Lelaki itu berdiri di tebing pinggir laut.
Hyuu... Angin laut menerpa wajahnya.
Dia merentangkan tangannya, seakan mau terjun. Tapi tiba-tiba...
"Kiraaaa!! Jangaaan!!"
Kira pun menoleh. Terlihat Athrun yang kelelahan sehabis berlari menuju ke arahnya.
"Athrun...? Kenapa...?"
Kemudian Athrun menamparnya. Plaaak!
"Apa yang kau lakukan?? Mau bunuh diri?? Bodoh!!"
Kira hanya tertunduk. "Mau bagaimana lagi... Aku yang lemah ini tidak mungkin melindungi Lacus lagi... Aku tidak punya harapan hidup lagi..."
Athrun menepuk pundaknya. "Kira... Kalau kau mati, kau lebih tidak bisa menjaganya lagi, 'kan. Yang ada, hanya membuat semuanya sedih. Sudahlah, dia 'kan menerima dirimu apa adanya."
Kemudian Kira pun memeluk Athrun. "Athrun...! Maafkan aku... Terima kasih..."
"Iya... Lihat! Matahari yang terbenam itu sangat indah..."
"CUUUUUT!!"
"Lho, kenapa, Yzak?? Bukannya akting kami sudah bagus?!" kata Athrun kepada Yzak, si sutradara.
"Hei, penjiwaannya kurang, tahu! Dan lagi urutan kalimatnya berantakan! Ayo take ulang, Dearka!" protes Yzak.
"Baik!" Dearka menyiapkan kameranya.
Tiba-tiba Cagalli datang. "Oi! Kalian pada ngapain, sih!"
"Oh, kita lagi syuting buat seri Gundam Seed yang terbaru!" sahut Yzak.
"Hah?? Kok ada adegan kayak gitu segala?? Emangnya ini film drama??" Cagalli tambah bingung.
Yzak hanya geleng-geleng kepala. "Ya ampun, Cagalli, ini kan buat fanservis!"
"??" Cagalli cuma bisa bengong.
Tamat?
