Kakumeiki Valvrave © Sunrise & Oukochi Ichiro
a erushoko fanfiction by sugirusetsuna
Warning: OOC, ga tau AU apa CANON atau AR, nista, alay, bahasa tidak baku, mohon diterima dengan lapang dada! /EH
Kisah Kasih Kita
.
.
.
Shoko ngambek. Pipinya mengembung masam, bibirnya mengerucut sebal. Shoko ngambek.
L-elf tidak menghiraukannya.
._.
Jadi, Sashinami Shoko akan tetap memasang tampang seperti itu di hadapan L-elf Karlstein dan tumpukan berkas di atas meja yang sedang pria itu cermati, patri, koreksi serta tanda tangani di sana sini. Shoko tak peduli. Ia akan terus menatap pria dengan helaian silver itu—biarpun sampai jarum jam berputar dari angka tiga ke angka tiga lagi.
Ia akan terus menanamkan esistensinya di ruang tersebut, sampai di suatu titik di mana pria itu jengah dan mendesah.
"Yokannya taruh aja di situ."
"Emang dipikir aku tukang ngantar makanan!"
Lavender cantik begitu malah minus! Aku ga bawa nampan! Emang dikata aku pelayan? Batin Shoko menjerit tak terima.
L-elf mendesah.
"Terus, aku makan apa?"
"Tau ah!"
._.
Shoko makin ngambek. L-elf bagai di bom bardir oleh pandangan menusuk, menembak bahkan mengirisnya.
L-elf baru tahu kalau sorot mata bisa membunuh.
Mau di bunuh?
Kemudian ia berdehem pelan, "Jadi, masalahnya apa?"
BRAK!
Itu bukan suara motor Yamada nabrak tiang listrik (lagi). Bukan. L-elf telah melenyapkan motor pembawa bencana itu ke luar angkasa dengan satu tendangan maut. Bukan. L-elf bukanlah seorang pesepakbola. Pengen sih, tap sayang ga kesampaian—tutur L-elf Karlstein saat diwawancarai oleh JIOR Televisi untuk Anak.
Setelah diselidiki ternyata itu merupakan suara gebrakan meja yang menjadi lapiasan kekesalan wanita di hadapan L-elf.
"Kamu cinta ga sih sebenarnya sama aku?" Shoko berteriak miris. Suaranya serak, tangannya terdengar dua kali berderap menghantam meja kerja kekasihnya.
L-elf lupa ngasi tau kalau itu merupakan meja antik limited edition dari kayu jati asli Dorssia yang dikirim langsung dari toko mebel keluarganya X-eins—kenang-kenangan sebelum innalilahi katanya.
L-elf memasang tampang datar. Sedatar papan tulis Sakimori Gakuen.
"Kok tiba-tiba nanya?"
"Nanya aja!"
"..."
"Kok diem?"
"Bentar, nyeduh dulu."
"L-elf!"
._.
"Perlu aku ambil toa, terus keliling Sakimori Gakuen sambil teriak AI LUP SASHINAMI SHOKO?" seru L-elf ga-banget setelah selesai menyeduh tehnya. Seketika Karlstein gempar. Dorrsia gempar. Hati Shoko gempar.
"G-Ga gitu juga kali!"
"Blushing tapi kan?"
Shoko membuang pandang ke arah lain. "T-Terus, kok kamu masih nyimpen foto Lieselotte?"
Oups.
._.
"PUTUS AJA YOK! PUTUS!"
"GA MAU!"
"AKU GA MAU PACARAN SAMA ORANG YANG BELUM MOVE ON!"
L-elf menatap gadisnya dengan pandangan mengiba. Diraihnya pergelangan tangan Shoko. Shoko menampiknya. Lalu diraihnya lagi. Shoko terus menampiknya. Raih. Tampik. Raih. Tampik. Hingga terjadilah meraih-menampik dengan begitu tidak romantis.
._.
Tangan aku sakit tau!
Tapi, aku ga mau ngelepasin kamu.
Kamu cuma mau tangan akunya kan, bukan orangnya!
SHOKO!
Kamu cuma mau Yokan akunya kan, bukan sosoknya!
SHOKO!
Lebih baik kita syudahi sajah!
GA MAU!
Emang aku peduli!
I LOVE YOU!
I hate you!
I WANT YOU!
BERISIK! JANGAN TERIAK-TERIAK!
._.
"Aku cinta kamu,"
L-elf menarik tubuh gadis itu ke dalam rengkuhannya.
"...kamu itu masa depanku."
Shoko sesegukan. Entah sejak kapan genangan di pelupuk matanya mulai terbentuk.
._.
Koyak fotonya!
Iya, koyak.
Bakar fotonya!
Iya, bakar.
Abunya jangan diminum!
Telan aja boleh?
._.
L-elf mengapus air mata Shoko dengan sapu tangan miliknya. Shoko masih tampak tersedu.
"Aku baru tau kalo kamu punya sapu tangan warna merah muda."
Pria bermanik lavender itu lalu tersenyum riang—yang membuat A-Drei berbunga-bunga dan Haruto jatuh cinta.
"Oh, ini peninggalan Lieselotte."
Oups.
._.
"PUTUS YOK! PUTUS!"
Chap pertama the end.
INI APA? GA TAU! INI APA? GA TAU!
Hmm, jadi ini rencananya saya bikin menjadi kumpulan shortfic nista erushoko (dan kawan-kawan yang ikutan nyempil).
Jadi, segala kegajaen yang terdapat dalam fic ini tolong dimaklumi.
RnR jika berkenan /wink
Pontianak, 2 April 2014.
