"Pelarian"
Remake Story by Astrella
Park Chanyeol
Byun Baekhyun (GS)
Others
[Chanbaek]
.
.
.
.
.
.
Putri Baekhyun begitu marah saat mengetahui Ayahnya Yang Mulia Raja Kyuhyun menjodohkannya dengan pemuda yang tak pernah di kenalnya. Dengan kekesalan hati akhirnya sang tuan putri melarikan diri dari istananya yang serba mewah. Namun siapa sangka, perjalanannya malah terdampar di kastil sang tunangan. Chanyeol. Dengan berpura-pura sebagai gadis yang kehilangan ingatan, sang putri akhirnya memulai petualangannya dengan riang. Ternyata kebebasan di luar istana begitu memikatnya. Alam bebas, pohon-pohon, kicau burung dan padang rumput mengiringi kisah cinta sang putri yang biasanya penat oleh tugas-tugasnya sebagai putri mahkota.
.
.
.
.
.
.
Bintang-bintang di langit mulai memudar. Langit malam yang hitam mulai digantikan oleh langit pagi yang biru cerah. Matahari yang bersembunyi di balik gunung yang berkabut putih tebal mulai menampakkan wajahnya yang cerah. Sekelompok awan putih mengintip malu-malu dari balik gunung yang tinggi menjulang langit. Langit timur pun mulai memerah pertanda malam mulai berganti pagi. Titik-titik air di permukaan daun tampak berkilauan seperti permata. Pohon-pohon di halaman Istana Urza meneteskan embunnya yang bersinar keemasan tertimpa sinar matahari. Di kejauhan terdengar suara serangga bersahut-sahutan.
Perlahan-lahan suara serangga itu menghilang seiring dengan langit yang semakin terang. Suasana di Istana masih sunyi senyap. Hanya suara kicau burung yang terdengar. Penghuni Istana seakan-akan masih terlelap dalam dunia mimpi mereka. Penjaga pintu gerbang berdiri sambil terkantuk-kantuk. Sesekali kepala mereka mengangguk-angguk. Ketika sinar matahari mulai menerangi bumi, mereka terbangun dan menantikan penjaga lainnya yang akan mengambil alih tugas mereka.
Matahari semakin menampakkan wajahnya dan dengan sinarnya yang terang, ia menyinari seluruh dunia. Bersamaan dengan itu kegiatan manusia pun dimulailah. Demikian pula kegiatan harian di Istana. Pelayan-pelayan mulai berlalu lalang dan saling mengucapkan selamat pagi. Namun suasana di Istana masih belum ramai. Semua orang seakan-akan menjaga kesunyian pagi itu. Satu-satunya yang ramai di Istana Urza adalah burung-burung yang terbang di sekitar Istana sambil menyanyikan lagu mereka dengan penuh suka cita.
Udara yang dingin terus merambati bumi. Dalam keheningan yang menyelimuti Istana Urza itu, tiba-tiba terdengar suara jeritan seseorang. Jeritan itu membuat semua orang terkejut dan mereka lebih terkejut ketika melihat seorang wanita tua berlari di sepanjang koridor menuju Ruang Duduk.
Wanita itu terus berlari sambil berteriak-teriak, "Paduka Raja! Gawat, Paduka!" Wanita itu demikian tergesa hingga hampir semua orang ditabraknya. Tetapi ia terus berlari sekencang-kencangnya. Ketika ia tiba di Ruang Duduk, seorang prajurit bertanya, "Apa yang terjadi, Hana. Mengapa engkau berlari-lari seperti orang dikejar setan?"
"Gawat, aku harus bertemu Paduka saat ini juga," kata Hana menghiraukan pertanyaan itu.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi, Hana. Mengapa engkau tergesa-gesa seperti itu? Paduka baru saja tiba di sini dan engkau hendak menganggunya," kata prajurit itu.
Sekali lagi wanita itu mengacuhkan pertanyaan pria itu. "Aku harus bertemu Paduka Raja saat ini juga! Ini masalah yang sangat gawat."
"Apakah terjadi sesuatu pada Puteri?"
"Menepilah dan biarkan aku menemui Paduka saat ini juga," kata Hana bersikeras.
Tiba-tiba pintu Ruang Duduk terbuka dan seorang pria yang telah tua namun raut wajahnya menunjukkan wibawa, muncul. Pria itu berdiri di ambang pintu sambil menatap kesal kepada kedua orang yang sedang berdebat itu.
"Mengapa kalian pagi-pagi seperti ini telah bertengkar sampai suara ribut kalian mengangguku?"
"Maafkan kami, Paduka. Hana mengatakan ia ingin bertemu Anda karena suatu urusan yang sangat gawat," lapor prajurit itu.
"Masalah apa, Hana?" tanya Raja Kyuhyun.
"Masalah yang sangat gawat, Paduka," kata Hana berhati-hati, "Putri Baekhyun menghilang."
"APA!?" pekik Raja.
Mendengar seruan terkejut Raja itu, Hana semakin berhati-hati dalam mengucapkan kata-katanya. "Saya tidak menemukan Tuan Puteri di kamarnya."
"Apakah engkau telah mencarinya di halaman Istana?" sela Raja.
"Saya telah mencarinya ke seluruh penjuru Istana ini, Paduka. Tetapi saya tetap tidak dapat menemukan Tuan Puteri. Saya hanya menemukan secarik kertas ini tergeletak di meja belajar Tuan Puteri," kata Hana sambil menyerahkan surat yang sejak tadi dibawanya kepada Raja Kyuhyun. Raja mengambil surat itu dan membuka lipatan kertasnya.
Kepada Ayahanda yang tercinta,
Maafkan Baekhyun, Papa. Baekhyun pergi diam-diam karena Baekhyun tidak setuju dengan rencana Papa. Baekhyun tidak ingin menikah dengan pria yang belum pernah Baekhyun kenal bahkan belum pernah Baekhyun lihat.
Baekhyun
Raja Kyuhyun meremas kertas itu dan menatap tajam pada wanita tua yang menanti cemas. "Apakah engkau telah mencarinya?"
"Saya telah mencari Tuan Puteri di mana-mana, Paduka. Tetapi saya tetap tidak dapat menemukan Tuan Puteri," kata Hana.
"Bagus!" kata Raja murka, "Putriku meninggalkan Istana dan engkau tidak mengetahui ke mana ia pergi."
Kemarahan di suara Raja membuat Hana merasa cemas. "Maafkan saya, Paduka. Memang saya seharusnya mengetahui ke mana Tuan Puteri pergi. Tadi pagi ketika saya ke kamar Tuan Puteri, Tuan Puteri telah menghilang."
"Apakah ia tidak pernah mengatakan sesuatu tentang pernikahan
kepadamu?"
"Tuan Puteri tidak pernah mengatakan apa-apa kepada saya mengenai itu, Paduka. Tuan Puteri juga tidak pernah mengatakan ia berniat pergi diam-diam."
"Sekarang Baekhyun telah pergi dan kita harus mencarinya. Aku tidak peduli apakah ia mau pulang atau tidak. Kita harus mencarinya," kata Raja.
Hana menatap surat di genggaman Raja Kyuhyun.
"Ia harus sudah berada di sini dalam dua hari."
"Maafkan sikap lancang saya, Paduka. Tetapi bila Anda tidak keberatan, saya ingin mengetahui mengapa besok lusa Tuan Puteri harus berada di sini juga apa hubungan pernikahan dengan perginya Tuan Puteri Baekhyun," kata Hana hati-hati.
Raja Kyuhyun mengacuhkan pertanyaan itu. Saat ini satu-satunya yang dipikirkannya hanyalah mencari putrinya dalam dua hari dan dalam dua hari itu putrinya harus ditemukan.
Sekali lagi Raja menatap surat dalam genggamannya. "Segera panggil Kris," katanya pada prajurit yang sejak tadi hanya diam terpaku mendengar kata-kata Raja Kyuhyun yang penuh kemarahan dan kecemasan. Prajurit yang mendapat perintah itu bergegas pergi. Hana mengawasi wajah Raja yang menampakkan kemarahannya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Selama ini hubungan Raja Kyuhyun dengan putri satu-satunya, Baekhyun tidak begitu akrab. Setiap hari dilalui Baekhyun seorang diri bersama Hana. Sementara itu Raja Kyuhyun selalu disibukkan urusan kerajaan yang terus bertambah setiap menitnya. Kesibukkan Raja membuat Baekhyun yang telah kehilangan ibunya saat ia masih kecil, semakin kehilangan kasih sayang. Satu-satunya kasih sayang yang didapatkannya hanyalah dari pengasuhnya, Hana.
Tetapi itu masih belum cukup. Baekhyun memang telah menganggap Hana sebagai ibunya tetapi ia tetap tidak dapat menggantikan kedudukan ibu kandungnya dengan Hana. Keadaan yang terus berlangsung seperti ini membuat Baekhyun menjadi seorang gadis yang sulit diatur. Sebagai putri tidak ada yang dapat melawan kehendaknya. Satu-satunya yang dapat melawannya hanyalah Raja. Tetapi Raja sendiri jarang memperhatikan segala kegiatan putrinya. Raja Kyuhyun dan Baekhyun juga jarang bertemu. Dan bila mereka bertemu suasana yang ada bukanlah suasana yang akrab tetapi suasana yang kaku dan tegang. Hal ini dikarenakan keduanya mempunyai keras kepala yang tidak mau segala kehendaknya ditentang. Selain itu mereka terlalu jarang bertemu dan jarang sekali berbicara. Kesibukan Raja membuat hubungannya dengan putrinya semakin hari semain renggang.
Hana tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga membuat Baekhyun meninggalkan Istana. Tetapi ia dapat menduga Baekhyun pergi karena suatu penyebab yang sangat serius. Selama ini Baekhyun tidak pernah terlihat bosan apalagi ingin meninggalkan Istana. Walaupun ia kesepian tetapi ia tidak pernah menunjukkan keinginannya untuk meninggalkan Istana dengan diam-diam. Seperti keluarga raja umumnya, bila Baekhyun pergi, ia selalu dikawal prajurit.
Tidak pernah Baekhyun meninggalkan Istana seorang diri. Tetapi pagi ini Baekhyun telah meninggalkan Istana tanpa ada yang mengetahuinya. Ia pergi sendiri. Dan tidak seorangpun yang tahu kapan ia pergi. Bahkan Hana yang selalu bersama Baekhyun.
Hana hanya tahu satu hal yaitu Baekhyun telah menghilang ketika beberapa saat yang lalu ia memasuki kamar Baekhyun untuk membangunkan gadis itu. Ia telah mencari gadis itu ke mana-mana, ia tetap tidak dapat menemukan Baekhyun. Seakan-akan Baekhyun lenyap ditelan bumi. Tidak ada yang dapat dilakukan Hana selain menanti keputusan Raja Kyuhyun yang lain. Hana sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Biasanya pagi-pagi sekali ia membangunkan Baekhyun untuk mempersiapkannya menghadapi sederetan kegiatan padat yang seakan-akan tiada hentinya. Tetapi sekarang sang Putri telah menghilang.
Raja menyadari Hana menanti tugas yang akan diberikannya.
"Mengapa engkau masih diam saja di sini? Pergilah dan cari Baekhyun. Aku yakin ia belum jauh dari Istana."
Hana terkejut mendengar kata-kata itu. Ia menyadari apa yang dikatakan Raja benar. Tidak mungkin Baekhyun telah berada jauh dari Istana. Baekhyun tidak mungkin pergi pagi-pagi sekali karena ia paling takut gelap. Entah mengapa Baekhyun tidak berani berada dalam kegelapan. Walaupun keadaan suatu ruangan remang-remang, ia tidak mau memasukinya apalagi bila ruangan itu benar-benar gelap gulita. Segera Hana meninggalkan Raja Kyuhyun dan mulai mencari Baekhyun di sekeliling Istana. Tetapi ia tidak akan pernah dapat menemukan gadis itu. Karena gadis itu sekarang tidak lagi berada di dekat Istana.
.
.
.
.
.
Baekhyun terbaring dalam sebuah kamar yang luas. Kepalanya terasa pening saat ia berusaha mengenali ruangan tempat ia berada. Baekhyun menyadari ia berada di sebuah kamar yang tak dikenalnya. Jelas ruangan tempatnya berada kini bukan ruangan di Istana. Perabotan-perabotan tua di ruangan itu berbeda dengan yang ada di Istana Urza. Bentuk ruangannya juga berbeda. Ruangan ini bernuansa lembut dengan ukiran-ukirannya yang menggambarkan dedaunan yang rimbun. Sedangkan ruangan di Istana Urza bernuansa tegas dengan ukiran-ukiran binatang pada perabotannya.
Baekhyun tidak tahu bagaimana ia bisa berada di tempat ini. Ia tidak tahu di mana ia kini berada. Baekhyun hanya tahu mengapa ia bisa berada di luar Istana sendirian.
.
.
.
.
.
Kemarin sore, ayahnya memanggilnya ke Ruang Perpustakaan. Baekhyun tidak tahu mengapa ayahnya tiba-tiba memanggilnya. Selama ini ayahnya tidak pernah mempedulikannya apalagi memperhatikannya. Yang diperhatikan Raja Kyuhyun hanya urusan kerajaan saja. Meskipun ia malas menemui ayahnya tetapi ia tetap menemui Raja di Ruang Perpustakaan. Rasa ingin tahunya lebih besar dari rasa malasnya. Melihat ayahnya tengah menghadapi setumpuk kertas ketika ia tiba di Ruang Perpustakaan, Baekhyun merasa jengkel.
"Papa memanggilku?" tanya Baekhyun malas. Raja memalingkan kepalanya dari tumpukan kertas di hadapannya.
"Duduklah," kata Raja sambil mengarahkan pena bulunya ke kursi di hadapannya.
Baekhyun duduk di kursi yang ditunjuk ayahnya. Ia menanti kata-kata ayahnya.
"Sebelumnya aku ingin engkau mengerti. Masalah ini sangat serius," kata Raja memulai percakapan.
"Aku akan mendengarkan dengan baik," kata Baekhyun meyakinkan ayahnya.
Raja tersenyum dan mengangguk. Namun ia tetap tidak mengatakan apa-apa. Ia menggerak-gerakkan pena bulunya dengan gelisah.
Melihat kegelisahan ayahnya, Baekhyun hanya diam saja. Ia tetap diam menanti kalimat selanjutnya.
"Aku ingin engkau mempersiapkan dirimu menghadapi pesta pertunanganmu yang akan diadakan tiga hari lagi."
Mendengar kalimat itu, Baekhyun terlonjak dari kursinya. Ia menatap lekat-lekat wajah ayahnya yang tampak tenang menghadapi keterkejutannya.
"Apa yang Papa katakan?" tanyanya terkejut.
"Engkau harus mempersiapkan dirimu menghadapi pesta pertunanganmu yang akan diadakan tiga hari lagi," ulang Raja Kyuhyun.
"Pertunangan?" ulang Baekhyun.
Baekhyun merasa kepalanya pening. Ia merasa semua ini bagaikan mimpi buruk saja. Dan bila benar ini semua adalah mimpi buruk, ia ingin segera terbangun dari tidurnya. Tetapi Raja menganggukkan kepalanya. Baekhyun tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana ia tiba-tiba dapat mempunyai seorang tunangan kalau ia sendiri tidak pernah jatuh cinta pada lelaki.
"Papa bohong. Tidak mungkin aku mempunyai tunangan," kata Baekhyun gemetar.
Sekali lagi Raja menggeleng. "Aku tidak bohong. Engkau akan bertunangan tiga hari lagi dan persiapan pesta pertunanganmu itu sudah hampir selesai."
Kata-kata yang diucapkan dengan penuh keyakinan itu membuat Baekhyun semakin terpana.
"Tidak mungkin," kata Baekhyun tidak percaya.
"Ini benar. Engkau harus mempersiapkan dirimu." Kata-kata Raja Kyuhyun yang terdengar meyakinkan itu membuat Baekhyun semakin merasa tak berdaya.
Baekhyun masih sukar mempercayai apa yang didengarnya. Semula ia menduga ayahnya memanggilnya ke Ruang Perpustakaan hanya untuk membicarakan masalah kerajaan, seperti biasanya. Bukan hal yang aneh lagi bagi Baekhyun sebagai Putri Mahkota, bila ia harus banyak belajar dari ayahnya agar dapat menjadi Ratu yang baik bagi rakyatnya. Tetapi apa yang dikatakan ayahnya ini benar-benar di luar dugaannya. Sedikitpun tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa ayahnya telah mempersiapkan seorang tunangan untuknya. Sekarang melihat keseriusan dalam wajah ayahnya maupun kata-katanya yang meyakinkan itu, Baekhyun mau tidak mau harus mempercayai hal yang menggemparkan hatinya ini.
"Tidak mungkin," ulang Baekhyun, "Aku tidak mungkin mempunyai tunangan."
"Itu benar. Sejak kecil engkau sudah mempunyai tunangan."
Baekhyun menggelengkan kepalanya. Ia semakin sukar mempercayai apa yang didengarnya. Bagaimana ia dapat mempunyai tunangan sejak kecil sedangkan ia masih ingat ia tidak pernah akrab dengan orang lain di luar Istana. "Ini pasti hanya mimpi. Mimpi terburuk yang pernah aku alami."
Raja menggelengkan kepalanya dengan mantap. "Bukan. Ini memang nyata. Tiga hari lagi engkau akan menghadapi pesta pertunanganmu."
Baekhyun merasa semua ini seperti pertunangan yang konyol. Bagaimana mungkin ia dapat menikah dengan pria yang belum pernah dijumpainya. Semua ini terasa menggelikan tetapi dalam keadaan seperti ini, pertunangan ini terasa seperti mimpi buruk yang paling buruk yang pernah dialami Baekhyun.
"Aku tidak mau. Dan aku tidak akan pernah setuju dengan ini semua. Bagaimana aku dapat bertunangan tanpa aku mengetahui siapa tunanganku itu," kata Baekhyun keras kepala.
"Engkau pernah berjumpa dengannya," kata Raja tenang.
Baekhyun terdiam. Ia berusaha mengingat setiap pria yang ia temui dalam hidupnya. Selama hampir delapan belas tahun ia hidup, ia jarang sekali bertemu dengan pria yang masih muda. Setiap pria yang ia jumpai adalah orang yang jauh lebih tua darinya yang hanya mempunyai urusan kerajaan yang membosankannya. Kalaupun ada pemuda yang dijumpainya, Baekhyun sama sekali tidak pernah tertarik pada mereka. Ia merasa pemuda-pemuda itu membosankan. Mereka hanya menunjukkan kepandaian mereka dalam memuji kepadanya. Semua pria yang ia jumpai hanyalah pria-pria yang membosankan dengan urusannya yang membosankan pula.
"Tidak mungkin Papa memilih seorang dari pria-pria yang membosankan itu untukku," kata Baekhyun takut mendengar jawaban ayahnya.
Raja menggelengkan kepalanya. Tetapi itu tidak membuat Baekhyun merasa lega.
"Papa tidak memilih pria-pria yang jauh lebih tua dariku dan membosankan itu?" tanya Baekhyun tidak percaya.
"Tunanganmu itu pemuda yang sangat menarik. Papa yakin engkau pasti akan menyukainya." Raja Kyuhyun menambah kesan bangganya pada pria pilihannya dengan senyuman bangga.
"TIDAK!"
Raja Kyuhyun terkejut mendengar suara Baekhyun yang lantang itu.
"Aku tidak mau bertunangan dengan siapa pun!" kata Baekhyun tegas. Raja semakin terkejut mendengarnya. Tanpa sadar ia juga ikut berdiri.
"Engkau harus melakukannya."
Baekhyun menggelengkan kepalanya. Ia menatap tajam mata ayahnya yang mulai menampakkan kejengkelannya. Baekhyun tahu ia telah membuat ayahnya marah dengan penolakkannya tetapi ia tetap tidak peduli.
"Aku tidak akan pernah mau bertunangan apalagi menikah dengan pria yang tidak pernah kulihat," kata Baekhyun menyakinkan ayahnya dengan nada suaranya yang penuh keyakinan dan ketegasan.
"Engkau harus melakukannya," kata Raja mulai marah.
"Dan aku tidak akan pernah mau melakukannya," kata Baekhyun dingin.
"Dengar baik-baik. Engkau tidak akan menikah dengan pria yang belum pernah engkau temui. Engkau pernah bertemu dengannya," kata Raja sambil berusaha menahan amarahnya.
"Lalu mengapa aku tidak pernah ingat?" tanya Baekhyun tanpa mengurangi nada dingin dalam suaranya.
"Saat itu engkau masih kecil. Engkau masih sangat kecil."
Walaupun Baekhyun tahu ayahnya semakin tidak dapat menguasai kemarahannya tetapi ia tetap bersikap dingin dan menentang.
"Mengapa aku harus menikah dengan pria yang kujumpai saat aku masih kecil bahkan mungkin saat aku baru saja lahir?"
Raja Kyuhyun benar-benar tidak dapat menguasai lagi kemarahan yang memenuhi dadanya. Semula ia mengira akan mudah mengatakan hal ini kepada putrinya tetapi ternyata untuk mengatakan hal ini sangat sulit sekali.
"Dengar baik-baik, Baekhyun. Engkau harus menerima semua ini karena ini semua adalah keinginan Mamamu," kata Raja Kyuhyun geram. Mendengar nama ibunya disebut ayahnya dalam hal ini, Baekhyun semakin merasa jengkel. "Mama tidak akan pernah melakukan hal ini kepadaku. Mama pasti juga tidak setuju Papa menyodorkan seorang tunangan yang tidak pernah aku jumpai." Suara Baekhyun yang dingin tetapi penuh dengan rasa tidak percaya itu
membuat Raja Kyuhyun semakin jengkel.
"Entah berapa kali aku harus mengulanginya. Engkau pernah berjumpa dengan tunanganmu itu dan ini adalah keinginan Mamamu. Mamamu sendiri yang merencanakan pertunangan ini."
"Mama pasti tidak melakukan itu," kata Baekhyun sambil menggelengkan kepalanya.
Raja tersenyum jengkel. "Engkau salah. Mamamu yang merencanakannya dan ia pula membuat pertunangan ini."
"Mengapa Mama melakukannya?" Suara Baekhyun bergetar karena berusaha menahan perasaannya.
Raja mengangkat bahunya. "Kata Mamamu, engkau terlihat akrab sekali dengan Chanyeol dan kalian berdua sangat serasi."
"Chanyeol?" tanya Baekhyun tak percaya.
"Itu nama tunanganmu."
Suara Raja yang penuh keyakinan itu membuat Baekhyun merasa seperti mendapat petir yang lain. Rasanya Raja tidak akan pernah berhenti memberinya kejutan yang membuat Baekhyun merasa seperti boneka tak berdaya yang hanya dapat menerima keputusan yang dibuat sang majikan. Baekhyun tahu pria itu. Chanyeol, putra tertua Duke of Kryntz, bangsawan tertua di Kerajaan Lyvion di samping keluarga raja. Sudah bukan rahasia lagi hubungan kedua keluarga bangsawan yang paling berpengaruh di Kerajaan ini. Sejak dulu kedua keluarga bangsawan ini menjalin hubungan persahabatan yang erat. Tetapi selama ini tidak pernah terdengar kedua keluarga ini akan menjalin hubungan kedua keluarga itu akan menjalin hubungan keluarga. Dan yang menjadi korbannya adalah sang Putri Mahkota, Baekhyun!
Baekhyun sukar mempercayai kenyataan ini. Bagaimana mungkin ia akan menikah dengan pria yang paling membosankan yang pernah didengarnya. Baekhyun memang belum pernah bertemu dengan Chanyeol sendiri tetapi dari yang didengarnya, ia tahu Chanyeol adalah seorang pemuda yang tampan dan menarik bagi semua wanita. Tetapi baginya pria itu adalah pria yang paling membosankan yang diketahuinya. Pemuda itu hanya memperhatikan pekerjaan.
Semua orang memuji keseriusannya dalam bekerja serta kepandaiannya menangani segala macam urusan yang sulit. Dan Baekhyun membenci hal itu sama seperti ia benci harus melakukan segala macam urusan kerajaan yang semakin hari terasa semakin membosankan baginya.
Andaikata Baekhyun boleh memilih, pasti ia akan memilih melepaskan gelarnya sebagai Putri Mahkota dan menjadi seorang gadis yang hidup bebas di luar Istana Urza. Tetapi semua orang juga sang Takdir membuat Baekhyun tidak dapat melakukan yang lain selain menerima semua itu. Tuntutan semua orang kepada dirinya bukan hanya itu saja. Semua orang masih mengharapkan ia tampil dengan penuh keanggunan dan senyum yang manis.
Setiap kali Baekhyun melakukan itu, ia merasa seperti boneka yang bergerak sesuai keinginan tuannya yang dalam hal ini Raja Kyuhyun dan seluruh penduduk Kerajaan Lyvion. Dan Baekhyun semakin membenci itu semua. Keseriusan ayahnya dalam melakukan tugasnya sebagai Raja membuat Baekhyun tidak pernah menyukai pria yang serius dalam pekerjaannya. Raja setiap hari hanya sibuk menekuni pekerjaannya dan melupakan putrinya
sendiri. Hal itu telah cukup membuat Baekhyun merasa sedih dan kini ia diharuskan menikah dengan pria yang sama seperti ayahnya.
"Bagaimana mungkin Papa mengatakan aku pernah bertemu dengan pria itu bahkan aku akrab dengannya sedangkan aku sendiri tidak pernah ingat kalau aku pernah bertemu dengannya?" Rasa terkejut yang masih menguasai hatinya membuat suara Baekhyun terdengar bergetar.
"Engkau telah bertemu dengannya ketika engkau masih kecil," kata Raja Kyuhyun lembut.
"Aku tidak mau menikah dengannya," kata Baekhyun keras kepala.
Kelembutan dalam raut wajah Raja menghilang mendengar kata-kata itu. "Engkau harus melakukannya," kata Raja geram.
"Aku tidak akan pernah mau menikah dengan pria membosankan seperti itu. Tidak akan," kata Baekhyun selantang keinginan hatinya untuk menolak itu semua.
"Ia bukan pria yang seperti itu," kata Raja, "Engkau harus menerima ini semua sebab segala persiapan pesta pertunanganmu ini hampir selesai."
Baekhyun benar-benar kesal mendengar nada kemarahan bercampur kemenangan itu. Ia ingin sekali melakukan sesuatu yang membuat ayahnya merubah keputusannya itu. Tetapi melihat wajah ayahnya yang penuh kemarahan itu, Baekhyun merasa tak berdaya. Ia tahu ia tidak dapat berbuat apa-apa selain menerimanya. Kenyataan yang harus dihadapinya ini membuat Baekhyun merasa sedih bercampur marah.
"Aku tidak mau!" seru Baekhyun sambil berlari meninggalkan Ruang Perpustakaan.
Baekhyun berlari ke kamarnya dan segera menjatuhkan diri di tempat tidurnya. Rasa jengkel bercampur terkejut dan sedih membuat Baekhyun menangis terisak-isak.
"Semua ini benar-benar mimpi buruk," kata Baekhyun pada dirinya sendiri, "Dan aku harus meninggalkan mimpi buruk ini." Tengah Baekhyun berpikir bagaimana cara ia menggagalkan pesta pertunangan ini, ia teringat kata-kata ayahnya.
"Ini semua adalah keinginan Mamamu."
Baekhyun kebingungan. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia tidak ingin menikah dengan Chanyeol yang tak pernah dijumpainya dan pria yang paling membosankan. Tetapi bila apa yang dikatakan ayahnya itu benar maka itu berarti Baekhyun telah mengecewakan ibu yang paling disayanginya. Bila ibunya masih hidup, tentu ia tidak senang pada sikap Baekhyun yang jelas-jelas menunjukkan penentangan ini. Ingatan yang lain memasuki pikiran Baekhyun dan membuat gadis yang sedang kebingungan itu semakin bingung. Entah mengapa tiba-tiba saja Baekhyun teringat pada kejadian dua belas tahun yang lalu yang membuat ia berubah. Saat itu ia tengah memperhatikan seorang pelayan muda yang sibuk
membersihkan jendela.
"Apakah engkau sungguh-sungguh tidak mau menemaniku bermain?" tanya Baekhyun lagi.
Pelayan itu memalingkan kepalanya. "Maafkan saya, Tuan Puteri. Saya harus melakukan tugas saya," kata pelayan itu.
"Tetapi mengapa engkau harus melakukannya? Masih ada orang lain yang dapat melakukannya," kata Baekhyun.
"Saya harus melakukannya, Tuan Puteri. Ini adalah tugas saya dan saya harus melakukannya sebaik-baiknya," kata pelayan itu.
"Tidak ada yang salah bila engkau menemaniku bermain," bujuk Baekhyun.
"Maafkan saya, Tuan Puteri. Saya benar-benar tidak dapat menemani Anda."
"Mengapa engkau serius sekali melakukan semua itu? Apakah engkau tidak ingin bermain?"
Pelayan itu memandang sedih pada kain di tangannya. "Sebenarnya saya juga ingin sekali bermain."
"Kalau begitu mari kita bermain," sela Baekhyun.
Pelayan itu mengacuhkan ajakan Baekhyun. Ia kembali menekuni pekerjaannya.
Melihat hal itu, Baekhyun merasa jengkel. "Mengapa engkau seperti semua orang? Semua orang hanya sibuk bekerja, bekerja, dan bekerja."
Pelayan itu pun jengkel mendengar kata-kata tajam Baekhyun. "Apakah Anda tahu semua ini bukan keinginan saya? Anda tidak akan pernah dapat mengerti. Anda seorang Putri yang hidup serba mewah sedangkan kami, rakyat kecil ini?"
Baekhyun terkejut mendengar kata-kata pelayan itu.
"Anda tidak akan dapat merasakan bagaimana sulitnya kami mencari uang hanya untuk menghidupi diri kami. Anda tidak akan pernah dapat merasakan bagaimana senangnya kami bila kami dapat mencukupi kebutuhan kami."
Kata-kata tajam itu membuat Baekhyun kembali berpikir. Selama ini Baekhyun selalu menolak bila ia harus melakukan segala macam urusan kerajaan. Ia selalu menolak mengikuti pelajaran-pelajaran yang diberikan guru privatnya. Ia tidak suka bila harus mengikuti ayahnya dan mempelajari bagaimana menjadi Ratu yang baik. Setiap kali Baekhyun melarikan diri dari semua kegiatan yang membosankannya itu. Setiap saat ia hanya bermain-main di halaman Istana yang luas. Bila ayahnya ada, Baekhyun mau tidak mau mengikuti semua kegiatan yang membosankan itu tetapi bila sang Pengawas telah pergi, maka sang Putri bebas melakukan apa saja yang diinginkannya.
Kata-kata tajam pelayan itu membuat Baekhyun sadar selama ini ia telah berbuat salah. Seharusnya ia melakukan semua tugas-tugas yang menjadi kewajibannya sebagai Putri Mahkota. Sebagai seorang Putri ia memang tidak kekurangan apapun tetapi rakyat di luar Istana tidak sepertinya. Tidak semua orang bisa hidup dalam kemewahan. Satu-satunya yang dapat dilakukan Baekhyun bagi rakyatnya adalah belajar memperlakukan rakyatnya dengan baik dan itu harus dimulai dengan memikirkan hal-hal yang kecil.
Setelah peristiwa itu Baekhyun mau melakukan semua kegiatan rutinnya sebagai Putri Mahkota. Walaupun Baekhyun masih merasa semua kegiatan itu membosankan tetapi ia tetap berusaha melakukannya dengan baik. Keinginan Baekhyun untuk membebaskan diri dari pertunangan yang tidak disukainya ini membuat Baekhyun berada dalam kebimbangan. Baekhyun tidak ingin membuat ibunya kecewa tetapi ia juga tidak ingin menikah dengan pria yang paling membosankan itu. Raja Kyuhyun tidak mungkin berbohong kepadanya.
Tetapiā¦
Dalam masalah ini, hal itu mungkin saja. Raja mungkin membohongi Baekhyun dengan mengatakan pertunangan ini adalah keinginan ibunya. Baekhyun percaya ibunya tidak akan mungkin membiarkan ia menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Teringat kembali pada kata-kata tajam pelayan itu, Baekhyun memutuskan untuk meninggalkan Istana dan melihat sendiri bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan Lyvion yang sebenarnya serta merasakan bagaimana hidup di luar kemewahan yang selama ini mengelilinginya.
"Aku akan meninggalkan Istana," kata Baekhyun tegas.
Keputusan itu telah diambil Baekhyun itu membuat gadis itu membuat keputusan-keputusan yang lain. Gadis itu memutuskan untuk tidur lebih awal dan bangun pagi-pagi kemudian meninggalkan Istana diam-diam. Baekhyun tahu ayahnya tidak akan curiga bila ia tidak muncul dalam makan malam.
Raja Kyuhyun memang tidak curiga sama sekali ketika pada malam harinya putrinya tidak muncul untuk makan malam. Ia menduga putrinya masih merasa jengkel kepadanya. Sesuai dengan rencananya, Baekhyun mempersiapkan barang yang akan dibawanya sesaat setelah Hana meninggalkan kamarnya. Baekhyun membawa dua buah gaun putih yang dianggapnya tidak terlalu mencolok dan tidak terkesan seperti gaun yang mewah. Dalam bingkisan kecil yang akan dibawanya itu, Baekhyun juga membawa leontin perak milik ibunya. Kemudian Baekhyun menulis pada secarik kertas. Kertas itu dilipatnya dengan rapi dan diletakkannya di meja belajarnya. Setelah merasa segalanya telah siap, Baekhyun segera pergi tidur agar dapat bangun pagi-pagi sebelum semua orang memulai kesibukannya. Dengan membawa bingkisan kecil itu, diam-diam Baekhyun meninggalkan kamarnya. Tidak seorangpun yang melihat kepergiannya. Bahkan penjaga pintu gerbang juga tidak mengetahui kepergian Baekhyun.
Kedua penjaga gerbang itu tertidur ketika Baekhyun mendekat. Dengan perlahanlahan Baekhyun membuka pintu gerbang dan menutupnya kembali agar tak seorangpun curiga. Baekhyun berjalan setengah berlari di jalan setapak menuju kota Vximour. Ia takut berjalan di kegelapan malam. Bintang-bintang di langit bersinar cemerlang. Dan tidak ada tanda-tanda matahari akan segera menampakkan dirinya. Udara terasa dingin menusuk kulit. Angin yang bertiup menambah dinginnya pagi itu. Suasana sangat sunyi. Tidak ada kehidupan yang tampak. Hanya sesekali terdengar bunyi serangga di kejauhan. Burung-burung malam masih berkeliaran mencari makan dari satu pohon ke pohon yang lain. Suara burung hantu yang menakutkan membuat Baekhyun semakin merasa takut berada di kegelapan pagi merasa beratus-ratus mata menatapnya. Mata-mata itu menatap ingin tahu dan curiga pada dirinya. Suara burung hantu itu menyalahkan tindakannya yang menentang keinginan ayahnya. Baekhyun menatap langit yang masih gelap. Ia melihat bintang-bintang itu dan ia merasa takut. Ia merasa seperti ditarik ke dalam bintang-bintang itu.
Hal ini membuat Baekhyun memalingkan kepala pada Istana yang terlihat terang di kejauhan. Istana Urza berdiri dengan kokoh, melindungi penghuninya. Cahaya terang yang muncul dari dalam Istana sempat membuat Baekhyun merasa ingin kembali ke Istana yang telah memberinya perlindungan selama hampir delapan belas tahun. Baekhyun tahu bila ia kembali ke Istana, maka ia harus menerima pesta pertunangan yang akan diadakan besok lusa.
Membayangkan bertunangan dengan pria yang paling membosankan, Baekhyun meyakinkan hatinya untuk terus melangkah menjauhi Istana. Kembali Baekhyun menatap jalan panjang di hadapannya. Jalan inilah yang saat ini ditempuh Baekhyun. Baekhyun telah melepaskan jalan yang penuh dengan kemewahan dan kini ia akan berada di jalan yang tidak dapat ditebak. Di jalan ini Baekhyun tidak akan tahu apa yang akan dialaminya keesokan hari. Sedangkan di jalan satunya Baekhyun tahu ia akan menghadapi apa. Baekhyun kembali melanjutkan perjalanannya. Tetapi hati kecilnya yang merasa enggan meninggalkan Istana Urza yang telah disayanginya membuat Baekhyun memalingkan kepalanya ke Istana itu berulang kali. Setiap kali Baekhyun menatap Istana yang semakin menjauh itu, Baekhyun semakin merasa enggan meninggalkan Istana. Baekhyun menatap sedih Istana Urza sebelum ia membulatkan hatinya untuk tidak memalingkan kepalanya ke Istana. Setelah menyakinkan dirinya sendiri untuk tidak melihat Istana lagi, Baekhyun melanjutkan perjalanannya.
Baekhyun memalingkan kepalanya dan saat itulah ia melihat sebuah kereta tiba-tiba muncul dengan sangat cepat di tikungan tempat ia berdiri. Selanjutnya apa yang terjadi Baekhyun tidak dapat mengingatnya.
.
.
.
.
.
Baekhyun tidak tahu apa yang telah terjadi sehingga ia berada di ruangan yang penuh sinar matahari ini. Baekhyun ingin menuju jendela untuk melihat apakah hari telah siang tetapi rasa pening yang masih terasa di kepalanya membuatnya kembali membaringkan kepalanya di atas bantal yang empuk. Baekhyun menatap langit-langit kamar yang terbuat dari batu itu
seperti dinding-dinding sekeliling kamar tempat ia berada.
Melihat dinding batu yang mengelilinginya serta perabotannya yang tua, Baekhyun menduga sekarang ia berada di sebuah Castil tua. Tetapi Castil siapakah ia tidak tahu. Jelas ini bukan Castil milik keluarga raja karena semua keluarga raja baik dekat maupun jauh menggunakan binatang sebagai lambang mereka. Sedangkan keluarga pemilik Castil ini jelas-jelas menggunakan tumbuhan sebagai lambang keluarga mereka.
Di Kerajaan Lyvion memang ada banyak Castil tetapi ia tidak dapat mengetahui Castil yang manakah tempat ia berada saat ini. Di tengah Baekhyun sibuk berpikir, seseorang membuka pintu.
"Anda sudah sadar, rupanya."
Mendengar suara seseorang yang lega bercampur senang itu, Baekhyun menghentikan pikirannya dan menatap ke pintu. Seorang wanita berpakaian serba hitam dengan apronnya yang putih bersih, tersenyum padanya.
Baekhyun terus memandang lekat-lekat wajah wanita itu ketika ia mendekat. Baekhyun tidak mengenal wanita itu. Ini pertama kalinya ia berjumpa dengan wanita itu tetapi ia merasa pernah melihat wajah wanita yang setengah baya itu. Ia pernah melihat wanita itu tetapi di mana dan kapan, ia tidak tahu.
"Siapakah Anda?" tanya Baekhyun.
"Anda jangan banyak berbicara dulu. Anda baru saja sadar," kata wanita itu.
Baekhyun memandang ruangan tempat ia berada. "Ini di mana? Mengapa saya bisa berada di sini?"
"Anda baru saja tertabrak kereta kuda keluarga ini dan saat ini Anda berada di Castil mereka."
"Apa nama Castil ini?"
"Castil ini milik keluarga Kryntz yang bernama Castil Q`arde."
Jawaban wanita itu membuat Baekhyun merasa sangat terkejut. Entah mengapa semua ini bisa terjadi. Seakan-akan telah diatur oleh seseorang. Bagaimana mungkin ia dapat berada di Castil milik tunangannya sedangkan ia sendiri tidak ingin menghadiri pesta pertunangan itu. Takdir telah membuat Baekhyun yang ingin melarikan diri dari pertunangannya, kini justru berada di Castil tunangannya, Chanyeol.
.
.
.
.
.
.
TBC
READ , REVIEW , FAV PLEASE?
PS : Sebenernya karena engga ada kerjaan akhirnya malah ngeremake lagi... lagi suka bgt sama tema tema kerajaan gini hehhe aku bawa part 1 dulu entar kalo pada minat bakal aku lanjut ke part 2 jadi aku harap di review ok? Hehe kalo ga ada yaaaaa bakal aku hapus ini lol...
Ok
CHANBAEK IS REAL
