpihan kayu dan kaca dan asap putih yang menyelubungi pun hilang.
Dan memperlihatkan sesosok makhluk yaitu.

"KYUUUUBBBIII" teriak hampir semua warga yang melihat.
"KYAAAAAAA!"
"LARRRIIIII!"
"Aaagghhhhh"

Semua orang berteriak cemas, takut, kaget, dan tak percaya. Di malam yang cerah, bulan purnama yang terang benderang menjadi background yang indah pada malam itu. Desa yang tadinya damai tentram. Kini, semua berubah dalam sekejap, menjadi malam yang mencekam karena kedatangan makhluk yang paling tidak diinginkan kehadirannya.

Setiap warga dan para shinobi penjaga desa, dari chunin hingga seluruhnya yang melihat membulatkan mata dan menggelengkan kepala, ada yang terduduk jatuh karena kaki yang bergetar karena takut, keringat dingin membasahi wajah, dan terkejut.

"Tak mungkin…!?" gumam salah seorang shinobi yang tadi mendekati tempat kejadian, tak percaya melihat apa yang ada di depan matanya.
"Kyuubii" nada lirih sang shinobi pun menyebut nama makhluk yang mengerikan dengan amat pelan saking keringat dingin terlihat di pelipis wajahnya.

badan bergetar hebat karena rasa takut yang mencekam dirinya. Dari sudut pandang shinobi itu, iya membulatkan mata akan sosok monster di depannya yang begitu besar, makhluk berwarna orange yang menyelimuti sebagian besar tubuhnya yang berbulu, dan warna hitam menghiasi sekeliling kelopak matanya, matanya yang menyeramkan berwarna merah dan pupil berbentuk elips vertical berwarna hitam.

BRROOOARRRRR!

Kyuubi pun meraum di depan kedua matanya. Lalu mengangkat tangan kanan yang besar dan cakar-cakar tajam menghiasi jemarinya yang terlihat kuat. Dan bersiap menyerang shinobi tersebut.
"heh, ini lah akhir hidupku"
Shinobi itu bergumam pada dirinya sendiri dan pasrah apa yang akan terjadi padanya.

Dalam sekejap.

WUUUSSHHH

"HWAAAHHHH… ! HAHH…HAHH"…
Teriak seorang bocah bersurai kuning, yang terbangunkan oleh mimpi buruknya.
"Ternyata hanya mimpi." gumam sang bocah kuning.

Dengan nafas yang terengah-engah dan keringat mengalir dari pelipisnya. Mencoba untuk bangun dari posisi tidurnya dan duduk di pinggiran kasurnya.
Sambil memegang dadanya yang berdetak kencang dengan tangan kanannya, lalu mengelusnya secara perlahan mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia melirik kearah jendela, melihat suasana yang masih malam dan bulan begitu terang.
"Mimpi ini aneh.." gumamnya.

...

Keesokan paginya.

Di akademi.

"Yahh baiklah anak-anak. Untuk pelajaran kali, ini kita akan mempraktekan jutsu -henge-" kata seorang Sensei dengan luka garis di atas hidungnya.
"Seperti teorinya yang sudah di jelaskan minggu lalu. Dan semoga kalian sudah mempelajarinya di rumah" lanjutnya.
"Nah, sekarang akan aku contohkan terlebih dahulu kepada kalian sekali, dan perhatikan baik-baik" jelasnya.
"baik, Iruka sensei!?" jawab anak-anak muridnya serentak.

Dan iruka pun membuat handseal dengan tangannya yang menyatu, lalu.
POOF..!

Kepulan asap pun muncul, dan nampaklah sesosok orang Tua yang mereka kenal sebagai Sandaime Hokage, lengkap dengan pakaian hokagenya. Tak lama kemudian.
POOF..!

Kembali lagi seperti semula setelah diikuti kepulan asap putih.

"Oooohhhh..!?" komentar anak-anak muridnya dengan ber-oh ria.
"Kerrrrrr, zzzzZZZ" terdengar suara dengkuran dari arah belakang. Dan semua penghuni kelas pun menoleh kearah sumber suara yang berada paling belakang.
"Hahhh~.." iruka hanya menghela nafas kecewa , melihat bocah yang tertidur pula situ.
'Dia lagi' batin iruka yang tak aneh dengan kelakuan anak didiknya yang satu itu.

"Hey, shika bangun!" bisik bocah gemuk yang memiliki tanda pusaran angin di kedua pipinya, mencoba membangunkan temannya yang tertidur di sebelah kirinya sambil menggoyangkan badannya dengan tangan kirinya.

Sontak bocah dengan nama lengkap Nara Shikamaru itu, terbangun dan memperlihatkan model rambut seperti nanas berwarna hitam. Iruka yang melihat bocah nanas itu bangun hanya bisa berdehem ria, mencoba memperingatkan.
"Ehhemm!. Ehemm..!"

"Hooaaammmhh..." Shikamaru pun menguap dengan nikmatnya sambil mengacak kepala bagian depan. Dengan mata yang berair si bocah nanas menoleh kearah teman sebelahnya yang membangunkan.
"Ada.. apa Chouji, hwaammh..." tanya shikamaru sambil menguap ala naga tepat di wajah chouji.
Chouji pun menjauhkan mukanya sedikit ke belakang, menghindari serangan shikamaru. Shikamaru hanya memiringkan kepala bingung dengan tingkah Chouji.

"Apa sudah waktunya pulang?" tanya bocah nanas itu pada chouji.
"Belum Shikamaru ta-" jawab Chouji yang mau menjelaskan, di potong oleh shikamaru dengan.
"Ohhh…Hwaammhh" hanya ber-oh ria sambil menguap, dengan wajah tanpa dosa Shika melanjutkan tidurnya.

Chouji dan semua penghuni kelas hanya memandang lesu kearah Shikamaru dan langsung memandang ngeri kearah Senseinya. Yang sudah mengepalkan tangannya yang mulai berurat dan gigi-gigi yang mengerat kuat.

Dusshh~

TTiba-tiba.

"BANGUN BOCAH PEMALASSSS…!" Iruka sudah berada di dekat Shikamaru dengan shusin dan menjewer telinga bocah pemalas itu dan berteriak di dekat telinganya.

Shikamaru yang mendapat serangan tiba-tiba itu sontak langsung kaget, berdiri dengan badan bergetar hebat. Iruka yang sudah merasa puas melepas kekesalannya, lalu, bersidekap dada dan menghembuskan asap di hidungnya, tak lupa urat-uratnya muncul menghiasi pelipisnya.
"Sudah puas tidurnya, hahh" kata Iruka Sensei sedikit memberi penekanan, dengan wajah kesal.

"Bel- eh su-sudah Sensei!?" dengan tergagap diikuti badan yang masih bergetar, seperti nyawa terlepas setengah.

Chouji dan yang lainnya hanya memandang kasihan pada Shikamaru den ngeri pada Senseinya yang sudah terbakar amarahnya.

"Coba Kamu praktekkan jutsu henge, se- ka-rang" perintah Iruka yang masih dengan tampang sangarnya. Dan Shika yang nyawanya masih setengah karena belum sadar sepenuhnya Ia hanya menjawab.
"Hahh ap~" namun terpotong oleh tatapan membunuh Senseinya. Shika pun menoleh kearah Chouji dengan mata sebelah yang menyipit dengan kuat, mencoba meminta penjelasan.

'Maksudnya apa?'

Chouji mengerti dan menjelaskan.
"Henge, Kau harus merubah Diri Mu, seperti Sandaime-sama." bisik Chouji lalu melirik sekilas Iruka sambil cengengesan gak jelas.

"Hehehe".

Iruka hanya melotot kearah Chouji dan kembali men'death glare' Shika.
"Ayo cepat..!" perintah Iruka dengan tampang masih masih kesal.

Shika pun berdiri dan berjalan menuju depan kelas diikuti sang Sensei yang berjalan dibelakangnya, sambil bertolak pinggang. Setelah di depan, Shika masih menguap dan menggaruk kepala nanasnya.
'Dasar murid durhaka' batin seorang murid dengan tato segitiga berwarna merah di kedua pipi sambil bersidekap tangan di atas meja yang sedari tadi memperhatikan tingkah Shikamaru.

"Lakukan sekarang, teorinya sudah Ku jelaskan minggu lalu" kata Iruka Sensei yang masih berkacak pinggang di sebelah kiri Shika.
"Hwaaammhh mendokusai ne" gumam Shika tak sambil menutup mulutnya yang menguap. Sedangkan Iruka hanya mendengus kesal.

'Tukang tidur itu, mana mungkin bisa melakukannya, heh!?' batin gadis bersurai kuning pucat pendek bermata aquamarine, meremehkan.

Dengan mata yang melihat ke atas, sedikit menyipit kuat. Shika mencoba mengingat sesuatu serta tangan yang mebentuk handseal, dan..

"Henge" Shika melafalkan mantranya.
POOF..

Terlihatlah sesosok Sandaime Hokage lengkap dengan atribut Hokagenya, tak lupa dengan pipa rokok di mulutnya, benar-benar mirip. Setelah asap yang muncul itu hilang. Tak lama kemudian.
POOF..

Shikamaru pun kembali seperti semula diikuti asap putih yang mulai menghilang.
Dengan muka malas, bocah rambut nanas itu melirik ke arah Senseinya yang tengah membulatkan mata takjub, pada muridnya yang pemalas itu.
'Sempurna' batin Iruka.

Melihat Shika yang meliriknya, Iruka mencoba tuk terlihat biasa-biasa saja.

"Yah.. yah.. bagus" komentar Iruka. Dan murid-murid yang lainnya pun takjub tak menyangka.
"Hebat, Shika!" teriak salah satu temannya.
"Sugoii, mirip sekalii" beberapa teman sekelasnya silih berganti memberikan komentarnya masing-masing.
Ada juga yang berkomentar sinis, seperti bocah bertato dan gadis pirang pucat.

'Bagaimana bisa si tukang tidur itu' batin mereka berdua.

Shikamaru yang jadi pusat perhatian hanya menanggapinya dengan muka malas, tak lupa rasa kantuk yang masih terlihat.
"Huhh" dengusan bocah dengan rambut model raven warna hitam.

'Padahal kerjaannya cuman tidur saja, tapi dia mampu melakukan jutsu itu dengan sempurna' batin Iruka berkomenar. Suasana kelas tersebut seketika terdengar ramai.
"Ehemm..ehemm!" lalu, Iruka mencoba menormalkan suasana yang sedikit gaduh tersebut dengan berdehem ria.
"Baiklah Shikamaru, kembali ke tempat mu" perintah Iruka pada Shika.
"Ha'i Sensei, hwaammh" jawab Shika sambil menguap, tak lupa sambil menggaruk kepalanya dengan malas dan berjalan menuju tampat duduknya.

'Ya Ampun. bocah itu' batin Iruka melihat tingkah anak muridnya yang berkepala nanas tersebut.
"Hahhh, baiklah. sekarang giliran kalian, maju ke depan semuanya!" Iruka pun memberi perintah pada semua murid-muridnya.
Kecuali si nanas pemalas itu.

...

Di lain tempat.

Terlihat bocah berambut kuning cerah berusia 7 tahun, dia sedang terduduk di salah satu ayunan taman konoha sendiri. Terlihat dari expresinya itu, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu diusianya yang masih dini.

Dia hanya terduduk diam dan mengingat-ingat mimpinya semalam. Dia berpikir apa ini sesuatu pertanda atau hanya mimpi biasa seperti mimpi-mimpi yang lainnya yang pernah ia alami.

"Aku berharap ini hanya mimpi, dan tidak lebih" harapnya yang terucap dari bibirnya.
"Hahh, lebih baik tak usah memikirkannya ttebayo" gumamnya.

Krruuk
Terdengar suara gemuruh, padahal sore ini langit cerah.

"Euuhh, perut ku lapar~~" kata bocah kuning itu sambil mengelus perutnya yang mengeluarkan bunyi karena minta diisi. Mukanya yang terlihat lesu sambil memejamkan mata ciri khasnya.
Dia pun berdiri mengangkat kedua tangannya.

"Yosh, dari pada mikirin mimpi aneh itu, lebih baik mikirin perut dlu ttebayo" katanya dengan nada penuh semangat.
"Ichiraku Ramen, aku datang" teriaknya dan langsung ambil langkah seribu diikuti kepulan asap debu.

...

Di waktu yang sama.

Pusat kota Desa Konoha.

Barisan toko-toko yang berjejer rapi, dengan macam ragam barang, makanan dan kebutuhan lainnya yang di jajakan di setiap toko. Banyak kedai makanan di sepanjang jalan dan restoran dengan berbagai jenis masakan yang di tawarkan, begitu menggoda selera yang tercium dari bau yang begitu harum.

Terdengar teriakan dari para pedagang yang mencoba menarik para pengunjung yang berlalu lalang. Ikut meramaikan suasana pusat perbelanjaan itu.
Banyak warga yang datang dari penjuru Desa dan dari berbagai kalangandatang ke tempat itu dengan berbagai keperluannya masing-masing. Seperti belanja kebutuhan rumah, dapur, pakaian ataupun yang sengaja mampir untuk mencoba berbagai kuliner yang ditawarkan. Dan ada juga orang-orang yang sekedar berjalan-jalan saja untuk mengisi waku luang pada sore yang cerah itu.

Seperti seorang pria dewasa yang sedang menggandeng tangan kiri seorang gadis kecil, yang begitu manis dengan rambut model indigo pendek. Mereka berdua berjalan beriringan dengan mengenakan kimono berwarna putih dan kain yang mengikat pinggang mereka berwarna abu-abu.

Sesekali pria itu melirik kearah gadis kecil disebelah kanannya, yang tampak begitu senang. Terlihat begitu menikmati suasananya. Pria itu tersenyum melihat tingkah gadis itu.
"Hinata-sama" panggil pria itu pada gadis yang bernama Hinata itu.

Matanya yang berwarna ungu pucat itu pun melirik kearah pria yang memanggilnya.

"Ummmhh" jawab hinata dan mengangguk singkat sambil menaruh telunjuk tangan kirinya di bawah bibir mungilnya.
"Apa anda senang, Hinata-sama" Tanya pria itu yang memiliki mata yang sama.
"Hu'umm Ko'..!?" jawab Hinata sambil menganggukan kepalanya dan tersenyum begitu manisnya.
"Syukurlah..?" kata Ko' sambil membalas senyuman Hinata.

Lalu, mereka pun kembali dengan kegiatannya masing-masing, melihat-lihat suasana jalan yang begitu ramai.

Sebenarnya Hinata hampir tidak pernah keluar rumah. Ia lebih sering menghabiskan waktunya dengan berlatih di rumah. Karena sudah peraturan dari sang ayah. Tapi untuk kali ini Hinata di izinkan keluar, itu karena Ko' yang meminta izin pada ayah Hinata Untuk mengajaknya keluar sekedar jalan-jalan.

Ko' pun melirik kearah gadis kecil di sebelahnya. Ko' menatapnya sambil tersenyum namun senyumannya itu terlihat sendu dari raut wajahnya.

Mengingat Hinata adalah anak sulung dari tuannya Hiashi, pemimpin Klan Hyuga yang berasal dari golongan atas sebagai kepala keluarga dari Klan tersebut. Dan Ko' sendiri berasal dari klan hyuga hanya saja Ko' berasal dari golangan bawah atau keluarga cabang yang sekarang sebagai penjaga Hianata.

Klan Hyuga adalah salah satu Klan tertua dan terkemuka di Desa Konoha, yang mewarisi kekuatan Kekkei Genkai yang terletak pada matanya yang berwarna ungu pucat seperti halnya Klan Uciha.

Konon katanya, kekuatan mata Klan Hyuga yang biasa disebut Byakugan, termasuk kekuatan yang ditakuti dan juga, sekaligus diincar oleh Negara atau Desa lain untuk mereka miliki kekuatannya. Oleh karena itu, di buatlah sebuah aturan yang di buat tetua terdahulu Klan Hyuga.

Dengan menetapkan Kepala keluarga sebagai keluarga utama dan keluarga cabang sebagai turunannya atau penerus.
Itu dilakukan demi menjaga rahasia kekuatan Byakugan itu sendiri. Andaikan Desa lain dapat mencuri mata itu. namun, tetap saja mereka tak bisa menggunakan kekuatan yang sebenarnya dari mata itu secara utuh.

Maka dari itu, Hinata yang berasal dari keluarga atas, sebagai anak pertama dari Hiashi, pemimpin Klan Hyuga. Di tuntut untuk bisa mewarisi rahasia dari kekuatan byakugan itu sendiri dan menguasainya. Itu dilakukan agar, kekuatan sejati Hyuga tetap terjaga sampai generasi seterusnya dan menggantikan Hiashi suatu saat nanti.

Akan tetapi, dalam benak Ko', Hiashi terlalu keras dalam mendidik dan memperlakukan anak gadisnya yang terpaut masih kecil. Hinata yang berusaha keras berlatih dan selalu berusaha menuruti kemauan ayahnya. Namun, Hiashi tidak pernah melihat itu, Hiashi selalu merasa Hinata sangat jauh dari harapannya sebagai pewaris dan calon pemimpin. Bahkan Hinata pun dianggap keturunan yang gagal karena menurut Hiashi sendiri Hinata tidak berbakat.

Dan pahitnya, Hinata yang berasal dari keluarga utama tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya. Terlebih semenjak ditinggal mendiang ibunya, Ia tidak pernah merasakan lagi hangatnya sebuah keluarga.

Saat itulah Ko' diperintahkan Hiashi sebagai penjaga Hinata, Ko' yang sudah lama menjaga Hinata sangat tulus dan menyayangi Hinata seperti adiknya sendiri. Ko' selalu berusaha agar Hinata selalu bahagia, bagaimana pun caranya. Karena Ko' tau bahwa Hinata merasa terbebani dengan masalahnya dan butuh perhatian lebih, dan itulah tugas Ko' sebagai penjaga, bukan hanya melindunginya. tapi, menyayanginya sepenuh hati.

"Ko'…" terdengar suara masuk ketelinga Ko' yang membuyarkan lamunannya dan ternyata itu suara Hinata yang memanggilnya.
"Hemm, ada apa Hinata-sama?" Ko' pun menjawab dan melirik Hinata.
"Ano.. Kau lihat anak yang berambut kuning itu" kata Hinata menunjuk kearah bocah kuning tersebut yang sedang berlari kearahnya.
Ko' pun mengalihkan pandangannya pada bocah yang di tunjuk Hinata.

"Emmhh, kenapa emangnya?" jawab Ko' sambil manggut-manggut dan menoleh kembali kearah Hinata.
Pandangan Hinata tak lepas dari bocah pemilik rambut berwarna kuning cerah tersebut yang tengah berlari dan melewati mereka berdua.
Terdengar perbincangan yang masuk ke telinga Hinata begitu juga Ko'.

"Lihat bocah monster itu!?"
"Iya aku lihat"
"Dasar monster"
"Anak monster"

Hampir seluruh pengunjung disekitar, menggumamkan kata 'Monster', Hinata pun melirik satu persatu dan melihat orang-orang yang berbicara disekelilingnya. Yang Hinata yakini tatapan mereka tertuju pada bocah itu, dari sorot mata mereka terlihat begitu tak suka dengan kehadiran bocah itu.
Hinata memandang heran pada orang-orang di sekelilingnya dan kembali memperhatikan bocah kuning yang sedang berlari sambil menutup telinga dengan tangan mungilnya.

Tiba-tiba.

GEDEBBUGG…!

Bocah kuning itu pun terjatuh dan terseret kedepan, SREKKK!

'Ya ampun' batin Hinata.

Hinata yang tidak jauh dari bocah kuning itu terjatuh, reflek berniat membantu bocah kuning itu untuk berdiri, namun.
"Jangan, Hinata-sama" kata Ko' memperingatkan Hinata dan menahan tangan hinata yang masih iya genggam.
Hinata melirik kearah Ko' dengan wajah heran.
"ano, tapi.." Hinata mencoba membantah, namun, iya tak bisa. Ia pun tertunduk dengan telunjuk kanan di bawah bibirnya.

"Hiashi-sama pasti sudah menunggu, lebih baik kita segera pulang" jelas Ko' beralasan.

Hinata hanya mengangguk dan segera berjalan mengikuti Ko' di sampingnya. Kepala Hinata tertunduk dan menoleh kearah bocah kuning yang tengah mencoba berdiri dari jatuhnya, terlihat raut wajah Hinata yang sedih melihat bocah kuning tersebut, yang diperlakukan seperti itu.

Tak ada yang memperdulikannya, seakan-akan Hinata sendiri mengerti apa yang di rasakan bocah kuning tersebut dan kenapa di juluki monster.
Hinata ingin sekali menolongnya namun tak bisa, karena Hinata tidak bisa membantah Ko', walaupun Ko' sekedar penjaganya dan tidak lebih. Tetap saja Hinata takut kalo Ko' marah padanya.

Hinata kembali menatap lurus membelakangi bocah kuning itu. Dan sepertinya masih terdengar comoohan monster dari mulut orang-orang itu.
'Gomene..' batin Hinata sambil berjalan dan memejamkan matanya erat-erat tanda perihatin dan tak bisa bisa berbuat apa-apa.

Kemudian terdengar teriakan.

"BERIISSIIIKKK…!".

Hinata pun membuka matanya dan berhenti berjalan, menoleh kearah sumber suara di belakangnya terlihat bocah kuning itu berdiri sambil terengah-engah, Hinata membalikkan badan menghadap sang bocah kuning itu, begitu juga dengan Ko'.

"AKU BUKAN MONSTER!, NAMAKU ADALAH UZUMAKI NARUTO..!" teriak bocah kuning itu dengan mata terpejam kuat-kuat.

"SUATU SAAT NANTI NAMA ITULAH YANG AKAN MENJADI HOKAGE, INGAT ITU…!"

Teriak bocah kuning yang bernama Naruto dengan lantang dan berani. Lalu kembali berlari meninggalkan dan menjauh dari tempat itu.

Hinata yang mendengar teriakan Naruto pun terkejut. Menurut Hinata sendiri itu sangat berani, seperti menantang cemoohan dan gunjingan orang-orang itu terhadap Naruto. Hinata berpikir bahwa apa yang dikatakan Naruto tadi adalah ingin membuktikan dirinya bahwa cacian dan ketidak pedulian warga terhadapnya adalah pemicu semangat dan kata-kata itulah sebagai janji yang akan ia buktikan.

Ko' yang melihat expresi wajah Hinata hanya tersenyum.

"Ayo kita pulang Hinata-sama" ajaknya pada gadis yang tak hentinya memperlihatkan rasa terkejutnya.
"Hu'umh" jawab Hinata sambil mengangguk.

Hinata berbalik dan berjalan mengikuti Ko', terlihat expresinya berubah.
'Sepertinya Anda mengerti, bahwasannya ada orang lain yang kehidupannya lebih sulit dari pada anda, tapi masih mempunyai tekad untuk merubahnya dan percaya dengan tujuannya' Batin Ko' dengas senyuman terukir di wajahnya.

Hinata melirik sekali lagi kearah Naruto yang sudah menjauh dan hilang dari pandangan matanya. Lalu kembali dan berjalan lurus kedepan, bersama Ko' berjalan beriringan untuk segera pulang.
Tak lupa tangan Hinata yang di genggam oleh tangan Ko'.

TBC