Da-emon
Katekyo Hitman Reborn! © Amano Akira
Warning : OOC, Typos, nista, dan lainnya.
No profit gained.
# * # * #
Pada suatu siang hari yang teramat damai, nampak dua orang kakak beradik yang masih ranum teronggok di sebuah sofa yang ada di ruang keluarga.
Yang lebih tua rasanya segar, berair dan manis. Nikmat untuk dibelah kepalanya dengan benda tajam dan dinikmati di siang hari yang terik.
Yang lebih muda rasanya sedikit asam, manis, namun juga segar. Bisa juga dibelah, kemudian dikupas dan dinikmati dagingnya dengan sedap, tapi berhati-hatilah karena ia mempunyai pucuk yang tajam.
Abaikan saran di atas kalau mau tetap hidup. Baiklah.
Mereka adalah duo nufufu dan kufufu, dua makhluk nista yang mungkin kemesumannya tak bisa tertolong lagi.
Semangka dan nanas. Daemon Spade dan Mukuro Rokudou.
# * # * #
Mukuro bergulingan di sofa panjang sambil terus memainkan gadgetnya. Daemon masih dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, mungkin sedang menggalaui kejombloannya dalam diam.
Suasana hening, sampai suara Mukuro terdengar memecahkan keheningan.
"Daemon nii, ajari aku Bahasa Inggris dong... Mau ya? Kufufufufu..."
"Nufufufu tentu saja anikimu yang tampan dan menawan ini akan dengan senang hati melakukannya." Daemon kepedean. Padahal toh dia masih jomblo.
"Kufufufu, aniki, kenapa bule suka mengumpat dengan kata 'dafuq'?" Mukuro melontarkan pertanyaan pertamanya yang terbilang absurd dengan wajah polos.
Tunggu dulu. Memangnya muka macam nanas mesum itu bisa dibilang polos?
Entahlah. Mungkin perlu diadakan studi lebih lanjut.
"Nufufufufu tentu saja karena 'dafuq' itu keren." Daemon yang sotoy menjawab dengan tidak elitnya.
"... Kufufu ternyata begitu ya."
"Tentu saja, aniki-mu yang mengagumkan ini tidak mungkin salah... Nufufufu."
Daemon telah menistai keunyuan Mukuro dalam sekali jawaban seringan hembusan kentut.
Mukuro hanya mengangguk-angguk terus seperti boneka pajangan di depan H*kben.
"Kufufufu... Lalu, 'dafuq' itu sendiri artinya apa?"
"Nufufu, pertanyaanmu kritis sekali. Tapi biarkan makhluk yang oh-wow-so-amajing di hadapanmu ini menjawab segala keraguanmu, nak,"
Amajing itu bukannya ada orang yang jalan-jalan amajingnya ya? Eh, abaikan saja.
"Nufufu, orang luar biasa menyingkat ucapannya sehingga menimbulkan aksen tertentu yang akan terdengar seperti beberapa kata baru. Misalnya 'you', yang kadang akan terdengar seperti 'ya',"
Kok tumben Daemon pintar.
Tapi itu demi kelancaran plot juga sih.
Mukuro mengangguk lagi, dan Daemon kembali melanjutkan penjelasannya.
"Nufufufu, nah, 'da' yang sering terucap juga, contohnya dalam kata 'dafuq' yang tadi kau tanyakan itu merupakan bahasa slang dari kata 'the'."
"Kufufufu, begitu ya. Kalau begitu, berarti 'dafuq' itu merupakan penyingkatan dari 'the f*ck' ya?"
"Nufufufu –kau memang pintar, otouto-ku."
Iya, pintar dalam hal apa dulu. Kalau soal beginian, mereka memang jagonya.
Daemon mengangguk puas melihat otoutonya ternyata sangat cepat tanggap. Dia bangga. Dia bangga. BANGGA.
Setidaknya walau jomblo dia masih punya seorang otouto manis yang begitu imut dan menggoda dan –oh bukan itu.
Sedangkan di sisi lain ruangan Mukuro mengerutkan kening. Ada sesuatu yang aneh di sini.
"Kufufufu, kalau 'da' memang berarti 'the', berarti nama aniki sebenarnya bukan 'Daemon' tapi 'The Emon', gitu? Kufufufufu wah ini menarik sekali."
Hening.
"Kufufufu... Lagipula bukankah aniki juga mesum seperti emon? Apakah jangan-jangan aniki juga seorang pedofil? Kufufufufu..."
Satu hal yang terlintas di pikiran Daemon saat itu hanyalah, 'Sial, dia benar juga.'
Fin.
A/N : hehehehehe. saya bosen. dan kemudian terciptalah sesuatu yang garing.
adakah yang mau mereview...? :D
