Hadiah yang Tak Diharapkan

Author of fic : Hoshino Rie

Disclaimer : Detective Conan selamanya milik Aoyama Gosho

Warning : Mungkin sedikit OOC dan ada banyak kekurangan lainnya, fic pertamaku

Happy Reading Minna-san! :D


Summary:
Ran diculik! Bagaimana bisa? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa lagi jika kejadian itu terjadi tepat pada hari ulang tahun Ran. Hadiah yang sangat tak diharapkannya. Penculikan yang menghancurkan hari ulang tahunnya?


Pagi ini langit terlihat biru cerah. Dengan awan putih jernih berarak indah memberi sentuhan warna yang makin menambah kesempurnaan. Matahari tampak telah bangkit dari peraduannya dan menyapa setiap orang. Sinarnya lembut menyentuh setiap kehidupan. Tetes embun yang masih tersisa di antara dedaunan membuat pagi ini terasa makin menyejukkan. Burung-burung pun mulai menyanyikan orkestra alam menyambut pagi.

Bagi sebagian orang hari ini mungkin hanyalah hari biasa. Sama seperti hari-hari lainnya. Tidak ada perayaan hari besar, tidak ada libur. Sama sekali tidak ada yang istimewa. Hanya hari senin seperti biasa, yang merupakan awal dari kerutinan rangkaian aktivitas di minggu yang baru. Tapi yang pasti, lain halnya dengan gadis itu. Ya, hari ini adalah hari yang sangat istimewa dan bersejarah baginya. Karena 17 tahun yang lalu, di hari inilah dia terlahir ke dunia.

Di tengah kesibukan kota, seorang gadis dengan rambut berwarna hitam kecokelatan sepunggung tampak membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Merasakan hembus angin menerpa lembut rambutnya. Kulitnya terasa sedikit bergidik ketika angin itu makin bermain di sekitarnya, menyampaikan pesan dari musim dingin yang sebentar lagi akan tiba. Ran Mouri─itulah nama gadis itu─melangkahkan kaki menjauh dari jendela kamarnya dan berbaring di kasurnya yang hangat.

Ran menatap lekat langit-langit kamarnya. Dia tersenyum penuh arti. Ya, hari ini memang hari yang istimewa baginya. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Namun, sedetik kemudian senyum yang membingkai wajahnya perlahan menghilang dan berganti menjadi gurat-gurat kesedihan. Seakan ada duka yang begitu dalam terpancar dari matanya. Dia tahu, seharusnya dia tersenyum ceria dan bersemangat menyambut hari ini, tapi…. "Hari ini tak akan sama tanpanya." bisik Ran lirih.

Tanpa sadar, setetes cairan bening seperti kristal itu mengalir lembut membasahi pipinya. "Shinichi…." Untuk yang kesekian kalinya, Ran mengucapkan nama itu dalam hatinya. Ya, tahun ini tak akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dulu, dia pasti akan sangat bersemangat menyambut hari ini. Dia akan menunggu ucapan dari setiap orang yang dikenalnya, terutama dari laki-laki itu, Shinichi Kudo. Meskipun seingatnya, Shinichi selalu melupakannya. Laki-laki itu memang tak pernah mengingat hal-hal seperti itu. Otaknya hanya dipenuhi oleh kasus.

Ran tersenyum mengingat semuanya. Kemudian dia terkekeh pelan. Tawa yang akan membuat setiap orang yang mendengarnya merasa iba. Kemudian dihapusnya air matanya sambil mencoba tersenyum. Diambilnya napas dalam-dalam lalu dihembuskannya perlahan. Seakan mencoba memberi kekuatan untuk menenangkan dirinya sendiri. Setelah merasa kembali dapat mengendalikan dirinya, Ran melangkahkan kakinya dan bersiap untuk berangkat sekolah.

…~oO*Oo~…

Ran terus menapakkan langkah-langkah kakinya santai memasuki gerbang sekolah. "Hari ini di kelas pasti akan heboh lagi." Batin Ran dalam hati sambil tersenyum.

"Hai Ran!" suara yang sangat dikenalnya menyapa dengan riang gembira.

"Hai Sonoko." Ran tersenyum dan membalas sapaan Sonoko hangat.

"Selamat ulang tahun ya Ran. Ini hadiahmu dariku." Ucap Sonoko sambil menyerahkan sebuah kotak hadiah terbungkus rapi dengan kertas kado berwarna merah muda.

"Iya, terima kasih Sonoko. Apa ini?" Tanya Ran sambil tersenyum manis. Sahabatnya yang satu ini selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Ran dan memberinya hadiah─Ayahnya seperti biasa masih tidur dan Conan menginap di rumah Profesor Agasa─.

"Sama-sama Ran. Kalau mau tahu buka saja. Ah, tidak kusangka sekarang kau sudah semakin bertambah besar. Padahal rasanya baru kemarin aku memakaikanmu popok." Gurau Sonoko dengan berlagak seperti ibu-ibu yang berkata pada anaknya yang mulai beranjak dewasa.

"Kau ini ada-ada saja Sonoko. Mana mungkin kau memakaikanku popok?" jawab Ran sambil tertawa. Sonoko pun ikut tertawa bersamanya. "Baiklah, aku buka ya." Tambah Ran sambil tersenyum.

"Bagaimana? Apa kau suka?" Tanya Sonoko setelah Ran membuka hadiah darinya.
"Wah…ini kan baju keluaran terbaru yang sedang diburu anak-anak perempuan di Tokyo. Terima kasih Sonoko. Ini hadiah yang sangat bagus." Jawab Ran senang sambil menyimpannya ke dalam tas.

"Hehehe, iya. Aku sengaja membelinya khusus untuk hadiah ulang tahunmumu. Kurasa itu akan cocok untukmu. Aku senang kalau kau suka." Ucap Sonoko sambil tersenyum puas.

Tepat setelah itu bel sekolah pun berbunyi. Mereka segera bergegas memasuki kelas.

…~oO*Oo~…

Ran's POV

Sekarang, aku telah sampai di Tropical Land. Aku mengingat kembali kata-kata Sonoko sebelum aku menyuruhnya pulang duluan saja dan mengatakan kalau aku ingin pergi ke sini…sendiri. Aku tahu dia pasti mencemaskanku dan sedih melihatku, tapi…. Aku menghela napas panjang dan menatap luas tempat ini. Aku hanya ingin kembali kemari dan mengenang semuanya. Di tempat yang menyimpan kenangan manis antara aku dan Shinichi.

Aku mulai menapakkan kaki. Menyusuri semua tempat yang pernah aku lewati bersama laki-laki itu. Menaiki semua wahana yang pernah kami naiki bersama. Melakukan dan mengingat kembali semua hal yang pernah kulakukan bersamanya di sini. Ya, hanya dengan Shinichi. Aku terduduk pada sebuah bangku taman yang sepi dan mencoba tertawa. Tapi kemudian aku mulai menangis. Rasanya…dada ini…begitu sesak…dan sakit. Perasaan rindu yang menggebu ini rasanya sudah tak tertahan lagi dan memaksa keluar bersama air mata yang membanjiri wajah ini.

Aku terus saja menangis. Menikmati kesendirianku. Mengenang semua saat-saat bersama Shinichi. Mengingat semua tentangnya. Aku tahu, dengan datang kemari, ini hanya akan membuatku semakin sakit. Tapi aku tidak peduli. Aku benar-benar merindukannya. Aku ingin bisa merasakan kehadirannya melalui semua ingatan bersamanya di tempat ini. Aku ingin sekali lagi merasakan kehangatan di saat-saat bersamanya, meskipun kemudian aku akan kembali merasa jauh lebih sakit. Karena aku pasti akan merasa semakin kehilangannya, seperti saat ini. "Shinichi..." Aku memanggil namanya untuk yang kesekian kalinya di sela isak tangisku. Seakan dengan begitu, laki-laki itu akan datang di hadapanku.

"Kenapa menangis nona? Apa ada yang mengganggumu?" tiba-tiba sebuah suara menyeruak di antara isak tangisku. Sebuah suara yang tidak kukenali.

Seketika aku menghentikan tangisku. Perasaanku menjadi sangat tidak enak. Entah kenapa perasaanku mengatakan aku sedang dalam bahaya. Aku sudah akan mendongakkan kepalaku untuk melihat pemilik suara itu sambil menyiapkan pukulan karateku untuk berjaga-jaga, ketika tiba-tiba aku merasakan ada yang menyekapku dari belakang. Aku sempat mencoba meronta dan melawan. Namun…terlambat.

…~oO*Oo~…

.

.

To Be Continued~to chapter 2


Selesaiii. Sampai sini dulu chapter satu yang aku buat. Bagaimana menurut minna san? Maaf kalau masih banyak kekurangan dan ceritanya kurang menarik. Maklum, ini fic pertamaku, hehe. Jadi, aku ini masih benar-benar pemula yang membutuhkan bantuan dan saran dari senpai-senpai semua. Karena itu, mohon reviewnya.

Silahkan menulis komentar apa saja ; boleh pujian, boleh kritikan, boleh sekedar minta update; semuanya kuterima dengan senang hati─asal jangan flame, ngeri─. Aku percaya, review dari minna san bisa menjadi pelajaran untukku agar dapat lebih baik lagi dan dorongan agar lebih bersemangat meramaikan dunia fanfic. Akhir kata, terima kasih sudah membaca dan mohon reviewnya *bungkukin badan/ojigi* :D


**Hoshino Rie**