Life Is Worth Living

Genre : Romance/Drama

Rating : M (For Mature)

Pairing : Hunkai, and The Others

WARNING : BL, Crackpair, Typos, OOC, AU, NC, NO BASH, NO LOGIC FOR REMIND! Alur cepat! Crossdressing, Klise, PASARAN DAN BLA..BLA..BLA(Silahkan isi Variabel yang menurut anda pas dengan ff ini)

Set Me Free (Sequel)

All Chara are not belong to me but Plot is MINE!

Summary :

Sequel dari Set Me Free. Kelanjutan dari hidup seorang Wu Jongin yang kini telah menjadi bagian dari kerajaan Skydonia.

.

.

.


"Ssshhh.."

Sang Raja tersenyum lembut menatap namja manis yang berada tepat di bawahnya.

Ya..

Indah..

Lelaki di bawahnya ini begitu indah..

Wajahnya manis, pipi gembil, serta tubuh langsingnya yang sexy. Tak ada kata yang bisa mengungkapkan betapa indahnya karunia Sang Pencipta.

"Kau tahu? Kau indah, Jongin" Pujinya, masih menatap mata bulat namja bernama Jongin itu. Ia bergerak memasukan miliknya yang sudah mulai menengang. Tidak mempedulikan jika Jongin meringis sakit di bagian lubang analnya.

...

Jongin mendesah keras saat Sehun melesakan batang kesejatiannya ke dalam hole sempit dan panasnya. Membawanya dalam ciuman yang begitu dalam dan membuat dadanya terasa sesak.

Ciuman yang panjang sambil terus menggenjot lubang kenikmatannya.

Sehun memang begitu, setiap kali ia meminta tanpa pernah bisa ditolak oleh Putri dari kerajaan yang telah ia taklukan itu.

"Ughh..Ahhh..hyaaa"

Sehun semakin gencar menumbuk sweet spot milik Jongin. Suara kecipak basah antara penisnya yang menumbuk hole sempit itu terdengar memenuhi ruangan serba putih itu.

"kau..kheee..nikmat sekali, Jonginnh"

Jongin berteriak ketika orgasme menyembur deras dari penisnya.

Disusul Sehun yang juga datang menyembur di dalamnya.

"Terimakasih, Jongin" ucap Sehun, seraya mengecup kelopak mata Jongin yang tertutup

.

.

.

.

Wu Jongin...

Semua orang tahu jika dia adalah putri dari Exodus yang telah membunuh Raja Luhan. The King Of Skydonia, kakak dari Raja Sehun. Putri cantik yang harus memiliki drama hidup yang panjang dan menyakitkan, bahkan hingga saat ini.

Oh Sehun mencintainya?

Tidak!

Semua kata cinta yang keluar dari bibir sang Raja..

Semua Perlakuan lembut Raja untuknya..

Semua belaian sayang sang Raja..

Hanyalah bualan semata.

Seharusnya ia tahu, jika tak mungkin seorang Raja seperti Oh Sehun bisa jatuh cinta kepadanya dalam waktu yang singkat. Seharusnya ia pun sadar, jika saat pertama kali mereka melakukan sex, Sehun tak pernah benar-benar mencintainya. Saat Sehun menatap penuh cinta padanya, itu hanya kebohongan kecil yang dilakukan sang Raja untuk kepuasaannya saja.

Sang Raja tak pernah mencintai dirinya. Dan Jongin tahu itu. Rajanya hanya menginginkan tubuhnya, tidak untuk hatinya. Raja hanya mencintai Ratu Irene, seorang selir dari mendiang Raja Luhan yang kini telah naik tahta menjadi permaisuri tercinta sang Raja.

Jongin tahu bahwa ia tak perlu menangis. Saat dimana ia harus menelan banyak kebohongan atau saat dimana ia hidup tanpa ada keadilan. Dia sudah terbiasa melakoni drama paling menyakitkan seperti ini.

Dia tak punya dayang dari kerajaan Skydonia. Karena memang tak ada yang ingin bekerja untuknya. Bahkan saat ia keluar dari menaranya, semua dayang menatap kebencian ke arahnya. Namun ia tak peduli, dan tak mau bertanya pula. Karena ia juga tahu alasannya.

'Mereka tidak suka dengan kehadiran seorang pembunuh yang telah membunuh Raja mereka dan berkeliaran bebas di Negeri mereka'

.

.

.

"Tuan putri"

Jongin yang tengah merawat kebun bunganya menoleh. Mendapati seorang kerabat kerajaan berjalan ke arahnya dengan senyum yang menawan.

Oh..

Itu Pangeran Myungsoo, putra mahkota dari kerajaan Agnolia. Kerajaan yang masih di pimpin oleh saudara bungsu Raja Siwon, ayah dari Raja Sehun.

Mereka bertemu saat Sehun memperkenalkan Jongin sebagai selirnya di Ruang Tahta. Saat itu Jongin hanya menunduk, tidak menyadari tatapan Myungsoo yang selalu tertuju padanya. Selama bibir tipis Oh Sehun terus-terusan menghina dirinya sebagai seorang pembunuh yang termaafkan. Atau sebagai seorang Ahli waris tunggal dari kerajaan Exodus yang telah hancur. Sangat hina sekali cara Oh Sehun memperkenalkan dirinya.

Berbeda sekali saat namja itu menyetubuhi dirinya. Dan selama nyaris 3 tahun ia hidup di Skydonia. Dia jadi semakin pintar memainkan drama. Bahwa dirinya harus berpura-pura jika Sang Raja lebih mencintai dirinya dibandingkan Ratu Irene.

"Ahh" Jongin memekik pelan saat tiba-tiba saja jari telunjuknya tertusuk duri dari tangkai mawar yang tengah ia potong.

Myungsoo menghentikan ceritanya. Ia terkejut saat melihat jari telunjuk sang putri meneteskan darah yang lumayan banyak.

"Tuan putri..Tuan putri, apa anda baik-baik saja?" Ia meraih telunjuk sang putri dan menghisap darah yang menetes di sana.

Jongin terkejut bukan main. Maka yang bisa ia lakukan hanya menatap mata Pangeran Myungsoo tanpa banyak bicara.

"P..pangeran"

Myungsoo melepaskan jari telunjuk Jongin dari bibirnya. Kemudian tersenyum, dalam hati ia berpikir, betapa malang nasib tuan putri di hadapannya ini.

"Sial" Seseorang yang memperhatikan keduanya secara bersembunyi itu mendesis marah. Ia mengepalkan erat kedua tangannya dengan wajah tampannya yang tampak bengis.

.

.

.

Jongin terus memperhatikan balutan plester di jari telunjuknya yang terluka.

Myungsoo yang membersihkan dan membalut luka di jari telunjuknya itu. Seharusnya Myungsoo tak perlu melakukannya, karena ia sendiri pun juga tak pernah mempedulikan luka-luka di tubuhnya. Baik luka yang nampak maupun yang tidak.

Dia jadi teringat dengan kerajaan Exodus. Hyungnya, para ibu, dan mendiang ayahnya. Bahkan sampai saat ini ia masih belum tahu, tentang siapa-siapa saja yang selamat di medan peperangan.

Namun biar begitu, ia tetap mendoakan mereka semua. Agar dimana pun mereka berada, para dewa selalu menjaga dan mencintai mereka.

"Eunghh" Jongin mendesah pelan saat orang di belakangnya menjilati leher jenjangnya. Mereka berdiri di depan jendela.

Tanpa menoleh pun ia tahu jika sang Rajalah yang melakukan hal ini padanya. Bahkan Raja tampan itu tak perlu merasakan malu saat menciumi selirnya di depan jendela. Lagipula siapa yang akan melihat mereka? Jika mereka saja berada beberapa meter di permukaan tanah. Di sebuah menara yang tinggi menjulang.

"Hari yang indah, putri?"

Jongin berbalik badan, memberikan satu senyuman manis yang begitu khas menunjukan jika dia seorang putri dari Exodus. Kerajaan yang telah ditaklukan oleh Raja Skydonia.

Raja Sehun terdiam sejenak. Ia mengusap lembut wajah mulus sang putri. Di Skydonia hanya dia yang tahu siapa sebenarnya Jongin. Tidak dengan ibunda Hyukjae, maupun istri tercintanya, Ratu Irene.

'Kau mencintai selir Exodus itu, Oh Sehun'

'Tidak, sayang! Sungguh hina sekali jika aku jatuh cinta padanya'

Teringat perdebatannya dengan Irene beberapa waktu yang lalu soal malam yang Sehun habiskan di menara sang putri. Dibandingkan dengan Irene, Sehun pun bisa menilai jika Jongin jauh lebih memuaskan. Namun ia tertawa dalam hati dan menghina dirinya sendiri, tentang betapa terkutuknya ia yang telah tega mendua.

"Hariku selalu indah, yang mulia" sahut Jongin.

Mendengar suaranya saja bisa membuat sang Raja ingin segera mengukung tubuh ramping itu di bawahnya. Sungguh, hanya Jongin yang benar-benar bisa membuatnya seperti Hyper.

"Benarkah? Apa karena Pangeran Agnolia yang telah menemanimu seharian penuh?" Raja Sehun bertanya lagi. Menatap sang putri dengan tatapan yang tajam.

Siapapun pasti akan bingung jika dihadapkan dengan tingkah sang Raja. Dan Jongin hanya bisa tersenyum, pertanda jika ucapan sang Raja memang akan benar mengenai dirinya.

"Menggoda seorang Putra Mahkota?" Oh Sehun masih mengelusi wajah sang putri. "Hina sekali, Tuan Putri"

Jongin terluka, namun ia tak peduli. Kemudian ia berkata. "Itu akan lebih baik" menatap langsung ke mata sang Raja tanpa ada rasa takut. "Dibandingkan jatuh ke dalam pesona seorang selir Exodus. Itu akan terlihat sangat hina, Yang mulia"

'Tidak, sayang! Sungguh hina sekali jika aku jatuh cinta padanya'

Tangannya turun seiring dengan perkataan sang putri. Ada sesuatu yang berhasil menohok jantungnya. Dan rasanya sangat sakit, sesak, dan perih. Sang Raja hanya terdiam saat sang Putri membuka gaun tidurnya yang dan meliukan tubuhnya begitu indah.

"Adakah yang lebih hina lagi?" tanya sang putri, tubuh rampingnya kini hanya berbalut camisole lingerie-nya saja. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menyampirkan rambut panjangnya yang terurai ke bahu sempitnya itu.

.

.

"Ouchhh" Sehun hanya bisa mendesah saat Jongin memainkan penisnya yang panjang dan berurat. Ia terus mengocok dan mengurut benda pusaka sang Raja tanpa mempedulikan Rajanya yang kini terus-terusan mendesah dalam posisi duduk di pinggir ranjang.

"Terushh..Terushh..Jongin"

Namja manis itu menghentikan kocokannya. Ia yang tengah bersimpuh di bawah sang raja tersenyum. "Anda bicara sesuatu yang mulia?" tanyanya.

Sehun menarik rambut panjang Jongin hingga wajah cantik itu dipaksa mendongak. "Hisap! Dan Jangan memaksaku melakukan kekerasan padamu, Putri"

Jongin hanya menatapnya dengan maniks yang entah mengapa membuat Sehun merasa sangat bersalah. Namun kemudian namja manis itu menghisap penis sang Raja seolah-olah itu adalah caramel manis yang sering ia nikmati saat kecil dulu.

Slrrpp...

Tatapan sang putri yang sayu menambah kesan erotis. Raja Sehun memejamkan matanya ketika Jongin mulai memasukan penisnya ke mulutnya. Kepalanya maju mundur, sementara lidahnya yang menusuk-nusuk lubang urine sang Raja.

"Ummhhh" Raja mendesah nikmat.

Sehun menyodok batang penisnya ke dalam mulut Jongin tanpa mempedulikan jika namja itu tersedak.

Jongin menghentikan kulumannya. Dan membuat sang Raja membuka kedua matanya saat merasakan kekosongan di penisnya. Ia memperhatikan namja berparas cantik itu.

Untuk sejenak ia terpaku dengan ekpresi Jongin yang selalu sama. Tersenyum dan tersenyum dengan tampang yang membuat dada sang Raja bergemuruh.

Sang putri membuka semua dalaman yang melekat di tubuhnya. Kemudian mendudukan bokong sintalnya di pangkuan sang Raja.

Sehun tak bisa lebih terkejut dari ini. Jongin terlihat seperti jalang. Biasanya ia tak suka dengan yeoja-yeoja agresif selain Irene. Namun kali ini sangat berbeda, ia bahkan membiarkan selirnya itu menggesekan pantat sintalnya dengan batang penisnya yang menegang parah.

"Apa yang mulia suka?" tanyanya. Seraya memeluk leher sang Raja.

Rona merah di pipi putih sang Raja membuat putri Exodus itu mengecupnya kecil. Kecupan yang membuat perasaan sang Raja tercampur aduk entah bagaimana menjelaskan.

"Apa kau sengaja menggesekan bokongmu dengan penisku, hm?" Tanya sang Raja, seraya meremas gemas bokong sintal itu.

"Kau binal sekali malam ini"

"Aku sedang bahagia hari ini. Jadi aku akan memberikan layanan yang memuaskan untukmu"

"Apa itu karena Myungsoo?" Sang Raja bertanya.

Jongin mengangguk pelan. "Pangeran Agnolia memperlakukanku dengan sangat lembut. Dan aku bahagia karena masih ada yang memperhatikan orang hina seperti aku"

Sehun langsung diam. Ada perasaan tak suka saat tahu alasan mengapa Jongin terlihat binal malam ini. Dan itu adalah Pangeran Myungsoo. Adik sepupunya sendiri.

...

"Oh..Remas terus, yang muliah" Jongin mendesah saat Sehun terus menerus meremas bokongnya. Dengan liarnya Jongin menghisap jakun di leher sang Raja dan memberikan rangsangan di sana.

Pantatnya yang montok dan kenyal membuat sang Raja terus meremasnya. Juga memberikan sebuah tamparan di pipi bokong itu saat tak sengaja membayangkan selirnya bercinta dengan pangeran Myungsoo.

Sehun mengangkat pinggul Jongin—seolah meminta namja itu untuk sedikit berjongkok. Dan Jongin pun menurut, ia berjongkok seraya membuka hole-nya lebar-lebar karena ia tahu keinginan sang raja.

Tanpa pelumas, tanpa apapun yang bisa membuat lubangnya agar lebih siap. Sehun suka bagaimana hole ketat itu menjepit penisnya dan akan menggenjot lubang itu tanpa peduli setitik darah menetes di sana.

"Ermmhhhhhh" Jongin sedikit menahan sakit saat ia menuntun penis sang Raja memasuki hole-nya.

Sehun juga menahan desahannya saat merasakan hole selirnya yang panas dan berkedut.

Jleb..

Dan Penis besar itu sudah sepenuhnya masuk. Jongin menggigit bibirnya agar tidak berteriak. Sakit, sangat sakit. Betapapun ia menahannya, namun rasanya bagai dibelah menjadi dua.

Sehun hanya diam, dia juga tak mau memaksakan Jongin untuk bergerak. Namja cantik itu merebahkan kepalanya di bahu sang Raja sambil terisak pelan.

Ini tak akan sama sakitnya seperti yang dirasakan oleh hatinya. Sehun mengangkat dagu Jongin, dan dapat melihat maniks kecoklatan itu berkaca-kaca.

Sehun tidak tahu mengapa Jongin menangis. Apakah sangat sakit? Dan otaknya terus bertanya, dimanakah rasa sakit yang dirasakan oleh Jongin?

Tanpa peduli lagi Jongin mulai bergerak turun naik. Ia tak peduli rasa sakit yang ia rasakan. Dan semakin liar pula ia bergerak. Tak ada rasa nikmat, malahan rasa perih yang ia rasakan. Bahkan ia tak peduli jika darah mulai merembes dari lubangnya.

"Sudah hentikan, Tuan putri!" Sang Raja berseru.

"arrhhhhhhhh...hmmmpp" Jongin tidak peduli, dan ia terus bergerak liar.

Sehun melihat Jongin menutup kedua matanya—menahan sakit. Wajahnya memerah dan sembab.

"Hentikan, Tuan putri! Kau melukai dirimu sendiri—dan kau kesakitan"

Jongin menggeleng. "Tidak sesakit apa yang dirasakan hatiku, yang muliahh" katanya, disela-sela kesakitannya.

Sehun terus memintanya berhenti. Dan Jongin yang kesal pun segera membungkam bibir sang Raja. Mengobrak-abrik mulut orang nomor satu di Skydonia itu dengan perasaan yang membuncah.

"hmmmpp" Keduanya melenguh.

Sehun membuka kedua matanya saat merasakan tetesan air mata yang masuk ke dalam mulutnya. Ia melihat Jongin menangis dengan mata yang terpejam. Rasa sakit yang dirasakan Jongin bukan hanya di lubangnya, namun juga di hatinya.

Grebb..

Sehun menahan bahu Jongin agar sang putri menghentikan gerakannya yang random.

Jongin membuka kedua matanya, dan menatap sang Raja tidak mengerti.

"Lepaskan, yang mulia!" Seru Jongin. Terdengar nada amarah dari bibirnya.

"Tidak! Jika aku melepaskan tanganku, kau akan melukai dirimu sendiri!"

Jongin tertawa sangau. Namun Sehun yang mendengarnya seperti merasa tertimpa beton. Ia bisa melihat raut duka dan sakit di wajah Jongin.

Sang putri menyentuh kedua tangan sang Raja di bahunya. "Jangan bertingkah anda peduli, yang mulia! Lepaskan, dan biarkan aku melayanimu!"

Plak..

Namja manis itu memegangi pipinya yang terasa panas. Matanya membulat sempurna, Yang mulia baru saja menamparnya. Kilat amarah nampak jelas di mata sang Raja.

Jongin beranjak dari pangkuan Rajanya. Dan merintih perih saat ia melepaskan penis Sehun dari lubangnya.

Sang Raja menatap melas penisnya yang berlumuran darah. Meski hanya sedikit, namun ia bisa merasakan sakit yang dirasakan oleh selirnya itu.

...

Malam ini mereka tidak bercinta seperti yang sering mereka lakukan sebelumnya.

Setelah kejadian itu, suasana menjadi sangat canggung. Jongin pikir Raja akan pergi, namun nyatanya Raja Sehun malah menetap di kamarnya dan berbaring di sampingnya.

Tanpa sepatah kata pun Sehun menarik selimut menutupi tubuh mereka dan berbaring dengan Jongin yang masih memunggunginya.

Jongin berbalik badan dan mendapati wajah sang Raja yang tengah tertidur cukup dekat dengan wajahnya. Raja yang menutup kedua matanya memang akan terlihat polos seperti seorang malaikat.

Jongin memang begini, diam-diam ia akan terbangun dari tidurnya hanya demi melihat wajah sang Raja dan menyentuhnya sesuka hati. Karena saat pagi hari tiba, sang Raja akan pergi dari kamarnya dan ia tak akan bisa menyentuh wajah Rajanya dengan lebih leluasa lagi.

Karena Rajanya sudah pasti akan meluangkan waktunya untuk Ratu Irene dan dirinya pun juga tidak akan ada lagi dipikiran sang Raja.

"Mengapa kau seperti ini?" ia berbisik pelan. Ia sedikit bangkit dari posisi tidurnya seraya mengusap rambut sang Raja. "Berpura-pura jika kau mencintaiku? Tapi nyatanya kau hanya mencintai Ratumu" katanya lagi.

Jongin mengusap airmata yang merembes di wajahnya. Ia sengaja menahan tangis. Dia tak bisa bermain drama seolah dia tak terluka. Hanya dengan melihat wajah Oh Sehun yang tertidur mampu membuatnya terluka dan bahagia dalam waktu yang sama.

"Kau tahu, yang mulia? Seharusnya aku membencimu" Usapannya turun ke hidung mancung sang Raja. "Tapi nyatanya tidak. Aku malah semakin mencintaimu, apa kau tahu jika aku terluka? Tidak kan? Seharusnya kau bunuh aku saat kau tahu jika akulah yang membunuh kakakmu"

"Karena itu lebih baik" bisiknya dalam keheningan. Jongin mengecup kecil bibir Raja Sehun dan kembali berbaring di samping Rajanya. Ia menangis di dalam selimut, berharap ia masih punya harapan untuk ke depannya nanti.

Dia bahkan tak tahu jika Oh Sehun membuka matanya. Dan hanya berpura-pura tidur saat ia mencurahkan isi hatinya. Sang raja memasukan kepalanya ke dalam selimut dan menatap wajah sembab itu. Menatapnya penuh arti, dan memeluk pinggang Jongin dengan sangat posesif.

Jongin kembali membuka matanya. Ia terkejut, karena merasakan pelukan sang Raja yang lebih berbeda dari biasanya.

'Maafkan aku, Wu Jongin'

.

.

.

Nun Jauh di sana, di sebuah lembah, dimana dulu berdiri sebuah kerajaan yang makmur. Yang kini hanya tinggal kenangan semata.

Park Chanyeol, mantan Putra Mahkota negeri Exodus kini tinggal dengan keluarga kecilnya dan kedua ibunya di lembah Verdana.

Mereka hidup bahagia, berbaur dengan penduduk-penduduk desa tak bernama yang menjadi saksi kehancuran Negeri Exodus.

Hidup sederhana dengan menjadi seorang pandai besi. Dengan sang istri yang menjadi seorang guru musik, dan kedua ibunya yang membuka sebuah toko rangkaian bunga. Dan juga seorang anak balita yang baru berusia 2 tahun.

Chanyeol sangat bahagia dengan kehidupan sederhananya kini. Sejak peperangan itu, dia nyaris saja mati. Jika Kyungsoo tidak menjadikan dirinya tameng dan mengorbankan nyawanya untuk cinta pertamanya itu.

Dalam kesedihan yang luar biasa, seorang namja bernama Jaehwan tiba dengan sebuah pedang yang berlumuran darah. Matanya menatap tubuh tak bernyawa Kyungsoo dengan tatapan bersalah.

Jaehwan adalah putra dari menteri luar negeri kerajaan Elleinder. Ia memang punya perasaan lebih dari seorang teman untuk sang putri. Maka tak heran jika ia sangat berduka saat mengetahui Kyungsoo telah tiada.

Dan dengan kebaikan hati seorang Jaehwan lah akhirnya Chanyeol di bawa ke sebuah desa yang hidup makmur tanpa keterikatan kerajaan mana pun. Chanyeol selamat, dan ia pun memboyong serta keluarganya ke desa ini. Kemudian menikahi kekasihnya, Kim Jongdae. Dan hidup sebagai Park Chanyeol, bukan Wu Chanyeol—seorang putra mahkota Exodus.

"Kyungsoo" Jongdae—istrinya nampak tergopoh-gopoh. Yeoja yang telah menjadi seorang ibu itu menghela napas lega saat melihat putrinya tengah berada di gendongan suaminya.

"Oh dewi, terimakasih" ucapnya.

"Ada apa, sayang?" tanya sang suami. Ia mendekati istrinya yang nampak mengkhawatirkan putri mereka.

"Aku sangat terkejut saat tidak mendapati Kyungsoo di kamar" Ibu muda itu menjawab. "Tapi Soo di sini bersama ayah. Jadi ibu lega sekali"

Chanyeol terkekeh pelan. "Oh, sayang.. Jangan khawatir! Putri kita aman bersamaku"

Park Kyungsoo, Gadis pahlawan kecil keluarga Park. Chanyeol dan Jongdae memutuskan memberinya nama yang sama dengan seorang gadis pemberani yang telah mengorbankan nyawanya untuk sang Pangeran. Dan jika suatu hari nanti Kyungsoo dewasa, Chanyeol maupun Jongdae akan menceritakan tentang seorang gadis pemberani yang membuat kedua orangtuanya terinspirasi untuk memberikan sebuah nama yang sama pada putri mereka.

"Hallo keluarga Park"

Keduanya menoleh. Lee Jaehwan baru saja tiba dengan sebuah boneka di tangannya. Namja tampan itu berjalan memasuki pekarangan rumah.

Kyungsoo kecil berteriak girang saat melihat paman favoritnya tiba di rumah mungil mereka.

"Hwanie..Hwanie" bibir mungilnya mulai memanggil nama Jaehwan.

Sang ayah tertawa kecil. Entah keberuntung seperti apa yang membuat Kyungsoo kecil sangat menyukai kehadiran Jaehwan di rumah mereka.

"Ah, Kyungsoo..Panggil dia paman" kata Chanyeol.

"Anide"kata bayi 24 bulan itu, seraya menggelengkan kepalanya lucu.

"Ya ampun, Kyungsoo. Kau memang anak baik, ini untukmu" Jaehwan memberikan boneka beruang itu untuk Kyungsoo.

"Kau selalu menyogok putriku dengan mainan, Jae" Ujar Jongdae.

Jaehwan tertawa kecil, "Itu cara yang jitu, noona"

Jongdae dan Chanyeol tertawa. Lalu mempersilahkan namja Lee itu supaya masuk ke dalam rumah mereka.

Jaehwan pun mulai menceritakan niatnya kemari hanya untuk mengatakan jika ia sudah mengetahui keberadaan Putri Jongin. Dan tentu saja Chanyeol merasa senang, namun rasa senangnya itu juga harus ia bayar dengan kesedihan yang luar biasa saat Jaehwan berkata jika Jongin kini berada di Istana Skydonia. Kerajaan yang telah menghancurkan kerajaan Exodus hingga tak ada satu pun yang tersisa.

.

.

.

"Hey, Yeoja jalang!"

Jongin yang tengah merangkai bunga untuk ibunda ratu Hyukjae pun menoleh. Mendapati Ratu Irene berdiri dan menatap nyalang ke arahnya.

Putri cantik itu tersenyum simpul. Dan ia tahu maksud kedatangan sang Ratu menemuinya. "Selamat siang, Ratu" ucapnya, santun.

Ratu Irene merasa malu dan tersinggung saat Jongin memperlihatkan bagaimana seharusnya seorang yang berpredikat baik di istana bertutur kata.

"Hentikan omong kosongmu itu!" serunya. "Kau pasti telah menggoda yang mulia agar ia datang kepadamu kan? Dasar, yeoja jalang!"

Jongin mengambil satu bunga mawar kuning dan mendekati sang Ratu. "Aku sama sekali tidak menggodanya. Mungkin Rajalah yang tergoda padaku"

Sang Ratu mendesis marah. "Jangan terlalu percaya diri! Raja hanya mencintai aku seorang" ia mengambil bunga itu dan menginjaknya.

"Raja memang mencintai anda" kata Jongin. "Tapi bukankah cinta akan terkikis karena pelayanan orang ketiga jauh lebih memuaskan, yang mulia?"

Ratu Irene yang marah pun segera mengambil gunting ikebana milik sang putri dan menggores pergelangan tangan sang putri hingga berdarah.

Jongin hendak melawan, namun suara Myungsoo yang menyerukan namanya membuat mereka menoleh. Dan Jongin berpura-pura meringis kesakitan. Ia meneteskan airmata ketidak berdayaan dan membuat sang Ratu gelagapan.

Apalagi Pangeran Myungsoo saat itu tengah mengobrol dengan Ratu Baekhyun yang sedang mengajak putra kecilnya bermain di taman istana.

"Ratu Irene, apa yang kau lakukan?" tanya sang Ratu terdahulunya.

"Tuan Putri, kau tidak apa-apa?" tanya Pangeran Myungsoo.

Jongin pura-pura terisak. Luka seperti ini sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan luka yang pernah ia rasakan.

"Jangan hanya karena kau seorang Ratu kau bisa melukai Putri Jongin" Ratu Baekhyun berkata.

"Yeoja jalang ini menggoda Raja, Ratu Baekhyun"

Ratu Baekhyun menatap Ratu Irene sinis. "Apa kau ingat bagaimana kau dulu, Irene?" tanya sang Ratu. "Kau yang hanya penari istana menggoda suamiku? Putri Jongin bahkan lebih terhormat dibandingkan dirimu"

Ratu Irene terkejut mendengarnya. Dia sama sekali tak bisa berbuat apa-apa jika orang yang paling dihormati para selir itu menghinanya.

"Kita harus mengobati lukanya, Pangeran" ujar Ratu Baekhyun.

...

Jongin meringis pelan saat Ratu Minseok dan selir Hyuna mengobati lukanya.

"Maaf, pasti sakit ya" ujar Ratu Minseok.

Jongin menggeleng, hanya saja ia terlalu terkejut saat Minseok membersihkan lukanya.

"Lukanya cukup dalam, eonnie" kata selir Hyuna. "Kita harus menjahitnya agar darahnya berhenti mengalir"

"Kau bisa tahan kan?' tanya Minseok.

"Untung saja Ratu Baekhyun segera membawanya kemari" selir Hyuna bergumam.

Baekhyun yang tengah bermain dengan putranya menoleh. "Dia semakin bertingkah saja. Aku tak suka"

"Ibunda Ratu datang" seruan pengawal pun membuat ketiganya menoleh.

"Nenek" Taehyung, putra Baekhyun berseru.

Hyukjae tersenyum dan mengusap lembut rambut cucunya. "Apa kau nakal hari ini?" tanya san nenek. Taehyung menggelengkan kepalanya pelan. Bocah 5 tahun itu mengadukan kejadian Ratu Irene yang melukai pergelangan Noona cantiknya dengan sebuah gunting.

"Sudah selesai" Hyuna berseru senang. Dia baru saja menjahit luka di tangan Jongin. "Kau sudah mahir sekarang" puji Ratu Minseok.

"Ini semua berkat Ratu Minseok yang mengajariku" katanya.

Sejak Raja Luhan meninggal, Ratu Minseok yang tidak dikaruniai anak pun mengabdikan dirinya untuk membantu para tabib istana bersama Selir Hyuna, putri Tabib Kim yang terkenal dengan kehebatannya.

"Bisa tinggalkan kami berdua?" tanya Ibunda Ratu.

Semua orang di sana mengangguk dan segera pamit undur diri. Ibunda Ratu menoleh ke arah pintu yang tertutup seraya berjalan mendekati Jongin yang tengah duduk bersandar di atas sofa panjang berwarna keemasan.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Dengan lembut Ibunda Ratu bertanya. Suaranya yang lembut serta wajahnya yang cantik mengingatkan Jongin dengan ibunya.

"Lukanya sudah tidak sakit lagi" jawabnya.

Hyukjae selalu memperhatikan Jongin tanpa sepengetahuan siapapun. Ia cukup tertarik dengan kepolosan Jongin. Ia bahkan sudah bisa menduga jika putri exodus ini telah membuat perasaan putra semata wayangnya itu bercampur aduk. Antara benci, bersalah, dan suatu yang tak terlihat yang bisa menggetarkan jiwanya.

"Boleh aku lihat tanganmu, Putri?"

Jongin mengangguk malu. Ia memperlihatkan tangan kanannya yang terbalut perban. "Ini akan sembuh, tapi akan berbekas. Aku minta maaf karena tanganmu yang cantik ini harus berbekas jahitan, cantik" ucap Hyukjae.

"T..tidak apa-apa, yang mulia Ratu"

Hyukjae tersenyum simpul dan mengecup kening Jongin lama. "Aku tahu siapa kau. Aku tidak akan marah, dan menatapmu hina. Tapi ku mohon tetaplah bersama putraku yang labil itu" ucap ibunda Hyukjae.

"Karena hanya dirimu yang mampu membuatnya seperti itu, Tuan Putri"

.

.

.

"Itu pasti sakit" Ujar Ratu Baekhyun, ia mengupaskan sebuah jeruk untuk Jongin. Dia bergidik ngeri saat Selir Hyuna bercerita mengenai 10 jahitan di tangan kanan Jongin.

Ratu Minseok terkekeh pelan. Dia mengusap perban di pergelangan tangan Jongin dan berkata, jika gunting itu tidak cukup beruntung untuk memotong nadi sang Putri.

"Aku akan meminta adik iparku itu untuk memberikan sebuah wilayah yang aman untuk dirimu, Putri Jongin" Kata Ratu Minseok.

Selir Hyuna mengangguk setuju. "Yeoja gila itu tidak akan melepaskanmu sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan"

"Dia bahkan pernah nyaris melukai Taehyung kecilku" Baekhyun memeluk putranya dengan penuh kasih sayang.

Sementara anak itu hanya menatap 4 yeoja di hadapannya itu dengan tatapan tidak mengerti.

Brakk..

Pintu ruangan itu terbuka, dan menampilkan sosok Oh Sehun berdiri tegap di sana. Ketiga yeoja di sana segera beranjak pergi—ketakutan dengan ekpresi yang dipancarkan oleh sang Raja.

Pintu ruangan itu tertutup dan menyisahkan mereka berdua.

Jongin menghentikan kunyahan jeruknya. Dia tak mengira jika Sehun akan menghapus lelehan air jeruk di ujung bibir ranumnya itu.

"Yang mulia" sebutnya, seraya menatap polos Raja Sehun dengan kedua mata bulatnya.

Sehun buru-buru memasang ekpresi datarnya kembali. "Dibagian mana ia melukaimu?" tanya sang Raja.

Putri Jongin menundukan kepalanya. Bukannya takut, dia hanya tidak tahu harus bereaksi apa saat namja tampan itu bertingkah.

Raja Sehun melirik pergelangan tangan sang putri dan memegangnya. Ia menatapnya penuh amarah. Tak ada satu pun yang boleh merusak properti-nya.

"Apa ini sakit?" tanya sang Raja.

Jongin menggelengkan kepalanya. "Tidak"

"Apa kau sedang berbohong?"

"Kapan aku pernah berbohong, yang mulia?"

Sehun terdiam, tidak menjawab.

"Apa peduli anda jika aku jujur atau pun berbohong?"

Ya, apa pedulinya jika Jongin berbohong? Jika selama ini dialah yang selalu membohongi sang putri dengan kata-kata cinta yang begitu indah di dengar.

"Arrgghh" Jongin memekik kesakitan saat Sehun meremas luka di tangannya.

"Apa ini sakit?" tanya Sehun, dengan ekpresi kemarahan yang luar biasa.

"Arrgghh, Y..yang mulia"

"APA INI SAKIT?"

"L..Lepaskan yang mulia, ku mohon"

Darah kembali merembes membasahi balutan perban di pergelangan tangan Jongin.

"JAWAB AKU WU JONGIN!"

"Hiks"

"JAWABLAH YANG JUJUR!"

"B..berhenti, s..sakit"

Sehun terkejut saat melihat darah kembali membasahi perban putih di tangan Jongin. "S..sakit, hiks" sang putri merintih kesakitan.

Raja pun melepaskan genggamannya di tangan itu.

"S..sakit" Jongin menautkan kedua tangannya di dada. "S..sakit..Sakit sekali" isaknya.

"Putri Jongin, aku membawakan sesua—Hyung" Myungsoo menghentikan ucapannya. Ia terkejut saat melihat Sehun tengah duduk di hadapan Jongin, dengan tangan sang putri yang kembali bersimbah darah.

Putra Mahkota Agnolia itu pun buru-buru mendekati Jongin—hendak menolong. Namun tubuhnya di dorong kasar oleh Raja Skydonia itu.

"Hyung, apa yang kau lakukan?"

"Jangan menyentuh milikku, Myungsoo!"

.

.

.

"Tapi bagaimana kita bisa mendapatkan Jongin kembali?" Junmyeon nampak kalut. Di sampingnya Boomie mengusap lembut punggung sempitnya.

Sangat mustahil bisa mendapatkan Jongin kembali dari tangan Raja Skydonia. Kerajaan yang telah berhasil menghancurkan kerajaan mereka.

Jaehwan juga nampak berpikir. Namja yang kini telah diangkat anak oleh Ratu Elleinder itu seorang Raja sekarang. Namun dia masih Jaehwan yang sama, seorang namja baik hati dan selalu hidup merakyat seperti yang kerap kali ia lakukan bersama mendiang Putri Kyungsoo.

"Kerajaan Skydonia kerajaan yang sangat kuat, dan mustahil untuk kita melawannya" Kata Jaehwan. "Tapi jika kita bersatu kita bisa mendapatkan putri Jongin kembali" lanjut Raja Elleinder yang baru itu.

Sahabatnya Park Chanyeol mengangguk. "Tapi kesatuan apa yang kau maksud, Jaehwan?" tanyanya.

"Kau orang yang paling dihormati di desa ini" kata Jaehwan. "Mengapa tidak kau bentuk kerajaan baru mu di sini, Yeol?"

Jongdae mengusap punggung lebar suaminya. "Sayang, kita semua adalah korban dari peperangan Skydonia" ujar Yeoja cantik itu.

"Jongdae noona benar, Yeol" Jaehwan membenarkan. "Dulu desa ini adalah Kerajaan Euphemia yang sangat makmur. Namun Skydonia menghancurkan mereka saat pemerintahan Raja Siwon berlangsung"

Chanyeol terdiam, ia berpikir. Menatap kedua ibunya dan istri tercintanya. "Jangan peperangan lagi, yeol" kata sang istri. "Ku mohon"

Boomie dan Junmyeon mengangguk, membenarkan. Ketiga yeoja itu menatap penuh harap sang kepala keluarga.

"Tapi Jongin adikku. Dan aku harus menyelamatkannya"

Jongdae beranjak dari duduknya, dan meninggalkan ruang keluarga. Ia merasa kesal, takut, dan kecewa saat mendengar keinginan Chanyeol yang hendak pergi berperang lagi.

...

Greb..

Jongdae hanya diam saat merasakan suaminya memeluk pinggang rampingnya dan berbisik, "Aku tahu kau kecewa"

Seharusnya Chanyeol tahu jika Jongdae hanya takut kehilangan dirinya. Tidak lebih..Bahkan saat perang 3 tahun yang lalu, dia nyaris frustasi kalau-kalau Chanyeol tidak kembali dalam keadaan hidup.

"Aku takut kehilangan dirimu, Yeol..Aku takut" Ia berbalik badan dan menatap suaminya penuh cinta.

"Aku mengerti, Jongdae" katanya. "Tapi aku tak mungkin membiarkan Jongin tersiksa di sana"

"Lalu apa yang harus ku katakan jika kelak Kyungsoo besar dan bertanya dimana ayahnya"

Chanyeol menatap istrinya tanpa ekpresi. "Apa maksudmu?" tanyanya. "Apa kau meragukanku, sayang?"

Jongdae menggeleng pelan. "Aku tahu kau hebat, Yeol" ujar sang istri. "Tapi luka ini" Jongdae mengelus bekas sabetan pedang di bahu Chanyeol. "Ini membuatku teringat jika aku pernah hampir kehilangan dirimu. Aku tak mau kehilangan orang yang ku cintai untuk kesekian kalinya. Ku mohon mengertilah"

.

.

.

"Pangeran Myungsoo" Jongin mengejar sang pangeran Agnolia.

Hari ini Pangeran Myungsoo harus kembali ke Agnolia untuk mengikuti pelantikan sebagai seorang Raja. Sebenarnya kunjungan Pangeran Myungsoo ke Skydonia hanya untuk belajar kiat-kiat menjadi seorang Raja untuk bekalnya kelak.

Dan sudah hampir 4 tahun lamanya Myungsoo di Skydonia. Dan Kini ia harus pulang untuk kemudian di lantik menjadi seorang Raja.

"Putri Jongin, jangan berlari!" Pangeran Myungsoo berseru.

Jongin nyaris saja tersandung gaunnya sendiri jika Pangeran Myungsoo tidak menahannya. Sejak hari dimana Sehun melukai Jongin, Pangeran Myungsoo berjanji akan menjadi seorang Raja yang kuat dan membawa sang putri pergi bersamanya.

"T..terimakasih" ucap sang putri.

Keduanya nampak gugup.

...

"Anda akan kembali ke Agnolia" Jongin berkata.

"Ya, aku harus mengikuti pelantikan untuk menjadi seorang Raja"

Putri Jongin menghentikan langkahnya. Ia mengeluarkan sebuah gelang yang ia buat untuk calon Raja baru di Negeri Agnolia itu.

"Putri?"

Pangeran Myungsoo hanya memperhatikan bagaimana sang putri melingkarkan gelang itu untuknya. Sebuah gelang yang terbuat dari akar ilalang yang dianyam hingga menjadi sebuah untaian yang indah dengan aroma hutan yang khas.

"Ini indah sekali" puji sang Pangeran.

"Ini adalah gelang persahabatan kita. Kau harus memakainya agar kau tidak melupakan aku" ujar Jongin.

Sebenarnya ada rasa sakit saat sang putri hanya menganggapnya sebatas seorang teman. Namun sang Pangeran tersenyum dan berkata jika ia akan selalu menyimpan gelang itu seumur hidupnya.

...

"Hanya memperhatikannya saja, yang mulia?"

Sehun menoleh, mendapati Ratu Irene berdiri di sampingnya. Ia berusaha menyembunyikan ekpresi terkejutnya.

Sejak kejadian dimana Ratu Irene melukai Putri Jongin. Sehun jadi sering merasa bahwa ada sesuatu yang nyata diantara dirinya dan sang putri. Suatu ikatan yang erat dibandingkan perasaan memujanya untuk Ratu Irene.

"Pergilah, Irene!" Sehun berseru. Ia masih fokus ke arah Jongin dan Myungsoo.

"Jika aku jadi kau, aku akan mengambil apa yang harusnya menjadi milikku dan mengusir Myungsoo dari sana"

Ungkapan provokasi Ratu kesayangannya itu membuat sang Raja menoleh ke arahnya. "Apa menurutmu seperti itu?"

"Ya" sahut Irene. "Karena aku tidak suka dikalahkan"

Raja Sehun menarik sang Ratu dan memenjarakan tubuh ramping itu diantara dirinya dan dinding pembatas. "Apa aku harus menarik Jongin dan mengatakan jika aku menginginkannya?"

Irene hanya diam, dia tahu ini adalah pertanyaan jebakan sang Raja untuknya.

"Jika Jongin menerimaku" ada jeda di kalimatnya itu. "Apa kau bersedia untuk mengalah, Ratuku?"

.

.

.

.

Hari ini Sehun sama sekali dibuat bingung saat melihat anak-anak di istana dan keponakan kecilnya berlarian dengan mahkota bunga di kepalanya. Bahkan mereka semua memakai sebuah gelang-gelang dan cincin yang terbuat dari akar ilalang yang dianyam. Terlihat sederhana namun tidak mengurangi kecantikannya.

"Baginda Raja..Baginda Raja" Taehyung kecil memanggilnya dengan suara yang khas.

"Ada apa, hm?" tanyanya, seraya mengangkat keponakan kecilnya itu ke pangkuannya.

"Lihat!" Taehyung memamerkan sebuah gelang di pergelangan tangan mungilnya.

"Cantik sekali" puji Sehun. "Siapa yang memberikannya padamu?"

"Putri Jongin yang memberikannya untukku"

"Putri Jongin juga memberikan gelang pada Ibuku, dan ibu ratu. Ah, ibu Minseokie dan Hyuna noona juga"

Sehun hanya diam sesekali ia tersenyum mendengar celotehan Taehyung. "Apa Baginda Raja dapat juga?" tanyanya.

"Tidak, Putri Jongin tidak memberikan apa-apa untukku"

"Apa Baginda Raja mau aku memintakannya untuk Baginda?" tanya Taehyung.

Sehun menggeleng pelan. "Tidak perlu, Taehyung. Aku bisa memintanya sendiri pada sang putri"

"Baiklah kalau begitu"

.

.

.

Jongin tidak akan pernah menyangka, jika Raja Sehun kembali menyambangi kamarnya setelah 2 minggu terakhir ini sang Raja sangat jarang datang padanya.

"Seharusnya anda mengatakan padaku jika anda ingin datang, yang mulia" ujar Jongin. Dia jadi salah tingkah saat Oh Sehun datang ke kamarnya saat sang Putri baru saja selesai mandi dan hanya mengenakan bath robe-nya.

"Untuk apa? Aku seorang Raja, aku bisa datang kapan pun aku mau"

Jongin mengeratkan bathrobe di bagian dadanya agar tidak terekspose. "Aku pikir aku harus menyambut anda dengan pakaian yang lebih sopan"

Sang Raja beranjak dari tempat tidur dan berdiri di hadapan sang putri. "Apapun yang kau kenakan, kau akan selalu tampak cantik, Tuan putri"

Tangan pucat itu mengelusi wajah manis itu. Jongin terkejut saat tiba-tiba saja tubuhnya diangkat ala bridal oleh sang Raja dan direbahkan di atas ranjang.

"Mengapa kau ketakutan, nae anae?"

Jongin menggeleng pelan. "Aku hanya sedang tidak ingin, yang mulia"

Namja cantik itu menunggu kemarahan dari sang Raja. Namun yang ia terima adalah, sang Raja malah mencium keningnya dengan sangat lama.

"Aku juga tidak" katanya. Dan membuat Jongin terkejut mendengarnya.

"Aku kemari hanya untuk meminta sesuatu darimu"

"A..apa itu, yang mulia?"

Sehun mengambil sebuah gelang yang ia minta dari Taehyung dari kantung kemejanya. Dan menunjukan benda itu pada Jongin.

"Aku melihat beberapa orang di istana memuji kecantikan benda ini" katanya. "Mereka berkata jika Selir utara memberikan ini pada mereka"

"A..aku"

Sehun menatap Jongin dengan senyum di wajahnya. "Mengapa aku tidak dapat?" tanyanya. "Bahkan Pangeran Agnolia saja dapat. Tapi mengapa aku yang seorang Raja tidak dapat satu pun?"

"A..aku pikir anda tidak akan suka"

Sang Raja menggeleng, ia yang tengah mengukung sang putri pun mengelus lembut wajah cantik The Princess Of Exodus itu. "Jika kau hendak memberikan sesuatu pada orang lain, pastikan dulu Rajamu mendapatkannya"

TBC

.

.

.

A/N :

Hey..

Aku tahu ada sebagian yang kurang sreg sama Fic SMF yang dibikin Oneshoot. ALURNYA KECEPETAN, katanya. Padahal kalo menurut aku enggak kok. Itu terasa cepat karena aku bikin oneshoot. Dan sekarang aku memutuskan utk membuat beberapa chapter untuk sequelnya. Maaf kalo kalian kecewa. Dan buat kalian yang merasa gak sreg sama Sehun yg jatuh cinta sama Jongin dalam waktu singkat. You get what you want*lol.

Replied review for someone :

Thx untuk reviewnya. Aku gak tau karakter kuat apa yang kamu maksud. Aku gak tau aku tersinggung atau enggak sama pendapat kamu. Kenapa Kyungsoo rela mati buat Chanyeol? Karena org bilang cinta itu gak bisa diukur pakai Logika. Kenapa Minho bunuh diri? Orangtua macam apa yg tega bunuh anaknya sendiri? Intinya Minho bunuh diri karena rasa bersalahnya sendiri. Kai karakternya terlalu lemah! Aku rasa enggak kok. Di sini dia terlalu tersakiti, kalo dia lemah mungkin dia udah bunuh diri. Heol, Sunbaenim..Anda terlalu menggunakan Logika atau apa?

Aku Cuma mengingatkan buat yg lain kalo FF aku ini Gaje, dan Gak perlu menggunakan Logika untuk bisa mengerti. Unleash your common sense and Let's your Imagination get what it wants!