Hari sudah hampir gelap dan cuaca sedikit mendung

Mungkin jika dia bukan adikku, aku tak akan peduli.

Sudah seminggu ini kelakuannya aneh. Kalau dia berangkat sekolah pagi-pagi sekali, kemudian pulangnya agak telat. Dan kalau diajak pulang sekolah bareng, selalu menolak dan bilang ada urusan. Aku jadi penasaran, apa yang dilakukannya. Seandainya saja dia mau cerita...

Karena itu, hari ini aku berniat mengikutinya, untuk mencari tahu apa yang dia kerjakan. Ketika aku sedang serius-seriusnya memperhatikan sambil mengikutinya, tiba-tiba…

"Dor!"

Seseorang mengagetkanku dari belakang! Nyaris saja aku berteriak. Aku pun menoleh, dan ternyata…

"Roy!" kataku setengah berteriak, dengan jantung masih deg-degan, "Dan… Liza."

Mereka adalah kakak kelasku, yang kemana-mana pasti selalu terlihat berdua, seperti orang pacaran saja.

"Hai, Edward. Kau sedang apa sih? Kok sembunyi-sembunyi?" sapa Roy santai.

"Huh, dasar, kau mengagetkan saja!" kataku kesal.

"Kenapa kau membuntuti Alphonse?" Tanya Liza, seakan-akan dia sudah mengerti apa yang sedang kulakukan.

"Yah, kelakuannya agak aneh akhir-akhir ini, seperti menyembunyikan sesuatu. Jadi aku ingin menyelidikinya." jawabku.

Akhirnya, mereka pun jadi ikut-ikutan mengikuti Al denganku. Tak lama kemudian, Al berhenti di sebuah taman. Lalu dia menghampiri seorang anak perempuan yang kelihatannya sudah menunggunya.

Roy bersiul pelan. "Wow, hebat juga si Al, dia sudah punya cewek rupanya! Kau kalah, Ed!" ejeknya.

Aku sempat terdiam. "Ta..tapi..itu kan Winly!" kataku tak percaya. Aku cukup mengenalinya, jadi tak mungkin dia dan Al…

"Ayo kita ikuti dia!" tanpa sadar aku keluar dari tempat persembunyian kami.

"Ya ampun, dia langsung iri begitu." sahut Roy sambil mengikutiku juga.

Di taman, ketika baru saja ingin mengintip mereka di balik semak, sebuah suara 'meoong' mengejutkanku lagi. Dan kali ini aku ketahuan.

"Kakak?" tanya Al heran sambil menatapku. "Roy? Liza? Sedang apa di sini?"

"Harusnya kami yang tanya," balasku, "Memelihara kucing liar lagi? Sampai harus merahasiakannya padaku segala." Al hanya tertawa kecil.

"Aku yang menemukannya," kata Winly, "Karena tinggal di apartemen, kalian pasti tak boleh memelihara binatang. Jadi kami taruh di sini."

"Lucunya," sahut Liza, "Sebenarnya aku ingin memeliharanya, tapi aku sudah punya anjing, sih."

Aku pun sedikit lega, karena akhirnya tahu rahasia Al. "Lain kali, jangan seperti ini lagi, ah! Membuatku khawatir saja! Tadi kupikir kau benar-benar jadian dengan Winly!"

Al tertawa. "Hahaha, itu tidak mungkin 'kan? Kakakku sendiri saja belum!"

Aku pun menjitak pelan kepala Al, sedangkan yang lain hanya tertawa melihatnya.