Untuk satu jam saja, hanya satu jam... Setidaknya aku bisa mengenangmu dalam ingatan sebelum semuanya ingin kuleyapkan, maafkan aku, karena kau hanya sebagian dari hatiku. Hatiku yang ingin sekali kubuang...
Karenamu, aku bisa tahu, apa yang ingin aku miliki. Walau hanya sebuah kesemuan.
Naruto and other chara : Masashi kishimoto
And this story is mine, purely produce by me.
Pair : Sasuke x Sakura
Genre : Romance, hurt/comfort, angst(maybe) and drama
Warn! AU, Rated M, lemon is explisit, Typo(s) selalu ada, abal, rwecweh ancur, de-el-el, meyebabkan katarak, muntah tak berkesudahan dan gangguan kejiwaan. Bacanya santai saja okay...
Ara/Vanya/Anya/Qasey mempersebahkan...
Dia berbeda, tidur berbaring di atas kasur, diam, memejamkan mata dengan banyak alat yang terpasang di tubuhnya. Wajah pucatnya mengingatkanya pada sebuah wajah sendu yang menyakitkan. Aku tahu, dia terlalu lemah menahan beban hidupnya, semua kesakitan yang terasa sudah mengental di darahnya. Luka, penderitaan dan takdir berat membuatnya lebih dewasa daripada usianya yang masih belia.
Namanya adalah Sakura. Cantik seperti dirinya yang seindah namanya. Dulunya, dia adalah seorang model kebanggaan agensinya dan pamornya ikut melejit saat dikisahkan dan disahkan sebagai tunangan dari Sasuke, seorang ahli pemusik yang sangat mencintai piano sebagai instrumen hidupnya.
Sangat sempurna hingga satu bolong tertutupi, bolong kecil yang siapa pun tak tahu—tentunya dia juga tak tahu. Kekasihnya seorang hypersex—itu bukan kebanggaan menurutnya, melainkan itu bencana, bencana besar, di mana kekasihnya tak bisa menahan 'hasrat'nya lebih lama dan saat itu, untuk pertama kalinya, ia menegak sebuah obat yang mulai jadi candunya ketika memergoki Sasuke tengah 'memainkan' kesenangannya dengan wanita bordil berambut pirang.
Hancur, namun lebih hancur saat ia terang-terangan menjerit dan mengatakan, 'kau brengsek!' dan dijawab, 'kau baru tahu?!' dengan nada dingin, permainannya tidak berhenti, tidak hingga mereka—Sasuke dan wanita bordil—mencapai lubang hitsm raksasa yang memberikan kepuasan biologis, emerald Sakura nanar melihat kasur, seolah ia hanya seongok barang 'mati' yang tak bisa apa-apa melihat Sasuke 'melakukannya' dengan yang lain.
Air mata meleleh di garis mata, mata itu terpejam erat, sangat erat hingga sosok yang berdiri memandangi ruang intensif memeras jemarinya sendiri. Ia merasa tidak berguna...
"Maafkan aku..., maafkan aku Sakura..." lirihnya menyentuh kaca dengan kelima jari yang menyapa lewat mata yang berembun. Kini, rasa bersalahnya semakin membesar.
-0-0-0-
Sakura bukan pecandu narkoba, tapi pecandu obat hingga membuat obat itu seolah 'narkobanya', tanpa tahu apa efek sampingnya, kerusakan hati membuatnya berbaring lemah antara sadar dan tidur. Seperti saat ini, sudah 2 hari ia tertidur dengan hati yang membengkak, benar-benar hati yang kumaksud adalah liver.
Kau tahu, setidaknya ia tak bisa memandang wajah Sasuke, pria yang diam ia benci dibalik rasa cintanya yang tak terukur, namun sebanyak apapun rasa bencimu, itu adalah hal sia-sia mengingat Sakura mencintainya dengan hati lapang, ternodai, tapi tetap suci, karena ini datang dari hati.
Jari telunjuknya bergerak di atas kasur, tak bertempo cepat melainkan gerakkan tetap yang kaku namun wajah di balik jendela berbinar penuh harapan. Dengan sekuat tenaga Sasuke berlari menuju ruangan dokter yang bertanggung jawab atas Sakura dan dengan senyum anak kecil yang teramat bahagia ia mengatakan kekasihnya melakukan gerakkan kecil di jemarinya.
Di lain sisi, katup mata yang hampir 72 jam tertutup mulai terusik, karena mengerjap lalu terbuka, memperlihatkan kedua manik emerald yang teduh menatap langit-langit ruang inap dengan bibir bergerak.
Lirih, suaranya lebih terdengar seperti desau daun, "di mana aku..." pintu rawat inap kamar Anggrek terbuka menampilkan sosok wanita berambut pirang dengan kekasihnya yang membulatkan mata terkejut melihat Sakura-nya sudah sadar, benar-benar sadar.
Ia tahu, ia memilih diam dan menatap dokter yang bernama Tsunade melakukan prosedur awal pemeriksaan, setelah itu, dr. Tsunade membuka baju biru muda yang Sakura kenakan, perut bagian atas yang mengembung.
"Kita harus segera melakukan transplantasi hati." Sakura memejamkan mata erat dan Sasuke menciptakan sebuah halusinasi kecil dengan menutup mata.
Sekarang, cobaan apalagi?
-0-0-0-
"Cocok. Kau cocok, Sasuke... Pikirkan berulang kali, mungkin ini masih bisa dipertimbangkan, karena ini masih dini dan pihak kami bisa mencari yang lain. Jangan gegabah dengan pilihanmu..." Tsunade memberikan kertas yang terlipat. Ia sudah membuka kertas itu, sudah dan membacanya dengan hati tenang dan sedih.
Setidaknya, ada 'sesuatu' yang bisa ia lakukan.
-0-0-0-
Sakura tersenyum memandang Sasuke yang duduk di sisinya, memegang tangannya dengan rasa kasih yang besar. Lupakan, lupakan tentang 'itu' ini bukan saatnya memikirkan kembali 'celah' Sasuke di balik kesempurnaanya. Karena yang namanya manusia tidak sempurna, sesempurnanya manusia pasti ada satu celah buruk, entah itu di fisik atau nurani.
Sasuke meremas tangan kecil digenggamannya, seraya mengusap pipi Sakura yang terlihat tirus, bibirnya tak henti mengulas senyum kecil untuk bidadarinya.
Mata onyxs itu kosong sesaat sebelum cahaya kecil itu tumbuh, harapan Sasuke kembali menguat. "Maafkan aku, aku tak tahu harus memulainya dari mana..."
Sasuke memecah hening di antara mereka dan Sakura yang tertidur dengan posisi duduk memandang Sasuke lembut, "aku sudah memaafkanmu," sahut Sakura sambil memegang genggaman besar tangan mereka.
"Terima kasih sudah memaafkanku, yang seharusnya tak bisa dimaafkan, kau begini karenaku, lalu aku harus bagaimana agar bisa merasakan derita apa yang tengah menimpamu, katakan Sakura..." lirih Sasuke dengan mata yang menyipit sedih, Sakura meraih pipi Sasuke, keduanya saling megang pipi kekasihnya dan memejamkan mata, tanpa Sasuke sadari, dahinya menyentuh permukaan dahi Sakura, hidung mancung keduanya bersentuhan membuat mata mereka terbuka akibat kedekatan ini.
Memandangnya lamat, Sakura tersenyum, sudah berapa lama ia tak merasakan keintiman ini? Tiga bulan? Empat? Atau lima? Yang tahu, ia rasa sudah sangat lama...
"Tidak perlu, cukup jadi dirimu, diam di sisiku dan merengkuhku..." jawab Sakura. Sasuke memejamkan mata dan menggangguk, "tanpa kau suruh pun aku akan melakukannya."
Sakura ikut memjamkan mata, terbuai suara lembut Sasuke, kehangatan kecil yang terhembus di wajahnya akibat dari helaan tenang napas wangi Sasuke.
Keduanya bergerak pelan, sangat pelan, hingga persekian detik bibir itu baru bertemu, membuat sebuah gerakkan pelan nan lembut tercipta di sana, perasaan membuncah, lewat gerakkannya Sasuke memberinya kepastian, bahwa Sasuke setulus hati mencintainya dengan cara tak terduga. Menyimpannya dan membuat sebuah memoar baru untuk neufron simpan.
Selembut sutra dan seranum mawar, Sasuke mencintai Sakura dengan adanya, ia tahu ia telah melukai sebagian—seluruh kepercayaannya akibat kecendrungan Sasuke yang selalu tak puas 'bermain' dengan Sakura, gadis itu terlalu rapuh melayani jiwa sadisnya, ia tak bisa melukainya dan lebih menyalurkan kepada wanita tangguh penghuni bordil. Ia hanya tak ingin, sangat tak ingin melihat bekas cambuk di punggung Sakura, bibirnya yang robek atau luka berdarah di lehernya. Apalagi, cucuran air mata yang membuktikan betapa menderitanya Sakura.
Ia tak kuasa, sangat. Dan hanya ingin memperlakukan Sakura seperti ratu dan memanjakaanya selayak yang ingin ia manjakan. Ia hanya ingin begitu, seperti kali ini, ia tak bisa mengendalikannya, semuanya terasa lepas saat dia merasakan 'tempat'nya berpulang kini sudah lengkap. Sasuke berada di dalamnya, dan dirinya adalah rumah bagi Sasuke, dalam seluruh artian konteks dari 'rumah' yang ia maksud.
Berpacu lembut, ia merasakan kesungguhan, lenguhan pelan dan lirihan yang teredam memberi tahu bahwa tindakkan ini benar dan Sasuke tak canggung mencapai kenikamatan. Bercinta di ruang inap dengan Sakura yang memberinya pelukan lapang.
Ia tak peduli jika yang ia lakukan kelewatan, tapi ia tahu, Sakura sama-sama menginginkannya membagi seluruh yang ada pada dirinya.
Tidak peduli jila esok adalah satu jam terakhirnya. Benar-benar satu jam yang istimewa.
-0-0-0-
Sakura terbangun dengan Sasuke di sisinya, merengkuhnya hangan dengan dua lengan besar yang terasa menakjubkan. Terbangun dengan Sasuke adalah objek pertama yang Sakura lihat adalah sebuah kebahagiaan dari jutaan rasa yang membuncah di dadanya.
Jam 9 pagi, cukup siang dan Sakura meraih wajah Sasuke lembut untuk mengecup sekilas bibirnya lembut, karena gerakkan lembut itu, Sasuke melenguh dan terbangun, mengerjapkan mata dan Sasuke sudah sepenuhnya sadar siapa dewi yang tengah memberinya senyum terindah ini...
"Selamat pagi..." sapa Sasuke dengan suara serak, Sakura tersenyum lembut, "selamat pagi, Sasuke," balasnya tak kalah lembut dari sebuah harpa.
Sasuke melirik sekilas arlojinya yang terongok di atas meja kecil, "jam 9 lebih 13," monolog Sasuke. Pria itu bangkit dengan bokser—yeah, telanjang dada, otot bak akar pinang dan bercak merah yang menghiasi tubuh terbukanya—Sakura melihatnya pun bersemu-semu. Sasuke meraih kaus yang terongok di lantai dan memakai celananya kemudian, untung saja, sebelum tertidur Sasuke memakaikannya baju rawat biru muda. Ah, untung saja...
Kembali duduk di kursi bersisian dengan Sakura yang duduk bersandar mengelusi punggung tangannya yang masih sedikit berdenyut pegal akibat tertancap inpusan, untungnya lagi, inpusan itu sudah lepas kemarin menyisakan luka bintik kecil yang merah.
Sasuke menatap Sakura, sendu seperti sesuatu hal akan... Ah, lupakan, untuk sekarang, ia akan membuat kenangan yang indah...
Matanya menggerling keseisi ruangan—seperti mencoba mengingat sesuatu yang lupa ia taruh di mana, kemudan terhenti saat menatap meja nakas di sisinya dan menarik loker pelan, mengeluarkan plastik merah kecil. Sasuke menatap Sakura lembut, meraih tangannya guna membuat Sakura menengok ke arahnya.
Tangan yang diam meraih benda di dalam plastik kecil, mengambil benda berbentuk bulat, lingkar, berwarna putih suci dengan berlian kecil dan ukiran tipis di sisinya, Sakura terperangah menatap benda sakral itu.
"Sa-sasuke..."
"Ssst... Jangan menyelaku, ya," sahut Sasuke kalem seraya menarik tangan kanan Sakura, mengelus punggung tangan yang asalnya ditusuk jarum inpusan dan menatap lembut dua mata emerald yang teramat indah.
"Sakura, kau bukan wanita pertama." Sasuke menghela napas, sepertinya ia gugup, Sakura mengulum senyum karenanya. "Tapi aku berjanji, kau menjadi yang terakhir," sambung Sasuke, Sakura ikut-ikutan mengelus punggung tangan Sasuke yang menggenggamnya.
Tersenyum dan menatap Sakura dalam, hingga Sasuke terperosok pada dua bola hitam, sendu namun amat menyejukkan, sangat dalam hingga ia terjebak dalam diam dan mencintai satu titik hitam itu sebagai sumber kehidupanya. Lain dengan Sasuke, pria itu menjadikan dua emerald Sakura adalah cahaya hidupnya yang perlahan meremang...
Kau tahu, hidup memang adil.
"Sakura, aku bukan pria romantis. Tapi aku ingin melakukannya untukmu," tutur Sasuke penuh kelembutan seraya mengecup pelan punggung tangan Sakura, dan wanita cantik itu berkaca-kaca, tanpa perlu melakukan sesuatu, berada di sisinya cukup membuatnya bahagia, sangat bahagia...
"Maukah kau menjadi pasangan hidup dan matiku?" tanya Sasuke, jemari panjangnya merangkup seluruh sisi wajah Sakura, menyentuhnya pelan dengan wajah lembut yang jarang ditampilkan secara umum.
"Ya, Sasuke... Iya, hiks, iya..." ulang Sakura dengan lelehan air mata, Sasuke mengecup kening Sakura pelan, lama dengan mata terpejam, kemudian memasangkan cincin itu di jari manisnya. Sakura menghambur memeluk Sasuke erat, sangat erat hingga rasanya kedua hati mereka bersingguhan.
Rasanya lengkap, namun mata Sasuke berembun pelan, setetes air mata mencelos, "kau akan bahagia Sakura... Selamanya... Selamanya..." bisiknya dengan mengelus punggung Sakura penuh rasa.
-0-0-0-
Yang Sakura tahu, ia memeluk Sasuke sambil tertidur lelap dengan menceritakan banyak hal, pernikahan, rumah sederhana di komplek Konoha dan dua anak berbeda gender yang sudah ditentukan namanya. Jika perempuan akan diberi nama Sarada dan laki-laki Satoshi, indah bukan.
Menceritakan planing kedepan, Sakura yang akan fakum dari modelingnya dan akan menggeluti semester 5 kuliah kedokteran yang semoat tertunda, Sasuke yang akan mengambil alih cabang perusahaan Uchiha di Hokkaido, dan semuanya hingga ia tertidur mendengarnya.
Tertidur dipelukan Sasuke dengan rasa tenang—karena pria itu memeluknya penuh cinta, pelukan yang sama dengan rasa berbeda, Sakura sangat menyukainya.
Namun kemana Sasuke? Ia terbangun dari mimpinya dan mendapati ruang putih dengan masker oksigen di mulutnya, inpusan yang tertancam di punggung tangan dan rasa sakit nun ngilu di perutnya. Ada apa ini?
Ia hanya bisa menggulirkan mata, ke sana-kemari dengan gelisah mencari di mana sosok Sasuke berada. Ingin berbicara namun bibirnya kelu, suara tercekat dan tenggorokkan kering, ingin menggerakkan tangan namun tangannya begitu kaku, menggerakkan badan pun rasanya kaku, seolah-olah ia tertidur sudah lama sekali...
Pintu terbuka, sorang wanita seusia ibunya datang dengan seulas senyum bahagia, ia duduk di sisinya, memberinya minum setelah membuka masker oksigen, Sakura menyeruputnya pelan.
"Bagaimana keadaanmu? Merasa baikan?" tanya Tsunade yang dijawab anggukan lemah.
"Syukurlah, mengingat jahitannya belum kering dan kesadaranmu lebih cepat diperkiraan, mungkin 2 minggu atau 1 bulan kau baru bisa pulang," tutur Tsunade dengan kembali memasangkan masker oksigen.
Sakura menarik napas dan membuangnya pelan, bibirnya bergerak-gerak mengeluarkan desisan tak karuan, inisiatif Tsunade membungkuk dan telinganya berhadapan langsung dengan bibir Sakura.
"Sa-sa-su-keee..." kata Sakura terbata. Tsunade melamun sebentar lalu mengulas senyum kecil yang terlihat rapuh.
"Sasuke? Dia sedang... Sedang ada urusan dengan kantor cabang di Hokkaido," papar Tsunade, Sakura mengulas senyum lebar, jadi calon suaminya tengah merealisasikan planingnya. Rasanya ia sangat ingin segera menemui prianya.
"Ah, lebih baik kau istihatan dulu, banyak istirahat membuatmu lebih cepat pulih dan ingat jangan banyak gerak jahitanmu belum kering." Sakura menyernyit, memang kenapa dengannya? Kenapa harus menggunakan 'jahitan' dan ruangan ICU kini ia isi?
"Ah, Sasuke belum memberi tahumu? Sakura, kemarin kau melaksanakn transplantasi hati..." dan Tsunade pergi langsung membuat Sakura keheranan. Sebenarnya ada apa ini?
-0-0-0-
Tsunade mengelap air matanya, memandang sebuah tulisan rapih dihadapannya, sudah ia baca dua kali surat itu, namun tetap air mata mengucur deras. Sangat deras hingga ia tak tahu seberapa banyak rasa cinta pemuda itu pada gadisnya.
Saat ini ia membenarkan perkataan pria itu, tulus sangat menyentuh hingga ia tak percaya di balik arogansinya menyimpan beribu rasa kelembutan yang jarang dimiliki kaum Adam, lantas kenapa Tsunade kau menangis?
[Aku tahu, banyak luka yang kutorehkan untukmu, derita adalah kawanmu dan aku adalah pemimpinnya. Namun mengapa, tak pernah sekalipun kau menyesali berbagi denganku, seolah tangismu adalah bukti dari kesetiaan dan rasa cintamu yang tak terhingga dan aku adalah yang paling beruntung mendapatkan seisi hatimu tanpa kusuruh, karena aku tahu, kau mencintaiku, selalu... Dan aku selalu mencintaimu, dalam diam hingga hanya aku dan kau yang tahu.
—Dari Sasuke, pria yang amat mencintaimu]
Air mata Tsunade kembali mengalir.
"Bocah bodoh!" makinya dengan mengelap air matanya.
-0-0-0-
Lalu apa yang kau dapatkan dari menatap pintu ruang rawatmu? Mengharapkan Sasuke datang semenjak tiga hari kau sadar jngankan kabar, menemuinya saja pria itu tak kunjung jua membuat hatinya gelisah.
Ke mana pujaannya? Sakura merenung panjang.
-0-0-0-
Tamat atau Bersambung?
-0-0-0-
Note :
Cihuuuy! Vanyaaa bawa yang baru... Apa feelnya dapet? Btw milih TAMAT sampe sini atay BERSAMBUNG? Kasih jawaban yaaaa...~
Hey! Jan panggil aku Thor okay? Aku merasa jadi Thor, padahal aku gak punya palu gede /lembarbatu/ Atau Author aku merasa aneh kalo di panggil gituh karena aku belum sehandal itu hingga dipanghil Author, aku hanya pengarang abal yang nekat ngetik cerita ancur kek gini... Nyampah...
Btw, ada yang tahu akhirnya gimana? Ketebak alurnya? Kalo lanjut paling 1 chap, lalu end, apa Happy or Sad...
Wankawan! Pilih End atw TBC, Happy atw Sad?
Silahkan beri jawaaaabaaaan~
Tercintah paling cintah dari anak latah yang manjah basah-basah resah!
—Ara/Vanya/Anya/Qasey— terserah mau manggil aku apa aja kecuali (Thor n Author)
