.
.
HAEHYUK FANFICTION
.
.
Because of Love
.
Cerita pasaran, bahasa seadanya, judul tak sesuai isi, apalagi summary. #Bhak
.
HAPPY READING ^^
.
.
.
Suasana di dalam ruangan itu cukup ramai saat ini. Padahal kedua jarum jam sudah sama-sama menunjuk angka dua belas. Beberapa orang dengan jas putih tampak begitu sibuk berjalan kesana kemari. Beberapa rintihan kesakitan juga terdengar di sana sini. Yah, sekiranya seperti itulah keadaan di ruang UGD Seoul Hospital saat ini.
Entah mengapa sejak beberapa jam yang lalu, pasien seolah berbondong-bondong menyerbu rumah sakit ini. Mulai dari korban kecelakanan, penyakit kronis, pasien anak-anak dan sebagainya. Membuat beberapa dokter yang memang berjaga malam ini kuwalahan. Seperti yang dialami salah satu sosok di sana. Tangannya bergerak lincah memeriksa luka robek di dahi seorang balita yang sejak tadi tak berhenti menangis, sembari sesekali memberikan instruksi pada beberapa perawat di sekitarnya.
"Dr Lee, detak jantung pasien di sebelah sana semakin melemah. Kesadaran pasien juga menurun!" Seorang perawat datang tergopoh ke arahnya. Seseorang yang disebut Dr Lee itu menoleh sekilas kemudian mengangguk singkat.
"Suster kim, segera siapkan peralatan jahit. Lukanya cukup lebar. Aku kembali sebentar lagi." Tepat setelah instruksinya selesai, kaki jenjangnya segera melangkah mengikuti perawat yang tadi memanggilnya.
"Cepat siapkan ruang operasi. Hubungi bagian bedah, juga panggil Dr Park. Beliau pasti masih di ruangannya." Setelahnya sang dokter kembali beranjak, melangkah tergesa menuju beberapa pasien yang belum sempat di tangani.
"Sepertinya ramai sekali, butuh bantuan Dr Lee?"
Kepalanya menoleh melihat seorang yang mengenakan pakaian sama dengannya. Bisa terlihat sedikit senyum kelegaan di wajahnya, melihat seseorang yang berada di sampingnya mulai mengenakan sarung tangan.
"Ah, syukurlah kau masih di sini Siwon-ah. Sepertinya aku memang perlu bantuan." Kedua dokter muda itu saling melempar senyum, seolah sedikit menghirup nafas di tengah suasana kacau. Keduanya kembali disibukkan dengan beberapa pasien di depan mereka.
Beberapa menit kemudian kembali suarana sirine terdengar meraung di luar ruangan, disusul dengan teriakan-teriakan yang begitu keras. Siwon menoleh ke arah seseorang di sampingnya. Senyum mirisnya terukir saat memandang sosok yang juga tengah menatapnya.
"Wah, kau dapat jackpot kali ini Hyukkie. Kkkkkk."
Helaan nafas itu terdengat begitu berat, namun senyum simpul terukir di bibir merahnya.
"Sepertinya memang begitu." Dan setelahnya, sosok yang tadi dipanggil Hyukkie –Hyukjae- segera melangkah menghampiri kerumunan di bagian depan ruang UGD.
Keningnya sedikit mengkerut melihat beberapa orang yang mengerubungi sebuah ranjang dorong. Bukan karena banyaknya orang yang ada di sana sampai ia bahkan tak bisa melihat pasien yang terbaring, tapi karena penampilan orang-orang itu yang terlihat seperti... –Preman-?
"Hei... Dimana dokternya? Cepat panggilkan dokter!" salah seorang diantara mereka berseru dengan keras. Tak menyadari sosok Hyukjae yang berdiri tepat di belakangnya.
"Yak, apa kalian semua tuli? Di sini ada orang sekarat!" seorang lainnya berteriak memanggil dokter, sampai suara kesal seorang perawat menginterupsi.
"Dokternya ada di belakangmu tuan, jadi lebih baik kau menyingkir." Serempak gerombolan yang masih mengerubungi ranjang itu mengalihkan tatapan. Tertegun melihat sosok dengan surai cokelat madu yang sedikit panjang, wajah yang begitu manis dengan bibir mungil berwarna merah cerah, jangan lupa dengan kulit seputih susu itu. Kening mereka berkerut saat melihat Hyukjae yang hanya memandang datar mereka.
"Dia dokternya?" Pertanyaan yang terdengar meremehkan serta seringai dari beberapa orang itu membuat Hyukjae mendelik kesal.
"Suruh mereka keluar." Dan perintah tegas itu dengan segera dilaksanakan oleh beberapa sequrity yang memang berjaga di sana. Para gerombolan itu masih menyeringai lebar. Sembari melangkah meninggalkan ruangan itu sambil memandang temannya yang tergeletak di ranjang rumah sakit.
"Beruntung sekali kau Lee Donghae, sudah mau mati masih sempat bertemu bidadari. Hahahaha..."
Hyukjae berdecak kesal melihat tingkah 'gerombolan pembuat onar' itu. Itulah sekiranya julukan dadakan yang ia berikan. Setelah memastikan jika pintu UGD kembali tertutup, Hyukjae mulai melangkah untuk memeriksa sang pasien. Hidungnya sedikit mengernyit saat aroma alkohol yang begitu kuat merasuk ke dalam indera penciumannya.
'Benar-benar berandalan ternyata'
Tapi walaupun begitu enggan, tak mungkin juga Hyukjae harus meninggalkan pasiennya kan?
Merasakan sentuhan yang terasa lembut di tangannya, sang pasien membuka perlahan kelopak matanya. Menampilkan onix sendu yang membuat Hyukjae sekilas tertegun. Hanya sekilas karena setelah itu muncul seringai yang cukup mengerikan di bibir tipis lelaki itu. Tak menghiraukannya Hyukjae kembali memeriksa kondisi si pasien yang terlihat cukup mengenaskan dengan darah yang tercecer hampir di seluruh pakaiannya.
Tapi tak semudah biasanya, karena pasien ini sungguh keterlaluan. Walaupun kondisinya bisa dibilang mengenaskan, tapi kelakuannya membuat Hyukjae benar-benar geram. Tangan itu selalu mencoba menyentuhnya, sehingga membuatnya sedikit sulit untuk melakukan tugasnya. Merasa kesal Hyukjae sedikit menjauh, dan masih bisa dilihat seringai yang tampak di wajah kesakitan itu.
"Suster, tolong pegangi tangannya. Aku akan melepas jaketnya supaya lebih mudah diperiksa."
Hyukjae berkata sedikit jengkel, dan perawat senior di sampingnya dengan segera melakukan perintah sang dokter. Hyukjae mengambil gunting, kemudian tanpa ragu merobek jaket yang dikenakan pemuda itu karena tak memungkinkan jika harus melepaskannya dengan cara yang biasa.
Jaket kulit hitam itu terlepas, dan bisa Hyukjae lihat dengan jelas bagaimana sempurnanya bentuk tubuh si pemuda mengingat ia hanya mengenakan kaos hitam ketat tanpa lengan sebagai dalamannya. Dan entah kenapa Hyukjae merasakan panas sedikit menjalar di wajahnya. Menggelengkan kepala untuk mengembalikan kesadarannya, Hyukjae mengambil dompet yang terletak di saku jaket guna melihat identitas pasien.
'LEE DONGHAE'
Sekiranya itulah nama yang tertera di kartu pengenal si pemuda. Hyukjae memberikan tanda pengenal itu kepada salah seorang perawat di dekatnya.
"Hubungi keluarganya."
Dan setelah memberikan perintah itu Hyukjae kembali melakukan pekerjaannya. Memeriksa lebih dalam keadaan tubuh pemuda bernama Donghae itu. Walau sulit untuknya berkonsentrasi, karena tangan Donghae tak henti mencoba menyentuhnya sehingga membuat Hyukjae harus selalu menghindar.
"Apa ini sakit?"
Hyukjae bertanya sambil menekan sedikit keras beberapa bagian tubuh Donghae, mengecek apakan ada tulang yang patah. Tapi bukannya kesakitan, Donghae justru tertawa setiap Hyukjae menyentuh bagian tubuhnya.
'Berarti tak ada tulang yang patah'
Hyukjae berucap dalam hati, sampai matanya menemukan sisi kiri bagian perut Donghae yang terdapat begitu banyak bercak darah. Tangan lentiknya bergerak menyentuh bagian itu membuat Donghae tertawa semakin keras.
"ARGGGHHH!"
Dan teriakan kesakitan itu terdengar saat dengan sengaja Hyukjae menekannya cukup keras. Dengan cekatan mengambil gunting yang tadi sempat diletakkannya dan memotong sisi kaos. Bisa dilihatnya bekas tusukan di perut Donghae yang ia tahu kalau luka itu cukup dalam.
"Siapakan ruangan operasi sekarang juga!"
.
===HaeHyuk===
.
Hyukjae berada di ruangannya saat ini. Berdiri bersandar di depan pintu dengan kedua tangan bersidekap di dada. Matanya menatap jengah benda di atas meja kerjanya. Terhitung tiga hari ini ia mendapatkannya setiap hari, sebucket bunga yang ukurannya tak bisa dibilang kecil itu selalu memenuhi mejanya. Hyukjae mendekat, mengambil selembar kertas yang terselip diantara rangkaian bunga yang sudah jelas benar siapa pengirimnya.
Selamat pagi bidadariku. Rangkaian bunga yang begitu indah yang tentunya tak seindah dirimu. Aku merindukanmu Baby.
With Love: Lee Donghae
Tuh kan benar. Lee Donghae, seseorang yang beberapa hari ini menjadi pasiennya. Seorang berandalan gila –menurutnya- yang secara tak tahu malu menunjukkan perasaannya pada sosok sang dokter muda. Bukan maksud Hyukjae sok jual mahal atau apa. Tapi percayalah, jika kalian melihat seperti apa kelakuan Donghae yang sebenarnya kalian pasti akan berpikiran sama dengan Hyukjae –mungkin-.
Hyukjae menghela nafas singkat sebelum memanggil seseorang melalui telfon di ruangannya. Sedetik kemudian tepat setelah Hyukjae menutup telfonnya, ada yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk!" Dan setelahnya pintu bercat putih itu terbuka. Menampakkan sosok tampan dengan senyum memukau di wajahnya.
"Oh... Sepertinya penggemarmu itu sungguh-sungguh Hyukkie-ah. Lihatlah. Bahkan setiap hari mejamu tak pernah dibiarkan kosong. Kkkk".
"Kau berniat mengejekku Dr. Choi?" Siwon terkikik saat melihat wajah manis Hyukjae yang seakan berkerut.
"Aku serius Hyuk, pasienmu kali ini benar-benar luar biasa. Aku jadi penasaran, seperti apa sebenarnya orangnya?" Pandangan Siwon menerawang, seolah membayangkan seperti apa pasien yang menjadi penggemar Hyukjae belakangan ini.
Hyukjae baru akan menjawab ucapan itu saat tiba-tiba pintu ruangannya kembali diketuk. Dan sedetik kemudian tampak seorang perawat memasuki ruangan dengan catatan kecil di tangannya.
"Dr. Lee memanggil saya?" Sang perawat bertanya setelah membungkukkan badannya singkat.
"Ah, iya suster Kim. Tolong bawa bunga ini ke loby. Ini membuat ruanganku menjadi sempit". Hyukjae berucap berlebihan membuat kedua orang yang ada di sana tak dapat menahan tawanya.
"Bukankah ini bunga yang indah Dr. Lee. Dan pengirimnya juga seseorang yang begitu tampan." Suster kim mengerling menggoda, yang dengan senang hati dibalas deathglare yang sama sekali tak menyeramkan dari Hyukjae.
"Jangan bicara macam-macam suster Kim. Cukup bawa bunga itu keluar sekarang juga."
"Hahaha... Baiklah . Kenapa kau sensitif sekali akhir-akhir ini." Suster Kim mulai mengambil benda berukuran besar itu, kemudian hendak membawanya keluar ruangan. Tiga langkah sebelum sampai di pintu keluar, perawat senior itu berbalik.
"Oh ya . Ngomong-ngomong, hari ini jadwalmu melakukan pemeriksaan pasien di ruang VVIP Nomor lima. Jangan lupa ya." Hyukjae hanya menatap suster kim sekilas kemudian kembali membenahi mejanya.
"Iya-iya, aku tahu. Ruang VVIP Nomor li... APA?"
Suster Kim hanya tersenyum geli sembari mengedikkan bahunya, kemudian dengan langkah pelan berbalik guna melanjutkan langkah keluar ruangan.
"YA...YA... Suster Kim. Kau bilang nomor berapa? Nomor lima? YA..Suster Kim, YAK!"
Dan Hyukjae hanya bisa mengacak rambutnya kesal saat panggilannya sama sekali tak disahuti sang perawat. Semakin kesal saat mendengar senandung dari seseorang yang baru saja membawa pergi bunga dari ruangannya, seolah mengejeknya.
Siwon yang sedari tadi terdiam melihat interaksi hyukjae dan suster Kim sedikit mengernyit bingung. Memangnya kenapa dengan ruang VVIP Nomor lima? Kenapa Hyukjae begitu berlebihan setelah mendengar ucapan sang perawat.
"Memangnya kenapa dengan pasien di ruangan itu?" Dan akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir Siwon. Mendengar suara rekannya, seketika Hyukjae memandang Siwon dengan tatapan berbinar.
"Siwonnie, bantu aku. Hari ini, kau yang memeriksa pasien di ruangan itu ya. Ya..Ya..Ya..Please.." Dan tatapan anak anjing itu Hyukjae tampilkan, membuat Siwon menelan ludah sedikit kasar.
"M-memang kenapa dengan pasien di ruangan itu Hyuk? Lagipula kalau aku yang memeriksa, bagaimana dengan pasienku yang lain?"
"Aku yang akan memeriksa pasienmu. Semua. Tapi tolong kau yang memeriksa pasien di ruang itu ya."
Dan siapa yang bisa menolak ekspresi anak anjing yang Hyukjae pasang eoh? Dan dengan sedikit berat hati akhirnya Siwon menganggukkan kepalanya.
"Yeyy..Kau yang terbaik Siwonnie. Lain kali aku akan membantu kencanmu dengan Kibum." Hyukjae tertawa lebar setelahnya.
"Kalau ada maunya, baru kau baik-baik padaku."
.
===HaeHyuk===
.
Siwon melangkah ke ruangan yang seakan menjadi momok bagi Hyukjae. Sejujurnya ia penasaran juga, kenapa Hyukjae begitu anti dengan pasien di kamar itu. Pasien yang disebut-sebut berandalan oleh sahabat kekasihnya –Kibum- yang kini juga menjadi sahabatnya.
Pintu ruangan itu sudah terlihat olehnya. Pintu rungan paling ujung yang berada di lorong khusus kamar dengan fasilitas nomor satu di rumah sakit itu.
::
::
"Hahahahaha..."
Suasana riuh menggema di ruangan yang seharusnya dipenuhi ketenangan. Beberapa orang berada di sana dengan salah satu dari mereka yang duduk separuh berbaring(?). Tubuhnya masih terlihat lemah, namun ekspresi wajahnya seolah tak menunjukkan jika pemuda itu tengah sakit.
"Aku penasaran, sebenarnya seperti apa seseorang yang membuat 'bos besar' kita ini sampai rela mengirimkan bunga setiap hari. Huuhh..romantis sekali bukan?"
Tawa itu kembali menggema dari tiga orang yang duduk di sofa ruangan itu. Berbeda dengan seorang lagi yang terbaring, yang kini hanya berdecak kesal namun dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya yang terdapat beberapa luka.
"Kau belum lihat orangnya Hankyung Hyung. Jika kau melihatnya, kupastikan kekasih cinderellamu harus siap memasang alarm siaga untukmu. Hahahaha..." seseorang dengan tinggi di atas rata-rata itu menjawab pertanyaan seseorang yang dipanggilnya Hyung.
"Benarkah itu Donghae-ah?" Kali ini Hankyung mengalihkan tatapannya pada Donghae yang hanya menatap malas ke arah mereka.
"Ck, bisakah kau tutup mulutmu itu Koala?"
"Memangnya kenapa tuan Lee? Ucapan Zoumi memang benar kan? Ah... Kalau saja aku belum punya Jaejoong, kupastikan dokter itu jadi milikku."
"Kau mau mati Jung Yunho? Kau pilih, mau mati di tanganku atau di tangan Joongie Hyung?"
"Hahahaha..." Tawa itu kembali menggema saat Donghae dengan tanpa rasa bersalah melempar bantal dan tepat mengenai wajah tampan Yunho.
Tok Tok Tok
Ketukan itu disusul dengan suara pintu yang terbuka perlahan, membuat keempat orang di dalam ruangan itu seketika mengalihkan pandangannya. Entah mengapa tapi secara otomatis senyum itu muncul di bibir Donghae, berharap seseorang yang sejak kemarin dinantikan kehadirannya yang akan masuk.
Pintu terbuka lebar, menampakkan sosok berjas putih yang juga terdiam di depan pintu. Seketika itu juga senyum di bibir Donghae lenyap. Digantikan tatapan datar yang memang sering ditunjukkannya. Berbeda dengan tiga orang yang duduk di sofa yang kini saling berpandangan, sebelum tawa mereka kembali pecah.
"Hahahaha...Jadi sekarang kau 'ganti posisi' Donghae ah. Ckckck.. Tapi dia tampan juga... Hahahaha..." Dan kalimat kentara dengan nada mengejek itu sontak membuahkan tatapan tajam dari Donghae.
"Diam kau Hankyung Hyung! Yak, kenapa kau yang ke sini? Di mana Dr Lee?" Kali ini Donghae berbicara pada seseorang yang masih berdiri di depan pintu dan menatapnya syok.
"D-Donghae? Kau Lee Donghae kan?" Siwon melangkah perlahan, masih dengan ekspresi terkejutnya yang membuat Donghae justru menatapnya jengah.
"Apa sekarang kau amnesia Choi Siwon? Ck."
"J-jadi K-kau? Astaga Lee Donghae.. apa yang terjadi padamu eoh? Kau berkelahi sampai seperti ini? Kau ini benar-benar. Bagaimana kalau ahjussie dan ahjumma ta-"
"Mereka tak akan tahu jika kau tak mengatakannya Hyung." Donghae memotong ucapan Siwon, karena ia tahu benar apa yang akan diucapkan sepupunya itu. Sepupu? Ya, Donghae adalah sepupu Siwon.
"Lalu, kenapa kau tak memberitahuku sejak awal huh?"
Siwon memulai interogasinya. Biar bagaimanapun, Donghae sepupu yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. Tentu saja ia khawatir sekarang. Siwon tahu apa yang sering Donghae lakukan, namun ini pertama kalinya kejadian yang bisa dibilang fatal ini terjadi. Terlebih Siwon ingat betul jika Hyukjae pernah bercerita jika ia mengoperasi pasien dengan luka tusukan di perutnya.
"Memangnya kenapa? Di sini sudah ada dokter juga kan? Aku bosan jika kau terus yang tiap hari aku lihat. Ya kalian, jangan bengong. Ini Dr Choi, sepupuku. Dan aku tekankan, BUKAN dia orangnya".
Siwon mengalihkan tatapannya pada tiga orang yang juga menatapnya. Siwon tersenyum, kemudian membungkuk singkat untuk menyapa teman-teman Donghae. Fokusnya kembali teralihkan pada Donghae.
"Lalu, bagaimana kondisimu sekarang? Kau sudah tak apa?" Tangan Siwon terulur. Memeriksa adik sepupunya itu dengan cermat. Menghela nafas lega saat dirasa kondisi Donghae membaik.
"Semuanya baik. Tinggal beberapa perawatan serta menunggu kondisimu membaik, kau bisa segera pulang."
"Kau mengusirku Hyung? Aku masih mau berlama-lama di sini." Siwon mengernyit bingung mendengar pertanyaan serta pernyataan Donghae. Apa-apaan itu? Bukankah pasien ingin segera sembuh dan kembali pulang? Lalu apa yang salah dengan ucapannya?
"Kau aneh, bukankah semua pasien ingin segera sembuh dan pulang ke rumah Lee Donghae?" Tentu saja Siwon bingung dengan sikap Donghae.
"Dia masih ingin di sini Siwon-ssi. Dia masih mau mengejar bidadarinya. Hahaha..." Siwon mengernyit bingung mendengar pernyataan Yunho.
"Dr. Lee." Dan satu nama yang diucapkan Zoumi seakan menjawab semua pertanyaan Siwon.
"Jadi, pasien gila yang disebut-sebut Hyukkie itu Kau?"
"Bwahahahaha..." Kembali suara itu terdengar saat Siwon mengucapkan satu kalimatnya dengan lantang. Bahkan Zhoumi sampai memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.
"Ishh... Diam kalian semua. Dan kau Choi Siwon. Apa-apaan dengan sebutan pasien gila itu hah?" Donghae bertanya kesal sambil menatap tajam ketiga temannya yang berusaha menahan tawa.
"Itu julukan Hyukjae untukmu, dan ku rasa itu cocok."
"Bwahahaha..."
"Kalian bertiga lebih baik segera pergi dari sini sebelum aku yang melempar kalian." Sepertinya Donghae benar-benar kesal karena ditertawakan sejak tadi.
"Haha..Hmppfff.. Baiklah-baiklah tuan Lee. Sepertinya memang kami juga harus segera pergi dari sini." Hankyung menarik nafasnya untuk menetralkan suaranya. Melirik dua temannya yang juga bersiap pergi dari ruangan itu.
"Tunggu, kalian bawa titipanku?" Donghae bertanya.
"Tentu, ini." Yunho melempar benda yang diminta Donghae yang secara refleks ditangkap Siwon karena memang mengarah padanya.
"Kami pergi dulu Hae-ah. Kalau ada waktu kami jenguk lagi."
"Tak perlu!" Sahut Donghae cepat yang kembali membuahkan kikikan kecil dari ketiga temannya. Tepat setelah pintu tertutup, Siwon membuka bungkusan di tangannya. Matanya membulat sebelum menatap tajam pada Donghae.
"Kau gila atau apa? Kau membawa rokok ke rumah sakit?"
"Oh, ayolah Hyung. Kau mau aku mati bosan di sini?" ucap Donghae seraya mengambil bungkusan di tangan Siwon.
"Dan kau memilih mati perlahan dengan itu. Donghae ah, sudah Hyung katakan kalau_"
"Aku tahu Hyung. Tapi nanti, kalau sudah ada yang benar-benar bisa membuatku berhenti." Donghae berucap seraya menyimpan benda itu di meja nakas samping ranjangnya. Sedangkan Siwon hanya bisa menggelengkan kepala, heran dengan tingkah sepupunya.
"Terserahmu kalau begitu, kau memang keras kepala. Ya sudah, aku masih banyak pekerjaan. Kau harus banyak istirahat supaya cepat sembuh. Aku pergi dulu." Siwon hendak melangkah sebelum suara Donghae kembali menginterupsinya.
"Hyung! Lain kali aku tak mau di periksa jika bukan yang melakukannya. Apalagi jika itu kau!" Helaan nafas itu keluar dari bibir seorang Choi Siwon. Tak menjawab ucapan Donghae, Siwon melangkah keluar. Tepat setelah pintu tertutup, pandangan Donghae menerawang. Bibirnya tersenyum dengan matanya yang tertutup. Entah apa yang ada di fikirannya, karena sedetik kemudian senyum itu berubah menjadi sebuah seringaian.
.
===HaeHyuk===
.
Lagi, pagi ini sosok itu berdiri diam dengan tangan bersidekap di dada. Pandangannya juga sama, masih menatap jengah benda di depannya. Namun yang berbeda kali ini, bukan ruangan di rumah sakit yang menjadi tempat kerjanya, namun ruangan megah di kediamannya. Baru beberapa menit berlalu saat kurir membawa, kemudian dengan seenaknya meletakkan benda 'itu' di sana. Padahal Hyukjae sudah menolaknya mentah-mentah. Fokusnya teralihkan saat seseorang menepuk pundaknya pelan.
"Kenapa masih di sini? Tak jadi berangkat?" Hyukjae menoleh, melihat Sungmin –Hyungnya- yang sudah siap dengan semua perlengkapannya.
Hyukjae mendengus, sebelum kembali mengalihkan tatapannya pada meja yang berjarak tak seberapa darinya. Sungmin ikut menatap ke mana arah pandang adiknya dan bibir tipis itu otomatis terbuka melihat apa yang tertangkap pandangannya.
"Wooaaahhh... Itu dari orang yang sama Hyuk?"
"Siapa lagi memangnya Hyung? Dan lagi, dari mana ia tahu alamat rumah ini?"
Tak menghiraukan gerutuan adiknya, Sungmin melangkah.
"Wooaaahhhh... Dia benar-benar tahu kesukaanmu Hyuk."
"Kesukaanku apa? Seleranya bahkan aneh sekali. Mana ada keranjang buah dikelilingi bunga seperti ini. Dan lagi, kenapa ini besar sekali? Memangnya aku tukang buah? Atau dia mau meracuniku dengan semua ini? Ck."
Ya benar, 'sesuatu' itu, yang membuat Hyukjae uring-uringan di pagi hari nan cerah ini adalah sebuah keranjang buah. Bukan keranjang buah biasa, karena bahkan ukurannya hampir memenuhi meja di ruang tengah. Keranjang buah yang dikelilingi dengan rangkaian bunga mawar putih, dan didalamnya terdapat buah berbintik bernama strawberry kesukaan Hyukjae. Entah berapa banyaknya, karena tadi perlu tiga orang untuk mengangkut benda itu.
"Aku jadi penasaran, seperti apa pemuda yang kau bilang gila itu Hyuk. Apa dia tampan? Sepertinya kapan-kapan aku harus menyempatkan diri melihatnya. Aku sungguh penasaran seperti apa pasienmu itu. Tapi dia romantis sekali sampai melakukan hal ini..."
Sungmin masih mengoceh tak jelas dengan mata yang tak lepas dari benda di atas meja. Bahkan ia tak sadar saat Hyukjae yang jengah mendengarnya mulai melangkah keluar rumah.
"... Kalau dia tampan lebih baik kau terima, sepertinya juga dia orang kaya. Kau harusnya senang Hyuk, karena—"
Ucapan Sungmin terputus saat ia menoleh dan ternyata tak menemukan Hyukjae di sampingnya. Pandangannya mengedar dan menemukan adiknya sudah sampai di depan pintu.
"Ya...Hyukkie. Aku bicara padamu. Kenapa kau pergi begitu saja hah? Yak...Lee Hyukjae."
"Cepat atau kau ku tinggal Hyung!" Gerutuan panjang Sungmin dibalas teriakan cukup keras dari sang adik.
"Aish...Anak itu benar-benar..."
::
::
Hyukjae mengernyit tak suka saat bau yang begitu menyengat menyeruak di indera penciumannya, kala ia memasuki salah satu ruangan mewah itu. Tatapannya begitu datar dan tak bersahabat kala mata bulatnya bertatapan dengan mata sendu yang menatap nakal padanya.
"Siapa yang kau suap untuk membawa benda itu ke sini. Bukankah sudah jelas jika kau tak boleh merokok di sini?"
Dan sungguh, Hyukjae ingin menghantam wajah itu. Wajah tampan yang kini menyeringai nakal padanya.
"Bukankah aturan itu ada untuk dilanggar, sweety. Dan jangan menatapku seperti itu, karena kau semakin tampak menggoda di mataku."
"Cih.. Oh, apa teman-teman berandalmu itu yang membawanya? Dan lagi, apa kau tak punya pakaian?"
Donghae tersenyum kecil, sebelum mematikan puntung rokok yang tadi berada di belahan bibirnya. Sedetik kemudian tubuhnya bersandar di kepala ranjang. Menatap sosok yang sejujurnya begitu dinantikannya.
"Memangnya kenapa manis? Jika begini bukankah kau akan lebih leluasa dan mudah memeriksaku?"
Blush... Entah kenapa pernyataan itu seketika membuat wajah Hyukjae memanas. Menghela nafas dalam Hyukjae berusaha menenangkan diri. Sepertinya menghadapi satu pasien ini memang membutuhkan kesabaran dan tenaga ekstra.
"Aku harus memeriksamu tuan, jadi ku minta kau mau bekerjasama karena ini juga untuk kesembuhanmu."
Lagi, seringai itu muncul di wajah Donghae. Sejenak kemudian tubuh kokoh itu merebah walau tak sepenuhnya. Pandangannya tetap mengarah pada sang dokter yang masih menjaga jarak denganya.
"Baiklah...Baiklah... Silahkan dokter. Lakukan tugasmu."
Walaupun enggan namun Hyukjae tetap mendekat. Bagaimanapun ia seorang dokter yang harus selalu profesional dalam pekerjaannya. Dalam hati Donghae tersenyum, matanya tak pernah lepas menatap sosok Hyukjae yang perlahan mendekat ke arahnya. Secara bertahap Hyukjae melakukan pemeriksaan pada tubuh Donghae. Memeriksanya dengan teliti dan hati-hati, mengingat luka pasiennya ini sebenarnya cukup parah.
Onix sendu itu tak pernah sekalipun melepas pandangan dari wajah mempesona di depannya. Mengagumi paras yang begitu sempurna di hadapannya. Donghae tersenyum tipis, merasakan perasaan yang pertama kali muncul di hatinya. Terlebih saat jemari lembut itu menyentuh bagian tubuhnya, terasa begitu menyenangkan bagi Donghae.
"Kalau kau merasakan sakit, katakan!"
Walau Hyukjae berkata dengan nada dingin dan ketus, tapi entah mengapa kalimat itu seakan begitu lembut mengalun di telinga Donghae. Hyukjae masih melanjutkan tugasnya. Kegiatannya terhenti saat Donghae mendesis sakit ketika ia menyentuh luka operasi pemuda itu. Bisa dilihat cairan merah sedikit membasahi perban di perut Donghae.
"Luka operasimu terbuka lagi. Seharusnya kau tak banyak bergerak dulu tuan Lee. Aku akan memanggil perawat untuk mengganti perbanmu."
"Kenapa bukan kau saja yang merawatku secara pribadi? Aku jamin aku akan segera sembuh jika kau yang merawatku."
Hyukjae menatapnya tajam, tapi Donghae bersumpah jika tatapan Hyukjae sama sekali tak menakutkan untuknya. Dokter muda itu mendengus tanpa menjawab perkataan Donghae. Merapikan peralatan yang ia gunakan, setelahnya Hyukjae mengambil catatan kecil di sakunya. Menuliskan resep obat tambahan untuk pasien gila –menurutnya- di depannya. Selagi Hyukjae sibuk dengan catatannya, Donghae kembali mengubah posisinya menjadi setengah duduk.
"Aku serius . Aku akan cepat sembuh jika kau yang merawatku."
Bukk
Hyukjae menutup catatannya agak kencang, sebelum kembali menatap Donghae kesal.
"Ku rasa cukup untuk hari ini tuan Lee. Aku berikan beberapa obat tambahan untukmu dan nanti akan ada perawat yang ke sini menjagamu. Selamat siang."
Hyukjae beranjak meninggalkan ruangan mewah tersebut. Tepat di depan pintu langkah Hyukjae kembali berhenti. Menoleh ke arah Donghae yang tak lepas menatapnya.
"Dan satu hal lagi, aku minta kau bersikap selayaknya pasien normal lainnya tuan Lee."
BRAK
Suara pintu yang ditutup –dibanting- itu memutus pandangan Donghae pada Hyukjae. Pemuda tampan itu terkekeh kecil. Membawa kedua tangan menyangga belakang kepalanya, dan kedua mata sendu itu menutup. Bibir tipisnya mengukir senyum menawan, membayangkan sosok yang baru saja menghilang dari pandangannya.
'Lee Hyukjae.. Manis sekali. Aku tak akan melepaskanmu.'
.
.
TBC
.
.
Holla Holla Hallooooo...
Adakah yang ingat saya? #PD
Ada jugakah yang pernah baca dan ingat cerita ini? Ini Re-Publish lho... Udah lupa kapan di publish terus saya hapus karena pikiran mentok. Dan sekarang, mau coba lagi 'bangun' feel buat lanjutin ini cerita. Wkwkwkwk..
Sekian lama sejak terakhir nulis, gk tahu ntar bentuknya ni cerita jadi bagaimana. Kalau nanti bahasanya jadi aneh nan tak jelas, harap maklum yak.
So... Ayolah para reader, kasi review nya. Kritik, saran, apapun boleh lah... Saya tunggu. Kangen baca review nih... (#GilaReview #Emang). Kalo respon bagus, pan jadi semangat. Ditunggu yak. Lope U All... (#Alay.. #Biarin).
