"I'm not an Abnegation. Nor a Dauntless. I'm a Divergent." — Divergent, chapter 35, pages 490.
.
.
.
Aku melihat mereka mati satu persatu.
Orang-orang yang kusayangi. Ibu, Ayah, Will.
Ini semua karena para Erudite brengsek itu.
Mereka mengendalikan orang-orang dari faksi Dauntless.
Dan kuharap Four—Tobias—adalah seorang Divergent. Aku tidak ingin jika ia dikendalikan oleh para Erudite itu.
Jika mereka mengendalikan Tobias untuk kedua kalinya, akan kupastikan mereka mati ditanganku. Akan kupastikan itu.
Aku memang tidak sepintar mereka, tapi mereka juga tidak sekuat diriku.
Mereka tidak bisa bertarung. Mereka tidak pernah belajar atau pun diajarkan bertarung.
Aku? Aku pernah belajar dan diajarkan bertarung saat aku tes menjadi seorang Dauntless dan siapa sangka kalau aku akan berada di peringkat pertama? Bahkan aku menyingkirkan Molly dan Drew.
Mereka menjadi seorang factionless sekarang.
Andai mereka bukan seorang factionless ada kemungkinan bahwa sebelum aku sampai ke markas Abnegation mereka akan membunuhku.
Tapi tidak. Aku pernah mengalahkan mereka.
.
Aku, Tobias, Caleb, Marcus, dan Peter pergi menuju markas para Amity. Kuharap mereka akan menerima kami.
Tapi tidak selamanya kami bisa berada di sana.
Mungkin berada di antara factionless adalah tempat yang paling aman.
Atau kurasa Abnegation harus mengalah pada Erudite agar perang ini segera berakhir.
Tapi, tidak.
Mereka telah membunuh Ibu dan juga Ayahku.
Akan kupastikan para Erudite, terutama Jeanine akan kubunuh. Mereka akan mati di tanganku.
Aku bersumpah tentang hal itu.
.
.
.
FIN
"I think it was really me. Not a Dauntless, not an Abnegation, not a factionless. But a Divergent." — Divergent, chapter 35, pages 502.
