Disclaimer: Naruto Masashi Kishimoto

Warning: typo(s), don't like don't read, OOC like always

Pairing: Sasuke & Sakura

.

.

.

.

Prologue

.

.

.

.

.

Kalau kebahagiaan milik semua orang, mengapa ia juga bukan miliknya?

Uchiha Sasuke terus memikirkan jawaban dari pertanyaan ini, sambil berdiri diam di atas puing-puing istananya. Wajahnya tanpa ekspresi. Vampir memang selalu begitu. Mereka bersikap tenang dan selalu berpikir jernih. Itulah yang membedakan mereka dengan manusia, entitas utama yang bangsa vampir buru. Manusia lemah, karena mereka gampang sekali menunjukkan perasaan mereka, membuat mereka nampak lemah di mata bangsa vampir, layaknya sebuah buku yang gampang dibaca. Bagi bangsa vampir, kekuatan mereka terletak pada ekspresi wajah—semakin pandai seorang vampir menyembunyikannya, maka semakin kuatlah ia.

Di atas puing-puing itu banyak terdapat tubuh mati. Juga di balik puing. Sebagian besar yang Sasuke kenal, yang pernah berjumpa dengannya di jalan, yang selalu tersenyum ramah padanya, yang melayaninya tanpa kenal lelah, yang menyayanginya.

"Sasuke-sama, apakah Anda baik-baik saja?"

Salah seorang pelayannya bertanya. Nada suaranya khawatir.

Apakah ia baik-baik saja? Sasuke bertanya pada dirinya sendiri. Dia merasa dunianya seperti dijungkirbalikkan saat itu juga. Belakangan ini ia mencapai kebahagiaan yang selalu ia inginkan. Keluarganya bahagia, ayah dan ibunya tak lagi sering bertengkar. Sasuke seorang putra mahkota—setelah kakaknya Itachi mengundurkan diri sebagai pewaris takhta selanjutnya—Itachi selalu sibuk sebagai calon pewaris. Ia hampir tidak punya waktu untuk adiknya. Menjadi calon pewaris takhta berarti mempersiapkan diri setiap hari, membuat Itachi jenuh dan kelelahan dengan kegiatan yang padat nan membosankan tersebut.

Sasuke belakangan mengeluh karena Itachi tidak pernah menepati janjinya untuk sparring bersama. Setelah Itachi mengundurkan diri, ia lebih punya banyak waktu untuk Sasuke. Tapi Itachi dihinggapi beban bersalah karena menimpakan beban berat sebagai pewaris takhta untuk adiknya. Ia yakin Sasuke bisa, tapi pertanyaan yang mengganggunya adalah: apakah adiknya itu sanggup?

Tapi sebagai seorang kakak yang baik, yang harus Itachi lakukan adalah mempercayai Sasuke kan?

Sasuke akan resmi naik takhta ketika umurnya duaratus (dua puluh dalam dunia manusia)—sekarang umurnya masih seratus tujuhpuluh—masih tiga puluh tahun lagi. Sasuke punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri, dan Itachi akan membantu adiknya sebisa mungkin sampai ia siap.

Sasuke sendiri yakin ia bisa. Sesuatu bernama cinta menaikkan kepercayaan dirinya berkali-kali lipat. Dan Sasuke sebentar lagi akan menikah dengan gadis yang ia cintai. Gadis itu pilihan Sasuke sendiri, dan ia mencintainya, berbeda dengan lusinan gadis yang berkali-kali Fugaku—ayahnya—tawarkan padanya.

Sasuke bahagia. Rasanya seperti ia berhasil berdiri tegak di atas awan. Kemudian sebuah tangan raksasa bernama takdir mendorongnya dari awan tersebut. Sasuke terhempas jatuh.

Seperti melihat momen-momen paling membahagiakan dalam hidupnya dalam sebuah cermin yang hancur berkeping-keping.

Sasuke baru saja pulang berburu bersama para pelayannya ketika ia mendapati istananya hancur. Vampir muda itu langsung saja turun dari kendaraan berburunya, melihat istananya yang megah itu hancur berkeping-keping. Jelas ia shock, tapi tak dapat berbuat apa-apa. Ekspresi wajahnya tidak mereflesikan kalau ia kaget atau sedih, sebaliknya, wajah itu datar.

Sasuke datang pada kesimpulan di mana ia sedang tidak baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja," jawab Sasuke, berbohong.

"Anda yakin?"

"Hn."

Vampir muda itu lalu maju, mendekat ke puing-puing. Ekspresinya masih sedatar tadi. Ia telah kehilangan banyak hari ini, sehingga bahkan menunjukkan wajah sedih pun ia tak mampu. Sasuke menemukan mayat ibunya, setengah badannya tertimpa reruntuhan. Sasuke mengangkat reruntuhan tersebut dengan mudah, lalu menyingkirkan reruntuhan tersebut, menimbulkan bunyi berdebum keras.

Tak jauh dari mayat ibunya, Sasuke menemukan mayat ayahnya. Mayat Fugaku Uchiha tampak mengenaskan, membuat Sasuke tak sanggup melihat dan segera memalingkan wajahnya.

Sasuke mengikuti jejak percikan darah yang membawanya pada mayat Itachi, kakaknya. Pemuda itu berbaring tak bernyawa, bajunya berlumuran darah, dan sebilah pedang menancap di dadanya.

Bau karat yang kuat menguar di udara. Di belakang, Sasuke bisa mendengar para pelayannya yang lain berdesis ngeri. Meskipun para pelayan Sasuke yang vampir itu sering melihat darah, mereka tetap saja ngeri melihat darah sesama mereka dalam jumlah banyak di puing-puing istana.

"Ukh..." Karin, salah seorang pelayan Sasuke, memeluk dirinya sendiri. Gadis berambut merah itu menggigit bibirnya, untuk menahan tangis.

"Siapa yang tega melakukan hal sekeji ini?"

Sementara para pelayannya sibuk, Sasuke mendekati sebuah pilar yang setengah bagiannya hancur. Sasuke menyentuh pilar itu, dan kejadian pembantaian itu terlihat jelas seperti sebuah film. Sasuke melihat dengan jelas bagaimana pedang dikeluarkan dari sarungnya, lalu menebas banyak tubuh tak berdosa. Sasuke bisa mendengar jerit kesakitan dan darah yang terciprat di mana-mana.

Pemuda itu menutup telinganya. Ia tak suka suara jeritan yang seperti menghantui kepalanya.

"Sasuke-sama! Daijoubu ka?"

"Daijoubu." jawab Sasuke. Vampir muda itu lalu kembali menyusuri puing-puing. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sebuah tubuh. Ia merasa udara di sekelilingnya tersedot habis, ia kesulitan bernapas, paru-parunya sesak sampai terasa pedih.

Sasuke mendekap tubuh itu erat.

Sasuke rela kalau takdir mengambil segala-galanya dari dirinya, asalkan ... asalkan bukan gadis ini.

Ia mencintai gadis ini—sangat—sehingga Sasuke tak siap menerima kepergiannya. Sasuke ingin menangis, atau berteriak, atau apa saja untuk mengekspresikan kehilangannya tapi hasilnya nihil. Yang ada hanyalah wajah dingin yang terpasang bak topeng permanen. Sasuke hidup, tapi ekspresinya mati.

Ekspresinya mati seperti gadis yang sedang didekapnya.

Sasuke berhenti mendekap gadis itu hanya untuk melihat wajahnya yang tertidur damai. Kemudian tangannya menyingkirkan beberapa helai rambut gadis itu.

"Selamat tidur..." Sasuke berbisik pelan.

Sasuke membaringkan tubuh gadis itu kembali dengan pelan.

"...Sakura."

"Sasuke-sama." Panggil salah seorang pelayannya. Sasuke kenal betul nada suara yang malas-malasan ini. Namanya Hatake Kakashi, seorang vampir yang sudah lama mengabdi pada keluarga Uchiha.

"Kita harus pergi dari sini."

"Hn."

Kakashi benar. Ia harus pergi dari sini. Tapi pertanyaannya adalah ke mana? Sasuke yakin sekali dunia ini sudah tak aman lagi baginya dan juga pelayannya.

"Bagaimana kalau kita pergi ke dunia manusia?" usul Karin. Gadis berambut merah itu terdengar senang dengan usulnya sendiri. "Dia pasti akan memulai pergerakan sebentar lagi."

"Aku setuju dengan Karin. Ada banyak tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi di dunia manusia. Bahaya kalau kita tetap tinggal dan bersembunyi di dunia ini, karena dia kenal betul seluk beluk dunia ini."

"Ya. Di dunia manusia, kita bisa menyamar menjadi mereka, hidup berbaur dengan mereka..."

Sebuah keputusan instan dibuat. Tak perlu meminta persetujuan Sasuke, karena pemuda itu menyatakan kesetujuannya dengan diam sepanjang diskusi singkat mereka.

"Sasuke-sama." Karin memanggil. Gadis itu nampak serius saat ia menaikkan kacamatanya. "Anda membangkitkan sharingan."

"Aa, hontou ni?" suara Sasuke terdengar datar. Tapi di dalam hatinya, Sasuke senang dan kaget dan cemas. Seorang Uchiha memiliki sharingan—warnanya merah menyala, dengan tomoe di dalamnya yang berputar cepat—adalah istimewa. Tapi sharingan juga sebuah tanda akan terjadi nasib baik, atau buruk, atau keduanya.

"Kita pergi sekarang?" tanya Houzuki Suigetsu.

"Hn."

"Sasuke-sama, apakah Anda yakin...? Hanya Anda yang bisa melakukan proses perpindahan... tapi proses itu memakan banyak tenaga... apakah... apakah Anda yakin, Sasuke-sama?"

"Hn. Aku yakin."

Sasuke kemudian maju, menggigit ujung ibu jarinya sampai berdarah, lalu membuat sebuah lingkaran besar menggunakan darahnya. Sasuke menggambar sebuah pola abstrak di tengah-tengah lingkaran tersebut.

"Hn. Semuanya, berdiri di atas pola."

Kakashi, Karin, dan Suigetsu mengikuti dengan patuh. Sasuke lalu membentuk sebuah segel pada tangannya sementara ia berkonsentrasi dan mulutnya merapal sebuah mantra pelan.

Inilah saatnya. Sasuke memandang sekeliling—mungkin—untuk yang terakhir kalinya. Ia menyesal di dalam hatinya, karena ia tak bisa mengucapkan selamat tinggal yang baik untuk semuanya. Untuk kerajaannya, keluarganya, para pelayan yang mati, untuk dunia yang selama ini ia tinggali, untuk Sakura...

Sasuke menyesal tidak meninggalkan kesan yang baik bagi orang-orang yang dicintainya. Sebelum berburu tadi pagi, ia berdebat sengit dengan Itachi dan membentak ayahnya.

Mungkin ia tampak seperti pengecut sekarang, lari dari masalah dan biang dari masalah ini—musuh terbesarnya sekarang. Sasuke membuat tekad dalam hatinya untuk bertambah kuat dan bersumpah akan menghabisi orang itu. Tunggu saja. Pembalasan dendamnya akan berjalan manis sekali.

Sasuke seseorang yang mempercayai suatu hal seperti reinkarnasi. Mungkin saja di dunia manusia nanti ia akan bertemu dengan sebuah keluarga seperti keluarganya. Mungkin saja di dunia itu dia juga bertemu reinkarnasi dari Sakura.

Semoga ia bertemu dengan reinkarnasi dari kekasihnya.

Sasuke memejamkan mata. Hal yang terakhir ia lihat adalah puing-puing, tubuh mati, sebuah pohon tua mati. Lalu Sasuke melihat ke arah langit di dunia vampir yang warnanya selalu aneh. Bentuk awannya kadang seperti sapuan kuas asal-asalan, kadang seperti permen kapas raksasa, warnanya merah—aneh, tapi begitulah di dunia vampir.

Lalu semuanya berwarna hitam.

.

.

.

To Be Continued

.

.

.

A/N: Halooo! Selamat datang di fic collab pertamaku dengan Anna Clover. Akhirnya terealisasi juga setelah sekian lama hehe ;w; maaf endingnya menggantung, sengaja hoho. Dan yakin sekali masih banyak yang bingung dengan alurnya. Kalau ada yang mau mengkritik, flame, atau mau bertanya-tanya atau apapun, maukah mengirimkan via kotak review?

Onegai :)

Salam,

clarisse

word count: 1.327 words (story only)