Chapter 1

Peperangan telah usai, Yona dan Hak akhirnya bisa kembali ke istana Kerajaan Kouka bersama keempat para naga. Hanya saja, setelah perang berakhir Soowon menghilang tanpa ada satupun yang mengetahui keberadaannya. Sepertinya ia melarikan diri agar tidak di jebloskan ke dalam penjara Kouka akibat perbuatannya yang telah membunuh Raja Il. Siang itu, Hak dan Yona memilih untuk duduk santai di taman kerajaan.

"Hak, apa yang akan kau lakukan mulai sekarang ? Aku sudah membebaskanmu pergi jika kau sudah tidak ingin terikat dengan kerajaan." Ujar Yona pada Hak.

"Apakah Hime-sama sudah tidak memerlukanku lagi ? Jika Hime-sama menyuruhku pergi dari istana maka aku akan pergi meninggalkan istana sekarang juga." Sambung Hak.

Yona yang mendengar penuturan Hak sangat terkejut, sesungguhya dalam hati kecilnya ia ingin selalu ditemani oleh Hak.

"H-hei Hak, benarkah kau akan pergi ? Kau akan meninggalkanku sendirian ?" Tutur Yona sambil menitikkan air mata dan mulai menangis.

"Ehh, Hime-sama kenapa menangis ? Apakah jawabanku salah ? Bukannya tadi kau yang bertanya, jika kau memang sudah tidak membutuhkanku lagi tentu aku akan pergi dari sini karena tidak ada lagi yang harus kulakukan di istana ini." Jawab Hak sambil menatap Yona heran bercampur khawatir.

"Hak bakaaaa ! Tentu saja aku ingin kau selalu disini, aku ingin selalu di temani olehmu dan duduk bersamamu seperti ini. Jika kau pergi siapa nanti yang akan selalu setia menemaniku saat aku sedang jenuh dan bosan. Huh, tega sekali kau mau meninggalkanku sendirian di istana ini." Yona menjawabnya dengan sedikit kesal.

"Baiklah jika itu keinginan Hime-sama maka aku akan tetap berada di istana ini sampai Hime-sama sendiri yang menyuruhku pergi." Jelas Hak sambil menatap Yona.

Sebenarnya Hak sendiri ingin terus berada di sisi Yona karena dia sendiri tidak tega meninggalkan teman masa kecil sekaligus orang yang dia cintai itu mengurus masalah istana dan kerajaan sendirian walaupun ada keempat naga yang selalu siap membantunya jika ia berada dalam kesulitan.

"Hak, apakah kau tidak rindu pada Kakek Mundok ? Sepertinya sudah lama kita tidak bertemu dengannya. Apa kita sebaiknya berkunjung ke rumahnya ya ?"

"Em, sedikit sih. Jika Hime-sama ingin berkunjung maka aku akan menemanimu kesana. Tapi sebaiknya kita memberitahu menteri dan penasihat kerajaan karena mengingat posisi Hime-sama sekarang tentu segalanya harus mempunyai ijin terlebih dahulu." Jelas Hak panjang lebar.

"Baiklah, aku akan menemui menteri dan penasihat sekarang juga, setelah itu aku akan menyiapkan barang-barang yang akan di bawa karena kita akan berangkat besok pagi" Sahut Yona pada Hak.

Hak yang mendengarnya langsung kaget. Tidak biasanya Yona akan terburu-buru seperti ini.

"Hime-sama, kenapa sepertinya terburu-buru sekali. Apakah ada hal yang penting yang ingin dibicarakan dengan kakek ?" Tanya Hak dengan bingung.

Tapi yang diajak bicara hanya tersenyum jahil dan malah pergi meninggalkan Hak membuat Hak semakin bingung dan penasaran. Akhirnya Hak pun bangkit menyusul Yona masuk ke dalam istana.

Keesokan paginya, Hak sudah menyiapkan kereta kerajaan untuk membawa Yona ke klan angin bersama dengan beberapa prajurit pilihan, namun yang di tunggu tidak kunjung keluar kamar. Akhirnya Hak memutuskan untuk melihat Yona di kamarnya.

"Hime-sama, semuanya sudah siap. Ayo kita berangkat sebelum hari mulai panas." Hak memanggil Yona di depan pintu kamarnya namun yang di panggil hanya diam saja. Karena khawatir akhirnya Hak langsung membuka pintu kamar Yona dan masuk kedalamnya. Ternyata Yona sedang berada di depan cermin sambil berusaha untuk mengikat tali bajunya yang berada di bagian belakang. Hak yang melihatnya pun langsung menghampiri Yona sambil terheran-heran.

"Kenapa lama sekali Hime-sama, apa yang sedang kau lakukan ?" Tanya Hak sambil mendekat.

Yona yang merasa terpanggil namanya langsung terkejut dan membalikkan badannya. Dilihatnya Hak yang sudah rapi dan berdiri di hadapannya.

"A-ano Hak, bisakah aku minta tolong padamu ? Sepertinya aku tidak bisa mengikat tali baju ini. Tolong ikatkan talinya di bagian pinggang belakang menjadi sebuah pita." Sambung Yona dengan malu-malu.

Hak yang melihatnya hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan mendekat ke belakang Yona.

"Sudah hime-sama. Apakah aku mengikatnya terlalu kencang ?" Hak bertanya pada Yona dengan melihat ke arah cermin. Yona pun melihat Hak dari cermin di depan mereka. Sesaat, Yona hanya terpaku diam menatap wajah Hak yang terlihat sangat tampan hari ini melalui pantulan cermin di depannya. Begitu pun dengan Hak yang memandang Yona dari cermin di depannya. Dalam hati ia sangat terpesona oleh kecantikan Yona saat ini. Ditambah rambut Yona saat ini sudah mulai panjang dan tingginya sudah sepundak Hak. Hak merasa teman kecilnya itu sudah tumbuh dewasa dan semakin cantik.

"T-tidak kok Hak, ini sangat rapi. Aku menyukainya." Yona yang merasa gugup lalu mengalihkan pandangannya dari cermin dan bergegas ke tempat tidur untuk mengambil tas yang berisi pakaiannya. Hak yang memperhatikan sedari tadi hanya tersenyum simpul lalu bergegas menghampiri Yona untuk membawakan tasnya.

"Sini aku yang bawa, sebaiknya hime-sama segera pergi menuju gerbang istana karena kereta sudah disiapkan dari tadi."

"Aku ingin kesana bersamamu Hak." Jelas Yona sambil menunduk malu.

"Baiklah, ayo." Hak menggenggam tangan Yona dan menariknya pelan tidak menyadari bahwa wajah Yona sudah memerah antara malu dan senang Hak begitu menyayangi dan perhatian padanya.

Sesampainya di gerbang istana Yona segera menaiki kereta kerajaan dan Hak menunggangi kudanya. Berangkatlah mereka ke desa klan angin tempat asal Hak. Perjalanan memakan waktu seharian. Sesampainya disana, mereka disambut oleh warga klan angin yang sangat ramah dan Yona di persilahkan untuk masuk ke dalam rumah Kakek Mundok mantan jenderal suku angin itu.

"Kakek, aku sangat merindukanmu. Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya. Rasanya sudah bertahun-tahun aku tidak datang kemari." Jelas Yona sambil memeluk Kakek Mundok.

"Iya, sepertinya sudah lama sekali. Kakek juga merindukanmu hime-sama. Bagaimana keadaanmu disana ? Apakah semuanya baik-baik saja ?" Sambung kakek Hak.

"Iya kakek. Semuanya baik-baik saja apalagi ada Hak yang selalu berada di sampingku dan menemaniku."

"Syukurlah kalo kau baik-baik saja. Aku harap Hak dapat membantumu disana dan menemanimu."Jelas kakek Hak sambil mengelus kepala Yona dengan lembut.

Saat mereka sedang berpelukan melepas rindu Hak muncul dari balik pintu dan hanya tersenyum melihatnya. Rasanya ada sesuatu yang hangat menghinggapi hatinya. Andai mereka adalah keluarga kecilnya pasti ia tak akan kesepian. Namun ia segera menepis perasaan tersebut dan berjalan mendekat pada mereka.

"Jiji, kenapa hanya hime-sama yang kau peluk apakah kau tidak merindukanku ?" Tanyanya dengan menampilkan wajah yang terlihat sedih.

"Hei kau kan sering bertemu denganku, untuk apa aku memelukmu. Lagipula kau sudah bukan anak kecil lagi Hak." Sambung kakeknya

"Hah, Hak sering bertemu Kakek ? Kenapa kau tak pernah memberitahuku Hak ? Curang sekaliii" Balas Yona sambil merengut.

"Jika aku memberitahumu maka kau pasti akan bersikeras untuk ikut. Lagipula aku kesini karena masalah kerajaan." Sambung Hak.

"Sudahlah, ayo sebaiknya kalian makan terlebih dahulu. Lalu setelah itu kalian beristirahat. Perjalanan kalian tadi memakan waktu seharian tentunya kalian sangat lelah." Ajak Kakek Hak.

"Baiklah kakek." Sahut keduanya.

Setelah makan malam usai, Hak memilih duduk-duduk di luar sambil menatap langit malam yang kebetulan cerah. Ia membawa sebotol sake untuk menemaninya. Yona yang melihatnya segera menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Hak, kau belum mengantuk ?"

"Oh, hime-sama. Kenapa kau kesini ? Apakah ada sesuatu yang di perlukan ?" Tanya Hak beruntun.

"Tidak, tidak Hak. Aku kesini hanya ingin duduk bersantai setelah makan malam. Sepertinya duduk disini enak." Balas Yona.

Hak hanya mengganggukkan kepalanya lalu kembali meneguk sakenya. Dilihatnya Yona melalui ekor matanya dan kemudian dialihkannya lagi pandangannya. Duduk bersamanya seperti ini membuatnya mengenang masa lalu yang tidak pernah ia lupakan.

"Hak, rasanya setiap kali aku kesini aku merasa nyaman dan tenang. Rasanya seperti aku berada di tengah-tengah keluargaku sendiri. Karena aku selalu di sambut hangat oleh keluargamu dari suku angin. Aku ingin sekali mempunyai keluarga seperti kalian. Mengingat aku hanya sendirian selama 5 tahun ini karena ayahku sudah meninggal." Yona berkata sambil memejamkan matanya. Hak yang melihat ada guratan kesedihan di wajah Yona langsung mengelus kepala Yona dengan lembut. Yona yang menyadarinya segera membuka matanya dan menatap Hak dengan mata berkaca-kaca.

"Hime-sama, kami semua sudah menganggapmu sebagai keluarga. Kau tak perlu lagi bersedih, karena kami akan selalu ada untukmu hime-sama. Aku dan kakek sangat sayang padamu begitu juga dengan warga suku angin lainnya. Jika kau merindukan suku angin aku tidak keberatan untuk menemanimu datang kesini." Balas Hak sambil menatap Yona.

Yona yang merasa tersentuh dengan perkataan Hak akhirnya langsung memeluk pemuda itu dan menenggalamkan kepalanya di dadanya. Ia merasakan kehangatan dan kenyamanan yang menjalari hatinya. Ia tak tahu mengapa namun setiap kali ia memeluk Hak, perasaanya menjadi tenang dan ia merasa jadi dirinya sendiri. Rasanya ia tak mau melepaskan pelukannya. Hak yang menyadari Yona memeluk dirinya dengan sangat erat balas memeluknya dan mengusap kepalanya dengan lembut sambil mencium kepalanya. Tak lama, Yona melepas pelukannya dan menatap Hak dengan serius.

"Hak, selama ini aku bertanya-tanya. Kau kan sekarang sudah menginjak 23 tahun, bahkan kau hampir menginjak 24 tahun. Apakah kau tidak pernah menyukai seorang gadis atau berniat untuk menikah di usiamu yang sekarang ?" Tanya Yona penasaran sambil harap-harap cemas.

Hak yang ditanya pertanyaan seperti itu oleh Yona terkejut dan segera mengalihkan pandangannya. Ada sedikit rona merah di pipinya saat mendengar pertanyaan itu. Ia berpikir apakah ia harus menyatakan perasaannya pada Yona. Yona yang melihat raut wajah Hak langsung memicingkan matanya dengan tajam dan memegang wajah Hak agar menatap dirinya.

"Hei, aku meminta jawaban darimu kenapa kau malah memalingkan wajahmu." Yona yang sekilas melihat rona merah di pipi Hak langsung menciut hatinya. Rasanya ia merasa tidak rela jika ia benar menyukai seorang gadis kecuali dirinya. Loh, ia jadi merasa aneh sendiri. Kenapa ia jadi protektif seperti ini. Padahal ia dan Hak tak menjalin hubungan apa-apa. Tapi ada rasa kekecewaan di hatinya setelah melihat raut wajah Hak barusan.

"Apakah jawabanku sangat penting hime-sama. Bukankah seharusnya kau yang sudah memikirkan pernikahan mengingat usiamu juga sudah dewasa." Balas Hak sambil menampilkan seringainya.

"Ah kau menyebalkan kenapa malah menanya balik padahal aku yang pertama kali bertanya padamu. Sebenarnya aku tidak keberatan untuk menikah saat-saat ini namun aku sendiri belom memiliki calonnya. Dan sepertinya tidak ada laki-laki yang menyukaiku mengingat sifatku yang menyebalkan dan sedikit manja." Sambung Yona, Hak yang mendengar jawaban Yona hanya menanggapinya dengan diam.

"Menurutku wajar jika seorang wanita memiliki sedikit sifat manja. Lagipula kau cantik dan tidak membosankan." Balas Hak.

"Huh, apa benar. Tapi hingga saat ini aku tak pernah menerima lamaran dari siapapun. Aku ingin memiliki suami yang bisa memahamiku dan melengkapi kekuranganku nantinya. Aku tidak ingin suamiku menikahiku hanya karena kedudukanku ataupun karena kecantikanku, dan juga ia bersedia menemaniku baik susah maupun senang. Memangnya ada laki-laki seperti itu Hak ?" Tanya Yona.

"Hm. Ada kok, aku mencintaimu sedari dulu tak peduli kau seperti apa, yang aku inginkan hanyalah kebahagiaanmu dan aku ingin selalu berada di sisimu setiap saat." Balas Hak dengan gumaman yang tidak begitu terdengar oleh Yona.

"Hak, kau melamun ya ?"

"Ah, tidak hime-sama. Sebaiknya hime-sama segera masuk ke dalam dan istirahat lagipula ini sudah larut malam." Jelasnya. Yona hanya menghembuskan nafasnya dan segera bangkit dari duduknya untuk masuk kedalam. Namun sebelum ia pergi tangannya di tahan oleh Hak.

"Selamat beristirahat hime-sama. Semoga mimpi indah." Ucap Hak sambil tersenyum. Yona hanya membalasnya dengan senyuman pula lalu masuk kedalam.

Keesokan harinya, Yona sibuk mencari Hak karena sedari tadi ia menghilang tanpa memberi kabar. Yona yang sedang kebingungan akhirnya memilih berjalan-jalan keluar rumah, namun di halaman rumah ia melihat ada seorang gadis yang sepertinya seumuran dengannya sedang berdiri sambil membawa keranjang yang cukup besar dan kelihatannya ia pun sedang mencari seseorang.

"Maaf, kau siapa ya ? Apakah kau sedang mencari seseorang ?" Tanyanya.

"Ah iya, perkenalkan namaku Mora. Aku adalah temannya Hak. Kudengar ia sedang berada di suku angin maka dari itu aku menghampirinya. Apakah kau juga temannya ? Kau tahu dimana Hak sekarang ?" Tanyanya pada Yona.

Yona yang ditanya seperti itu oleh gadis bernama Mora merasa sedikit kesal, entah kesal karena Hak selama ini tak pernah cerita padanya bahwa ia memiliki teman seorang wanita atau karena gadis tersebut menganggap bahwa Yona hanyalah teman Hak semata. Saat akan menjawab pertanyaan gadis itu tiba-tiba Hak berjalan mendekati keduanya dari arah belakang rumah.

"Hak, sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu terutama semenjak kau menjadi jenderal suku angin dan pindah ke istana. Mankanya begitu aku mendengar kabar bahwa kau kembali kesini aku ingin segera bertemu denganmu." Gadis bernama Mora itu terlihat senang sekali bertemu Hak.

"A-haha iya kita sudah lama sekali tidak pernah bertemu. Bagaimana kabarmu ? Apakah kau masih tinggal dengan keluarga angkatmu ?" Tanya Hak pada gadis itu.

"Aku baik-baik saja, tentu saja aku masih tinggal bersama mereka. Rasanya semenjak hari itu hidupku menjadi lebih baik, tapi sayangnya kau malah pergi. Ohya, ini aku membawakan beberapa buah-buahan segar untukmu. Kuharap kau suka, kebetulan kebun kami saat ini sedang panen jadi aku ingin kau juga bisa menikmatinya." Jawab gadis itu sambil tersenyum menatap Hak. Hak yang merasa tidak enak akhirnya menerima keranjang itu dan mengucapkan terima kasih. Diliriknya Yona yang sedari tadi hanya diam memperhatikan dirinya berbicara dengan Mora sambil menampilkan raut wajah yang menurutnya aneh.

Yona yang sedari tadi diam merasa ia hanya menjadi obat nyamuk bagi mereka berdua. Akhirnya ia pun menyingkir dari sana lalu pergi jalan-jalan sendirian mengelilingi desa. Ia merasa cemburu melihat Hak begitu dekat dengan gadis lain sampai-sampai mengabaikan dirinya begitu saja, saking kesalnya ia sampai menendang-nendang kerikil di tanah untuk melampiaskan kekesalannya.

"Dasar Hak menyebalkan. Kenapa ia tidak menoleh sedikit pun padaku dan hanya menatap gadis itu. Apakah dia gadis yang disukai Hak ?" Yona mulai bertanya-tanya yang membuat pikirannya semakin kacau. Ia mulai mempercepat langkahnya dan mengabaikan orang-orang yang menatap dirinya. Karena tidak memperhatikan jalan, ia akhirnya tersandung batu dan saat dirinya akan terjatuh ia merasa lengannya di pegang oleh seseorang sehingga ia tidak jadi jatuh ke tanah. Dilihatnya orang yang sudah menyelamatkannya itu dan tanpa di duga ternyata yang datang adalah Hak. Sejak kapan ia berada di sini, Yona hanya memperhatikan Hak sebentar lalu kemudian melepaskan tangannya yang sedang dipegang oleh Hak dengan sedikit kasar. Hak terkejut dengan sikap Yona yang seperti itu padanya, apakah ia marah karena tadi diabaikan. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk mengabaikan Yona tadi, hanya saja gadis bernama Mora tadi terus mengajak ngobrol dirinya sehingga ia tidak mempunyai kesempatan untuk menyapa Yona.

"Hime-sama lain kali kalau berjalan lebih berhati-hati. Tadi malam turun hujan sehingga jalanan agak basah dan licin. Apakah ada yang terluka ?" Tanya Hak pada Yona. Namun yang ditanya hanya mengabaikannya dan malah pergi meninggalkannya. Hak semakin bingung dengan tingkah Yona dan memutuskan untuk mengikutinya. Yona yang merasa risih diikuti oleh Hak akhirnya berhenti sebentar dan menoleh kebelakang.

"Terima kasih tadi sudah menolongku, tapi berhentilah mengikutiku. Saat ini aku hanya ingin sendiri Hak." Tutur Yona tanpa memandang wajah Hak. Setelah itu ia kembali melanjutkan jalannya tanpa menoleh ke belakang.

"Hime-sama, ada apa denganmu ? Kenapa kau tiba-tiba marah padaku ? Jangan membuatku khawatir seperti ini." Teriak Hak pada Yona.

Yona yang merasa kesal ikut membalas teriakan Hak, "Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Khawatirkan saja gadis itu, dia kan temanmu."

Hak yang mengerti dengan ucapan Yona segera berlari mengejar Yona dan menarik tangannya.

"Apakah kau sedang cemburu hime-sama ?" tanya Hak pada Yona dengan menampilkan seringainya. Yona yang melihat seringai Hak menjadi semakin kesal dan berusaha melepaskan cengkeraman Hak pada lengannya namun usahanya sia-sia karena Hak tidak akan melepaskannya sebelum Yona menjawabnya.

"Aku tidak cemburu. Aku hanya kesal padamu karena sedari pagi kau menghilang padahal aku sudah berkeliling mencarimu dan saat kau muncul kau malah mengabaikanku karena gadis tadi." Yona akhirnya menjawab pertanyaan Hak sambil memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Hak tahu bahwa dirinya cemburu. Namun Hak mengerti maksud perkataan Yona. Ia hanya menampilkan senyumannya dan menatap wajah Yona dengan gemas.

"Itu namanya cemburu hime-sama. Mengaku sajalah. Lagipula aku dan gadis itu hanya berteman biasa. Aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri karena dia dulu hanya seorang diri." Jelas Hak pada Yona. Yona sedikit lega mengetahui Hak tidak memiliki perasaan khusus pada gadis itu. Perlahan raut wajahnya berubah dan cengkeraman di tangan Yona mulai mengendur. Hak melepaskan cengkeramannya pada lengan Yona dan balik menggandeng tangan Yona dengan lembut. Dalam hati Hak tersenyum geli melihat tingkah Yona yang begitu kekanakan tadi.

"Ayo, aku akan menunjukkanmu sesuatu yang bagus disana mumpung hari belum beranjak siang." Sahut Hak sambil berjalan. Yona hanya mengikutinya dari belakang.

Ternyata Hak membawanya ke tebing perbatasan antara suku angin dan suku api. Disana terlihat pemandangan yang begitu indah. Terlihat pegunungan yang menjadi pembatas antara Kerajaan Kouka dengan Kekaisaran Kai. Selain itu, pemandangan sungai dan pepohonan yang rimbun membuat udara di sana terasa segar dan nyaman. Yona yang melihat hal itu menatapnya dengan kagum. Sudah lama sekali rasanya ia tidak melihat pemandangan seperti ini. Perlahan ia menampilkan senyum tulusnya, Hak yang melihat senyum tulus Yona hanya memandanginya tanpa bersuara sedikitpun.

"Hak, maafkan sikap dan perkataanku yang tadi. Aku tidak bermaksud untuk bersikap dan berkata kasar padamu. Tapi entah kenapa aku tidak suka melihatmu dekat dan akrab dengan wanita lain seperti tadi. Rasanya hatiku sakit melihatmu seperti tadi. Mankanya aku menghindar darimu untuk menenangkan diriku sendiri. Tapi kau malah mengikutiku dan menanyaiku apakah aku marah padamu. Aku jadi bingung sendiri." Yona berkata terus terang mengenai kejadian yang tadi. Tak menyadari jika pemuda disebelahnya menatapnya dengan intens.

"Hime-sama, apakah kau tahu bahwa aku sedari dulu sudah memiliki seseorang yang spesial di hatiku, hanya saja orang itu tidak peka terhadap perasaanku dan hanya menganggapku sebagai temannya sehingga aku pun mulai mengubur perasaan itu dalam-dalam." Jelas Hak sambil menatap Yona.

Yona yang mendengar penuturan Hak terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka Hak sudah memiliki seseorang yang spesial di hatinya. Ia merasa seluruh tubuhnya melemas saat itu juga, sepertinya sudah tidak ada lagi kesempatan untuk dirinya masuk kedalam hati Hak.

"B-benarkah ? Siapakah gadis itu ? Apakah aku mengenalnya ? Apakah gadis yang dimaksud adalah gadis yang tadi bertemu denganmu ?" Tanya Yona beruntun sambil menundukkan wajahnya. Hak yang melihat perubahan pada ekspresi wajah Yona terdiam sesaat.

"Kau mengenalnya kok hime-sama. Dia gadis paling menyebalkan dan merepotkan yang pernah kutemui. Namun entah kenapa aku selalu ingin berada di dekatnya, menemaninya setiap saat baik sedih maupun senang dan aku hanya ingin melihatnya bahagia." Ungkap Hak tanpa memandang Yona. Yona yang mendengar jawaban Hak semakin sesak dadanya, tapi ia sekuat tenaga menahan air matanya.

"Gadis itu beruntung sekali mempunyai seseorang yang begitu tulus menyukai dirinya apa adanya. Tapi aku masih tidak paham siapa yang kau maksud Hak." Yona menanggapinya tanpa memandang Hak dan masih dengan menundukkan wajahnya. Ia berharap Hak tidak mendengar suaranya yang mulai bergetar menahan tangis.

Hak lalu menoleh dan menatap Yona, ia mengetahui Yona gelisah menunggu jawabannya. Mungkin sudah waktunya ia memberitahukan perasaan yang sebenarnya pada gadis di hadapannya. Perlahan, ia mengangkat wajah Yona dan menatapnya dengan serius.

"Gadis itu sekarang sudah menjadi putri yang bijaksana, dewasa dan cantik, memiliki rambut merah yang indah dari dulu hingga sekarang dan memiliki sifat yang sedikit manja dan kekanakan." Terangnya tanpa mengalihkan pandangannya dari mata bulat Yona. Yona yang mendengar perkataan Hak membulatkan matanya terkejut.

"M-maksudmu g-gadis i-itu a-adalah a-ku ?" Jawab Yona dengan pelan.

Hak hanya tersenyum mendengar penuturan Yona dan melanjutkan perkataannya, "Ya, gadis yang kumaksud adalah kau hime-sama. Aku sudah menyukaimu dari dulu hingga sekarang namun sepertinya kau hanya menganggapku sebagai teman masa kecil dan sahabatmu saja sehingga aku tidak ingin berharap lebih padamu." Balas Hak sambil menampilkan senyum di wajahnya.

Yona yang mendengarnya langsung menangis dan memeluk Hak dengan eratnya. Berkali kali ia berkata Hak bodoh dan menyebalkan.

"Kenapa kau tidak mengungkapkannya dari dulu Hak. Selama ini kukira kau tidak menyukaiku, mankanya aku berusaha keras agar perasaanku sendiri tidak diketahui olehmu. Aku menyukaimu Hak, kau adalah seseorang yang spesial untukku maka dari itu aku tidak ingin kau pergi meninggalkanku sendiri karena jika kau tidak ada aku akan merasa sangat kehilangan seseorang yang selama ini sudah menjadi bagian dari diriku sendiri." Yona berkata sambil menangis di pelukan Hak.

Hak yang mendengarnya merasa hatinya menghangat saat ini. Ia senang dan bahagia ternyata perasaan cintanya tidaklah bertepuk sebelah tangan. Tak menyangka Yona akan membalas perasaannya, karena yang ia pikirkan hanyalah kebahagiaan Yona. Ia sudah siap jika suatu saat nanti Yona akan menikah dan hidup bahagia dengan orang yang dicintainya. Namun ternyata orang yang dicintai Yona adalah dirinya. Cukup lama mereka berpelukan. Hak berkali-kali menenangkan Yona agar berhenti menangis sambil mengelus kepalanya. Setelah dirasa tangisan Yona berhenti, Hak mengangkat wajah Yona dan menghapus air matanya. Di kecupnya kedua mata Yona yang memerah setelah lama menangis membuat Yona salah tingkah dan pipinya bersemu. Hak tertawa melihat Yona yang sepertinya malu itu.

"Jadi, bolehkah mulai sekarang aku memanggilmu Yona-hime hime-sama ?"

"Tentu saja, panggillah aku sesuka hatimu Hak." Balas Yona.

"Hm, kalau begitu berarti hubungan kita sekarang sudah lebih dari sekedar sahabat. Apa kau ingin aku segera melamarmu Yona-hime ?" Tanya Hak sambil memamerkan seringai jahilnya.

Yona yang ditanya pertanyaan seperti itu oleh Hak langsung memalingkan wajahnya karena malu.

"K-kenapa kau menggodaku terus sih Hak.. Menyebalkan sekali." Yona mengehembuskan nafasnya lalu berjalan mendahuluinya. Hak yang melihatnya hanya tertawa dan segera menggandeng tangannya lalu mereka berdua pulang ke rumah bersama-sama.