Chapter 1


Do you know..

The dazzling sky, the unbearably beautiful deep blue?

What's there,

On the other side?


the Other Side of the Sky

©Saika Kunieda

Pairing : Donghae/Hyukjae, Siwon/Hyukjae

Warning : Yaoi! OOC! typo(s)!

A/N : the whole plot doesn't belong to me. Ini ff remake dari manga berjudul sama. Saya hanya mengurangi, menambah, dan mengganti beberapa bagian tertentu. So don't misunderstand me. Enjoy!


Tidak ada satupun orang yang suka menghadiri pemakaman. Orang-orang terdekat akan merasa sulit untuk menerima kematian mereka. Begitu pula dengan orang-orang yang tidak mengenal mereka dengan baik, rasa empati dan simpati adalah satu-satunya alasan untuk pergi.

Meskipun, apa yang ia rasakan tidak sama dengan perasaan seperti itu.

Bagi sebagian orang, kematian mengingatkan mereka kepada kesalahan yang telah mereka perbuat. Kesalahan yang seolah tak pantas untuk dimaafkan, sekalipun mereka harus mati.

.

Perlu dua jam perjalanan dari Seoul untuknya bisa sampai disini. Masih banyak tamu yang berkunjung saat ia langkahkan kakinya memasuki rumah duka. Sebuah foto dengan figura berukuran sedang terletak di tengah ruangan. Lengkap dengan bunga-bunga yang sengaja dirangkai rapi disekelilingnya. Laki-laki dalam foto itu—Choi Siwon, masih tampak sama seperti yang terakhir kali ia ingat. Wajah rupawan, senyum lembutnya. Nyaris tak ada yang berubah. Kecuali bulu-bulu halus yang tumbuh diatas bibir dan disebagian dagunya. Laki-laki itu masih tetap tampan dengan usianya yang nyaris duapuluhsembilan tahun.

"Padahal Siwon berencana untuk segera menikah, tapi Tuhan punya rencana lain,"

Samar-samar ia mendengar beberapa orang berbincang dibelakangnya, disertai isak tangis yang tak cukup keras.

"Benar kata leluhur jika orang baik mati muda, aigoo.."

Ia menghela napas sejenak. Ada setitik perasaan bersalah ketika kali ini ia hanya mampu menatap sosok Siwon dalam sebuah figura. Bertahun-tahun tanpa komunikasi seakan-akan mereka tak pernah mengenal. Sampai akhirnya ia harus kembali, bukan untuk menanyakan kabar, tetapi untuk menyampaikan penghormatan terakhirnya pada mendiang laki-laki itu.

Dulu, Siwon sering menjaganya saat mereka masih SMA. Jarak umur mereka hanya terpaut satu tahun. Baginya Siwon pemuda gagah yang mampu diandalkan—dan tampan. Ia bahkan sempat berfikir bahwa Siwon muda adalah laki-laki paling jantan yang pernah ia temui seumur hidupnya. Seorang pemuda yang sangat baik. Dan juga hal itulah yang ia yakini, sampai malam itu—sepuluh tahun yang lalu.

"Selamat jalan, Sunbae. Semoga Tuhan mengampunimu."

Kali ini ia tersenyum pedih. Akankah Tuhan mengampuni dosanya juga jika ia mati kelak?

"Donghae-ah..?"

Donghae berharap ia salah dengar ketika seseorang bahkan masih mengingat namanya, pemuda yang tak cukup populer saat masih SMA ketika tinggal di kota kecil ini dulu. Sepuluh tahun lalu ia pindah ke Seoul dan tidak pernah berharap bahwa masih ada yang mengingatnya sampai saat ini. kecuali jika—

"Sudah sangat lama,"

—Ia mengenal Donghae dengan cukup baik.

"Kau tak banyak berubah, ya.."

Donghae hanya mampu tercekat ketika ia berbalik dan menemukan sosok lain berdiri tak jauh darinya. Lidahnya terasa amat kelu untuk sekadar membalas sapaan laki-laki itu. Laki-laki dengan senyum gusi yang sama, dengan mata besar yang sama, namun dengan rambut yang lebih panjang dari sepuluh tahun lalu saat terakhir kali ia melihatnya. Donghae bergeming, ia masih berdiri disana bahkan saat laki-laki didepannya itu berjaan mendekat.

"H-Hyukjae Sunbae.." Suaranya seperti berbisik. Tangannya gemetar. Seolah-olah laki-laki itu adalah ketakutan terbesarnya.

Dan Hyukjae tersenyum. "Senang bertemu denganmu lagi."

Pembohong.

Donghae berani bersumpah bahwa sejak malam itu, Hyukjae tak akan sudi menatap wajahnya lagi.


Mungkin benar jika seseorang tak bisa benar-benar meninggalkan masa lalu. Donghae baru mempercayai hal itu ketika masa lalu yang mati-matian ia tinggalkan kini kembali menemukannya. Hari semakin malam ketika ia dan Hyukjae berjalan bersisihan diantara emperan toko yang separuhnya telah tutup. Musim gugur hampir berganti musim dingin. Donghae memilih memperhatikan daun yang gugur dibawah kakinya. Berkutat dengan pemikirannya sendiri. Sedangkan Hyukjae—entahlah, Donghae bahkan tak berani untuk sekedar melirik pemuda yang seumuran dengan Siwon itu.

"Kau-" Donghae amat terkejut saat tiba-tiba suara Hyukjae memecah keheningan diantara mereka. "Kau bertambah tinggi."

"Eh?"

"Berapa tinggi badanmu sekarang?" Hyukjae menatapnya dengan mata teduhnya. Donghae menatap pria yang sedikit lebih pendek darinya itu. Ia tak mengira bahwa Hyukjae memilih topik ini daripada menanyakan hal yang telah ia perkirakan sebelumnya.

"Se-sedikit lebih tinggi dari Sunbae, mungkin.."

"Begitukah? Badanmu juga sedikit lebih besar dariku. Dulu kau lebih pendek dan manis sekali," Selanjutnya Donghae tertegun mendengar tawa kecil dari bibir mungil itu.

"A-aku cukup tinggi untuk rata-rata anak seusiaku. Itu karena kalian berdua saja yang tumbuh lebih tinggi waktu itu."

Tawa Hyukjae berhenti. Dan Donghae ingin sekali memukul kepalanya sendiri atas perkataan bodohnya sepersekian detik lalu.

"Kalian?" Hyukjae tersenyum. "Siapa yang kau maksud dengan kalian?"

Kali ini Donghae tak bisa menyembunyikan tatapan penuh rasa bersalah itu pada laki-laki dihadapannya. Sedangkan Hyukjae memalingkan wajahnya dan memilih berjalan mendahului Donghae. Tawanya terdengar lagi. Satu tangannya ia gunakan untuk merapikan helaian rambutnya yang tertiup angin musim gugur.

"Siapa lagi yang kau maksud kalau bukan aku dan dia, ya kan' Hae? Kita memang selau bersama-sama dulu. Laki-laki itu bahkan selalu menjagamu seperti adiknya sendiri."

Donghae mengikuti langkah kaki Hyukjae dalam diam.

"Sekarang ketika aku berpikir lagi, aneh karena kita bertiga bisa berteman padahal kita memiliki kepribadian yang berbeda."

Kontras dengan pernyataan Hyukjae, Donghae menyimpan pertanyaan tersendiri dalam kepalanya. Bagaimana mungkin Hyukjae masih bisa bersikap seperti ini setelah apa yang terjadi padanya?

Ya.

Sepuluh telah berlalu, sejak kejadian itu.


Sejak kecil Donghae menyukai sepak bola. Ayahnya kerap kali memarahinya ketika petang tiba dan ia baru saja pulang bermain sepak bola dengan teman-temannya dulu. Bagi Ayahnya, belajar adalah hal yang harus ia tekankan ketimbang banyak berkutat dengan benda bulat yang ia beli dengan uang tabungannya itu. Sedikit banyak Donghae bersyukur karena ia tak menuruti kata Ayahnya untuk berhenti bermain sepak bola. Karena tepat saat tahun pertamanya di SMA, ia berhasil masuk tim sepak bola sekolah yang membuatnya bertemu dengan kedua orang itu; Choi Siwon dan Lee Hyukjae.

"Yah, Donghae! Berlarilah lebih cepat! Jangan biarkan Hyukjae lolos!" Seseorang dari timnya berteriak. Donghae mendengus sebal sambil terus mengejar Hyukjae yang tengah menggiring bola ditemani Siwon yang berada tak jauh dari si gelandang tim inti sekolah. Demi Tuhan, Donghae berani bertaruh ia tak akan pernah bisa menang jika harus melawan kaki-kaki ramping itu. Dan akhirnya tim Donghae harus menerima kekalahan ketika Hyukjae berhasil membobol gawangnya untuk yang kedua kalinya sore itu.

"Latihan cukup sampai disini. Sampai jumpa besok anak-anak!"

Donghae mendudukkan dirinya diatas rumput lapangan yang basah. Memperhatikan Hyukjae yang berlari ke sisi lapangan untuk mengambil botol air mineral dari ranselnya. Setelah mengenal Siwon dan Hyukjae, ia mulai berfikir bahwa Ayahnya benar ketika mengatakan kemampuan Donghae tak cukup baik untuk masuk tim inti. Mereka berdua luar biasa. Donghae sempat memiliki keinginan untuk keluar dari ekskul ini, ia hanya tak memiliki alasan yang tepat untuk pergi.

"Well done, Hae," Ia merasakan Siwon menepuk sebelah bahunya sebelum pemuda itu duduk disampingnya. "Walaupun kau masih belum bisa mengalahkan Hyukjae."

Pemuda itu terkekeh. Donghae mendengus, matanya masih lekat memperhatikan Hyukjae.

"Hey, Hyukjae! Donghae bilang penampilanmu keren!" Siwon tiba-tiba saja berteriak kepada Hyukjae dan sontak membuat Donghae mendelik. Hyukjae terkikik geli. Berjalan menghampiri keduanya dengan botol air mineral ditangannya sebelum kemudian melemparkannya kepada Siwon.

"Terimakasih, Siwon. Kau tak perlu berlebihan."

"S-sunbae aku tidak—" Donghae gelagapan untuk menjelaskan namun Hyukjae malah mengacak-acak rambutnya dan tersenyum lembut.

"Aku tahu. Sudahlah ayo kita pulang." Hyukjae lantas berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Siwon dan Donghae yang mengikuti dibelakangnya.

"Ah aku lapar." Hyukjae tiba-tiba berceletuk sembari mengelus-elus perutnya. Bukan rahasia umum kalau lelaki kurus itu mudah lapar. Herannya seberapa banyakpun ia makan, ia tak akan bertambah gemuk. "Bisakah kita mampir sebentar membeli jjajangmyeon? Tapi kau yang traktir ya, Masi?"

"Baiklah, baiklah.." Pemuda yang paling tinggi diantara ketiganya kini merangkul Donghae dan Hyukjae dengan masing-masing lengannya. Donghae sempat mendengar pekikak 'yes' dari Hyukjae sebelum ia sendiri ikut tertawa.

"Ah, Geesuz!" Siwon tiba-tiba menepuk keningnya. Dua pemuda lainnya akhirnya menyadari ada seorang gadis bersandar di gerbang sekolah. Donghae sempat memergoki gadis itu pergi bersama Siwon beberapa kali. Mereka pacaran mungkin? "Aku berjanji akan pulang bersamanya hari ini, maafkan aku Hyukjae, aku akan mentraktirmu besok. Dah!"

Donghae memperhatikan Siwon berlari menemui gadis itu sebelum akhirnya sosok mereka menghilang dibalik dinding pagar sekolah mereka. Donghae melirik ke samping dan menemukan Hyukjae mengerucutkan bibirnya. Ia tak bisa menahan senyum saat mendengar desisan pelan dari Sunbae-nya itu.

"Dasar tuan populer."

Dengan semua yang Siwon miliki, tidak heran jika ia populer 'kan? Donghae pikir itu hal yang wajar.

"Akhir-akhir ini Sunbae juga sedang populer 'kan?"

"Eh?" Hyukjae menatapnya sambil berkedip lucu.

"Aku melihat seorang gadis kelas satu memberi Sunbae surat beberapa hari lalu."

Hyukjae menatapnya sejenak kemudian tersenyum. "Hmm.."

"Apa Sunbae menolaknya? Padahal ia sangat cantik."

Kali ini Hyukjae tertawa. "Kau sudah menjadi lelaki huh sekarang?"

"Yak Sunbae!" Donghae berusaha menyingkirkan tangan Hyukjae yang mengacak-acak rambutnya—kebiasaan pemuda itu. "Aku hanya jujur."

"Iyaaa, iyaaaa. Sudahlah. Ayo makan jjajangmyeon! Aku yang traktrik, deh."


Saat itu, saat ia masih mampu melihat tawa lepas Hyukjae, melihat sudut mata pemuda itu berkerut tipis serta gusi merah muda yang akan nampak ketika ia lupa untuk menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya, Donghae merasa bahwa pemuda itu adalah hal terindah yang pernah Tuhan ciptakan untuknya.

.

Dan saat ini, setelah semua yang terjadi, Donghae berharap agar bisa menghadirkan kembali senyuman yang telah ia renggut dari laki-laki itu.


"Donghae?"

Panggilan Hyukjae membawa kembali kesadarannya. Donghae melirik pemuda disampingnya yang kini sedang menghisap sebatang rokok yang ia selipkan di sela jari lentiknya. Asap nikotin mengepul dari bibir yang tak semerah dulu. Donghae tertegun. Sebelumnya mereka memang sepakat untuk mampir sebentar di kedai kecil ini. Namun ia tak ingat memesan beberapa botol soju yang kini terletak di depan mereka. Salah satunya bahkan telah habis diteguk Hyukjae.

"Apa yang kau pikirkan hingga membuatmu melamun, huh?"

"Ah, m-maafkan aku."

"Tak perlu meminta maaf."

Kesunyian kembali merenggut saat keduanya memilih diam. Donghae menimang-nimang gelas soju ditangannya sedangkan Hyukjae kembali berkutat dengan candu nikotin itu.

"Tentang Siwon.." Donghae berjenggit ketika mendengar nama itu keluar dari bibir Hyukjae. "Kudengar jenazahnya terbakar habis dalam kecelakaan itu."

Genggaman tangan Donghae pada gelas itu mengerat.

"Ia mengemudi terlalu cepat dan tak bisa menghindari tikungan. Mobilnya menabrak pagar pembatas dan terbakar habis. Setidaknya itu yang aku dengar," Hyukjae menyangga dagunya dengan tangan kirinya dan menatap Donghae. "Bukankah mati dengan cara seperti itu sangatlah 'Siwon', hm?"

Tidak.

Donghae balik menatap Hyukjae yang kini terkekeh. namun ia masih terdiam.

"Kau terlihat tak nyaman. Apa yang mengganggumu?"

Ia tak bisa terus-terusan dalam keadaan seperti ini bersama Hyukjae.

Sesuatu dalam dirinya bergejolak. Seolah-olah memperingatkannya akan sesuatu.

"Kau selalu terlihat ter-bully oleh kami. Siwon dan aku sering menggodamu dulu. Kau tidak marah 'kan?" Senyum Hyukjae semakin membuatnya tak nyaman. "Kau terlalu baik,Donghae. Atau mungkin terlalu naïf.."

Yes. He used to be so naive.

Donghae hanya tak pernah benar-benar menyadarinya.


Hari itu..

Beberapa hari sebelum ujian kenaikan kelas. Sehari setelah ia menghabiskan sore berdua dengan makan jjajangmyeong bersama Hyukjae karena keabsenan Siwon.

Seharusnya ia langsung pulang sore itu.

.

Ia tak pernah tahu apa yang membuat kakinya melangkah menuju ruang ganti klub ketimbang berbalik dan pulang padahal hari ini tak ada jadwal berlatih. Mungkin sedikit dari hatinya berharap masih bisa menemukan Hyukjae disana. Lagipula, seharian ia tak melihat pemuda itu. Tidak juga Siwon.

Brak

Samar Donghae mendengar suara itu berasal dari ruang ganti klub. Cukup pelan, namun masih dapat ia dengar. Apa ada anggota lain di dalam sana?

Langkahnya semakin cepat. Tanpa ragu ia putar knop pintu hingga semua pertanyaannya terjawab.

Bukan anggota lain yang ada di dalam sana.

Melainkan Hyukjae yang tengah terbaring diatas lantai. Dengan sebuah sapu tangan yang menyumpal mulutnya dan air mata yang masih menetes dari sudut matanya. Kedua tangannya tergolek tepat diatas kepalanya dengan sebuah tangan besar yang menahannya bergerak. Kemeja seragamnya berantakan, bahkan beberapa kancingnya menghilang.

Donghae masih tercekat ditempat ia berdiri. Tak mampu bergerak bahkan untuk sekedar bernapas normal. Tak pernah terbesit dalam pikiran terliarnya bahwa Hyukjae akan terlihat selemah ini, tak berdaya dibawah kungkungan seseorang. Terlebih—

terlebih lagi, seseorang bernama Choi Siwon yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

.

.


to be Continued


.

.

A/N : hoho next chapter akan menjawab kenapa saya taruh fic ini di rated M. fic ini juga akan menjadi fanfic berchapter saya yang pertama lol mungkin hanya sampai 4 chapter. Saya pribadi suka banget sama manga ini. sama mangakanya juga. Mungkin terkesan out of character banget (apalagi Siwon) but- yasudahlah /slaps

Sebelumnya saya mau ngucapin makasih buat yang sudah review di beberapa fics saya sebelumnya. Maaf ngga saya bales secara pribadi, tapi saya sangat berterimakasih n_n

.

Review?^^

Regards, Nari.