Disclaimer: All Naruto Character belong to Masashi Kisimoto.
All OC character belong to me :3
Warning: Standard Warning Apply, still learning after all :')
Let The Story Begin...
.
.
.
Tuhan...
Jika aku memang ditakdirkan untuk bersamanya
Buatlah semua kemustahilan ini menjadi mungkin...
.
.
.
Kalender sudah menunjukan bulan September, pertanda sebentar lagi akan memasuki musim hujan. Karena hidup dinegara beriklim tropis, maka Aerith harus rela menukar semua angan-angannya menari-nari ditengah guguran daun yang menguning bak telenovela yang suka ditontonnya dengan kenyataan berupa hujan yang serasa tak henti-hentinya mengguyur. Kayak hari ini aja nih, dari pagi langit udah keliatan aja galaunya tapi baru menumpahkan airmatanya ketika Aerith ingin cepat-cepat pulang untuk menonton episode ke-enam ratus telenovela favoritnya, tersandung #eh. Tapi beribu sayang, disebabkan kemarin juga ujan dan dia lupa bawa payung yang lagi dikeringin, walhasil ia pun terjebak dalam halte bus tua tempatnya berlindung dan melewatkan episode ke enam ratus tersandungnya.
Deretan gigi mungilnya bergemelatukan menahan hawa dingin yang mulai terasa kuat semenjak hujan bertambah deras. Mencoba menaikan suhu tubuh, dia meniupkan nafasnya pada keda telapak tangannya yang terkatup lalu menggosok-gosokkannya. Hujan turun semakin deras dan tak ada tanda akan berhenti dalam waktu dekat. Aerith memandang takut-takut pada sekelilingnya dan berharap ada sosok manusia lain yang menemaninya. Siapapun boleh lah, asal manusia! Jerit hati kecilnya. 'TAP' Sosok tinggi besar yang baru saja datang dan ikut berteduh dihalte membuat hatinya lega, namun kelegaannya tak berlangsung lama.
"Oh Tuhan, memang aku meminta teman manusia, tapi bukan Genma juga" Protes hati kecilnya. Pemuda jangkung yang tengah duduk disisi lain halte itu tampak cuek dan sama sekali tak memperhatikan Aerith yang kondisinya begitu kontras dengannya. Berulang kali gadis itu meyakinkan dirinya untuk tidak berbuat macam macam dan tak menarik perhatiannya. Tapi justru tindakannya meremas roknya yang agak basah sudah tentu menarik perhatian Genma, wong gak ada objek lain selain dia.
Genma memandang sekilas gadis mungil yang duduk disisi lain dengan ekspresi ketakutan. Ia hanya mendengus kesal lalu mengarahkan pandangannya pada jalanan yang basah kuyup dan mulai tergenang banjir. Sementara Aerith, perhatiannya teralihkan karena cuaca dingin membuatnya membutuhkan kehangatan. Ia merogoh koceknya dan menemukan selembar uang yang bisa ditukar dengan segelas coklat panas vending machine, aih surga banget. Tanpa pikir panjang, segera ia menghampiri vending machine yang sejak tadi nganggur dan memasukkan uangnya.
Coklat panas pun sudah terhidan, jemari bekunya memegang gelas yang masih panas itu dan kembali duduk ditempatnya semula. Dihirupnya aroma coklat yang begitu memabukan bagi indra penciuman seorang Aerith. Perlahan kedua bibir mungilnya terbuka dan membiarkan cairan panas itu menyusuri kerongkongannya.
'UHUK...UHUK' suara batuk menyadarkan Aerith dari dunianya akan eksistensi makhluk lain yang berada disitu selain dirinya. Ditatapnya Genma yang tengah memandangi jalanan lalu batuk kembali. Rasanya jadi malu, deh. Walaupun dimatanya Genma itu nyeremin dengan tatapan mata setajam silet dan mulut seganas serigala plus bogem semematikan sengat siput laut juga sikap seberingas harimau, dia tetap temen satu sekolah Aerith. Menelan ludah, Aerith mengeluarkan semua keberaniannya dan memecah kesunyian diantara mereka.
GENMA POV
"M...mau?" Suara pelan nyaris cicitan itu mendistraksi lamunanku. Kulihat Aerith yang menawarkan segelas coklat yang tengah diminumnya. Untuk beberapa detik aku tercengang, tak kusangka gadis yang begitu takut padaku ini berani mengajakku bicara. Gadis yang selalu menghindariku tak peduli sekuat apapun aku mengejarnya hingga tanpa sadar aku yang semula berniat menjeratnya, malah aku yang terjerat olehnya. Kedua tangan mungilnya bergetar entah karena takut atau kedinginan. Oke Genma sekarang saatnya mengubah stereotipmu pada Aerith. Katakan sesuatu yang manis seperti, 'tidak terima kasih.'
"Aku tidak butuh" Dari sekian kalimat yang kupikirkan, hanya sederet kata bernada ketus seperti itu yang keluar dari mulutku. Agh, sial!. Tidak bisakah kau berlaku lebih lembut didepan wanita yang mau kau pikat, hah!?. Aerith mengangguk pelan lalu menarik tangannya lagi.
END GENMA POV
'Tuh, kan. Harusnya kau biarkan saja cowok gak tau diri kayak dia mati kedinginan' Gerutu Aerith dalam hati. Yah setidaknya udah nyoba walaupun sakit hati karena sikap ketusnya. Maka makin buruklah penilaian Genma dimata Aerith. Pokoknya amit-amit jabang bayi deh nawarin lagi orang macam gini, huh!.
.
.
.
Guguran daun ginko menemani kepulangan sepasang sahabat menuju kerumahnya. Mereka berdua tampaknya sedang asyik membahas sesuatu, apakah gerangan. "Dan kau tahu apa katanya? Aku tidak butuh" Ucap Aerith emosi. Oalah masih tentang kemarin, tuh.
"Kau tak harus sekesal ini, Ae-chan. Semuanya juga kan tau Genma memang gitu orangnya" Timpal Anko santai seraya mengulum lolipop dimulutnya. Sebenarnya sudah bosan dia mendengar ocehan sobatnya ini yang menjadi trending topic antar mereka berdua selama seminggu lebih. Tapi berhubung Aerith keliatannya masih memendam dendam kesumat bang jumawat, jadilah dia rela telinganya keriting mendengar segala keluh kesahnya.
"Tapi kaaan..." Aerith manyun sambil menggerutu. Dia juga sebenarnya bosen ngomongin ini lagi, tapi mau gimana lagi. Keselnya sampe ke ubun-ubun yang ditanggapi Anko dengan helaan nafas. Aerith menatap kearah langit yang sebiru samudra. Memang isu global warming benar adanya. Terbukti dengan peramalan cuaca yang tak menentu persis suasana hatinya. Padahal kemarin saat dia ga bawa payung, ujan derasnya naudzubillah. Eh sekarang giliran dia bawa payung langit malah cerah. Lamunannya terhenti karena seseorang menarik paksa lengannya.
"Anter ke toilet yuuk. Mumpung belum masuk" Pinta Anko tergesa-gesa yang tentu saja tidak membutuhkan jawaban dari Aerith.
.
.
.
"Jangan lama-lama" Ujar Aerith sebelum sahabatnya itu masuk kedalam toilet.
"Iyaa, bntar ya. Titip" Sahut Anko menyerahkan hp beserta earphone dan cermin yang dibawanya yang tentu saja membuat Aerith kerepotan. Lagi-lagi karena dasarnya tokoh utama kita ini baik hati, maka ia pun mau aja suruh jadi kuncen wc.
AERITH POV
Kupandangi berbagai macam benda yang tampak berantakan ditanganku yang amat mungil ini. Gini deh kalau punya sobat modisnya ga ketulungan. 'DUK' Terdengar suara seseorang bersandar disebrangku, saat kutolehkan kepala, mataku terbelalak mendapati sosok yang sedang tak ingin kutemui sekarang. Genma!? Apa dia juga jadi kuncen wc juga. Genma pun sama terkejutnya denganku saat ia melihatku. Cepat-cepat kualihkan pandanganku, aduh jangan sampai dia nyadar aku tadi ngeliatin dia deh.
Detik-detik yang kulalui demikian terasa amat panjang. Anko lagi pake lama, ngapain sih dia didalem?. "Menunggu temanmu?" Tanya Genma memecah keheningan. Jantungku nyaris melompat keluar saking kagetnya.
"Y...yeah" Jawabku gugup.
"Oh, berarti kita senasib" Katanya. Jawaban entengnya mengundang tawaku, untunglah aku sempat menahannya sebelum sempat keluar. Aku cuma tersenyum sambil menundukan kepala, menyembunyikan wajahku diantara rambut coklatku yang tergerai sebagian.
END AERITH POV
GENMA POV
Tampak siluet kemerahan dari pipi kembilnya yang tersembunyi diantara geraian rambut sewarna coklatnya. Saat itu juga aku merasa jadi pria paling bahagia sekaligus paling sukses karena berhasil membuat wanita yang kutaksir tersenyum. Aerith dikalangan teman-temanku dijuluki si tomat dikarenakan kedua pipinya yang selalu terlihat memerah terlebih ketika dia tertawa atau malu. Karena itulah aku pun jatuh hati padanya. Aku ingin dia merona karenaku, aku ingin pandangannya selalu tertuju padaku, hanya aku.
"Sori lama, wc-nya mampet" Ujar Raido. Aku mengangguk pelan lalu bangkit berdiri. Raido melihat kebelakangnya, " Waduh maaf, aku ganggu, nih" Celetuknya. Sebelum dia makin bicara macam-macam segera kutarik si mulut ember ini menjauh dari Aerith.
END GENMA POV
tbc
Yesh...UAS sudah dekat dan saya malah upload cerita xD #plak. Tapi tak apalah, demi memuaskan readers sekalian :')
Anyhow ini cerita terinspirasi sewaktu saya lagi meringkuk didalam selimut ditengah guyuran hujan. Mendadak dapat wangsit 'Kayaknya cerita temanya hujan seru, nih' walau pada akhirnya terkesan hujan tuh cuma sebagai setting aja ._.
Mind to RnR? :3
