That One Person, You (1/2)

(Angst, Romance,Fluff)

Cast:

- Byun Baekhyun

- Park Chanyeol

- Lauren Wu

- Kris Wu Fan

- Kim Heechul

Summary: Ternyata cinta hanyalah kebohongan, setidaknya itulah yang Baekhyun rasakan ketika cintanya terkhinati. [Heart of The Ocean Sequel.]

(Baca catatan dibawah ya nanti, thanks)


Tetesan hujan mulai membasahi tanah disekitarku, membawa diriku terhanyut kedalam semak-semak fikiran yang panjang dan rumit. Aku terus menatap kepada gundukan tanah basah yang ada di hadapanku.

Hatiku seolah berteriak, berteriak dengan sangat kencang jika hatiku memiliki kemampuan untuk itu.

Well, aku benci dunia ini. Aku benci dengan semua hal-hal menyakitkan yang datang silih berganti dalam hidupku. Kris pergi meninggalkanku ketika aku sudah mulai bergantung pada kehadirannya. Kecelakaan mobil merenggut sosoknya yang sudah setahun ini memenuhi hidupku.

Benar, sudah 1 tahun aku resmi menikah dengan Kris dan pernikahan kami dikaruniai seorang anak perempuan yang amat manis yang diberi nama Lauren Wu.

Well, Lauren bukan anak kandungku. Tentu saja, aku tidak bisa hamil karena aku adalah lelaki. Kami mengadopsinya setelah pernikahan berjalan selama 3 bulan.

Lauren adalah salah satu anak yatim piatu yang tinggal di yayasan milik keluarga Kris. Aku langsung jatuh cinta dengan sosok anak menggemaskan dan cantik yang ketika itu langsung datang menghampiriku dengan wajah berbinarnya. Mata bulat berwarna zamrud itu menatap kedalam mataku dengan binar yang mengalahkan cerahnya matahari kala itu.

Awalnya, aku tidak mengira Lauren akan tertarik padaku dan tentu saja waktu tiga bulan agaknya terlalu cepat bagiku dan Kris untuk mengadopsi seorang anak. Tetapi kala itu, Lauren langsung memeluk kakiku dan dengan suara lucunya yang mengatakan 'mommy', ia menatapku. Kris yang melihat semuanya tersenyum lebar penuh arti, seolah mengerti apa yang aku inginkan.

Setetes air mengalir menuruni pipiku dengan perlahan ketika mengingat nya. Mengingat sosok suami yang selalu ada disampingku selama setahun ini, sosok seorang ayah bagi Lauren. Lauren terus menangis dari kemarin. Dia sudah berumur 4 tahun, kurasa dia sudah mengerti apa yang terjadi.

Berat, tentu saja. Bagaimana pun setahun adalah waktu yang cukup lama bagiku untuk mencintai seseorang. Aku tidak menyangka malam itu adalah malam terakhir aku bertemu Kris, malam terakhir merasakan pelukan hangatnya.

Kris saat itu akan berangkat ke Jepang untuk sebuah urusan bisnis, dan dalam perjalanan menuju tempat bisnisnya di Jepang, mobil kehilangan kendali dan Kris meninggalkanku untuk selama-lamanya.

Kuusap perlahan air mataku dan menyentuh nisan Kris dengan perlahan lalu mengusapnya. Menatapnya lama seolah aku masih bisa menatap sosok sempurnanya secara langsung dihadapanku. Air hujan yang membasahi sekujur tubuhku seolah tidak memberikan efek apa-apa saat ini.

Tuhan, kenapa kau selalu mengambil orang-orang yang kucintai?

Ayahku, Kris, dan… dan Park Chanyeol.

Benar, Park Chanyeol.

Nama itu selalu tersimpan di sisi terdalam dalam hatiku. Bahkan terkadang, mimpi malamku dihiasi oleh wajah tampannya. Sudah hampir 2 tahun berlalu semenjak aku menaiki kapal Titanic II, dan semenjak itu aku tidak pernah sekalipun bertemu dengannya.

Semenjak aku resmi bertunangan dengan Kris, aku menetap di America dengan ibu. Well, mungkin saja Park Chanyeol itu tinggal di Seoul sehingga kami tidak mungkin bertemu lagi. Setidaknya itulah yang selalu kupikirkan, aku yakin Lekaki itu nyata.

Hanya saja, kenapa tuhan tega sekali kepadaku? Selalu merebut orang-orang yang kucintai? Apakah aku tidak berhak bahagia? Ataukah aku memang memiliki dosa masa lalu yang harus kutebus dengan cara ini?

Aku menundukkan kepalaku dan menangis, membiarkan air mataku bercampur dengan air hujan yang juga mengaliri wajahku.

Berharap, air hujan bisa membantuku melunturkan kesedihanku bersamaan dengan tetesannya yang mengalir turun dari tubuhku. Membawa pergi semua kesedihan itu masuk kedalam tanah dan tidak pernah kurasakan lagi selamanya.

"Mommy", hingga suara kecil itu terdengar, sedikit teredam oleh air hujan yang sudah tidak mengaliri sekujur tubuhku lagi.

Kudongakkan kepalaku dan mendapati Lauren menatapku sambil membawa payung kuning kecilnya.

"Daddy cudah bahagia mommy... Daddy telcenyum pada lolen", ujarnya pelan. Suaranya membuatku gemas dan terharu disaat bersamaan.

Aku mengangguk dan memeluk anakku dengan erat. Mengusap rambut ikal panjangnya dengan lembut.

Kris, apakah benar kau sudah bahagia?

Jika memang kau sudah bahagia, aku juga akan tersenyum untukmu honey. Aku berjanji, aku akan membesarkan Lauren dan menjadikannya seseorang yang hebat seperti dirimu kelak. Seperti yang selalu kau katakan padaku... Meskipun kau tidak bisa memenuhi janjimu untuk membesarkan dan melihat Lauren beranjak dewasa bersamaku, tidak apa. Aku akan merawatnya sendiri Honey. Aku akan membuatmu bangga dari sana.

Perlahan kuangkat kepalaku dan mengecup kening anak perempuanku perlahan dan tersenyum padanya sebelum aku memejamkan mataku.

Aku…aku mencintaimu WuYiFan ssi.


"Mommy mommy kita akan pelgi kemana?", suara manis Lauren membuatku menghentikan kegiatanku mengemas koper kami dan tersenyum kearahnya.

"kita akan pulang sayang", ujarku pelan sambil mengusap rambutnya lembut.

"eung? Puyang? Bukankah lumah kita dicini?", Lauren memiringkan kepalanya perlahan dan menatapku dengan wajah lucunya.

Kucium pipinya dengan gemas dan merengkuhnya diatas pangkuanku.

"kita akan pindah rumah Lauren", ujarku pelan.

Hari ini aku akan membawa anakku kembali ke Korea dan menetap kembali disana. Aku tidak sanggup berada disini dengan semua kenangan tentang Kris yang memenuhi setiap sudut di rumah besar dan megah ini. Well, aku akan memulai semuanya dari awal di Seoul.

Aku akan mendaftarkan Lauren untuk sekolah dan aku sendiri, aku akan melanjutkan kuliahku yang sempat tertunda.

"apakah kita akan tinggal belsama Glanny?", Tanya Lauren lagi.

Aku mengangguk kearahnya dan Lauren langsung melonjak bahagia sambil berlari keluar dari kamar. Tawa pelan lolos dari bibirku melihat tingkah kekananakan anak semata wayangku.

Perlahan aku kembali memasukkan baju-baju Lauren kedalam koper dan tersenyum. Ayahku bercerai dengan gadis yang dinikahinya waktu itu dan entah bagaimana kini ayahku dan ibuku kembali bersama. Ibuku sudah kembali ke Seoul beberapa bulan yang lalu meninggalkan aku disini bersama Kris dan Lauren.

Tapi Kris sudah meninggalkanku sekarang. Aku akan pulang ke Seoul dan kembali pada orang tuaku.

"tuan muda apakah semuanya sudah siap?", kudongakkan kepalaku perlahan dan mendapati Matthew pengawal pribadiku berdiri sambil tersenyum di ambang pintu.

Kuanggukkan kepalaku perlahan dan memasukkan semua baju yang terisa lalu mengunci kopernya. Matthew mengangkat koper itu dan menghilang di balik pintu. Kuhembuskan nafasku perlahan dan mengedarkan pandanganku mengelilingi kamar.

Kamar yang penuh kenangan, kamarku dan Kris. Setetes air mata kembali mengaliri pipiku dan membentuk sungai kecil disana.

Kutundukkan kepalaku perlahan dan mengusap bantal dimana Kris mengistirahatkan tubuh lelahnya setelah bekerja, buku-buku yang biasanya selalu dibacanya dan semua benda dikamar itu yang membawaku kembali mengingat sosok sempurnanya.

'Kris, aku pergi...' Ujarku perlahan dalam hati.

Tanganku perlahan terulur untuk menghapus aliran sungai di pipiku yang tidak kunjung berhenti sedari tadi dan melangka keluar dari kamar. Kututup perlahan pintu kamarku dan kulihat Lauren sudah berada di gendongan Angela , baby sitternya.

"mommy mommy ayo kita belangkat", aku tersenyum dan mengangguk perlahan dan berjalan mendahului berjalan menuju mobil.


Seoul, ini pertama kalinya setelah dua tahun aku menghirup kembali udara khas ibukota Korea Selatan ini.

Senyum simpul terkembang di bibirku.

Beda. Semuanya terasa berbeda, tidak ada kenangan tentang suamiku disini. Well, mungkin ada tetapi semua kenangan itu tidak berhamburan di udara seperti saat aku berada di America kemarin.

Senyuman mengembang di bibirku melihat gumpalan gumpalan lembut yang berada di hadapanku. Kutolehkan perlahan kepalaku dan menatap kearah Lauren yang dengan bahagia mengulur-ngulurkan tangan kecilnya untuk menggapai gumpalan lembut yang berjatuhan di hadapannya. Badan mungilnya mulai bergerak-gerak kesal di gendongan Angela.

"Angela, turunkan dia", ujarku pelan.

Angela mengangguk perlahan dan menurunkan Lauren dari gendongannya. Kaki-kaki mungilnya berlari dengan bahagia ke pinggiran dan mengulurkan tangannya.

Segumpal salju kecil jatuh ke tangan mungilnya dan Lauren tertawa bahagia.

"hihi caljuuuuu hihi mom look!", ujarnya lagi.

Bibirku membentuk sebuah lengkungan dan berjalan menghampiri Lauren.

"Lauren suka salju?", tanyaku sambil mengecup pipi tembam anakku.

Lauren mengangguk bahagia dan balas mencium pipiku sebelum memain-mainkan salju yang berjatuhan di tangannya.

"Ayo baby kita pulang, granny sudah menunggumu", perlahan aku berdiri dan membawa Lauren ke dalam pelukanku dan menggendongnya.

Lauren memeluk leherku dengan tangan mungilnya dan tersenyum lebar.

"glanny?", ujarnya bahagia dan aku hanya mengangguk sebagai respon.

Tidak lama kemudian, Sebuah Ferrari berwarna putih berhenti di hadapanku diikuti Mercedes hitam mengkilat dibelakangnya.

Kulihat Matthew turun dari mobil berlogo kuda jingkrak putihku sambil tersenyum dan memberikan isyarat padaku agar masuk kedalam.

Angela mengambil Lauren dari gendonganku dan berjalan menuju sisi lain Ferrari putihku. Kulangkahkan kakiku masuk dan duduk di kursi pengemudi sedangkan Angela dan Lauren ada di sampingku di kursi penumpang.

Perlahan kujalanan mobil putih ini meninggalkan bandara Incheon. Sepanjang perjalanan sesekali aku melihat Lauren menempelkan wajah lucunya di jendela untuk melihat pemandangan luar sambil tertawa bahagia dan sesekali Angela ikut tertawa. Bahkan Lauren memonyong-monyongkan bibirnya ke jendela dan membentuk sebuah cetakan bibir kecil yang lucu.

Lauren terus berbicara tentang gundukan putih yang menggunung di sepanjang pinggiran jalan dan bercerita tentang banyak hal yang berkaitan dengan jalanan yang dilihatnya.

Kris, seandainya kau ada disini, mungkin Lauren akan lebih bahagia dari ini.

Kris, apa yang sedang kau lakukan sekarang?

Apa kau sedang melihatku?

Aku berharap kau ada disini honey.

Kuhembuskan nafasku dengan perlahan dan berusaha mengentikan perasaan-perasaan tidak nyaman yang menyeruak di permukaan hatiku dan mencoba focus ke jalanan yang ada di hadapanku.


Aku sedang duduk di salah satu kafe di hongdae, Lauren dan Angela berada di rumah, well Lauren sangat bahagia bertemu dengan nenek dan kakeknya dan tidak mau ikut denganku.

Yah jadilah aku sendirian disini sambil menggenggam kopi hangat yang ada di hadapanku dan menatap keluar jendela memperhatikan butiran-butiran salju yang turun.

Pikiranku melayang entah kemana dan jujur saja aku menikmati kekosongan yang kurasakan detik ini. Sangat nyaman dan entahlah aku tidak bisa mendeskripsikannya.

"Tuan Carl, apakah ini tidak terlalu pahit?", nama itu.

Entahlah kurasa aku pernah mendengarnya.

Ah! Benar, Carl… yang ada di kapal waktu itu, yang mereka bilang pemilik sebenarnya ruangan seni Chanyeol.

"tidak, ini sudah cukup Kai ah", suara itu… itu itu, kutolehkan kepalaku dengan cepat ke asal suara dan benar…

Itu dia... Park Chanyeol.

"tapi tuan muda Carl, kopi seperti ini tidak baik untuk kesehatan anda", kulihat ada Lekaki lain berkulit tan yang berdiri di hadapannya.

"ck baiklah tambahkan satu sendok lagi untukku", Lekaki bernama Carl yang sebenarnya adalah Chanyeol itu mendengus kesal dan kembali berkutat dengan kertas-kertas dihadapannya.

Kurasakan sebulir air mata menetes dari pelupuk mataku.

Park Chanyeol, dia nyata. Dia benar ada.

Perlahan tanganku terulur dan mengusap aliran sungai kecil di pipiku. Kedua sudut bibirku tertarik perlahan dan membuat lengkungan tipis bersamaan dengan kakiku yang tanpa sadar melangkah mendekat kearah Lekaki yang entah kenapa hingga saat ini masih membuat jantungku berdetak hanya dengan bertemu lagi dengan sosok sempurnanya.

"P…Park Chanyeol-ssi", ujarku perlahan, mungkin hanya seperti desiran angin halus yang menerpa wajahnya, tapi aku yakin dia bisa mendengarnya.

Benar saja, perlahan wajah tampan itu berbalik dan menatapku, bola mata hangatnya menunjukkan sebuah kekagetan yang nyata seolah berteriak dari dalam sana.

"C...Chanyeol-ah",

"Carl, maaf membuatmu menunggu lama sayang" suara lain dari belakang kami membuatku menoleh begitu juga dengan Chanyeol.

Seorang wanita yang memiliki wajah sangat cantik berdiri sambil menatap bingung kearah kami. Ia mengenakan coat panjang berwarna merah yang mempertegas kulit putihnya. Rambut ikal blondenya dibiarkan tergerai begitu saja. Tidak ada kata-kata lain lagi yang bisa mendeskripsikan wanita ini selain cantik.

"Nana-ah", ujar Chanyeol pelan.

"Carl aku merindukanmu", dan pemandangan yang kulihat sekarang membuatku seolah tertusuk besi panas tepat di ulu hatiku.

Wanita bernama Nana itu mengecup sekilas bibir Chanyeol dan kulihat Chanyeol membalasnya. Lagi genangan air mata mulai berkumpul di pelupuk mataku, entahlah rasanya sangat sakit...

"oh? Kau mengenal Lekaki ini? Dia siapa?", aku kembali tersentak ke dunia nyata setelah Nana menatap ke arahku dengan raut penasaran.

"a…ah dia, em aku tidak mengenalnya sayang dia hanya tiba-tiba datang kepadaku", kulihat tangan kekar Chanyeol melingkar lembut di pinggang wanita itu.

Kata-kata Chanyeol seolah menjadi akhir dari segalanya.

Dari duniaku mungkin?

Sangat sakit mendengar kata-kata itu keluar dari bibirnya.

Jadi, apa maksud kata-katanya di kapal waktu itu?

Apakah dia sudah melupakannya?

Apa bagi dia aku hanya orang bodoh yang bisa dipermainkan dan dibodohi begitu saja.

Kubalikkan perlahan badanku dan sesegera mungkin berlari menjauh dari tempat menyakitkan ini. Kurasakan hawa dingin memeluk tubuhku dengan erat begitu aku melangkah keluar dari kafe.

Gumpalan salju berjatuhan diatas tubuhku yang saat ini tidak memakai mantel tebal. Tubuhku berjalan dengan gontai menuju mobilku yang terparkir tidak jauh dari sini dan segera masuk kedalamnya dan meninggalkan kawasan Hongdae secepat yang aku bisa.

Park Chanyeol, mungkin aku juga harus mengucapkan selamat tinggal padamu.

Aku sedang duduk di taman dengan Lauren dan Matthew yang berada agak jauh dari kami bersama dengan CAP.

Mereka mengawasi kami dari jauh sambil sesekali melirik pemandangan sekitar. Mataku sedari tadi tidak lepas dari Lauren yang sedang bermain-main dengan gundukan salju sambil berlari-lari kecil.

Sedari tadi pikiranku masih melayang ke Park Chanyeol atau Carl sialan yang kemarin seolah meruntuhkan hatiku dengan kalimatnya.

Apa maksudnya berkata begitu?

Apa baginya mengatakan cinta semudah itu?

Kurasakan air mata mengalir lagi menuruni pipiku. Kubiarkan air mata ini terus mengalir tanpa kusembuyikan lagi. Hatiku terasa sakit karena semua ini. Jika aku ingin, mungkin aku benar-benar ingin mati sekarang. Hanya saja, aku tidak mungkin meninggalkan Lauren sendiri. Aku sudah berjanji akan menjaganya.

Benar. Kini satu-satunya alasan aku ada disini adalah karena Lauren. Aku sudah berjanji pada Kris, dan aku ingin melihat anakku tumbuh besar di tanganku sendiri.

Perlahan kusandarkan tubuhku pada pohon maple dibelakangku dan menatap kearah Lauren yang sedang duduk di hamparan salju bersama dua Lekaki asing.

Mataku perlahan menatap Matthew yang saat itu langsung saja dengan sigap mengerti maksudku dan sedikit melangkah mendekat kearah Lauren, siap melawan jika kedua Lekaki asing itu akan membawa anakku pergi.

Well, mungkin kelihatannya sedikit berlebihan, tapi sudah lebih dari 2 kali Lauren hampir saja diculik oleh orang-orang yang ingin menjual Lauren kepada majalah atau orang-orang kaya di Eropa yang tidak memiliki anak, dan karenanya lah aku menjadi lebih waspada sekarang.

Aku terus saja mengawasi Lauren dari jauh sampai kulihat tubuh kecil itu berguling-guling di salju dan aku bisa melihat wajah kedua Lekaki asing yang sedari tadi bersamanya.

Sepertinya aku pernah mengenal mereka.

Ah benar! Itu adalah Kim Suho yang saat itu bertemu denganku di kapal dan satu lagi, kurasa dia adalah Lekaki tan yang kemarin bersama dengan Chanyeol.

"Mommy Mommy come here!", suara ceria Lauren perlahan kudengar dan dunia nyata menyapaku.

Kulihat Lauren sudah ada di depanku bersama dengan dua Lekaki yang juga berdiri di depanku.

"Ah Byun Baekhyun!", kulihat Lekaki bernama Suho itu tersenyum lebar dan menatapku bahagia sedangkan Lekaki berkulit tan itu hanya tersenyum kepadaku.

"Suho ssi", ujarku pelan.

"kita bertemu lagi! Ini anakmu dengan Kris kan? Ah sangat cantik", ujar Suho dengan nada bahagianya.

Aku hanya tersenyum dan sedikit menundukkan kepalaku mendengar nama suamiku disebutnya.

Entah bagaiamana, ahirnya aku berada disini sekarang.

Di depan sebuah pintu mansion besar dengan Suho, Kai, dan Lauren digendonganku dan oh jangan lupakan Matthew dan CAP yang berdiri tak terlihat disekitar mansion besar ini.

Suho mengajak ku berkunjung ke mansionnya dan ingin mengenalkanku ke teman baiknya yang sedang menginap dan aku juga tidak tahu kenapa aku menyetujuinya.

Setelah pintu dibukakan oleh beberapa penjaga rumah ini, aku mengikuti langkah Suho menuju sebuah kamar yang ada dilantai dua.

Well, aku tidak tahu ke kamar siapa kita akan menuju, tapi aku hanya dengan pasrah mengikuti keinginan pemilik mansion besar ini untuk mengikutinya.

Entah kenapa Suho ini berambisi sekali mengenalkanku dengan temannya dengan embel-embel bahwa temannya itu adalah teman Kris dulu.

Begitu pintu dibuka lebar oleh Suho, suara desahan dan erangan langsung terdengar jelas di telingaku.

"OH SHIT! Carl, sebaiknya kau ingat kau sedang ada dirumah siapa!",

DEG Carl… Perlahan kulihat kedua sejoli yang sedang bergumul itu bangun dan benar. Wajah tampan Chanyeol menyapaku dan satu lagi adalah wanita yang kemarin yang bernama Nana itu.

Mata Chanyeol menatapku dengan kaget, tentu dia adalah Park Chanyeol, dia mengenalku meskipun dia mengatakan pada dunia bahwa dia tidak mengenalku.

Lagi, aku merasakan hatiku seperti dibelah oleh pedang dan dibubuhi air jeruk nipis diatasnya.

Aku menutup mata polos Lauren yang menatap kearah sejoli yang bermesraan tanpa pakaian dikasur itu dan memeluknya erat.

"Suho ssi, Kai ssi, kurasa aku harus pulang sekarang, Lauren harus belajar bahasa jerman sore ini", aku tersenyum dan membungkuk sedikit pada mereka lalu berbalik sebelum mereka melihat air mataku.

"Baekhyun ssi! Kau harus berjanji akan membawa Lauren kesini lain kali eoh! yah kalian bahkan belum makan siang! ish benar-benar.. Bye bye princess Louiii", Suho berteriak dengan bahagia dan kurasakan Lauren tertawa sambil melambaikan tangan kecilnya pada Suho.

Jadi, aku datang hanya untuk ini? hanya untuk merasakan sakit hati lagi? Hanya untuk mengetahui bahwa cinta pada pandangan pertama itu mustahil?

Baiklah..

Ternyata kembali ke Seoul semakin membuat hatiku hancur. Apakah mungkin dikehidupanku sebelumnya aku adalah seorang pembunuh berdarah dingin hingga mendapatkan hukuman semcam ini?

TBC

Note:

Ya jadi itu sequel Heart of the ocean part 1 nya, gimana? Masih penasaran atau sudah nggak penasaran? Terimakasih buat: chanbaekh, Jang Ha Na, Ikakaaaaaaaa, yousee, hunhanshin, baconiee, Uglybutsaint, 90Rahmayani, fujokuu, dan ykrizzz, yang sudah menyempatkan diri membaca dan review Heart of the ocean, luv luv (apasih). Dan makasih juga buat yang baca dan nggak sempat review hehe. Thanks for reading this sequel!