(pasca)Adolesens
Cast : TaeKook with others
Genre : Slice of life, school life with bit romance and humor
Disclaimer : I just own plot and story
Summary :
"Setelah penolakan cintanya yang pertama, lantas hal tersebut membuat Taehyung menjadi berubah. Dan suatu ketika Jungkook mendobrak pintu rasional yang sebenarnya hanyalah ilusi. Karena dasarnya mereka berada di atas realita."
Happy Reading!
Bagian I : Adolesens
Hitam, kumal, wajah cuek dengan minim ekspresi, dan kepala lebih sering menunduk. Itulah gambaran singkat seorang Kim Taehyung ketika dirinya masih berada di bangku SMP. Masa peralihan bocah menuju remaja yang sama-sama dalam kondisi labil dan buta akan arah hidup sendiri.
Kehidupan yang lebih didominasi interaksi bersama benda mati ketimbang manusia. Terlewat satu, itu pun hanya kucing anggora kesayangannya di rumah yang selalu sabar mendengar ocehannya yang begitu berlogika.
Tapi, begini pun Taehyung hanyalah anak-anak yang berada di masa peralihan seperti yang lainnya. Katanya, sih, jatuh cinta. Cinta monyet. Menyukai seorang anak gadis bintang kelas yang pantas bersanding dengan pangeran sekolah.
Tapi, Taehyung sama seperti bocah laki-laki lainnya. Punya nyali dan kemampuan buta membaca realita. Ketika gadis cantik jelita harus berdampingan dengan itik jantan buruk rupa. Hell, ini zaman di mana dongeng sudah dianggap sebagai sarana delusi belaka. Lagian, siapa yang mau? Apa yang Taehyung punya dan patut dibanggakan?
"Yeri-ah, maukah kau menjadi kekasihku?"
Sore hari, dengan latar senja. Sudah sejenis dengan adegan di tiap latar anime. Rasa-rasanya kurang jawaban iya dan suasana romantis. Di sini tidak ada sama sekali. Yang ada hanya keheningan, setelah Taehyung dengan sedikit paksa mengajak gadis bernama Yeri untuk mengikutinya ke belakang gudang. Kemudian segera mengatakan apa maksudnya, kecanggungan yang timbul tidak membuat mata Taehyung terbuka pada realita.
"Aku tidak bisa."
"Kenapa?"
Kim Yeri tepat seperti gadis lainnya. Dia juga masih berada pada masa peralihan menuju remaja. Namun, bedanya dia adalah gadis ceria nan pemberani.
"Kau jelek, Taehyung."
Penolakan pertama dari sebuah cinta pertama. Sore menjadikan Taehyung terdiam, memandang ke arah senja yang menonton. Setelah Yeri pergi meninggalkan dengan senyum kecut yang rupanya terasa pahit plus sesak baginya. Helaan napasnya menandakan dia lelah, lelah ketika ulangan Fisika di jam terakhir lalu dilanjutkan penolakan yang dirasa begitu cepat dan singkat.
Singkat, padat, dan jelas. Terakhir, sakit dan nyeri.
Hembusan angin memainkan rambut hitamnya yang berantakan. Tak peduli dengan lipatan lengannya yang sudah basah karena gugup sejak ulangan Fisika berakhir. Semuanya terasa hambar, tidak berwarna dan kesemuanya seketika terasa menyebalkan baginya.
Hah, apa begini rasanya ditolak?
Kisah hidupnya berjalan terus. Hingga jenjang SMA. Masa yang katanya sudah sepenuhnya remaja, sedang beralih lagi menuju kedewasaan di penghujung angka dua di kepala umur. Kim Taehyung yang SMP boleh dikatakan berbeda dengan SMA. Apa perbedannya? Tidak begitu signifikan.
Kulitnya sudah tidak begitu gelap, akibat terlalu lama di dalam ruangan. Kepalanya tidak lagi sering menunduk, hanya saja pandangannya kosong tanpa tujuan. Sisanya? Silakan tanyakan pada satu angkatan, siapa yang tak kenal dengannya. Mungkin ada.
Si Manusia Kaku juara olimpiade fisika, penggila anime dan game. Satu kata untuk Taehyung: ajaib.
Teman sekelasnya selalu menduga bahwa Taehyung adalah titisan seorang dewa. Diberi sebuah otak yang mampu berpikir di luar pemikiran mereka. Menemukan jawaban yang sama dengan jalan yang berbeda. Tidur di saat pelajaran dan lolos dari garis remedial. Apa yang patut dibenci darinya? Hanya kekakuan dan autismenya pada sesama manusia.
Bagi teman sekelasnya. Diam dan menyontek lebih baik daripada berbicara dengan Taehyung. Bagi Taehyung, berbicara dengan Mocca kucingnya lebih asyik ketimbang berdiskusi dengan teman sekelasnya.
Taehyung tidak pernah meminta untuk terkenal. Tetapi banyak murid yang tahu soal dirinya: si autisme yang antisosial. Padahal, kenyataannya beda tipis.
Dan, cinta adalah hal yang Taehyung buang jauh-jauh. Penyebab dirinya seperti sekarang dan kemunculan cerita ini.
Jeon Jungkook boleh dikatakan siswa yang tidak begitu berprestasi. Masuk sekolah sehari penuh pun dia sudah bahagia. Selalu sibuk dengan dispen sehingga guru-guru kerap kali mengeluh karena kehadirannya. Jungkook tak pernah menyesal apalagi mengeluh. Sudah biasa baru masuk segera ulangan karena waktunya yang bertepatan. Menurutnya, masa SMA cukup dinikmati apadanya.
OSIS dan kleb seni. Mungkin hanya dirinya yang segila itu. Aktif dalan OSIS sebagai wakil ketua sementara dirinya sendiri juga merangkap kedua klub seni dengan total divisi belasan. Dirinya sudah seperti manusia multitasking tipe 9.9.
Namun, Jeon Jungkook tetaplah memiliki kekurangan—selain pretasi akademiknya—di samping kelebihannya dalam organisasi. Sesupel apa pun dia berteman, rupanya ada murid sekolah yang tidak berada pada jangkauannya untuk dikenali.
"Kim Taehyung itu yang mana?" Jungkook akan selaku bertanya demikian jika teman sekelasnya ada yang menyebut-nyebut nama itu.
Nama yang pernah dia dengar saat pengumuman juara kelas di kelas pertama. Rupanya orang itu cukup punya pamor di lingkungan pertemanannya. Hanya saja, Jungkook yang kurang memperhatikan atau memang dia tidak pernah memperhatikan.
"Anak olimpiade fisika. Kau harus tahu, Kook. Dia sebenarnya pintar hanya saja ya…," ungkap Irene di akhir kalimat tak selesai. Kemudian menatapa Jennie yang tersenyum dengan angkuhanya.
"Tampangnya dan kelakuannya. Antisosial sekali!" ungkap wanita bermata sipit itu tanpa ragu.
Jungkook terdiam. Mencerna kalimat dari dua gadis barusan. Kim Taehyung? Antisosial? Ah, mana mungkin? Jika iya, sudah sepatutnya orang itu terkenal keluar masuk ruang konseling.
"Orangnya yang mana?"
"Kau penasaran?" Kedua gadis itu bertanya secara bersama.
Jungkook mengangguk yakin. Dia harus tahu! Meski baginya tidak begitu penting juga. Maka, ketika sekolah sudah selesai, sengaja melewati kelas di mana target berada. Kebetulan Jennie memiliki keperluan di kelas yang bersangkutan. Datanglah mereka berdua, Jungkook dan Jennie, ke kelas A dan selanjutnya objek seketika di depan mata. Duduk di bangku belakang pojok kanan dengan ponsel dan pelantang telinga biru. Asyik pada layar fokus sepenuh jiwa.
"Itu orangnya!" bisik Jennie sambil menyikut lengan Jungkook.
Saat itu juga, Jungkook lupa di mana kerasionalannya berada. Sungguh.
-catus420
