Oke saya kembali setelah lama Vakum
dan mohon maaf karena kelamaan gak update-ditabok-maka dari itu saya membuat sebuah Fic ini
Spoiler aja nih cerita tentang beberapa char P3 Series di dunia P4, dan tentunya char P4 juga ada.
tanpa banyak bacot tolong nikmati fic saya dan saya ingatkan jangan membaca nih fic sambil makan makanan basi, takutnya anda di makan Hiu. (naek Ambulans)
P3 Series dan P4 punya atlus
Go to Countryside
Stasiun Tokyo terdiri dari banyak orang yang hilir budik.. mudik maksudnya. Mondar-mandir, naik-turun, pulang-pergi dan lain-lain. Seorang gadis berambut coklat kemerahan, dengan iris mata berwarna merah memainkan handphonenya diiringi musik dari headphonenya.
Burn my dread…
I will shrug the pain…
And run 'til I see the sunlight again…
Oh, I will run burning all regret and dread…
And I will face the sun with pride of the living….
Begitulah bunyi lagu yang terdengar dari Headphone merah yang terpasang di telinganya. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang, begitu ia memutar balik tubuhnya berdiri seorang pemuda berambut putih mangkuk.
"Maaf, apa anda bernama Kaori Nagisa Arisato?" tanya pemuda itu. gadis yang sedang di tanyai itu mengangguk mengiyakan. Tangan pemuda itu segera merogok kantong celananya dan mengeluarkan dompet bewarna pink dengan symbol XXII bewarna keemasan. Gadis itu terkejut karena menyadari kalau dompetnya menghilang "Ini milikmukan? Tadi terjatuh dimesin penjualan tiket." Pemuda itu menyerahkan dompet itu kepada pemiliknya.
"Te-terima kasih, aku tidak tau kalau tidak ada barang ini." kata Kaori itu sembari mengambil dompetnya dari tangan sang pemuda. "Lain kali hati-hati." Pemuda itu tersenyum lalu pergi meninggalkan Kaori.
Beberapa pengeras suara berkumandang dengan suara petugas dari pusat informasi. "Perhatian, Sebentar lagi kereta jurusan Yasoinaba akan segera berangkat. Bagi penumpang dengan jurusan Yasoinaba harap segera menaiki kereta. Sekali lagi, Kereta jurusan Yasoinaba akan segera berangkan. Bagi penumpang dengan jurusan Yasoinaba agar segera menaiki kereta dengan jurusan tersebut. Terima kasih" Suara itu menghilang bagai suara yang di serap oleh peredam suara. Kaori segera naik ke gerbong terdekat, tapi didalam gerbong itu sudah tidak ada tempat duduk lagi. Ia menghela napasnya sejenak lalu berjalan menuju garbong selanjutnya dan sama saja gerbongnya juga penuh. Setelah memerhatikan kursi-kursi di gerbong itu yang sejauh mata memandang sudah di tempati orang, ia melihat tempat kosong disebelah seseorang yang sedang duduk mengadah kejendela.
Takut rezekinya di patok ayam, Kaori segera mendekati kursi kosong itu. Alangkah terkejutnya dia ketika mendapati seseorang yang duduk tersebut adalah seseorang yang tadi menemukan dompetnya diluar. "Maaf, apakah aku boleh duduk disini?" tanya Kaori. Pemuda itu menengok kearah Kaori dan sedikit terkejut dengan keberadaan gadis yang barusan ia tolong. "Oh, ya tentu." Kaori segera menaruh tasnya di rak yang berada di atas kursi penumpang sementara sang pemuda kembali menghadap kearah jendela. Kereta mulai berjalan sementara Kaori mendengarkan musik, pemuda masih saja melihat pemandangan di luar kereta.
Setengah perjalanan dilalui mereka dengan diam, tidak ada tanda-tanda dari si pemuda untuk bicara. Bosan, Kaori segera memulai pembicaraan. "Tadi, terima kasih karena kau telah menemukan dompetku tadi." Si pemuda itu menengok kearah Kaori. "Bukan masalah besar." Ia kembali lagi menghadap jendela.
"Namamu siapa kalau aku boleh tau?" tanya Kaori. "Souji Seta Sanada, tapi aku lebih sering menuliskan namaku Souji Seta karena Seta adalah nama ayahku"
"Aku Kaori Nagisa Arisato,sama denganmu aku juga lebih suka di panggil Kaori Nagisa dari pada ditambah Arisato yang menurutku itu kepanjangan." Mereka berjabat tangan. Kaori merasa sangat Familiar dengan nama Sanada, ia mencoba mengingat-ngingat siapa yang memiliki nama itu.
"Tujuanmu ke Inaba karena apa?" tanya Souji.
" Aku ke inaba hanya ingin menenangkan diri saja disana." Souji mengangguk mengerti. "Kalau kau sendiri kenapa?" Souji tidak segera menjawab pertanyaan yang di berikan Kaori. Ia hanya menutup matanya. Kaori yang merasa tidak di hormati hanya diam menunggu jawaban dari lawan bicaranya. Tiba-tiba Souji tersentak kaget, entah kenapa ia bisakaget seperti itu.
"Maaf, tadi kau bertanya apa?" Kaori mengulangi pertanyaan yang barusan ia lontarkan. "Oh, aku ke Inaba karena kedua orang tuaku pergi ke luar negeri setahun kedepan, yah bisa dibilang aku akan tinggal disana selama setahun." Ucap Souji. "Oh ya, apa kau juga akan tinggal disana?" Kaori mengangguk mengiyakan. Selama perjalanan mereka terus berbicara dan mengobrol, mulai dari musik kesukaan mereka hingga Hobi mereka.
Tiba-tiba Kaori merasa mengantuk entah kenapa, rasa kantuknnya seperti tidak mau kompromi, matanya terasa berat dan akhirnya ia tertidur lelap. Kegelapan, hanya ada kegelapan di depan matanya. Kegelapan itu lama-lama berubah menjadi cahaya berwarna biru. Cahaya itu lama-lama membesar dan ia masuk kedalam cahaa biru itu. ia merasa sedang duduk disebuah kursi yang empuk, dan tidak mungkin kursi kereta seempuk ini. Kaori membuka matanya sedikit demi sedikit, ketika ia membuka matanya lebar-lebar ia merasa sedikit ganjil dengan pemandangan yang ia lihat. Sebuah ruangan kerja layaknya ruangan pimpinan disebuah perusahaan dengan dinding dan lantai warna biru tua. Terdapat sebuah lampu gantung besar dengan api biru yang memancarkan cahaya biru terang tepat di atas dirinya. Didepannya terdapat sebuah meja kerja dengan symbol bintang, dan dibelakang meja itu seorang peria paruh baya dengan kepala nyaris botak, mata burung hantu, hidung panjang serta pakaian seperti orang penting duduk menatap dirinya dengan cengiran yang ganjil. Di sebelah kirinya seseorang laki-laki dengan tubuh jangkung berambut putih dengan iris mata bewarna merah, serta memakai pakaian serba biru berdiri di samping pria paruh baya itu dengan membawa buku setebal kamus atau seperti buku novel Harry Potter and the order of the phoenix.
"Welcome to velvet room." Ucap pria tua itu. "Namaku Igor, aku adalah salah satu penghuni di Velvet Room ini." Kaori hanya menatap Igor dengan pandangan bingung sekaligus khawatir.
"Jangan khawatir, aku memanggilmu kesini lewat mimpi." Kaori yang dari tadi bingung mulai angkat bicara. "Kenapa aku bisa berada di tempat ini?"
"Kedepan, kau akan menghadapi sebuah takdir yang sangat sulit untuk kau jalani, maka dari itu aku memanggilmu kesini untuk memberimu bantuan." Ucap Igor sambil melemparkan senyum ganjil. Kaori yang belum mengerti mulai berbicara lagi. "Takdir? Takdir seperti apa? Dan apa aku harus membayarmu?"
"Oh, tentu saja tidak anaku, kau tak perlu membayarku, dan juga soal takdirmu kedepan aku akan meramalkan takdirmu." Igor menjulurkan tangan kanannya kearah meja dan muncul beberapa kartu yang di tumpuk menjadi satu dan sebuah map merah. "Sebelum aku mulai meramal silakan kau mengisi kontrak itu dulu." Kata Igor.
Dengan cepat jari-jari Kaori segera membuka map itu dan menuliskan namanya. Selesai, map itu tiba-tiba menghilang. "Nah, mari kita mulai" ajak Igor. Ia mulai menyebarkan 5 kartu Tarot ke 5 titik di setiap ujung bintang. Ia memulai membuka salah satu kartu terdekat. "The Moon, posisi tegak, kau memiliki kemampuan untuk menganalisa dan juga kemampuan untuk menyelesaikanmasalah secara kepala dingin."
"The sun, dengan posisi tegak, kau akan membuat seseorang yang berada di sekitarmu akan merasa bahagia, kau juga akan selalu memberi semangat kepada seseorang yang sangat penting dan paling berharga bagimu." Kaori merasa aneh dengan pernyataan yang dilontarkan Igor atas ramalannya, terutama pada kata 'orang yang sangat penting dan paling berharga bagimu' karena ia sudah kehilangan orang-orang yang paling berharga baginya
"Ngomong-ngomong, aku lupa memperkenalkan asistenku disini." Igor memutar kepalanya kepada asistennya yang berada disebelahnya. "Dia adalah Theodore, salah satu orang yang akan membantumu disini selain aku."
"Namaku Theodore, senang berkenalan denganmu." Ucap Theodore.
"Nah,untuk hal-hal yang lainnya akan aku beritahukan nanti." Igor nyengir walaupun dari tadi emang udah nyengir aneh. "Until we meet again" itulah kata-kata terakhir Igor yang ia dengar sebelum ia ditelan kegelapan kembali.
"…ngun.." suara lembut seseorang terdengar samar-samar tapi terasa dekat. "..Bangun.. hei bangun." Kata suara lembut yang memaksa Kaori untuk membuka matanya. "So-Souji, ada apa?" tanya Kaori dengan mata setengah mengantuk.
"Sebentar lagi kita akan sampai diInaba, lebih baik kau bersiap." Kaori baru sadar kalau pemandangan di luar jendelanya sudah berubah, dari atap-atap rumah menjadi bukit-bukit hijau. Ia juga baru sadar kalau Souji sudah menurunkan barang bawaanya dan juga tas yang dibawa Kaori. "I-ini kau yang menurunkannya?" tanya Kaori menunjuk tasnya yang sudah berada di bawah kakinya. Souji hanya mengangguk. "Te-terima kasih banyak." Ucap Kaori gagap. "Terima kasih kembali." Balas Souji.
Tak beberapa lama setelah itu kereta mereka berhenti tepat di stasiun yang bertuliskan Yasoinaba station
"Jadi habis ini kau mau tinggal dimana?" tanya Souji. "Aku akan tinggal di rumah sahabat pamanku disini, kalau kamu Souji?"
"Aku juga akan tinggal di rumah pamanku disini, tapi aku tidak ingat mukanya seperti apa." Kaori terkikik mendengar jawaban Souji. Menurutnya aneh kalau ia sampai lupa wajah pamannya sendiri. "Kenapa kau ketawa seperti itu?"
"Tidak..tidak ada kenapa-napa." Walaupun ia berkata seperti itu, ia tetapsaja tak bisa menutupi cengiran yang membuat Souji merasa aneh. Ketika mereka sampai di lapangan parkir, terdengar seseorang memanggil mereka.
"HEEY, SEBELAH SINI!" panggil orang itu dengan sedikit berteriak. Mereka berdua pun menoleh mencari orang yang telah memanggil mereka. Terlihat seseorang pria lumayan berumur dengan kemeja biru dengan dasi merah terpasang di lehernya melambai kearah mereka. Mereka berdua segera mendekati pria itu.
"Hey, kau Souji Sanada kan? Tanya pria itu. "Kalau yang anda memanggil saya dengan Souji Seta baru saya mengiyakan." Ucap Souji sinis. Anehnya pria itu malah tertawa. "Haha.. aku lupa kalau kau tidak suka dipanggil dengan nama keluargamu."
"Aku Ryotaro Dojima, pamanmu, aku yang menggantikan popokmu sewaktu kau masih bayi, tapi sepertinya kau tak ingat ya." Souji hanya tersenyum lalu mengajak Dojima bersalaman. "Aku Souji Seta 17 tahun, mohon bantuannya setahun kedepan."
"Hahaha.. gak usah formal begitu, biasa aja." Walaupun bicara begitu Dojima menjabat tangan Souji walaupun niatnya buat sekedar sopan aja. Ia juga melirik gadis yang berada disamping Souji. "Anda siapa? Teman Souji ya?"
"Bisa dikatakan begitu, kami bertemu ketika berada di stasiun Tokyo." Jelas Kaori. Dojima mengangguk-ngangguk lalu mulai bertanya lagi. "Lalu kau sedang menunggu siapa?"
"Aku sedang menunggu sahabat pamanku disini, aku akan tinggal dengannya selama setahun kedepan." Mendengar penjelasan Kaori, muka Dojima tampak sedikit kaget. "Boleh aku tau nama Pamanmu itu?" tanya Dojima
"Hideyoshi Arisato." Jawab Kaori singkat. Muka Dojima tiba-tiba menjadi cerah. "Oh, jadi kamu keponakan Pak Arisato toh? Untunglah aku tidak perlu repot-repot mencarimu."
"Jadi anda yang di maksud paman saya, perkenalkan nama saya Kaori Nagisa." Mereka berduapun berjabat tangan. Tanpa disadari muncul seorang anak perempuan kecil dengan rambut di kuncir dari belakang Dojima. Anak itu memiliki wajah yang manis dan polos, mata hitamnya mirip dengan Dojima.
"Ah, benar juga, kenalkan ini anakku namanya Nanako, Nanako ayo perkenalkan dirimu." Ajak Dojima kepada anaknya. Sayangnnya anaknya tidak seperti Dojima yang terlihat mudah bergaul, anaknya tipikal anak yang pendiam. Buktinya ketika ia diajak berkenalan oleh Dojima denganSouji dan Kaori ia hanya mengucapkan "Hai." dengan muka malu-malu. "Ah, mungkin Nanako grogi karena ketemu kakak-kakak ganteng dan juga cantik, eheheh." Godaan Dojima dibalas oleh pukulan Nanako dibagian punggung. Souji dan Kaori mukanya hanya memerah dipuji seperti itu.
"Kalau begitu,ayo kita semua naik ke mobil." Ajak Dojima
Ditengah perjalanan menuju rumah Dojima dihabiskan dengan perbincangan mulai dari kabar tentang orang tua Souji hingga cerita tentang Dojima meyelesaikan sebuah kasus bersama beberapa detektif terkenal. Entah kenapa jalan mobil milik Dojima mulai tersendat-sendat. "Aduh, aku lupa mengisi bensinnya." Kata Dojima sambil menepuk dahinya ditambah lagi Nanako ingin buang air kecil. Untunglah beberapa meter lagi ada tempat pengisian gas sehingga mereka tidak terlalu khawatir karena mogok di jalan dan Nanako tidak mengompol di mobil .
Sesampainya di pombensin mereka segera di datangi oleh seorang petugas bertubuh jangkung. "Ada yang bisa aku bantu pak?" tanya petugas itu. Dojima segera keluar dari mobilnya diikuti Nanako. "Tolong isi penuh dengan yang regular."
"Baik pak, akan segera saya isi." Jawab petugas itu. "Oh, ya Nanako kamu ingin kekamar mandikan? Kamu bisa sendiri?" Nanako mengangguk. Petugas itu langsung ngerocos menunjukan dimana kamar mandinya. Stelah mendapat penjelasan secara detail dari petugas itu, Nanako segera berjalan menuju tempat yang dimaksud.
'Ah, waktunya untuk merokok.' Gumam Dojima, lalu ia ngeloyor pergi. Souji yang bosan ikut keluar mencari udara segar pedesaan, diikuti Kaori yang juga ingin mencari udara segar alam pedesaan. Melihat dua orang asing yang keluar dari mobil, petugas itu mendekati mereka.
"Hai, kalian bukan berasal dari sini ya? Apa kalian akan tinggal di kota ini?" Souji dan Kaori mengangguk secara bersamaan. "Sepertinya kalian masih pelajar, apa kalian akan bersekolah di Yasogami High?"
"Yah, memang kami disini akan belajar di SMA itu." jawab Souji santai sambil menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya yang ternyata memiliki bau bensin. "Tapi aku yakin kalian akan cepat bosan berada disini. Tapi hei, kalian bisa mengisi waktu luang kalian dengan kerja paruh waktu disini." Petugas itu lalu menjulurkan tangannya, tanpa pikir panjang Souji segera memegang tangan petugas itu bersalaman. "Yah, kita lihat saja apa kita akan bosan apa tidak." ucap Kaori. Setelah menjabat tangan Souji petugas itu menjulurkan tangannya kepada Kaori dan Kaori segera menjabat tangan petugas itu.
"Oh, aku harus mengisi bensinnya dulu." Petugas itu langsung pergi kesisi lain mobil untuk mengisi bahan bakar yang diminta Dojima. Tiba-tiba kepala Kaori terasa segera memegang dahinya kepalanya berharap rasa pusingnnya segera menghilang. Tanpa ia sadari, disaat yang sama Souji juga merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakan Kaori. Didepan mereka berdua muncul Nanako yang sudah menunaikan kewajiban yang harus ia jalani. Melihat kedua orang didepannya bertampang pucatia merasa khawatir. "Apa kalian sakit?"
"Tidak, kami tidak apa-apa kok." Jawab Kaori cepat-cepat. Tapi Nanako sepertinya kurang percaya. Kemunculan Dojima member keuntungan kepada mereka berdua, takut-takut Nanako bertanya lebih jauh. Setelah Dojima membayar kepetugas, ia segera memacu mobilnya menuju rumah tercinta miliknya. Mereka akhirnya sampai tujuan sebenarnya yaitu Dojima residence. Yah rumahnya bertingkat walaupun tidak besar-besar sekali.
Mereka memasuki rumah sederhana milik Dojima. Kesan pertama mereka berdua masuk rumah itu adalah BERANTAKAN. Meja makan penuh dengan barang dan kertas-kertas, bantal berserakan dimana-mana. Yah mungkin itulah yang membuat kesan rumah itu berantakan walaupun selebihnya bersih.
"Oh,ya barang-barang yang kalian perlukan sudah kutaruh dikamar kalian, jadi kalian tinggal merapihkannya saja." Jelas Dojima. Tapi mereka berdua tidak tahu kamar mereka dimana. "Maaf paman Dojima, kamar aku dan Souji berada dimana?" Dojima tidak langsung menjawab pertanyaan Kaori. "Paman, Kamarku dimana?" tanya Souji sedikit menekan.
"Yah, dirumah ini hanya ada satu kamar yaitu kamarku, dan Nanako juga tidur bersamaku…" Dojima diam sebentar,lalu ia melanjutkan kata-katanya lagi. "dan juga ruangan di lantai dua itu sebenarnya adalah ruang kerjaku, tapi karena jarang aku pakai jadi ruangan itu menjadi kamar kalian berdua." Souji dan Kaori melongo tidak percaya apa yang mereka dengar. Mereka berdua kaget setengah mati dengan fakta mereka harus tidur 1 kamar, ditambah bahwa mereka baru saja bertemu.
"Ta-tapi kenapa harus satu kamar?" tanya Kaori dengan suara memelas. Sementara Dojima hanya menjawab. "Tak masalahkan? Lagi pula Futon kalian berdua sudah aku pisah dan aku percaya pada kalian berdua bahwa kalian tidak mungkin macam-macam." Ia menatap tajam kepada dua remaja berbeda kelamin yang mulai sekarang akan ia asuh selama satu tahun kedepan.
Kaori ingin sekali menjawab 'Ini masalah Privasi seseorang paman.' Tapi takut di usir makanya dia diem aja. Kalau Kaori berpikir masalah privasi Souji malah mikir 'Wah pengalaman baru nih'. Walaupun ia berpikir seperti itu juga cukup kesal karena ia harus membagi kamarnya kepada Kaori dengan kata lain ia tidak bisa mengeluarkan seluruh privasinya.
Dengan wajah murung dari Kaori dan wajah setengah kesal dari Souji mereka berdua naik kekamar mereka.
'KLIK!'
Lampu kamar itu dinyalakan, pemandangan kamar itu terlihat jelas di mata mereka berdua. Kamar yang lumayan besar. Terdapat 1 sofa dan satu meja kerja yang saling berdekatan, 1 meja belajar, 1 buah Tv kecil, 2 Futon yang di tempatkan di sudut kiri dan kanan disebelah lemari dan juga 2 lemari pakaian setinggi 1 meter. Barang-barang mereka masih di bungkus kardus dan di masing-masing kardus terdapat nama mereka. Dengan cekatan mereka berdua segera membuka kardus dengan nama mereka masing-masing dan langsung menaruh barang-barang mereka sesuai tempat yang di sediakan. Tak sampai 30 menit kamar mereka yang awalnya kosong dan terdiri dari barang-barang berat serta kardus, sekarang sudah berisi barang-barang kecil yang di taruh di tempat-tempat strategis, mulai dari boneka dan pramodel gundam hingga DVD player yang di letakan di samping Tv.
'Knock! Knock!'
"Apa kalian akan turun untuk makan malam?" tanya suara polos yang sudah pasti suara Nanako. "Tentu saja, Souji apa kau akan turun juga?" Souji mengangguk. Ia berdiri lalu keluar dari kamar mereka. Kaori menyusul setelah menaruh baju-bajunya kedalam lemariya. Ketika ia sampai di ruang makan, ternyata makanannya adalah bento dan minumannya adalah jus kaleng, kecuali Dojima yang sudah jelas minumannya adalah Bir.
"Baiklah, dengan ini kita rayakan bahwa Souji dan Kaori bergabung dalam keluarga kita, Tosh!" ucap Dojima sambil mengangkan minumannya,diikuti oleh yang lainnya.
"Kita beralih dari berita cuaca, menjadi berita tentang perceraian Taro Namatame dengan Mayumi Yamano karena perselingkuhan Taro Namatame dengan Misuzu Hiragi…" Suara Tv menggelegar dengan berita atau bisa dibilang gossip. "Hah, berita itu lagi. Aku jadi bosan mendengarnya." Ucapan Dojima disetujui oleh ketiga orang yang berada di sekitarnya.
"Kaori, kau memang tidak suka gossip?" tanya Souji yang tumben ngeliat cewek yang gak suka sama gossip.
"Aku memang tidak suka Gossip, tidak baik." Ucap Kaori singkat lalu memakan kembali makanannya.
Pip!Pip!Pi!
Hp Dojima berbunyi, dengan gerakan singkat ia segera mengangkat teleponnya. Selama ia di telpon, ia hanya ngomong "iya" "He-eh" "Ok" setelah selesai ia memutuskan sambungan teleponnya dan ia mengambil jasnya bersiap untuk pergi. "Maaf, sepertinya aku harus pergi, jadi kalian harus melanjutkan makan malam tanpa ku."
"Baiklah ayah." Ucap Nanako lesu. "Maafkan Ayah Nanako." Setelah meminta maaf ia langsung pergi meninggalkan mereka bertiga. "Aku akan mengunci pintunya dari luar, jadi tolong kalian kemana-mana dulu malam ini." Ucap Dojima dari luar pintu
"Apa ayahmu selalu seperti itu?" tanya Souji penasaran. "Iya, ayahku seorang detektif, maka dari itu ia selalu pulang malam." Kaori kaget dengan ucapan Nanako barusan. "Jadi selama ini kamu selalu menjaga rumah sendirian?"
"Tentu saja, tapi aku sudah biasa jadi tak masalah." Kata Nanako dengan nada riang yang khas. "Kamu memang anak yang berani ya Nanako." Kata Souji memuji. Dipuji seperti itu muka Nanako memerah.
"Every Day's Great At Your Junes~~" suara lagu dari iklan Junes menggema diruangan itu. "Every Day's Great At Your Junes~~" Nanako mengikuti lirik lagu itu dengan suara yang merdu. "Wah, Suaramu bagus sekali Nanako." kali ini Kaori yang memuji. "Terima kasih" balas Nanako dengan muka merah malu. Mereka menghabiskan sisa waktu yang ada untuk bermain dan bercanda. Tak terasa waktu telah menunjukan jam 9 lewat. Dengan keadaan letih Souji membawa piring-piring kotor ke wastafel untuk di bersihkan. sementara Kaori mengajak Nanako untuk tidur dengan membacakan sebuah cerita untuknya. Setelah Souji membersihkan piring dan Kaori telah berhasil membuat Nanako tertidur, mereka segera naik kekamar mereka berdua. Tapi masalah baru akan dimulai.
Fic ketiga Akhirnya jadi…
well fic ini tidak ada Humor-humornya menurut saya tapi saya sangan suka membuat Fic ketika Souji ketemu Kaori karena Kaori Nagisa adalah char favorit saya di P3 series setelah Minato dan Aigis. (mungkin karena ketiganya MC) Tapi saya mohon maaf bagi pecinta P3P dan P4 karena membuat Fic ancur lebur begini dan juga sedikitperubahan nama di sana sini. Dengan sangat di harapkan para Readers memberi masukan melalui Link Review di bawah. Tapi saya tidak memaksa para Readers untuk meReview.
