Terbang Bersamaku

by

Pena Elektrik

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Warning: YAOI

Sasuke x Naruto

Enjoy!

XXX

Dia memang tampan. Rambutnya yang pirang alami, matanya sebiru langit di angkasa. Oh, dan jangan lupakan tiga guratan tipis di wajahnya yang memperindah rupanya.

Bercermin di pagi hari memang merupakan kebiasaannya. Apalagi kalau melakukannya setelah ia mandi.

"NARUTO! CEPAT KAU TURUN KALAU TAK MAU KUTINGGAL!"

Dan saudaranya selalu mengganggu rutinitas paginya.

"Bye, tampan."

Ujarnya, pada cermin.

XXX

Pada dasarnya, orang ini bukanlah orang kaya. Pun orang tuanya. Ayahnya tak memiliki perusahaan besar ataupun rumah yang mewah. Ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Ia beserta keluarganya hidup sederhana, namun bersahaja.

Sehingga ia segera memasang helmnya, menutupi rambut hitamnya yang mencuat melawan gravitasi, ketika ia mengeluarkan motor maticnya dari parkiran minimarket.

Dan tancap gas setelahnya.

"WOY JANGAN KABUR LO, PANTAT AYAM! DUIT PARKIRNYA BELOOOM."

Oh, dan ia sangat hemat. Bahkan dua ribu rupiah pun ia simpan.

XXX

"Hari ini kau terbang ke mana?"

"Hm? Oh, tidak jauh. Cuma ke Yogyakarta, habis itu balik lagi ke Jakarta, habis itu ke Denpasar, setelahnya hmmm.. tunggu sebentar, aku cek jadwalku dulu."

Lampu lalu lintas berwarna merah, lantas semua kendaraan berhenti. Termasuk mobil sport warna merah yang berisi dua orang pemuda. Kyuubi, sang pemilik mobil itu nampak bosan. Ia hanya memperhatikan gerak gerik adiknya, yang mengaduk-aduk tas ala pramugara nya.

"Ah! Ketemu. Aku, eh, hari ini aku tidak kembali ke Jakarta lagi. Penerbangan terakhirku ke Padang. Besok pukul lima, baru aku tiba di Soekarno Hatta lagi."

Kyuubi mendengus. Lima puluh sembilan detik menuju lampu hijau.

"Kau itu sudah kubilang jangan jadi pramugara. Kau jadi jarang di rumah dan selalu sibuk."

Si pirang otomatis cemberut. "Kak Kyuu seharusnya mendukungku, ini kan sudah cita-citaku sejak lama. Ayah dan Ibu juga tidak masalah. "

"Terbang 40.000 kaki setiap harinya, kau tidak takut jatuh?"

"Bukan Naruto namanya kalau takut!"

Tiba-tiba Naruto bertepuk tangan, matanya berkilat-kilat jahil. "OH! Jangan bilang kau mengkhawatirkanku ya?"

Kyuubi terkesiap. "Ap- Huh. Tentu saja tidak, adik bodoh."

"Halah, jangan bohong. Aku tahu kau mengkhawatirkanku, kau sangat sayang pada adikmu ini kan?"

Kyuubi menjitak Naruto. Lalu mencubit pipinya.

"Diam."

"Adudududuh. Sakit, Kak!"

XXX

"Sasukeee!"

Di kejauhan, terlihat seorang gadis berambut mencolok, yang mengenakan dress lengan pendek berwarna merah jambu, senada dengan rambutnya. Ia melambaikan tangannya kepada motor matic berwarna hitam. Maksudnya, pengendaranya. Bukan motornya.

"Yo."

Si gadis merah jambu tersenyum manis. "Kau jadi mengantarkanku ke bandara kan, sayang?"

"Memangnya menurutmu aku ke sini buat apa? Mau maling ayam?" Jawab Sasuke seraya menyerahkan helm kepada gadis itu.

Senyum gadis itu luntur. Kekasihnya sinis sekali. Ia menerima helm dari Sasuke sambil menghentakkan langkahnya, namun tersandung batu, dan terpeleset.

"Aduh!"

Sasuke diam saja. Sepertinya menahan tawa.

"Sasukeee, tolong aku."

"Jangan manja, Sakura." Lalu ia menstarter motornya lagi.

Jahatnya, Sasuke sama sekali tidak membantu Sakura, kekasihnya yang terjatuh.

"Kenapa kau tidak membawa mobil? Kau lupa kalau aku membawa koper besar ini?" Keluhnya.

"Kau mau ku antar atau tidak?"

Sakura naik motor Sasuke dengan susah payah. Kopernya ia pangku di pahanya.

"Iya, iyaa. Ayo jalan."

XXX

"Sampai jumpa lagi, sayang. Aku pasti merindukanmu. Jangan lupa video call aku setiap malam. Aku sayang kamu."

Sakura memeluk Sasuke sebelum masuk ke pintu keberangkatan internasional. Dia harus pergi ke Singapore, karena tuntutan profesinya sebagai model.

Sasuke hanya membalas sekenanya, "Hn."

Setelah sosok berambut merah jambu itu pergi, Sasuke lantas berbalik.

"Aduh!"

Seseorang menabraknya. Dan dadanya pun terasa panas, dan.. basah.

"Yaampun! Maafkan aku! Aku sungguh tidak sengaja." Orang yang menabraknya segera merunduk seraya mengelap bajunya yang basah itu menggunakan tisu.

Sasuke terdiam. Ia memperhatikan orang di depannya. Orang itu memakai setelan berwarna biru, dengan nametag di sebelah kiri dadanya.

Konoha Airways. Uzumaki Naruto.

Pramugara, huh?

"Aduduh bagaimana ini? Nodanya tidak bisa hilang!"

'Wajahnya lumayan, sepertinya bukan orang Indonesia asli. Rambutnya pirang alami. Sakura sih, warna pink karena di cat.' Pikirnya.

Naruto berdiri tegak sempurna, wajahnya tampak cemas.

Nyatanya, tingginya tak lebih dari telinga Sasuke.

'Masih lebih tinggi dari Sakura. Tapi bagus, jadi aku tak perlu terlalu merunduk untuk melihatnya.' Pikirnya lagi.

"Aku benar-benar minta maaf, aku terburu-buru hingga menabrakmu dan membuat bajumu kotor karena cokelat panasku. Tapi aku akan bertanggung jawab."

Naruto mendongak, menunggu jawaban Sasuke.

'Matanya berwarna biru. Sakura hijau. Tapi kalau Sakura jelas pakai lensa kontak. Tunggu. Kenapa aku jadi membandingkan orang ini dengan pacarku?' Pikir Sasuke lagi dan lagi.

"Hn. "

Naruto berkedip. "Apa maksudmu?"

Giliran Sasuke yang berkedip.

"Ah sudahlah, aku benar-benar terburu-buru."

Naruto menarik lengan Sasuke, membawanya menuju salah satu toilet di sudut bandara.

"Apa yang kau lakukan?"

"Ku bilang aku akan bertanggung jawab."

Naruto mengaduk koper pramugaranya dan mengeluarkan kemeja lengan panjang berwarna biru.

"Pakailah baju ini."

Sasuke melepaskan bajunya. Ia mengganti dengan kemeja dari Naruto.

"Kekecilan."

Naruto menghela napas. "Itu adalah baju ku yang kebesaran. Hadiah dari Ibuku. Sudahlah, tak apa ya? Daripada kau pakai baju yang kotor ini?"

Naruto mengambil baju Sasuke lalu memasukannya ke dalam kopernya.

"Mau kau apakan bajuku?"

"Tenang saja, aku sudah bilang akan bertanggung jawab kan? Makanya baju mu biar kucuci dulu. Nanti ku kembalikan. Sudah ya, aku benar-benar terburu-buru. Sekali lagi aku minta maaf." Naruto pun melenggang pergi.

"Tunggu dulu." Sasuke menarik lengan Naruto.

Naruto pun berbalik.

"Aku belum memaafkanmu."

Pelipis Naruto pun berkedut. "Jadi apa maumu, Tuan?"

"Berikan aku nomor handphonemu."

Naruto terkesiap. "Untuk apa?"

"Kau pikir, bagaimana caramu untuk mengembalikan pakaianku, Dobe?"

Ah. Benar juga.

'Tunggu. Aku tak yakin si tampan ini meminta nomorku hanya untuk itu. Ah pasti ada hal lain.' Batin Naruto curiga, tapi penuh percaya diri.

"Baiklah, jika kau memaksa. Kemarikan handphone mu."

Sasuke memberikan smartphone-nya.

Warnanya hitam. Layarnya retak semua.

Naruto sweatdrop.

"Kau yakin ini masih berfungsi?"

"Hn."

Naruto tak ambil pusing dengan jawaban super irit Sasuke. Ia segera mengetikkan nomornya di handphone retak itu.

Lalu,

Cekrek.

"Nih, siapa tahu tiba-tiba kamu kangen aku. Bisa langsung buka gallery mu. Bye, bye, Tuan Tampan. "

Naruto pun memberikan senyuman lebar, dan sebuah kedipan. Ia mengibaskan rambutnya yang pendek, lalu berbalik dan berjalan menjauh.

Sasuke sweatdrop di tempat.

Ia segera mengecek handphone-nya.

Ada foto selfie Naruto.

Ah, narsis sekali cowok itu.

Tapi tak apalah, Sasuke suka.

Tunggu, Sakura bagaimana?

Yah, sudahlah, Sasuke bisa pikirkan hal itu nanti.

TBC?

A/N:

Well, perkenalkan aku adalah Pena Elektrik. Aku membuat fic ini di kala waktu senggangku. Mohon maaf apabila ada miss typos dan ketidaksinambungan dalam cerita. Kritik dan saran selalu ku tunggu. Sampai jumpa!