probably

a svt's meanie fanfiction

.

cast:

- aku as aku

- wonwoo & mingyu as themself

.

[ ! ] au!school life, bxb, typos & lowercase-intended.

.

note: sudut pandang orang pertama sebagai pengamat.

.

ㅡㅡ

hidupku normal seperti orang biasa.

aku tidur, aku bangun, makan, mandi, sekolah, belajar, lalu lapar lagi, main ponsel, dan sebagainya.

pagi hari ini aku melewatkan sarapanku untuk yang kesekian kalinya. bukan karena aku kesiangan, tapi aku hanya malas. ibuku terus memanggil namaku, mengingatkan akan kotak bekalku. tapi aku tidak pedulikan. hm, berbekal uang 5000 dan kartu bus, aku tetap bisa hidup untuk 12 jam kedepan, kok.

wow, ini dia, satu-satunya hal yang membuatku semangat kesekolah dan berangkat pagi. aku akan mendapatkan wonwoo dan mingyu berjalan beriringan masuk kedalam sekolah. bagiku, memperhatikan sepasang wonwoo dan mingyu bercengkrama setiap saat, adalah hiburan yang paling menghibur. saat wonwoo bercanda, mingyu akan bercanda juga. jika wonwoo marah, maka mingyu akan merayu wonwoo dengan manisnya. kalau wonwoo serius, mingyu menanggapinya serius, meskipun sedikit dibubuhi candaan- yang kadang membuat wonwoo semakin kesal dan berujung mereka kejar-kejaran di koridor.

ah, menurutku, mereka benar-benar sepasang kekasih yang paling serasi di dunia ini.

setelah bel pelajaran matematika berakhir, mingyu dan wonwoo izin ke toilet. yah, mereka selalu seperti itu, setiap hari, dan akan kembali lagi 10 menit setelahnya.

mungkin guru-guru dan teman-teman lain percaya kalau mereka berdua benar ke toilet.

tapi, aku tidak.

mereka ke kantin. wonwoo membeli berbagai cemilan yang murah, sedangkan mingyu memesan sebuah meja dan makanan untuk nanti ketika bel istirahat. mereka selalu begitu. mingyu bilang, itu metode agar tidak repot-repot antri makanan dan mencari meja kosong. awalnya wonwoo terlihat risih, tapi lama kelamaan, ia terbiasa juga.

mereka kembali dengan kantung yang penuh cemilan murah, seperti basreng, makaroni kering, lidi-lidian, dan sebagainya.

kadang aku ingin meminta salah satu jajanan itu. tapi aku ingat ibuku berpesan agar aku tidak makan makanan sejenis itu karena tidak sehat.

tak berapa lama, guru sastra kami masuk kedalam kelas. oh, dan aku ingat, minggu lalu dibagi kelompok untuk menulis cerpen. aku merasa begitu beruntung karena aku sekelompok dengan sepasang kekasih imut dan serasi itu.

tapi aku tak bisa apa-apa selain memperhatikan mereka. kadang kala, aku merasa gugup ketika salah satu dari mereka mendapatiku. tapi, mereka belum pernah menemuiku secara langsung dan menanyakanku perihal ini. itu cukup membuatku lega. bukan main.

bukannya memperhatikan pelajaran, aku malah memperhatikan mingyu yang menjahili wonwoo ketika menulis. wonwoo mendesis dan menepis tangan mingyu. tapi mingyu melakukannya berulang kali, kulihat wonwoo jengah dan wow,

wonwoo menggigit tangan mingyu.

mingyu memekik tanpa bisa ditahan.

aku berjengit, sedikit terkejut. kemudian menutup mulutku, menahan tawa.

"mingyu, kau baik?"

"ah- aku baik, pak." mingyu menjawab sambil mengelus bahunya yang tadi tergigit. wonwoo mengangkat sebelah bibirnya, "rasakan!" desis wonwoo.

mingyu mengumpat lalu fokus pada pelajaran pak sastra yang aku lupa namanya. tapi tak sampai berapa lama, mingyu kembali menjahili wonwoo.

atau sebenarnya, tidak juga.

mingyu hanya mengacak rambut wonwoo, memelintirnya, mengelusnya, begitu terus. raut wajah wonwoo berubah tak enak. kufikir akan ada pekikan bagian kedua dari mingyu, tapi ternyata tidak. wonwoo menikmatinya.

pelajaran berlangsung cukup lama. setelah memberikan tugas dari lks halaman 87, si bapak sastra keluar kelas dan suasana kelas langsung riweuh.

mataku membuntuti mingyu dan wonwoo yang bergerak menuju ujung kelas, disela-sela lemari loker sebelah kanan kelas. wonwoo mengeluarkan bungkus lidi-lidian dengan wajah sumringah, merekapun berbagi lidi-lidian itu.

mingyu tiba-tiba melirik padaku. oh, yaampun, aku membuang pandangan seketika. tapi yah, seperti yang kubilang tadi, mereka tidak peduli kepadaku. aku bersyukur sekali.

kulihat, lidi-lidi mereka tinggal satu. wonwoo merengek ingin memakan yang terakhir tapi mingyu mengambilnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

"ayo makan berdua saja." mingyu berucap. lalu ia memasukan ujung lidian itu ke bibirnya, dan menyodorkan bagian lainnya ke wonwoo.

wonwoo memandang mingyu dengan tatapan, are you fucking kidding me. tapi mingyu tampak acuh. wonwoo memperhatikan keadaan kelas yang masih sangat chaos dan porak poranda sebelum mengulum bagian lain dari lidian itu. menggigit, terus menggigit, hingga akhirnya bibir mereka bersentuhan.

cukup. aku membuang wajahku kebukuku. aku tidak sanggup melihat mereka. kurasakan wajahku memanas. astaga, memalukan sekali melihat orang berciuman, menggunakan lidi-lidian lima ratusan pula.

hm, mingyu dan wonwoo memang terlihat anti sosial. tapi sebenarnya tidak. yang sebenarnya terjadi adalah teman-teman lainnya menjaga jarak dengan mereka. teman-teman lain mengatakan keduanya aneh, sombong, tidak normal, menjijikan. aku tidak tahu dimana letak keempat poin itu dari mingyu maupun wonwoo.

sekali lagi, mingyu ataupun wonwoo teramat tidak peduli. yang penting bagi mereka, adalah saling menjaga satu sama lain.

satu-satunya interaksi mingyu atau wonwoo dengan teman-teman lain hanyalah ketika sekelompok dalam pelajaran. yah, mau gimana lagi? kalau tidak kerjasama dalam kelompok, yang ada nilai mereka jelek.

kemudian bel istirahat berbunyi. aku mengangkat wajahku dari buku dan segera merapihkan mejaku seadanya. aku keluar kelas dengan tergesa, hanya karena wonwoo dan mingyu sudah berlari duluan.

diluar kelas aku berjalan seperti orang tenang pada umumnya, tapi mataku tidak. aku terus menancapkan mataku pada rambut cokelat wonwoo. dan, disinilah aku berakhir. dimeja nomor 8, dua meja menjauh dari mingyu dan wonwoo yang memesan meja dinomor 6. sial, pandanganku jadi terhalangi oleh kepala-kepala siswa kelaparan.

beberapa siswa mulai duduk disebelahku dan aku juga mulai risih. akhirnya aku bangkit, menuju ke arah kios tteokboki 3000 satu cup kecil. setelah mendapat makanan itu, aku berbalik dan mendapat tempat duduk meja nomor 4 kosong! aku langsung duduk disana. meskipun masih ada spasi 1 meja, setidaknya ini lebih baik dari meja nomor 8.

aku selesai makan, begitu pula mingyu dan wonwoo. mereka langsung berdiri, dan berjalan keluar kantin. aku tau kemana mereka akan pergi. keruang olahraga.

disinilah tempat mingyu dan wonwoo biasa memadu kasih. wonwoo duduk ditangga, sedangkan mingyu akan tidur dipaha mingyu. aku? aku didalam ruang ganti baju. disana ada kaca yang hitam, maksudku, dari dalam bisa lihat, tapi dari luar tidak bisa.

mingyu memainkan jari-jari wonwoo sambil sesekali menciumnya, sedangkan tangan wonwoo yang lain memainkan rambut hitam keabuan mingyu. aku jadi memegangi rambutku sendiri. ah, kapan aku bisa mempunyai sesosok mingyu yang lain ya?

bel masuk berbunyi. aduh, aku harus menunggu mereka keluar lebih dulu agar tidak ketahuan menguntit mereka! mana mereka masih mencium-cium lagi.

tepat ketika mingyu dan wonwoo keluar, aku langsung terbirit menuju toilet. tentu saja, aku kebelet pipis. setelah membuang hasrat keinginan itu, aku segera kembali kekelas. ini pelajaran seni. aku suka menggambar.

tepat sekali, kami sekelas disuruh membuat lukisan bertema ekspresionisme. aku tentu saja langsung terpaku pada satu hal, yaitu sosok anak mingyu dan wonwoo kelak. aku akan melukis seorang anak yang bahagia melihat sosok orang tuanya senang dan diterima semua orang.

aku melukisnya dengan sepenuh hati, aku menggoreskan tiap cat yang disediakan temanku (maklum, catku kemarin habis dan aku lupa beli) ke papan kanvas. sekitar 30 menitan, akhirnya lukisanku selesai. iya, memang berantakan karena waktu yang singkat. tapi bagiku ini sudah cukup terlihat pola dan arti gambarnya.

"hey, gambarmu bagus. apa artinya?" temanku bertanya.

"terimakasih. artinya.. hanya tentang kebahagiaan seorang anak, kurasa." aku menjawab. temanku terdiam sebelum bergumam oh dan melanjutkan pekerjaannya.

aku lalu melirik kearah mingyu dan wonwoo. wonwoo itu tidak begitu menyukai seni, berbeda dengan mingyu yang sangat suka keterampilan ataupun seni. jadi, wonwoo yang kebosanan sekarang sedang melukis abstrak lengan mingyu dengan kuasnya.

kurasa, kejahilan mingyu hanya dan selalu menular kepada wonwoo dipelajaran seni saja.

sang guru mengatakan bahwa waktu melukis selesai. tinggal dijemur lalu dikumpulkan sebagai nilai praktek. lalu bel istirahat makan siang berbunyi.

tempat yang selalu dikunjungi wonwoo dan mingyu tiap istirahat ini adalah atap sekolah. aku? aku duduk di kursi yang berada dipinggir lapangan. tak jarang aku kena pukulan bola karena kebiasaanku. hahah.

sebelum itu, aku ke kantin, membeli dua buah risol dengan sisa uang 2000 ku itu. aku lapar juga ternyata. besok besok, aku akan menerima bekal ibu.

hm, lihatlah. mingyu menggoda wonwoo, lagi dan lagi. tangan mingyu menyolek-nyolek pipi wonwoo, juga mengacak rambutnya. aku bisa melihat gerakan bibir dan eskpresi mereka dari sini. dan yang kulihat adalah wonwoo mengerut kesal dengan mingyu yang merajuk.

wonwoo tiba-tiba pergi dari atap dan itu membuatku panik. kenapa? apakah mereka bertengkar?

"ya, tunggu! hey! dengarkan aku dulu!"

"apa?! apalagi yang harus aku dengarkan? kebenaran hubunganmu dengan krystal, hah?!"

"tidak, tidak! tadi itu dia terpeleset.. aku otomatis memeganginya dan aku tidak tahu kalau bibir kami akan bersentuhan seperti itu!"

"pembohong!"

"aku bersungguh-sungguh.. bisa kau tatap mataku dulu? adakah kebohongan disana?"

wonwoo menatap mingyu dengan tatapan kesal, namun detik berikutnya, wonwoo menangis. aku tidak kuat melihat sepasang kekasih itu kalau bertengkar.

jadilah aku memutuskan untuk pergi ke kelas. aku harap ketika mereka balik ke kelas nanti, mereka sudah berbaikan.

jam pelajaran terakhir adalah yang paling membosankan. guru geografi nya mirip seperti pendongeng pengantar tidur. aku mengantuk, jadi aku tidur. bangun-bangun, kami dikasih 7 soal untuk dikerjakan sekarang dan dikumpul hari itu juga.

aku akhirnya bertanya pada teman didepanku.

"hey, boleh aku melihat jawabanmu? aku tidak terlalu mengerti."

"oh, tentu saja won. silahkan." ia menjawab sambil menyodorkan bukunya. wah, sudah diisi semua.

"terimakasih!"

aku segera menyalin jawaban temanku itu. tepat di nomor 7, bel pulang berbunyi. aku bergegas mengembalikan buku temanku serta bukuku untuk dikembalikan. oh sial, kenapa aku hays kebelet pipis disaat seperti ini? aku ingin melihat mingyu dan wonwoo lagi.. tapi- mereka sudah pergi.

kurasa, satu siang tanpa melihat mereka bukanlah suatu hal yang buruk. jadi aku berjalan ke toilet dengan santai.

aku sudah berada didepan sekolah, dan ketika aku berjalan ke halte bis yang cukup jauh, aku melihat sebuah dompet tergeletak dijalanku.

aku mengambil dompet asing tersebut dan melihat kedepanku. mataku menyipit, berusaha melihat dengan jelas siapa yang berjalan tepat didepannya.

oh, astaga.

itukah mingyu dan wonwoo!

"hey! tunggu!"

aku berlari, kearah mingyu dan wonwoo berjalan. sepertinya mereka akan ke halte juga. tapi setahuku, mingyu selalu membawa sepeda. ah, mungkin sepedanya rusak.

tapi mingyu yang kupanggil ini tidak menengok sama sekali. jadi aku memutuskan untuk berlari lebih cepat dan menepuk bahunya.

"c-cho-chogiyo min-ng-gyu -sshi, hosh hosh" aku berbungkuk karena kelelahan sembari mengatur nafas. lalu menyodorkan dompetnya, seperti niat awalku.

"dompetmu terjatuh."

"oh, yaampun. terimakasih banyak nak. aku bahkan tidak sadar kalau dompetku jatuh. terimakasih sekali lagi. bagaimana cara aku bisa membayar kebaikanmu?" mingyu berucap panjang. sedangkan wonwoo disebelahnya hanya menatapku bingung.

aku tersenyum kikuk. "kenapa kau sungkan sekali sih, mingyu-ssi!" aku terkekeh. "bagaimana jika kau main kerumahku hari ini? ajak wonwoo juga!" lanjutku.

wajah senyum mingyu berangsur menjadi bingung, setipe dengan raut wajah wonwoo. aku semakin melebarkan senyumku. ah, bukankah mereka sepasang kekasih yang begitu serasi?

"ayo, tak perlu sungkan!"

aku menarik tangan wonwoo juga mingyu ke halte bus. aku bahkan membayar untuk tiga orang penumpang. bagaimana ya, ini kesempatan emas bagiku untuk berinteraksi dengan wonwoo atau mingyu. jadi aku begitu excited.

"kau tinggal di daerah mana?" wonwoo bertanya padaku. ah, aku bahagia sekali, serius. tapi aku berusaha menetralkan wajahku dengan senyum ramah.

"dikompleks bunga anggrek. aku akan memperlihatkanmu bunga anggrek tercantik di kompleks ku." jawabku sambil tersenyum ramah.

aku melihat jam digital yang berada di bus. ini jam tiga lewat 10 menit. kalo saja aku punya ponsel, pasti aku meminta ibu untuk segera menyiapkan cake dan lainnya karena ada tamu spesial yang akan datang.

akhirnya kami sampai di halte bus pemberhentian rumahku. aku menarik wonwoo dan mingyu masuk kompleks dan berjalan pelan di trotoarnya.

"katanya, pemilik kompleks ini suka sekali dengan bunga anggrek. dia juga memberikan bunga anggrek gantung secara gratis kepada setiap penghuninya." ceritaku.

"ah,,, pantas disini banyak bunga anggrek!"

"benar sekali, mingyu-ssi. dan bunga anggrek terindah ada di..." aku mempercepat jalanku dan berhenti didepan rumah bercat biru. "tada! dirumahku!"

melambaikan tanganku agar mingyu dan wonwoo menghampiriku, dan menunjuk bunga anggrek yang kutanam. "bunga anggrek ini aku tanam 3 bulan lalu. awalnya tumbuh di pohon persik itu." aku menjelaskan lagi.

sosok mingyu dan wonwoo mengangguk-angguk dengan wajah terkagum.

"hey, anak ibu sudah pulang. siapa mereka hm?"

aku memeluk ibuku dan mengajak wonwoo serta mingyu untuk mendekat. "bu, ini teman sekelasku. ini kim mingyu dan yang ini jeon wonwoo."

senyum di wajah ibu berangsur menghilang, menjadi raut wajah kaget dan sedih dan kecewa dan dan lainnya. aku tidak mengerti, tapi aku mempersilahkan semuanya masuk.

aku dengan cekatan membuatkan es teh untuk tamu spesialku. aku juga meminta tolong ibu untuk meletakan toples biskuit kemeja depan.

setelah es teh ku selesai, aku menghidangkannya di meja depan dan duduk disebelah ibu. aku memakan biskuitnya dan tersenyum pada semuanya.

"bu, wonwoo dan mingyu ini pasangan palinggg serasi disekolah. mingyu suka jahil pada wonwoo khekhekhe" aku berceloteh tentang kebiasaanku disekolah, dan tentu saja tentang keseharian mingyu dan wonwoo.

entah itu benar atau ini hanya perasaanku, aku melihat raut wajah ketiga temanku bercerita hanya tersenyum miring dan sesekali tertawa. aku benar-benar tidak mengerti.

"mingyu, wonwoo, ibu, apa tehku kurang manis? mengapa wajah kalian seperti itu?"

"seperti itu, apanya? ah, kurasa aku hanya kelelahan, jadi agak aneh gitu." sosok wonwoo menjawab. aku mengangguk-angguk. benar, sekarang aku juga mengantuk.

"ah kau benar wonwoo-ssi. omong-omong, aku juga mengantuk khekhe. terimakasih sudah mau mampir mingyu-ssi, wonwoo-ssi. aku akan tidur sekarang. sore!" pamitku sebelum menghilang daripada kamarku.

yang aku pamiti hanya tersenyum. aku membalas tersenyum sebelum merebahkan tubuhku dikasur dan kemudian terlelap.

ㅡㅡ

"saya minta maaf.. dan tolong maafkan anak saya.. saya benar-benar tidak enak hati." sosok ibu memohon maaf kepada sosok berjas dan berdress putih selutut itu.

"jangan berlutut begitu.. kami tidak marah kok. sebenarnya apa yang terjadi? bisakah aku mengetahui penyebabnya?"

"dia anakku, dia mengidap skizofrenia karena sebuah kejadian yang menimpanya tahun lalu." sosok ibu menangis, mengingat bagaimana mirisnya nasib sang anak dulu

yang berjas memegang pundak ibu sambil tersenyum, berusaha menyemangati. "perkenalkan, aku kim jongin, dokter psikologi yang unggul di penyakit kejiwaan skizofrenia. aku akan dengan senang hati membantu kesembuhan anak ibu dengan biaya gratis. bisa aku mengetahui data anakmu?"

sang ibu menangguk.

"ia anak laki-laki satu-satu nya kami, lahir pada tanggal 17 Juli 1996." jeda sebentar, lalu sang ibu melanjutkan. "lahir dengan nama jeon wonwoo."

.

.