Naruto © Masashi Kishimoto
Story © KawaiiHanabi
Your Voice
Uchiha Sasuke X Haruno Sakura

.

.

Hari ini, tepat 645 hari gadis itu tinggal. Ruangan serba putih yang selalu menghiasi pandangannya tiap hari, jendela yang sengaja dibuka lebar-lebar guna membiarkan udara segar masuk seakan tak berguna mengisi ketenangan gadis itu. Sedari tadi ia membolak-balikan badannya diranjang gelisah, ia tak tenang. Ia selalu merasa ada yang kurang pada hidupnya.

Ini bukan rumahnya, ia tak bisa terus menerus ada disini . Ia ingin keluar tapi...

Cklek

Sakura pintu menyadarkan diri gadis itu, Perlahan kepalanya menoleh kearah sumber suara. Disana dr. Shimura tersenyum hangat kepadanya.

"Apa kau menikmati pagimu Sakura? " Ujarnya ramah. Kebiasaan yang selalu dr. Shimura lakukan saat mengunjungi kamar gadis itu.

Perlahan langkah dr. Shimura semakin dekat dengan ranjang gadis itu. Dengan enggan gadis yang dipanggilnya Sakura itu duduk dengan kaki yang menggantung diatas ranjang. Tangan hangatnya mengelus surai panjang gadis itu. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu..." ucapnya.

Iris gadis itu hanya menatap dr. Shimura seolah bertanya . "...aku maksudku, ada seseorang yang datang kemari untuk menemuimu. Kami telah berbicara banyak hal, dan kurasa ini pilihan yang terbaik untukmu Sakura. Tolong dengarkan perkataannya baik-baik ya?"

Gadis itu tak menjawab. Namun saat Langkah dr. Shimura mulai menjauhi ranjangnya, Tangan gadis itu memegang jas dokter milik dr. Shimura erat. dr. Shimura tersenyum . "Kau tak perlu takut, aku akan ada diluar menunggu kalian selesai bicara.

Dengan enggan Sakura mengangguk dan melepaskan tangannya dari jas dokter itu.

Tak lama setelah dr. Shimura keluar dari kamarnya, seorang lelaki yang usianya mungkin tak jauh dari dr. Shimura itu berjalan masuk. Ia mamiliki perawakan yang tinggi tegap, dan dianugrahi wajah tampan oleh tuhan. Namun saat Sakura menoleh melihat siapa orang itu, Iris miliknya membulat tatkala melihat wajah lelaki itu.

Haruno Sakura's POV

Pria itu, dia...dia...dia kenapa dia datang menemuiku?

6 years Later

Namaku Sakura, Haruno Sakura . "Ohayou Sakura-chan"

Sambutan pagi yang selalu memenuhi hariku. "Sensei Ohayo gozaimasu. " Sapaku pada Ibiki sensei yang lewat pada hari itu.

"Oh, Haruno Sakura. Kudengar ayahmu mendapat kunjungan dari mentri ya? Ku harap ia tak terlalu lelah akan pekerjaannya . Sampaikan salamku untuknya juga ya. " Ucap Ibiki sensei padaku.

Aku hanya tersenyum maklum kala itu. Ini wajar, hampir setiap orang menitipkan salam pada ayahku. Kalian bertanya pekerjaan ayahku apa? Ah, dia seorang pejabar wilayah disini. Jika aku boleh jujur aku bangga akan prestasi ayahku, ia mendapat semua kekuasaan tanpa ada campur tangan kotor didalamnya, ia selalu mencoba menjadi pejabat yang adil dan bersih, seramah mungkin pada rakyat. Namun itu semua nampaknya harus berarti saat seseorang mengunjungi rumah kami.

Haruno's House

"Tadaima..." Suaraku menggema diseluruh penjuru ruangan . Namun sayangnya tak ada yang menyahut. Sayup-sayup telingaku mendengar suara ribut dibelakang.
"Ada apa ini, sepertinya banyak orang berkunjung." Tanpa ragu aku melangkahkan kakiku dari beranda rumah menuju asal suara itu.

.

"Itachi-san kumohon jangan bawa suamiku pergi." Tunggu itu suara ibu, kupercepat langkah kakiku menuju suara ibu.

"Ibu!" Kulihat ibu sedang duduk bersimpuh didepan seorang pria yang sangat kukenali, entah apa yang terjadi sebenarnya hingga membuat ibuku harus berlutut didepan pria itu.

"Apa yang terjadi Ibu. Kenapa banyak sekali orang disini? Apa yang mereka lakukan dengan barang-barang kita ?" Tanyaku. Ibu hanya menggeleng sembari terus menangis menatap lantai.

Padanganku beralih pada lelaki tegap disamping kami, ia berpakaian dinas lengkap yang kutahu dari instansi kepolisian. Ya, instansi terbaik di kota kami. "Itachi-nii apa yang terjadi? apa yang kalian lakukan dirumah kami? kenapa Ibu harus berlutut didepanmu?" Ujarku sembari menahan tangis.

Wajah ramah yang biasa ia pasang seperti saat kami bersama hilang sepenuhnya, kini ekspresi ramah yang sering ia tampakan digantikan oleh raut wajah tegas dengan sorot mata tajam, seperti tak memperdulikan apayang ada didepannya.

Ia mengabaikan Ibuku dan aku.

Tak lama setelah itu emeraldku menangkap ayah yang sedang dikelilingi oleh orang yang memakai pakaian hampir sama dengan Itachi-nii. Dengan cepat ku berdiri menerobos sekumpulan paman itu dan memengangi ayah.

"Ayah! Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua ada disini? Apa yang kita lakukan sampai-sampai polisi datang kesini?" Tanyaku.

Ayah hanya memandangku sembari tersenyum lirih. Tangannya mengelus surai merah mudaku sayang. "Tak ada apa-apa sayang. Ada sesuatu yang harus ayah kerjakan,kau... kau selama ayah pergi tolong jaga Ibumu ya sayang." Ujar ayah.

Aneh, apa yang ayah katakan. Belum sempat membalas ucapannya datanglah paman berseragam lain dari beranda rumah kami.

" Pemeriksaan sudah cukup, kita harus segera pergi Haruno-san." Ayah mengangguk membalas ucapan pria itu. Sekali lagi ia tersenyum dan mengucapkan hal yang sama.

Masih belum puas, Sekali lagi kudatangi Itach-nii menarik pakaiannya, mencegah ia pergi meninggalkan beranda rumah kami. "Itachi-nii apa yang terjadi sebenarnya kenapa kau membawa ayah pergi? " Ujarku.

Itachi-nii sama sekali tak tersenyum, ia hanya menanggapi pertanyaanku dengan wajah datarnya. "Maaf Haruno-san. Kami sedang menjalankan tugas. " Itachi-nii pun melepaskan peganganku pada bajunya dan meninggalkan beranda rumah bersama petugas lainnya.

End of Sakura Haruno's POV

.

.

.

.

.

Perlahan Itachi mendekat, dengan sedikit ragu ia memeluk tubuh Sakura erat. Banyak yang berbeda dari gadis itu, enam tahun bukan waktu yang sebentar, banyak yang berubah dari gadis itu, tubuhnya yang semakin tinggi, badannya yang kurus, rambutnya yang dibiarkan panjang, dan wajahnya yang terlihat dewasa.

Pria itu Uchiha Itachi, tak lagi datang dengan seragam dinas yang membuatnya terlihat menyeramkan, ia tak datang dengan raut wajah garang seperti enam tahun lalu, tapi kini ia datang dengan raut wajah sedih dan penuh penyesalan.

Sakura bisa melihatnya dengan jelas, namun ia memutuskan untuk menutup matanya untuk itu, ia bahkan tak melakukan pergerakan apapun saat Itachi memeluknya, ia tak menolak ataupun menerima pelukan Itachi. Matanya hanya sibuk memandangi dinding yang kosong. Tak lama ia merasakan bajunya basah.

"Maafkan aku Sakura." Lirih Itachi, memeluk Sakura semakin erat. Ya, Itachi menangis disana.

Kedatangan Dr. Shimura seolah menghentikan drama yang sedang terjadi. Ia mengintrupsi dan memaksa Itachi untuk melepaskan pelukannya pada Sakura. Gadis itu masih sama diam tanpa ekspresi yang berarti.

"Maaf Uchiha-san, bolehkan aku bicara denganmu sebentar." Seperti biasa dr. Shimura selalu datang di saat yang tepat. Ia mengalihkan atensinya pada Sakura yang masih sibuk mengamati dinding.

"Maafkan aku Sakura, aku harus berbicara dengan Uchiha-san diruanganku. Sebentar lagi perawat akan datang dengan makan pagimu. Ku harap kau menikmatinya. Aku akan kembali lagi ." Ujar dr. Shimura.

Setelah ia rasa Sakura menyetujuinya, ia pun segera pergi meninggalkan ruangan gadis itu bersama Itachi.

Onyx Itachi masih memandang Sakura dalam, Ia lebih terlihat seperti sebuah manekin daripada seorang manusia yang bernyawa. Sebuah pertanyaan besar muncul dalam benaknya. Sebenarnya apa yang terjadi selama enam tahun belakangan ini.

.

.

.

Ia harus bernafas lega, setidaknya pertanyaan yang muncul dibenaknya beberapa menit terakhir akan segera terjawab. dr. Shimura dengan senang hati akan menjawab semampunya.

"Aku yakin kau pasti terkejut dengan apa yang kau lihat barusan. Perkenalkan, Namaku Shimura Sai, aku dokter yang menangani Sakura selama satu tahun terakhir, aku masih cukup muda untuk menjadi seorang spesialis kejiwaan,tapu kau tak perlu khawatir karena aku memiliki lisensi yang layak dan aku juga sudah mengenal Sakura selama hampir 5 tahun belakangan ini. " Ujar dr. Shimura.

Itachi hanya menangguk. "Ah ya, baik dr. Shimura. Sejujurnya memang ini memang sedikit mengejutkan. Aku mencarinya selama ini, tapi yang kutemukan malah..."

dr. Shimura tersenyum maklum. "Aku mengerti maksudmu Uchiha-san ini memang berat, tapi setidaknya ia dalam kondisi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. "

Itachi menghela nafasnya. Lebih baik dari sebelumnya? Ayolah menurutnya ini adalah kondisi terburuk, melihat Sakura yang dulunya ceria dan penuh tawa sekarang menjadi seperti boneka lemah tak berdaya?

"Bukan itu maksudku, aku sangat terkejut, enam tahun memang bukan waktu yang singkat. Aku yakin kesalahan yang kulakukan dimasa lalu itu berdampak buruk baginya. " Rasa bersalah kembali menghampirinya.

"Kalau aku boleh tahu, apa hubunganmu dengan Sakura dimasa lalu?" Tanya dr. Shimura.

Itachi hanya tersenyum kembali mengingat kenangan indah beberapa tahun silam bersama adiknya dan Sakura. Ah tidak mungkin ini hanya akan menjadi kenangan indah untuk dirinya sendiri.

"Kami, keluarga kami berteman dekat. Tapi karena sebuah insiden membuat kami harus terpisah." Ujarnya.

"Jika boleh aku tebak, apa insiden itu melibatkan Sakura dan keluarganya?"

Itachi hanya mengangguk menanggapinya. Ia rasa ia harus menceritakan pada dr. Shimura .

"Ya, kau tahu kasus pejabat setempat 6 tahun silam?" Tanya Itachi.

dr. Shimura mengangguk . "Maksudmu kasus penggelapan dana dan tuduhan penyuapan yang melibatkan Haruno Kizashi saat itu?"

Seketika tubuh Itachi menegang. Ya ini adalah pembicaraan yang cukup sensitif baginya.

"Jika aku tak salah menafsirkan , Haruno Kizashi itu adalah ayah dari Haruno Sakura, dan secara kebetulan keluarga kalian berteman dekat. Namun sayangnya insiden penangapan itu membuat semuanya berubah?" Tanya dr. Shimura lagi. Hey Itachi seorang aparat disini kenapa ia harus merasa terintimidasi saat diwawancarai oleh dokter spesialis kejiwaan yang sialnya sangat cerdas ini?

Hanya anggukan yang dapat. Ia cukup puas atas jawaban Itachi, setidaknya pria itu mengatakan hal sebenarnya . Perlahan Dr. Shimura membuka meja kerjanya, membuka sebuah file berwarna hijau dan memberikannya pada Itachi.

Sejujurnya Itachi kembali tersentak membacanya.

"Ini..." Gumamnya.

dr. Shimura kembali memulai penjelasannya. "Ku harap kau mengerti Uchiha-san, seperti yang kau lihat disana itu adalah rekap medis dari Sakura selama beberapa tahun terakhir. "

Itachi membaca lembar demi lembar dengan seksama, disana terdapat profil orang yang baru saja ia temui, penyakit yang ia derita dan Oh tuhan ia tidak menyangka akan seburuk ini.

"ku pikir ia hanya depresi biasa tapi kenapa bisa seperti ini." Ia tak bisa berkata lagi, rekap medis Sakura menunjukan segalanya.

"Itu yang ingin ku ketahui." Ujar dr. Shimura.

Shimura Sai dulunya hanya seorang mahasiswa semester akhir fakultas psikologi, ia tak pernah berminat dengan kuliah yang dijalanani saat ini. Ya Sang ayah Shimura Danzou yang merupakan seorang psikiater terkenal, mau tak mau semata-mata hanya untuk mengambil alih warisan ia diminta untuk menjadi seorang pskiater sama seperti sang ayah.

Dunia perkuliahan yang awalnya ia anggap datar berubah saat ia bertemu dengan seorang gadis putus asa di jalanan. Gadis yang nampak cantik dengan balutan kaos warna hijau yang nampak keberasan dibadan kurusnya, namun bukan hanya itu yang menarik atensi Sai, Gadis yang ia amati itu bergetar nampak ketakutan, tangannya juga sedari tadi terus memegangi kaos yang ia kenakan.

Mata Sai membulat tatkala gadis yang ia amati itu menabrakan diri kearah mobil yang kebetulan tengah melintas dijalanan malam yang sepi ini. Untunglah sang pengemudi mengemudikannya dengan pelan. Melihat hal itu membuat Sai segera menghampirinya. Untunglah hanya luka ringan saja pada kedua lututnya.

"Apa yang kau lakukan! Kau sudah gila hah! " Bentak Sai setelah menarik gadis itu kejalanan.

Anehnya gadis yang ia bentak ia diam tak menjawab. "Apa kau tak kasian pada kedua orang tuamu hah!" Ujarnya kesal.

"Ha..ha..ha aku menyukai perasaan ini." Gadis itu tertawa menanggapi ucapan Sai.

Sai malah mengerutkan keningnya saat gadis itu mulai menangis. Ia pasti gila , awalnya sai berpikir seperti itu namun perkataan gadis itu mematahkan pemikirannya.

"Aku...aku...maafkan aku tuan. Terimakasih telah menyelamatkanku." Gadis itu membungkuk dalam-dalam dan berbalik hendak meninggalkan Sai.

Meski Ia merasa kesal karena gadis itu Sai tetaplah seorang manusia yang memiliki hati nurani. Ia seharusnya mengantarkan gadis itu kerumah sakit atau rumahnya sendiri. Setidaknya itu hal berguna yang ayahnya ajarkan.

"Tunggu Nona kupikir kau harus pergi ke rumah sakit atau pulang rumah..." Sai menarik tangan gadis itu. Matanya memincing saat melihat luka-luka yang ada dipergelangan tangan gadis itu.

"Maaf, tapi rumah sakit tak akan mau menerima makhluk hina sepertiku. Rumah? bahkan rumahku telah menghilang setahun yang lalu. " Gumam gadis itu lirih.

Otaknya masih berpikir, tidak ia menghiraukan ucapan gadis itu barusan. yang menarik perhatiannya sekarang adalah luka yang sedari tadi ia amati pada tubuh gadis itu.

Merasa dirinya diperhatikan, gadis itu menepis pegangan tangan Sai dan menatapnya tajam. "Jaga matamu tuan. " Ujar gadis itu dengan nada dingin .

Astaga, jika bukan karena rasa kemanusiaan ia pasti akan balik membentak gadis gila ini. "Aku bukan orang cabul. Jika aku tak penasaran aku tak akan menanyakannya. Luka pada pergelangan tanganmu kurasa bukan karena kecelakaan tadi kan? Ah itu bukan kecelakaan tapi percobaan bunuh diri, kenapa kau melakukannya?"

Gadis itu diam sejenak. "Apa hakmu mengetahuinya?"

Sai menghela nafas. "Anggap saja aku seorang psikiater yang mencari kelinci percobaan. Aku sungguh berterima kasih untuk satu jawaban darimu." Rayunya.

Gadis itu hanya tersenyum lirih. "Terimakasih ya? Aku hanya menyukainya. "

Otak Sai masih terus berfikir, apa gadis itu seorang masokis ya? Gumamnya, ia rasa ... ah sial betapa terkejutnya ia saat gadis itu menghilang dari pandangannya dan malah tergeletak tak sadarkan diri ditengah jalan.

.

"Ayah." Gumam Sai, nampak sang ayah yang tengah mengamati gadis yang ia bawa barusan.

Oke alasannya mudah. Sai tak tahu dimana gadis itu tinggal, dan ia rasa rumah sakit milik ayahnya adalah pilihan terbaik , mengingat luka pada tubuh gadis itu.

"...uhm, bagaimana keadaannya ? Apakah yang aku pikirkan itu..."

Ayahnya, Shimura Danzo menggeleng. "Terlalu dini untuk menyimpulkannya. Tapi jika melihat keadaanya dan penjelasan darimu kurasa , mungkin ya. "

Sai memandang lirih gadis yang terbaring lemah dibangsal rumah sakit itu. "Ya, pasti sangat sulit baginya. "

Danzo mengangguk. "Terlebih untuk usia sepertinya."

Ayahnya benar, ia baru menyadari kalau gadis itu masih remaja, mungkin tahun pertama SMA ?

"Kau melakukan hal yang baik." Ujar Danzo . Sai hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus menanggapi bagaimana, mengingat pertama kalinya Danzo memuji dirinya. Jujur ia sedikit merasa senang.

"Tapi kau harus berjanji satu hal." Sai menoleh.

"Kau yang membawanya kemari , kau juga yang harus bertanggung jawab. " Ujar Danzo sembari meninggalkan ruangan gadis itu.

Tanpa sadar Sai tersenyum simpul. Ya untuk pertama kali ayahnya memberikannya kepercayaan yang begitu besar padanya.

.

.

.

.

Melakukan 3 kali percobaan bunuh diri. Itachi menatap miris file yang barusan ia baca itu. Apa kesalahan yang dulu ia perbuat yang membuat Sakura seperti ini? Tidak ini bukan waktunya berfikir seperti itu, semuanya masih bisa dirubah ia yakin itu.

"Uchiha-"

"Kau bisa memanggilku Itachi saja, lagi pula mulai sekarang kita akan sering bertemu. " Sela Itachi. Sejujurnya ini bukan pertemuan pertama mereka, sudah hampir sepekan tempatnya Itachi sering datang kerumah Sakit ini setelah menemukan keberadaan Sakura. Namun seperti yang kita ketahui, meski ini hari ke sekian Itachi datang ke rumah Sakit, tadi pagi adalah pertemuan pertamanya dengan Sakura, adik kecil kesayangannya.

Lagi- lagi dr. Shimura memberikan senyuman andalannya. "Baiklah. Kurasa kita terlalu lama disini, aku harus melihat Sakura."

Namun sesaat sebelum Dr. Shimura beranjak dari meja kerjanya. Itachi memberikannya sebuah amplop berwarna putih yang sudah agak terlihat lusuh. Ia meletakannya di meja kerja Dr. Shimura seraya berdiri.

"dr. Shimura, terimakasih karena sudah mengijinkanku untuk bertemu dengan Sakura. Ku harap setelah membacanya Sakura akan mengerti." Itachi berdiri lalu membungkuk mengucapkan terimakasihnya.

"Aku akan membicarakannya nanti. Kau tahu terkurung disini tidak senyaman yang orang lain bayangkan." Ujar dr. Shimura.

Itachi kembali membungkuk pamit dan keluar dari ruangan dokter muda itu, ya setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahannya pada Sakura, dan mengembalikan kebahagiaan adiknya.

.

.

.

.

.

Gadis berambut merah muda itu perlahan membaca kata demi kata yang tertulis dalam sebuah kertas pemberian dr. Shimura tadi. Emeraldnya masih menatap datar kertas itu hingga baris terakhir.

"Kau tahu, mengurung diri disini tak akan membuatmu sembuh Sakura." Ujar dr. Shimura.

Pria itu kini sudah melepas jas putihnya dan menggantinya dengan kemeja biasa. Ia kini tengah duduk disamping gadis itu, matanya sesekali melirik surat yang ia pegang.

"...ini kesempatanmu, kau tak perlu lari lagi dari semua itu . Cukup hadapi semuanya dan ingat aku akan selalu ada disini, membantumu. Sesuai dengan janjiku. " Ujarnya.

Sai kemudian memeluk gadis itu, entah sudah berapa lama ia tak pernah menghabiskan waktu bersama gadis yang ia temui lima tahun lalu itu. Meski Sakura tak pernah berbicara panjang lebar padanya semenjak kematian sang ayah, tapi yang jelas Sai yakin kalau jalan yang akan Sakura tempuh ini benar. Menemui orang-orang masa lalu Sakura, meski harus membuatnya mengingat kembali trauma masa lalu yang menyakitkan , namun ia rasa ini adalah obatnya, jauh lebih baik daripada mengurungnya di rumah sakit besar ini.

Meski agak canggung, Sakura membalas pelukan pemuda itu, dan menenggelamkan wajahnya di dada Sai. "Uhm, Ayah memintaku untuk menemui mereka."

Meski hanya gumaman pelan, Sai sangat senang. Setidaknya ini kemajuan yang cukup baik. Gadis itu mau untuk kembali menemui orang-orang masa lalunya. Berharap semuanya akan baik-baik saja.

"Ya, aku akan menyiapkan keperluamu nanti. " Ujar Sai.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

a/n

Ini hanya Republish kok.

Sekali lagi hanabi mohon dukungannya ya , jangan lupa Fav dan Saran di kotak Review yaaa .
-Arigatou Gozaimasu-