Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei

Rated : T

Main Pair: Sasu x Naru

Warning : AU, BL, gaje, abal, OOC, typo juga mungkin

Fic pertama buatan Chii~~ silakan dinikmati Minna-san~~


Please Remember Me!

Chapter 1

Sunyi. Hanya itu kesan yang akan didapatkan ketika memasuki kediaman Uchiha. Mungkin karena para penghuninya yang sangat irit dalam mengeluarkan kata-kata, parahnya, mereka bahkan sangat pelit untuk menunjukkan ekspresi mereka. Pagi ini hanya ada seorang remaja yang mengenakan seragam Konoha High School sedang memakan sarapannya sendirian di meja makan yang bisa digunakan untuk menjamu makan sepuluh orang tamu. Pemuda bername tag Uchiha Sasuke itu menatap bosan pada kursi-kursi yang biasa dipakai orangtuanya dan kakak laki-lakinya.

"Ittekimasu." Dia mengucapkan salam dan langsung dijawab oleh beberapa pelayan yang mendengar salamnya. Pelayan? Benar, pelayan. Sangat repot mengurus rumah sebesar ini bila tidak memiliki pelayan. Sebenarnya pelayan disini hanya bekerja sampai siang hari saja, jadi saat dia pulang nanti tidak akan ada yang menjawab salamnya. Melihat tuan muda-nya berjalan ke arahnya, sang sopir langsung membukakan pintu mobil untuknya. Dan setelah memastikan tuan muda-nya duduk dengan nyaman, sang sopir segera menutup pintu dan segera berjalan ke bangku sopir untuk mengantarkannya ke sekolah sang tuan muda, Konoha High School.

Sasuke mengerling bosan saat mendengar jeritan histeris dari siswi-siswi Konoha High School yang sepertinya memang sengaja menyambutnya di gerbang sekolah. Sasuke sendiri tidak ingat sejak kapan para siswi melakukan ritual ini setiap pagi, mungkin ini tradisi turun-temurun di SMA ini. Karena dia dengar, dulu kakaknya juga pernah berada di posisi yang sama dengannya, hanya saja kakaknya, Uchiha Itachi selalu membalas teriakan mereka dengan senyuman charming-nya sehingga mengakibatkan teriakan yang ada makin banyak dan keras.

Sasuke terus melangkah melewati taman yang terletak di tengah-tengah bangunan yang membentuk huruf U. Di tengah taman itu terdapat kolam berisi bunga teratai beragam warna dengan pancuran di tengah kolam itu berbentuk err.. katak. Yah, kita tahu, kalau katak memang suka berada di kolam seperti itu, mengingatkan author pada kolam sekolahnya yang berisi katak yang sedang berenang, sedang melakukan proses fertilisasi yang kemudian menghasilkan telur katak yang mengambang, dan tidak lupa ada katak yang juga mengambang dengan posisi perut di atas, entah dia masih hidup atau tidak, nyali author terlalu kecil untuk mengeceknya.

Lanjut, di pinggir taman terdapat blok khusus untuk menanam bunga, ada bunga mawar yang sangat disukai oleh para siswi disini, bunga amaryllis, bunga snapdragon berwarna putih, bunga lili putih, dan juga ada bunga matahari. Bunga yang selalu mengingatkan Sasuke pada seseorang yang pernah dia temui beberapa tahun lalu. Sosok anak laki-laki berambut pirang cerah, dengan kulit berwarna tan, dan iris mata berwarna biru. Mungkin saat ini dia juga sudah SMA, sama seperti Sasuke. Rambutnya, mungkin masih jabrik, sama seperti sosok orang yang sedang tiduran di bangku taman dekat blok bunga matahari itu. Sosok berambut pirang jabrik dan berkulit tan.

Sasuke terbelalak, tapi hanya sesaat. "Mana mungkin itu dia?" bisik Sasuke. Sebenarnya, Sasuke berharap kalau siswa yang sedang tiduran di bangku taman dengan headset terpasang di telinganya itu adalah sosok yang pernah ia temui dulu. Sosok yang dikaguminya. Sosok yang dirindukannya.

"Pagi, Sasuke-kun!" sapa seorang siswi berambut pink bernama Sakura. Sakura adalah anak dari teman ayahnya yang sejak TK selalu satu sekolah dengan Sasuke.

"Siapa dia?" alih-alih menyapa balik Sakura, Sasuke langsung menanyai Sakura.

"Heh? Tidak. Mungkin dia murid baru. Hemm keren juga..," Sakura memandangi sosok itu dengan mata berbinar-binar. "Semoga dia tidak sedingin dirimu," sinis Sakura.

"Hn." Sasuke mulai mengeluarkan kata favoritnya. Tidak ada yang tahu arti kata ini. Hanya dia dan Tuhan saja yang tahu. Oh, sepertinya anak yang Sasuke kagumi bisa mengartikan kata itu. Tunggu! Sasuke? Uchiha Sasuke mengagumi seseorang? Dan orang itu seumuran dengannya? Mari kita cari tahu siapa orangnya.

Ternyata, anak yang dikagumi Sasuke bernama Naruto. Nama marga? Sasuke tidak mengetahui nama marganya. Pertama kali dia bertemu Naruto, adalah saat dia menangis–dengan sangat tidak Uchiha-nya–karena terpisah dari Mikoto, ibunya, saat sedang berada di sebuah swalayan. Saat itu, Naruto yang membawa keranjang belanja penuh dengan ramen instan menepuk-nepuk kepala Sasuke lalu menariknya menuju tempat informasi. Naruto langsung memberitahu pada kakak yang bertugas untuk mengumumkan bahwa telah ditemukan seorang anak hilang. Sejak saat itulah, Sasuke mengagumi Naruto kecil yang tahu apa yang harus dilakukannya dan yang paling penting..,dia menyukai setiap sentuhan dari tangan kecil Naruto. Karena itulah, hari-hari berikutnya dia selalu merengek meminta ikut diajak belanja setiap Mikoto hendak membeli kebutuhan rumah, ya, Sasuke kecil berharap dia bisa bertemu lagi dengan 'teman' barunya itu.

Sasuke tersadar dari lamunan sesaatnya saat mendengar bel sudah berbunyi. Dia menatap ke bangku tempat anak itu sekarang duduk. Dia meregangkan tangannya ke atas, lalu berjalan masuk ke dalam gedung khusus yang berisi bagian administrasi, akademik, sarana-prasarana, ruang guru, dan ruang kepala sekolah. Mungkin dia memang murid baru.

TOK! TOK! TOK! Terdengar suara ketukan pintu saat Kakashi, guru matematika mereka sedang mengajar bab integral trigonometri. Kakashi langsung membuka pintu kelasnya untuk melihat siapa yang mengganggu acara 'menyenangkan'nya dengan murid-murid kesayangannya yang langsung menunjukkan raut wajah bahagia saat mendengar interupsi dari luar kelas. Saat mengetahui kalau yang sedang berdiri di depan pintu adalah sang kepala sekolah, Tsunade, Kakashi bergegas keluar dari kelas.

Tidak lama kemudian, Kakashi masuk ke dalam kelas, tapi kali ini dia tidak sendirian, di belakangnya mengekor seorang siswa berambut pirang. "Perhatian semuanya! Mulai hari ini kalian mendapatkan teman baru. Nah, silakan perkenalkan dirimu!" ucap Kakashi.

"Namikaze Naruto. Yoroshiku." Hanya itu yang diucapkan oleh bocah pirang dengan baju yang agak berantakan. Mungkin karena tadi dia tiduran di bangku taman.

"Hanya itu saja? Baiklah. Kamu bisa duduk di.., di sana! Di belakang Uciha Sasuke."

"Yang namanya Uchiha yang mana, Sensei? Si pucat dengan senyum mengerikan itu atau si kepala pantat ayam itu?" tanya Naruto saat melihat ada bangku kosong di dua tempat, satu di belakang Sasuke, dan satu lagi di belakang seorang siswa bernama Sai yang sejak kedatangan Naruto langsung menebar senyum lebarnya. Semua murid yang ada di sana menatap Naruto dengan tatapan tidak percaya, mungkin mereka berpikir kalau Naruto terlalu berani mengungkapkan pikirannya.

Kalau tidak merasakan tatapan berbahaya dari Sasuke, Kakashi saat ini pasti sudah tertawa. "Yang rambutnya melawan gravitasi."

Naruto menatap malas Sasuke, "Apa tidak bisa kalau aku menggusur orang itu dan duduk di belakang Little Red Riding Hood, Sensei?" Naruto mengarahkan pandangannya ke bangku di pojok kanan kelas. Di situ duduk seorang siswa berambut putih kebiruan dan bermata ungu bernama Suigetsu. Di depan laki-laki itu duduk 'Little Red Riding Hood', siswi berambut panjang warna merah, memakai kacamata yang bernama Karin.

"Tidak bisa," jawab Kakashi tegas.

"Baiklah." Tanpa berlama-lama lagi, Naruto berjalan ke arah bangku yang dimaksud guru barunya itu. Tapi baru beberapa langkah, Naruto berbalik dan berjalan ke arah Kakashi. "Terima kasih, Sensei," Naruto membungkuk ke arah laki-laki berambut keperakan itu. Kakashi sekilas nampak terkejut, lalu sebuah senyuman tersungging di balik masker yang menutupi setengah wajahnya. "Ya."

Naruto pun kembali berjalan ke tempat tujuannya tadi. Sekilas dia melihat orang yang bernama Sasuke menatapnya dengan pandangan menyelidik, lalu saat Naruto berada cukup dekat dengannya, Naruto yakin dia melihat pandangan Sasuke berubah menjadi terkejut untuk sesaat.

Sasuke POV

Naruto? Dia bilang namanya Naruto? Dia akan duduk di belakangku bukan? HEI! Dia mengatai rambut kebangganku ini pantat ayam?! Ayahku saja tidak pernah mengomentari rambutku ini! Saat nanti dia berjalan kemari aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Oke, aku mulai kelihatan seperti seorang gadis yang menunggu pangeran sekolah berjalan melewatinya, kakakku yang berkeriput itu pasti tidak akan berhenti tertawa satu jam ke depan bila mengetahui semua ini.

'Little Red Riding Hood', eh? Dia pasti bercanda. Hei, tapi kenapa dia ingin duduk di belakang Karin? Apa bagusnya gadis berkepala merah yang berpacaran dengan orang yang bergigi hiu itu? Dan apa-apaan itu? Aku menatapnya tidak percaya saat kuyakin baru empat langkah dia meninggalkan Kakashi-sensei, dia tiba-tiba kembali ke Kakashi-sensei untuk berterima kasih. Manis sekali.

Aku melirik ke arah Sai yang terus memasang senyum lebarnya ke arah siswa baru itu. Sepertinya Sai menaruh perhatian berlebih pada siswa baru itu. Apa dia gay? Bagaimanapun juga dia tetap laki-laki meskipun kuakui dia enak dilihat, cool saat memperkenalkan diri tadi, menarik, juga cukup manis.., TUNGGU DULU! Aku pasti mulai terkontaminasi oleh Sai, si mayat hidup gay itu!

Ah, sekarang dia berjalan mendekat kemari. Biar kucocokkan dengan Naruto-ku yang dulu. Rambut pirang jabrik, cek! Iris berwarna biru, cek! Kulit berwarna tan, cek! Satu lagi yang aku ingat tentang fisik Naruto-ku, dia memiliki tiga buah garis seperti kumis di setiap pipinya. Aku memandanginya dengan seksama, mencari garis yang selalu nampak jelas saat dia sedang tersenyum. Saat dia berada kurang dari selangkah di depanku, aku melihatnya! Aku menemukan tanda itu, sekaligus menemukan Naruto-ku!

End Sasuke POV

~~Kochii Alsace~~

Saat waktu istirahat tiba, sebelum para siswa dan siswi lain mengerubungi Naruto karena ingin mengenal Naruto lebih lanjut, Naruto sudah beranjak meninggalkan tempat duduknya. Dia berjalan ke kursi yang terletak di pojok kelas, menuju ke arah seorang sisiwi bernama Karin yang sedang mengobrol dengan temannya yang uh.., bergigi tajam? "Karin?" sapa Naruto.

"Ya?" jawab siswi berambut merah itu sambil memiringkan kepalanya karena pandangannya terhalang temannya. "Ayo duduklah!" Karin menarik Suigetsu agar menyingkir dari kursinya dan mendudukkan Naruto di kursi Suigetsu tanpa memedulikan protes dari Suigetsu.

"Kalian berdua akur-akur saja. 'kan? Sudah lama kita tidak bertemu," Naruto bangkit dari kursi untuk memeluk Karin lalu Suigetsu. "Syukurlah aku bisa sekelas dengan kalian berdua yang sudah aku kenal ini. Hehe.., karena aku murid baru di sini, aku akan meminjam beberapa catatanmu, boleh?" tanya Naruto.

"Tentu saja. Aku akan meminjamkannya dengan senang hati. Sui juga akan mengajarimu kalau ada pelajaran yang sulit, benar, 'kan, Sui?" Karin menatap wajah Suigetsu dengan senyum mengembang. Senyum yang penuh dengan ancaman tepatnya. Suigetsu yang hendak menolak langsung mengurungkan niatnya saat melihat senyuman Karin yang menakutkan baginya itu. Senyuman yang mungkin bisa diartikan seperti ini, 'akan kuhajar kalau kamu berani menolak, Sui!'. Saking takutnya dia dengan senyuman Karin itu, akhirnya dia hanya bisa mengangguk lemah.

Mereka menghentikan obrolan mereka sesaat ketika menyadari ada orang lain yang berdiri di dekat mereka, Uchiha Sasuke. Naruto menengadahkan keplanya dan melemparkan senyumannya kepada Sasuke, "Ya, Uchiha-san?"

"Namaku Uchiha Sasuke, aku wakil ketua OSIS di sini. Sekarang aku akan mengantarmu keliling sekolah, itu tugasku," jawab Sasuke.

"Hmm.., ya.. . sebenarnya tadi Kepala Sekolah juga sudah bilang padaku kalau hari ini aku akan diantar berkeliling oleh anggota OSIS di kelas ini. Baiklah," Naruto tersenyum kembali.

"Terima kasih untuk kalian berdua." Naruto bangkit dari kursi. "Aku akan berkeliling sekolah diantar Uchiha-san dulu," pamit Naruto sambil tersenyum ke arah Karin. Mendapat senyum yang manis seperti itu, Karin pun membalasnya dengan sebuah senyuman manis. Naruto menepuk bahu Suigetsu dan berbisik padanya, "Sui, tolong jaga Little Red Riding Hood ini baik-baik! Aku merasa dia bisa menarik perhatian para serigala di sini."

"Baik, Ayah!" jawab Suigetsu dengan nada mengejek. "Baiklah.., akan kulakukan dengan mempertaruhkan nyawaku!" Suigetsu langsung meralat kata-katanya saat melihat tangan Naruto sudah mengepal erat dan nampaknya merupakan ancaman yang sangat berbahaya untuk wajahnya.

"Good boy!" bisik Naruto penuh penekanan. "Dah, Karin, Sui!" Naruto melambaikan tangan ke arah Karin dan Suigetsu. Seisi kelas langsung mengerubungi meja Karin dan Suigetsu saat Naruto sudah keluar dari kelas bersama Sasuke. Untuk apa? Untuk bertanya tentang hubungan mereka dengan siswa baru yang mampu menarik perhatian semua orang itu tentunya.

"Kamu sepertinya kenal dengan Karin, eh?" tanya Sasuke basa-basi.

"Yah.., dia masih sepupuku. Sepupu jauh mungkin. Begitulah," jawab Naruto sambil mengingat-ingat silsilah keluarganya. Ibunya seorang Uzumaki dan merupakan keponakan Tsunade, kepala sekolah di Konoha High School ini. Dan Karin yang seorang Uzumaki itu juga berarti masih berkerabat dengan ibunya, yang artinya juga berkerabat dengannya.

Sambil menunjukkan beberapa ruangan, beberapa kali Sasuke melirik Naruto. Dia masih penasaran dengan jati diri siswa di sebelahnya ini, tapi ayolah.., jangan lupakan harga diri Uchiha, apa yang akan dipikirkan Naruto tentangnya kalau nanti Sasuke banyak bertanya? "Perkenalanmu tadi begitu singkat," komentar Sasuke setelah menyeleksi pertanyaan yang akan ia ajukan pada Naruto sambil menunjukkan toilet pria.

"Begitu? Habisnya tidak ada hal menarik tentangku."

"Kamu bahkan tidak menyebutkan asalmu," lanjut Sasuke, kali ini sambil menunjukkan ruang UKS yang bersebelahan dengan ruang OSIS.

"Aku berasal dari pertemuan antara sperma ayahku dan sel telur ibuku. Sama denganmu, 'kan? " jawab Naruto sekenanya. Dia sempat melirik ke arah Sasuke yang membatu beberapa saat karena mendengar jawaban yang kelewat logis itu. "Sudahlah, kamu tidak perlu tahu. Itu tidak penting."

Sasuke mengajak Naruto mampir ke ruang OSIS untuk sekedar memberi salam ada keta OSIS mereka, Sabaku no Gaara. Tapi, bukannya menyapa, Naruto malah mengajak Gaara ber-high five ria, rupanya Gaara adalah teman Naruto. Setelah menyapa Gaara, Sasuke dan Naruto melanjutkan perjalanan mereka ke arah kantin, atau mungkin cafetaria. "Sepertinya kita pernah bertemu sebelum ini," ujar Sasuke lirih, takut kalau ternyata orang yang dirindukannya selama ini malah ternyata tidak mengingatnya. Oke, Sasuke berujar lirih. Dia mulai mengabaikan statusnya sebagai seorang Uchiha yang jarang menunjukkan emosinya di depan orang lain.

"Hm? Benarkah? Dimana?" tanya Naruto. "Mungkin ingatan tentangmu ikut mengabur karena hal yang dulu menimpaku."

Sasuke yang awalnya murung langsung membelalakkan matanya saat mendengar pengakuan Naruto. Naruto menatap Sasuke lembut. "Anggap saja hal yang kumaksud adalah kecelakaan, Uchiha-san," Naruto tersenyum lebar. "Kamu mengenalku dan keluargaku?" tanya Naruto.

"Aku hanya tahu kalau namamu Naruto," Sasuke menatap lantai di bawahnya seakan-akan di lantai itu memproyeksikan film yang dimainkan oleh Koyuki, aktris paling terkenal di kalangan remaja saat ini. Sebenarnya, Sasuke merasa sedikit sakit saat Naruto menanyakan hal itu. Siapa yang tidak sakit saat ternyata kamu tidak mengetahui apapun dari orang yang kamu kagumi? Ah, bukan, orang yang kamu sukai?

Tapi, otak cerdas bungsu Uchiha ini merasakan adanya kejanggalan pada pernyataan Naruto barusan. Naruto tersenyum lalu merangkul pundak Sasuke dengan tangan kanannya. "Kalau begitu, mari kita mulai dari awal. Namaku Namikaze Naruto. Kamu boleh memanggilku Naruto. Aku sangat suka ramen dan kalau buah, aku suka jeruk."

"Dobe, aku tahu kalau kamu suka sekali pada ramen."

"Kamu memanggilku Dobe, eh, Teme?" Naruto menggembungkan pipinya. Tampak sangat menggemaskan di mata Sasuke, siswa dan siswi yang kebetulan melihatnya, dan tentu saja tampak sangat WOW bagi author.

"Namaku Sasuke. "

"Sasu-Teme!" Naruto berjalan mendahului Sasuke.

Sasuke tersenyum kecil lalu bergegas menyusul Naruto. Tanpa dia sadari sepasang mata mengawasinya. Sepasang mata yang menatap sendu ke arah Naruto. Sepasang mata itu terpejam, kemudian mengalirlah air mata dari kelopak yang tertutup itu. "Maafkan aku.., maafkan aku."

TBC


Huwa.. fic pertama Chii nih, dikerjain setelah hampir ketiduran waktu tes TOEFL. Hahaha XD

Uuhh..mohon maaf kalo ini fic abal pake banget, sebenernya Chii baru baca fanfic belum ada enam bulan loh.., setelah memulai debut sebagai silent reader, Chii naik tingkat jadi reviewer, terus ada yang mengusulkan agar Chii ikutan jadi author -_- #gausah curcol deh.

Oh iya.., Chii mau ngucapin 'makasih', 'thank you', 'matur nuwun' buat My Lovely KuroDoki, alias BlackCat146 yang udah mau mencari-cari kekurangan di fic ini dan menunjukkan cara mengurangi kekurangannya, ingat, (-) bertemu (-) maka akan menjadi (+)? #Apaan, sih? Ga usah bawa-bawa pelajaran!

Yah.. pokoknya makasih banyak buat KuroDoki.. Marimo love you! *dilempar ke jurang sama Kuro*

Oh iya.. ada yang mau nebak, siapa yang nangis di bagian terakhir itu? Dilarang menjawab 'Chii' loh ya? Walaupun Chii ngerasa bersalah saat ngebikin Naruto dan Sasuke OOC banget pake suweer, tapi ga sampe nangis-nangis gitu juga, kok. Pede banget, emang ada yang mau jawab? #cepetan closing! Durasi! Durasi!

Oh iya.., adakah yang berkenan untuk me-review, sekedar meninggalkan jejak, atau memberikan kritik yang membangun? Kalau ada.. silakan klik kotak Review-nya~~

Salam Kochii~~~