Here for You

.

.

.

.

.

.

.

Reihan Rizaski, Haruno Sakura

.

.

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

Naruto (Masashi Kishimoto), 304th Study Room (Felicia Huang)

.

.

.

DILARANG COPAS DALAM BENTUK APAPUN! JIKA TIDAK SUKA DENGAN CERITA YANG DIBUAT AUTHOR, SILAHKAN KLIK TOMBOL BACK! DLDR!

Selamat Membaca!

oOo

"Pesanan untuk meja nomor lima belas!"

"Sedang aku kerjakan!"

"Mana Pastanya?"

"Meja nomor sepuluh sudah menunggu!"

Suara keributan terdengar di sebuah dapur di restaurant ternama di Jakarta. Seorang lelaki berambut panjang sebahu berwarna keoranye-oranyean sibuk memasak. Apronnya yang putih tampak kotor dengan noda masakan.

Jam makan malam memang jam dimana pelanggan akan ramai datang ke restaurant mereka. Terutama saat malam minggu seperti ini. Pria itu sibuk memasak dan tidak terganggu dengan keributan yang ditimbulkan oleh bawahannya.

Drrtt.. ddrrtt.. ddrrtt..

Matanya memandang ponselnya yang bergetar. Sedari tadi ponselnya bergetar dan dia mengabaikannya. Dia tidak suka ketika pekerjaannya terganggu. Tetapi, melihat ponselnya terus menerus bergetar mengganggu konsentrasinya.

Mencuci tangannya, dia mengambil ponselnya dan keluar dari dapur. Dia membutuhkan ketenangan untuk mengangkat telepon yang masuk.

"Halo."

"Oh Reihan, akhirnya kamu mengangkat teleponku juga."

"Kak Bejo, ada apa?"

Namanya adalah Reihan Rizaski. Dulunya dia tinggal di Pekanbaru sebagai siswa Binusvi sebelum melanjutkan sekolahnya di bidang Fisika. Setelah itu, dia pindah ke Jakarta dan melebarkan sayapnya di bidang makanan. Tidak ada yang menyangka, jika restaurant yang dibukanya akan sukses seperti ini.

Tujuh tahun semenjak ayahnya masuk penjara dan di bebaskan bulan lalu, dia belum bertemu lagi dengan ayahnya. Dia tidak mau bertemu dengan ayahnya. Lagi pula, semenjak dia lulus kuliah dia juga tidak pulang ke kampung halamannya.

"Bagaimana dengan usahamu, Reihan?" tanya Bejo. "Laoshi berkunjung ke Indonesia dan ingin reuni, apakah kamu bisa kembali ke Pekanbaru?"

Pekanbaru ya? Rasanya dia merindukan kampung halamannya.

"Aku tidak tahu."

"Sakura juga akan datang."

Mendengar nama mantan kekasihnya membuatnya terdiam. Dia menarik napas panjang sebelum buka suara.

"Aku akan datang, kak Bejo."

.

.

.

Sakura meregangkan tubuhnya dan mendudukan di sofa miliknya. Rumahnya terasa sangat sepi, ayah dan ibunya pergi untuk makan malam berdua, dia juga tidak berniat mengganggu pasangan yang sedang kasmaran itu. Untung saja dia sudah makan bersama sahabatnya tadi.

Setelah dia lulus dari Smansa, ayahnya dipindah tugaskan ke kota Solo dan kemudian dia menghabiskan waktu di kota budaya ini. Dia menyukai kota ini, sama seperti dia menyukai kota Pekanbaru.

Pada akhirnya, mereka semua berpisah dan menempuh jalannya masing-masing. Desyca akhirnya mewujudkan mimpinya, dia mendapatkan beasiswa di Amerika dan menuntut ilmu disana. Dia merindukan Desyca.

Terkadang dia merindukan sahabatnya itu. Mereka sering melakukan Video Call dan Desyca menunjukan betapa dia bahagia. Sakura juga tidak kalah bahagianya, dia bahagia karena Desyca bisa menggapai cita-citanya dan membuktikan kepada mamanya jika wanita juga bisa menggapai mimpinya.

Dan sekarang dirinya, menjadi seorang General Manager di sebuah perusahaan ternama. Dia sedang bekerja keras dan usahanya tidak akan mengkhianatinya. Pada usianya yang tergolong muda, dia sudah bisa menjadi seorang General Manager.

Menutup matanya, dia merasakan ponselnya bergetar. Satu alisnya terangkat sebelum mengangkat telepon yang masuk.

"Mas Bejo, ada apa?" tanya Sakura bangkit dari duduknya.

Dia baru merasakan lelah menyerangnya. Akhir-akhir ini karena pekerjaannya yang sangat banyak, dia sering pulang lewat dari jam kerja dan migrain sering kali menyerangnya.

"Apa kamu bisa ke Pekanbaru?"

"Hah?" merebahkan dirinya di ranjangnya, Sakura membiarkan ponselnya menempel di telinga.

"Laoshi baru pulan dari Korea, dia meminta kita untuk reuni. Desyca juga akan datang. Apa kamu bisa datang?"

"Kapan acaranya akan diadakan?"

"Lusa."

"Ugh.. mendadak sekali." Sakura memejamkan matanya. "Akan aku usahakan, mas Bejo. Aku akan minta izin pada bosku, mungkin jika dua atau tiga hari aku bisa mengambil cuti."

"Terima kasih, Sakura."

Memutuskan sambungan telepon, Sakura mulai terbang ke alam mimpi tanpa mengganti pakaiannya. Dia sudah terlalu lelah untuk melakukan kegiatan apapun.

oOo

"Aku serahkan padamu, Nathan."

Reihan memasukan ponselnya ke dalam saku celananya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah restaurant Italia. Matanya mencari-cari dimana teman-temannya semasa Karantina berkumpul.

Dia memang ikut Karantina Fisika tujuh tahun yang lalu karena ingin membuktikan pada semua orang, jika dia bisa melakukan sesuatu karena usahanya sendiri. Dia juga ingin membuktikan pada ayahnya, jika dia tidak mau melakukan sesuatu yang kotor seperti politik.

Saat itu, dia tidak menyangka jika semua itu akan merubah hidupnya. Dia bertemu dengan teman-temannya, dengan mentor yang menyayanginya. Bahkan, baginya Pak Zam sudah seperti ayahnya sendiri. Dan, dia juga bertemu dengan seseorang yang berbeda dari para wanita yang ditemuinya saat sekolah atau kuliah.

"Yo, Reihan."

"Dirga?!" menolehkan kepalanya, dia melihat sahabatnya sebelum memeluknya. "Kau mengagetkanku."

"Kamu yang mengagetkanku, Reihan." Dirga membiarkan Reihan merangkul pundaknya. "Laoshi dan yang lain sudah berkumpul."

"Kau terlihat berbeda, Dirga." Reihan memandang sahabatnya. "Jadi, beginikah sahabatku yang sudah menjadi artis?"

"Jangan melebih-lebihkan, Reihan," ucap Dirga. "Kamu sudah sukses dan dapat membuktikan hasil usahamu sendiri kepada orang lain."

"Ah, itu juga berkat dirimu dan yang lainnya."

Mereka sampai di sebuah meja besar, dimana teman-temannya sudah berkumpul. Laoshi Yanjie atau Arya Adjie Liedarto, kini menjadi CEO yang memimpin cabang perusahaan milik kakaknya. Mentornya itu sudah menikah dengan mantan kekasihnya yang bernama Hannie dan kabarnya sudah dikaruniai satu anak perempuan yang lucu.

Sedangkan Pak Zam juga sudah menikah dan dikaruniai dua anak laki-laki dan perempuan yang lucu. Akhirnya, kutukan Jomblo Binusvi berakhir. Karena saat pak Zam menjadi kepala sekolah, semua peraturan Binusvi dirubah dan sekarang, Binusvi menjadi sekolah terbaik di Pekanbaru.

Bennedict Elliot Johansson, menjadi seorang ahli Fisika dan menjadi dosen di Universitas ternama. Selain itu, Bejo juga menjadi wakil Direktur yang mendampingi sang ayah memimpin perusahaan.

Dan Arjuna Wiraatmadja, kini menjadi salah satu komikus online yang terkenal. Bahkan beberapa hasil karyanya sudah dipublikasikan dan dibukukan. Tetapi, seniornya itu masih tidak berubah juga. Dia masih suka nonton anime, main game dan tentu saja, loli tsundere berkuncir dua.

Dan yang terakhir adalah sahabatnya yang menariknya ke dalam dunia Fisika dan membuatnya bergabung dengan tim OSN Fisika. Dirga Mahesa Wijaya. Sekarang, dia bahagia menjadi penyanyi yang selalu wara-wiri di televisi. Dia juga melihat sahabatnya lebih hidup dari pada semasa mereka sekolah dulu.

Semua sahabatnya sekarang sudah menjadi orang yang sukses.

"Dimana Desyca?" tanya Reihan sebelum duduk di samping Dirga.

"Oh, dia terlambat." Bejo meletakan ponselnya. "Dia akan datang bersama Sakura. Dia bilang, dia kesulitan memakai make up, jadi dia meminta bantuan Sakura untuk mendandaninya."

"Oh, jadi cewek slebor itu sudah berubah, ya?" Dirga menopangkan dagunya. "Baguslah."

"Dirga, sebenarnya kamu ada dendam kesumat apa dengan Desyca?" pak Zam menatap mantan anak didiknya itu.

"Dirga dan Desyca kan susah untuk berdamai." Laoshi Yanjie menimpali.

"Tetapi, mereka itu sebenarnya cocok." Arjuna dengan santai menanggapi sembari bermain game.

"Uh.. aku tidak mau dengan gadis slebor seperti Desyca!" Dirga merengut kesal. "Aku masih kesal dengan Laoshi yang menikah dan meninggalkan Dirga begitu saja."

"Oh, baguslah. Aku juga tidak mau dengan sipit genit sepertimu."

Mereka semua menolehkan kepalanya. Desyca datang dengan sebuah gaun berwarna putih yang membalut indah tubuhnya. Di tambah kalung dan anting mutiara berwarna putih. Rambutnya ditata rapi ke belakang dan dengan make up natural yang menambah kesan cantik di wajah Desyca.

Reihan sejenak tidak berkedip memandang Desyca. Sudah lama dia tidak bertemu dengan Desyca, dan rasanya gadis itu semakin bertambah cantik. Apalagi, sekarang Desyca berada di Amerika untuk mewujudkan mimpinya.

"Ugh, aku tidak suka memakai heels ini. Boleh aku melepasnya, Sakura?" Desyca menolehkan kepalanya kearah gadis berambut pink itu sebelum merengut kesal.

"Kau ini, masih tidak terbiasa menjadi cewek seutuhnya, ya?"

Haruno Sakura muncul dengan gaun berwarna pink yang senada dengan rambutnya. Dia mengenakan make up yang natural juga, dengan rambut yang setengahnya diikat ke belakang dan setengahnya lagi dibiarkan tergerai. Bibirnya tampak manis dengan polesan lipstik berwarna pink.

Merasakan pipinya bersemu merah, Reihan merasakan nostalgia saat bertemu dengan Sakura. Dia mencoba untuk menata hatinya dan sikapnya. Dia tidak ingin terlihat gugup atau grogi saat bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

"Aku tidak suka memakai ini!" Desyca melepas high heelsnya dan memilih untuk bertelanjang kaki. "Beginikan lebih nyaman."

Bejo hanya bisa tertawa aneh, sedangkan Arjuna memandang Desyca dengan tatapan yang aneh. Sepertinya, meski sekarang sudah pergi ke Amerika sekalipun. Tidak ada yang bisa menghilangkan sikap slebor milik Desyca.

"Sikapmu ora berubah yo, Des?" Bejo dengan logat jawanya menimpali.

Desyca menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal dan duduk di sebelah Dirga. Sebenarnya dia juga bingung. Dia di Amerika mencoba untuk belajar tentang Fashion. Bahkan, dia rela melakukan video call dengan Sakura atau melihat tutorial make up di Internet untuk bisa berubah. Tetapi, dia tidak bisa melakukannya.

Saat dia pulang ke Indonesia dan mengatakan pada Sakura jika dia berniat untuk belajar make up. Sakura tertawa dengan keras dan membuatnya sangat malu. Sahabatnya itu mengatakan, jika dia seperti sedang dicurhati oleh remaja labil.

Menyebalkan sekali.

"Sudah, sudah, ayo kita mulai makannya." Laoshi Yanjie mengangkat gelasnya. "Bersulang untuk kesuksesan kita!"

"Ya!"

Mata kuning milik Reihan tidak sengaja bertemu dengan mata hijau milik Sakura. Sejenak, Reihan mengalihkan wajahnya ketika matanya bertatapan dengan emerald milik Sakura. Sedangkan Sakura bisa merasakan pipinya bersemu merah.

Bejo hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap juniornya. Begitu pula dengan Yanjie.

Sepertinya akan ada cinta lama yang bersemi kembali.

.

.

.

.

.

Membuka matanya, Reihan merasakan kepalanya sangat sakit. Entah jam berapa dia semalam pulang ke rumah kedua orang tuanya dan langsung tertidur tanpa mengganti pakaiannya. Mendudukan dirinya, dia memandang sekelilingnya.

Setelah ayahnya memulihkan nama baiknya. Ayahnya dan juga ibunya tidak kapok. Mereka tetap berkecimpung pada politik dan membangun kembali keluarga mereka yang hancur. Ayahnya kemudian bisa membeli sebuah rumah yang besar di Pekanbaru.

Untung saja dia sekarang sudah berada di Jakarta. Jika bukan karena acara reuni seperti ini, dia tidak mungkin mau pulang ke Pekanbaru dan bertemu dengan ayahnya dan juga ibunya. Sesekali ibunya menelpon menanyakan kabarnya. Sedangkan ayahnya? Masih menentang semua cita-citanya.

Bangkit dari duduknya, dirinya memandang ke cermin yang ada di kamarnya. Rambutnya tetap dia cat, tetapi dia memotong pendek rambutnya. Semasa berpacaran dengan Sakura, gadis itu menentangnya untuk memanjangkan rambutnya, karena menurut Sakura, wajahnya lebih tampan dengan rambut pendek. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran wanita, namun dia tetap menurutinya.

Dan hal itu berjalan hingga saat ini. Saat dia mencoba memanjangkan rambutnya, dia merasa risih dan aneh ketika melihat wajahnya. Jadi, dia memendekan rambutnya. Dia juga tidak memakai concealer untuk menutupi bintik-bintik di sekitar hidungnya, dia juga jarang memakai softlens. Dia lebih ingin menerima dirinya sendiri dan mengabaikan komentar orang terhadapnya.

Setelah selesai membersihkan dirinya, dia memakai pakaian miliknya dan membiarkan rambut basahnya. Menuju ruang makan, dia bisa mendengar percakapan antara ayahnya dan ibunya.

"Ayah benar-benar akan menjodohkan Reihan?"

"Iya. Aku akan menjodohkan Reihan dengan anak dari Wan Raja, Ratu."

Reihan hanya bisa terpaku di balik dinding tempatnya berdiri. Jadi.. ayahnya akan menjodohkannya?

.

.

.

.

.

"..Han?"

"Reihan?"

Reihan tersadar dari lamunannya dan memandang Desyca yang sekarang ada di sampingnya. Laoshi mengundang mereka untuk berenang dan siapa yang akan menolaknya? Mereka semua menikmatinya.

Selain bagus untuk cuci mata. Mereka juga bisa sekalian melepas penat dari segala pekerjaan yang mereka kerjakan. Nikmat mana lagi yang akan mereka dustakan?

"Ada apa, Des?" tanya Reihan.

"Kamu terlihat murung, ada apa?" Desyca menatap Reihan dengan pandangan bingung.

"Tidak. Tidak ada apa-apa." Reihan menunjukan cengirannya. "Ayo kita berenang!"

"Um ya. Aku juga ingin mengusili Dirgarong sipit genit yang sedang tiduran itu."

Reihan kembali menunjukan cengiran lebarnya dan bergabung bersama Bejo dan yang lainnya yang sedang bermain Volly. Sakura yang sedari tadi memperhatikan mereka, menarik napas panjang dan menyilangkan kakinya.

Mengenakan baju renang model Tankini, dia terlihat seksi dengan kakinya yang jenjang. Baju renang yang dipadukan dengan tanktop dan celana pendek itu membuatnya menarik di mata para pria.

Dengan kacamata hitam yang dikenakannya, matanya dengan leluasa memperhatikan siapapun. Tak terkecuali mantan kekasihnya. Reihan Rizaski. Sedari tadi, dia memperhatikan gerak-gerik Reihan. Biasanya, Reihan adalah orang yang paling cengengesan. Tetapi, dia tidak melihat ketulusan di setiap senyuman Reihan.

"Segarnya, sudah lama tidak berenang." Reihan keluar dari kolam dengan rambutnya yang basah. Dia mendudukan dirinya di pinggir kolam dan memandang Bejo dan Juna yang sedang berenang.

Desyca dan Dirga memang tidak pernah akur. Dimanapun mereka berada, pasti terjadi pertengkaran yang tiada hentinya.

"Melamunkan apa?"

Menolehkan kepalanya, dia memandang Sakura yang muncul dan duduk di sampingnya. Wanita berambut pink itu menyodorkan sebuah kaleng jus.

"Mau?"

"Terima Kasih." Reihan menerima sekaleng jus dari Sakura dan merasakan dejavu. Dia jadi teringat masa saat mereka masih berpacaran dulu.

"Sepertinya kamu ada masalah?" Sakura menatap Reihan. "Apa aku salah?"

"Tidak." Reihan mengusap rambutnya. "Hanya masalah pekerjaan."

Sakura menatap Reihan dengan curiga. Sebenarnya dia tidak mempercayai perkataan Reihan, tetapi dia akan pura-pura tidak tahu saja. Dia juga tidak mau terlalu mengurusi kehidupan mantan kekasihnya itu.

"Kyaa! Bukankah itu Jian?!"

"Benar!"

"Ah, itu ada Chef Reihan!"

"Bisa minta fotonya?!"

Beberapa wanita mendekati keduanya dan meminta foto. Sakura hanya menggulum senyumnya dan beringsut mundur secara perlahan. Dia membiarkan beberapa fans Reihan berfoto bersama idolanya.

Sebagai seorang chef yang terkenal dan memiliki sebuah restaurant yang mewah. Reihan sudah bolak-balik muncul di layar televisi untuk mengisi beberapa acara memasak atau menjadi juri dalam kompetensi memasak. Pria itu sudah terkenal sekarang.

Begitu pula dengan Dirga. Pria berambut hitam itu juga beberapa kali muncul di televisi untuk menjadi bintang tamu di acara musik atau menjadi juri dalam kompetensi musik. Beberapa wanita memang mengagumi Dirga yang memiliki wajah tampan oriental dan terlihat sangat cool. Meski Desyca tetap menganggap sikap Dirga adalah sikap sombong yang menyebalkan.

Reihan bisa melihat dari sudut matanya jika Sakura sudah berjalan menjauh. Sial. Dia padahal ingin mengobrol lebih banyak setelah lama tidak berkomunikasi dengan Sakura. Dia sudah meminta wakil kepala kokinya untuk merahasiakan hal ini, tetapi sepertinya tetap masih ada kebocoran.

.

.

.

.

"Reihan, kenapa kamu disini?"

Dirga yang baru saja keluar dari kamar mandi memandang Reihan yang sedang tiduran diatas ranjangnya dan sedang memainkan ponsel di tangannya. Mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, dia duduk di pinggir ranjang.

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tidur disini saja." Reihan menjawab dengan sekenanya tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Dia yakin ada masalah yang sedang membelit Reihan dan masalah itu ada pada ayah Reihan. Dia mengenal Reihan sudah bertahun-tahun lamanya dan sudah paham dengan segala sikap menyebalkan Reihan. Pria berambut keoranye-oranyean itu sangat mirip dengan mantan mentor Fisika mereka.

Reihan akan kabur ketika ada masalah, terutama dengan ayahnya. Itulah yang membuat Reihan lebih memilih menetap di Jakarta dari pada di Pekanbaru. Karena bagi mereka, kota kelahiran mereka sedikit mengingatkan akan kenangan pahit yang mereka lalui.

Dia sudah mengalami banyak kepahitan dan jatuh bangunnya kehidupan. Dia lebih suka dikenal sebagai Dirga Mahesa Wijaya. Tetapi, beberapa fansnya lebih suka memanggilnya Huang Junjian. Sebenarnya dia tidak ambil pusing dengan nama yang dipakainya, hanya saja...

"Apa kamu sedang bertengkar dengan ayahmu?" tanya Dirga.

"Arghh.. kenapa kamu bisa membacanya?!" Reihan menutupi wajahnya dengan lengannya. "Entahlah.. aku hanya tidak mau menceritakannya saja."

Matanya memandang Reihan yang bangkit dari posisi tidurannya.

"Aku mau ke cafetaria." Reihan mengusap belakang kepalanya. "Jangan ikuti aku, aku hanya ingin sendiri."

Dirga tidak banyak protes dan mengangkat bahunya. Mood Reihan sedang buruk dan dia tidak ingin mengganggunya.

.

.

"Ada lagi yang ingin dipesan, tuan?"

Reihan menatap secangkir Cappucino dan burger dihadapannya sebelum tersenyum.

"Tidak ada, terima kasih."

Tangannya menyeruput Cappucinonya sebelum menarik napas panjang. Apa yang dikatakan Dirga ada benarnya, dia kabur karena ada masalah dengan ayahnya. Dia hanya kesal, karena ayahnya tidak pernah belajar dari pengalamannya di masa lalu.

Ibunya sudah sehat, karena dua tahun setelah ayahnya mendekam di jeruji besi. Ibunya dibawa pulang oleh keluarganya dan dirawat dengan baik, dia kemudian disibukan dengan segala pekerjaan dan urusan kuliahnya. Dia hanya ingin menggapai cita-citanya.

Dia teringat pada kata-kata Park Hyunbin bertahun-tahun yang lalu. Karena bahagia ada di tangannya, dia berhak atas kebahagiaannya sendiri dan dia akan menggapainya.

Moodnya menjadi buruk ketika ayahnya akan menjodohkannya. Setelah putus dari Sakura, entah berapa banyak wanita yang dipacarinya. Beberapa wanita mendekatinya dan dia menghabiskan waktu bersama wanita yang berbeda. Tetapi di dalam hatinya, tidak dia pungkiri jika dia masih mencintai Sakura.

Hubungan mereka kandas karena waktu yang terus berjalan. Mereka menjalin Long Distance Relationship dan akhirnya dia memutuskan hubungan mereka. Dia pikir, hubungan seperti ini tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Mereka masih sering chattingan, meski sudah tidak sesering dulu. Dia juga sesekali menstalker beberapa akun media sosial Sakura. Dia tidak paham, mengapa dia tidak bisa melepaskan Sakura.

Cafetaria yang sepi membuatnya tenang. Dia tidak peduli jika ada yang mengenalnya dan mengambil fotonya, dia hanya ingin sendiri tanpa adanya gangguan dari seorang pun.

"Reihan, kenapa ada disini?"

Menolehkan kepalanya, dia melihat Bejo yang berjalan kearahnya. Di tangan pria berambut pirang itu terdapat kantong plastik besar. Dilihat dari logonya, sepertinya Bejo baru dari supermarket.

"Aku menginap di kamarnya Dirga." Reihan menyandarkan bahunya di kursi. "Apa itu?"

"Oh, ini?" Bejo menunjukan kantong di tangannya. "Titipannya Sakura. Dia titip beberapa makanan ringan dan minuman, katanya dia sedang tidak enak badan."

Seketika posisi duduknya menjadi tegak. Dia memandang Bejo dengan pandangan tidak percaya. Lucky. Dia memang ingin bertemu Sakura tetapi tidak mau dikira modus, dia harus berterimakasih pada Bejo.

"Biar aku yang mengantarkannya!" Reihan mengeluarkan beberapa uang dari dompetnya dan meletakannya di meja. "Aku belum memakan burgernya, untuk kak Bejo saja."

Bejo hanya bisa menarik napas panjang dan membiarkan juniornya itu berlalu sembari membawa sekantong titipan milik Sakura. Reihan hanya bisa takluk pada wanita seperti Sakura.

.

Mengambil ponselnya, dia memandang wajahnya yang ada di ponsel. Memastikan jika dia masih terlihat tampan. Dia tidak mau terlihat jelek di depan Sakura.

Merasa semuanya sudah beres, dia mengetuk pintu dihadapannya. Menunggu sedikit lama, pintu dihadapannya terbuka. Sakura muncul dengan pakaian tidurnya. Rambutnya yang pink dicepol keatas dan menambah kesan ayu pada wajah milik Sakura.

"Reihan? Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Sakura.

"Aku mengantarkan titipanmu." Reihan menunjukan kantong plastik yang dibawanya.

"Eh? Dimana mas Bejo?"

"Dia sedang ada urusan, jadi menitipkannya padaku."

"Oh, terima kasih." Sakura menerima titipannya dengan canggung. "Kalau begitu segeralah istirahat, Reihan."

"Tunggu dulu, Sakura." Reihan menahan pintu kamar Sakura yang akan ditutup.

"Ada apa?" Sakura menatap Reihan dengan pandangan bingung.

"Bisa kita sarapan bersama besok?"

Sakura tidak bisa menahan senyumannya. Dia menganggukan kepalanya.

"Jam tujuh, oke?"

Bagaimana Reihan mendiskripsikan bunga-bunga yang bertebaran dihatinya?

oOo

"Ayo mas Bejo kita sarapan! Aku lapar!"

"Sabar to Des." Bejo menatap Desyca.

"Dasar cewek slebor."

"Apa kamu bilang?!"

"Dimana Reihan dan Sakura?" tanya Arjuna menatap Bejo.

"Entahlah. Dirga bilang saat dia bangun, Reihan tidak ada di kamarnya. Begitu pula dengan Sakura."

Bejo membuka pintu cafetaria sebelum menghentikan langkahnya. Desyca yang sedang berdebat dengan Dirga menghentikan langkahnya karena menabrak punggung tegap milik Bejo.

"Kak Bejo ada apa?" tanya Desyca.

"Kak Bejo, kenapa berhenti mendadak?" Dirga menatap pria dihadapannya.

"Tidak apa." Bejo menolehkan kepalanya dan tersenyum. "Bagaimana jika kita sarapan di restaurant depan hotel saja?"

"Heh? Aku tidak mau. Uangku menipis." Desyca menatap Bejo.

"Jo, memangnya ada apa?" Arjuna menatap sahabatnya dengan pandangan curiga.

"Tidak apa-apa. Sudah, ayo kita ke restaurant depan. Mas yang bayar semuanya." Bejo mendorong teman-temannya itu menuju restaurant di depan hotel sebelum menolehkan kepalanya.

Dia bisa melihat Reihan yang mengenakan pakaian santainya sedang duduk bersama Sakura di dalam cafetaria. Sakura sedang meminum kopinya dan Reihan yang menatap Sakura dengan senyumnya. Dia sengaja membawa teman-temannya itu agar tidak mengganggu pasangan yang sedang kasmaran itu.

oOo

Jadi.. Apa yang harus dia lakukan?

Reihan duduk di salah satu sofa yang ada di restaurantnya sebelum memandang ponselnya. Setelah lama putus komunikasi dengan Sakura, akhirnya dia berhasil mendapatkan beberapa akun medsos milik Sakura. Dan sekarang dia bingung harus memulai dari mana.

Tangannya menyentuh kalung bunga Sakura yang diberikan Sakura seminggu yang lalu. Sebelum Sakura pulang kembali ke Solo, dia memberikan sebuah kalung dengan bandul bunga Sakura. Mantan kekasihnya itu bilang, dia membelinya saat berkunjung ke Jepang dan berniat memberikan untuknya.

Sia. Mantan kekasihnya itu manis sekali.

Matanya memandang foto profil yang ada di akun medsos milik Sakura. Disana, terpajang seorang wanita berambut pink yang rambutnya digelung keatas dan mengenakan yukata dan berdiri dibawah pohon Sakura. Kenapa dia baru menyadari jika mantan kekasihnya itu sangat cantik.

Benar apa kata orang. Terkadang seseorang akan terlihat lebih Indah ketika kita sudah tidak memilikinya lagi.

Menghela napas panjang, dia menyandarkan bahunya dan memutar-mutar ponselnya. Bagaimana ya memulai percakapan? Dia tidak mau dikira berharap, meski kenyataannya berbanding terbalik.

Setelah putus dari Sakura. Dia banyak bergonta-ganti pacar. Banyak wanita yang mengejar-ngejarnya dan dia adalah salah satu mahasiswa populer di kampusnya. Alhasil, dia merasa bingung jika harus memulai duluan. Dia terbiasa dikejar, bukan mengejar. Rasanya dulu tidak seperti ini saat dia masih bersama dengan Sakura.

"Oh, jadi itu mantan pacarmu yang namanya Sakura, ya?"

"Lucas?!"

Reihan terkejut ketika melihat wakil kokinya yang juga mantan anggota tim basket Binusvi dulu. Lucas dulu juga terancam dicabut beasiswanya oleh kepala sekolah mereka.

Di Jakarta, Lucas masuk salah satu Universitas ternama dan mengambil jurusan bisnis managemen. Tetapi, siapa yang sangka jika dia juga memiliki hobby memasak. Jelas dia lebih memilih Lucas untuk menjadi wakilnya.

"Kenapa memandangi fotonya seperti itu?" Lucas memberikan segelas margarita kepadanya. "Akhir-akhir ini kamu juga sering murung, apa ada masalah?"

"Ah.. Kau tahu ayahku, kan?"

"Ridwan Effendi, mantan Gubernur yang ditangkap karena korupsi kan?"

"Kau berniat menyindirku?" Reihan menatap Lucas dengan pandangan tidak suka dan disusul oleh tawa Lucas. "Ya. Dia berniat menjodohkanku."

"Padahal kamu masih mencintai Sakura?" Lucas menyandarkan punggungnya. "Memang masih jaman ya, perjodohan seperti itu?"

"Ayahku orang yang kolot dan keras kepala." Reihan meneguk Margarita miliknya.

"Aku punya ide." Lucas menatap Reihan dengan pandangan semangat miliknya. "Bagaimana jika kamu menghamili Sakura saja?"

"Kau gila! Mana mungkin aku melakukan hal itu?!"

Mengangkat bahunya, Lucas menatap Reihan.

"Bukankah dengan begitu kamu bisa menikah dengannya? Memangnya kamu punya pilihan untuk menolak?"

Dia membiarkan Lucas meninggalkannya untuk memantau kondisi restaurantnya. Mengambil sebungkus rokok dari saku celananya, dia menghidupkannya. Menghisapnya, kemudian dia menghembuskan asap rokoknya ke udara.

Sudah lama dia tidak merokok. Dia tidak tahu, mengapa orang-orang suka sekali merokok. Padahal, rokok terkadang membuat kepalanya sakit. Tetapi, entah mengapa kali ini bebannya terasa lebih berkurang.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Selamat datang! Meja untuk berapa orang?"

Seorang pria berambut kuning dan bermata biru tersenyum ketika seorang pelayan menyambutnya. Beberapa pelanggan yang sedang makan menatapnya seraya berbisik-bisik. Mungkin mereka merasa asing melihat seorang Bule mengenakan setelan jas lengkap.

"Meja untuk dua orang."

Bejo mengikuti langkah pelayan yang menunjukannya sebuah kursi untuk dua orang. Mendudukan dirinya di salah satu kursi, dia menerima buku menu yang diserahkan oleh pelayan itu.

"Jika sudah selesai memilih anda bisa memanggil saya."

Bejo menganggukan kepalanya dan tersenyum. Satu tangannya mengeluarkan ponselnya dan mengecek notif yang masuk.

"Kak Bejo?"

Menolehkan kepalanya, dia melihat juniornya.

"Lucas?"

"Kak Bejo?! Apa yang kakak lakukan disini?" Lucas memeluk kakak kelasnya semasa sekolah menengah atas tersebut. Dia merasa surprise melihat siapa yang datang.

"Aku akan meeting dengan salah satu kolegaku." Bejo menatap Lucas. "Apa yang kamu lakukan disini? Kamu bekerja disini?"

"Iya. Reihan mengangkatku sebagai wakil kepala koki. Aku benar-benar terkejut melihat kak Bejo disini. Akan aku buatkan masakan yang enak untukmu."

"Oh, terima kasih."

Memandang sekelilingnya, dia merasa Reihan sudah sangat sukses sekarang. Pria itu sudah menggapai apa yang menjadi mimpinya. Dia tidak perlu khawatir lagi terhadap teman-temannya.

Dia sengaja datang ke restaurant milik Reihan yang ada di Jakarta. Ayahnya menyuruhnya untuk memantau kantor cabang Petropacific yang ada di Jakarta. Dia juga di beri amanat untuk membenahi beberapa kantor yang sudah rusak, jadi dia kemari untuk bertemu dengan koleganya.

"Kak Bejo? Wow." Reihan menghampiri sahabatnya itu dengan senyum merekah. "Saat Lucas mengatakan jika kak Bejo ada disini aku bahkan tidak percaya."

"Jangan terlalu berlebihan, Reihan. Dua minggu lalu kita baru saja reuni."

Reihan tidak bisa menahan tawanya.

"Oh ya, menunggu siapa?"

"Aku sedang menunggu Sakura."

.

.

.

.

.

.

.

"Jadi, untuk ruang Direktur Utama akan diberikan warna putih. Kemudian perabotannya akan ditata sedemikian rupa."

Haruno Sakura dikirim oleh atasannya untuk menemui Direktur Utama Petropacific cabang yang ada di Jakarta. Meski Sakura tahu, jika Bejo-lah yang memintanya untuk meeting.

Mengenakan gaun malam berwarna hitam, Sakura tampak cantik. Bejo tahu, jika Sakura selalu cantik mengenakan pakaian apapun.

"Apa ada lagi yang ingin Mas Bejo tambahkan?" tanya Sakura.

"Kapan renovasinya bisa dimulai?"

"Oh, aku akan meminta anak buahku yang mengurusnya." Sakura memasukan laptopnya ke dalam tasnya dan meneguk Milkshake strawberry pesanannya. "Aku akan menyerahkannya pada tangan kananku, aku tidak bisa meninggalkan perusahaan yang ada di Solo."

"Baiklah. Atur saja."

Reihan yang memandang dari kejauhan berjalan mendekat. Dia menghampiri keduanya dan tersenyum manis.

"Sudah selesai?" tanya Reihan.

"Sudah Rei, terima kasih." Bejo mengeluarkan dompetnya. "Berapa semuanya?"

"Tidak usah. Ini semua gratis."

"Eh? Benarkah?" Bejo memandang Reihan dengan pandangan tidak enak. "Jangan begitu, Rei. Aku tidak enak."

"Semua ini tidak akan membuatku bangkrut, Kak." Reihan sedikit curi-curi pandang kearah Sakura.

"Baiklah, lain kali aku yang akan mentraktirmu." Bejo bangkit dari duduknya. "Terima kasih, Sakura. Aku akan menunggu kedatangan anak buahmu."

Bejo berpamitan karena ada urusan lain yang harus diurusi. Reihan menatap Sakura yang bangkit dari duduknya.

"Terima kasih, Reihan. Makanannya sangat lezat." Sakura tersenyum. "Aku harus pulang."

"Sakura." Panggil Reihan, membuat wanita itu menolehkan kepalanya. "Apa kamu ada waktu.. besok?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sakura memandang dirinya di cermin yang ada di kamar hotelnya. Dia mengenakan sebuah gaun berwarna putih yang dibelinya di butik tadi. Dia tidak membawa banyak pakaian karena hanya sebentar berada di Jakarta. Dia tidak bisa berlama-lama meninggalkan pekerjaannya. Apalagi perusahaannya sedang dalam masa sibuk.

Mengenakan make up natural. Sakura menggerai rambutnya yang panjang dan berwarna pink. Entah apa yang dipikirkan Reihan hingga mengajaknya makan malam bersama.

Tok tok..

Mengenakan high heelsnya, Sakura membuka pintu dan menemukan seorang pria berbaju hitam. Sejenak Sakura menjadi waspada.

"Nona Sakura?" tanyanya. "Saya diperintahkan tuan Reihan untuk menjemput anda."

"Oh, baiklah."

.

.

.

Theodore Lucas sudah menunggu di depan restaurant dengan pakaian kokinya. Beberapa pengunjung wanita memandang Lucas dengan tatapan tertarik. Tetapi dia tidak peduli, karena dia ditugaskan untuk menyambut seseorang.

Sebuah mobil berhenti di hadapannya. Sakura keluar dari dalam mobil dan dia segera mendekatinya.

"Selamat malam, Sakura." Lucas menyodorkan tangannya. "Malam ini, saya yang akan menjadi pelayan anda."

Sakura menerima uluran tangan Lucas dan membiarkan Lucas membawanya masuk ke dalam restaurant. Beberapa pasang mata menatapnya dengan pandangan heran dan pandangan bertanya. Restaurant ini sudah dikenal oleh banyak orang, tidak heran jika beberapa pengunjung mengenal Lucas maupun Reihan.

Apalagi kedua orang itu sudah mondar-mandir di media manapun.

"Siapa itu?"

"Cantik sekali."

"Apakah itu orang terkenal?"

"Sampai wakil kepala koki menyambutnya."

Telinganya bisa mendengar beberapa orang membicarakannya. Matanya memandang Lucas yang tetap memandang ke depan.

"Silahkan duduk." Lucas menyiapkan kursi untuknya. "Ingin meminum sesuatu? Kami memiliki anggur yang lezat disini."

Sakura membiarkan gelasnya diisi oleh Lucas dengan anggur. Mengangkat gelasnya, dia mencium aromanya sebelum meneguknya sedikit. Benar. Rasanya memang lezat.

Lucas memanggil beberapa anak buahnya yang sudah bersiap. Beberapa pelayan berjalan mendekat dan Lucas mengambil sebuah piring sebelum meletakannya dihadapan Sakura.

"Ini adalah Ayam Parmigiana. Makanan klasik khas Italia yang terkenal dengan kelezatannya. Silahkan dicicipi."

Mengambil garpunya, Sakura mengambil ayam yang ada di piringnya sebelum memakannya. Rasanya? Sakura tidak dapat mengatakan betapa lezatnya masakan ini.

"Dan kami memiliki Lasagna sebagai makanan favorit disini." Lucas meletakan piring dihadapan Sakura. "Makanan ini adalah makanan yang paling banyak di pesan di restaurant kami. Ini adalah salah satu makanan klasik khas Italia yang mencerminkan perasaan orang yang memasaknya."

Sakura mendengarkan dengan seksama penjelasan yang diberikan Lucas sebelum memakan Lasagnanya. Sekarang dia tahu, mengapa makanan ini menjadi favorit pengunjung R's Restaurants. Karena rasanya memang sangat lezat.

"Mungkin anda mau mencicipi Tiramizu, buatan koki kami?" tanya Lucas. "Silahkan dinikmati, kami permisi."

Malam ini Sakura benar-benar seperti putri impian dalam negeri dongeng. Dia tidak menyangka jika Reihan akan memberikannya banyak kejutan seperti ini. Pertama, pria itu menyuruh salah satu supir pribadinya untuk menjemputnya. Kedua, Lucas yang seharusnya berada di dapur kini menyambutnya dan khusus menjadi pelayannya malam ini. Reihan benar-benar merencanakannya dengan matang.

"Bagaimana, kamu suka?"

Mengangkat kepalanya, dia memandang Reihan yang muncul dengan pakaian kokinya. Pria itu menarik kursi dihadapan Sakura dan mendudukan dirinya. Senyum menawan tak hilang dari wajah Reihan.

"Ini terlalu banyak untuk dimakan, Rei." Sakura memandang mantan kekasihnya.

"Aku sengaja memasakan ini semua untukmu. Masakan ini bukan hasil dari kokiku, tetapi aku sendiri yang memasaknya."

Beberapa orang mulai berbisik-bisik ketika melihat Reihan duduk bersamanya. Tentu saja, Reihan cukup sulit untuk ditemui oleh sembarang orang. Tetapi, Reihan selalu bersikap ramah pada semua orang.

"Reihan, kamu tidak perlu repot-repot seperti ini."

Ini semua diluar bayangannya. Dia pikir, Reihan hanya mengajaknya makan malam biasa yang romantis. Tetapi, ini lebih dari kata romantis. Ini membuatnya terbang tinggi.

"Bukankah itu Reihan Rizaski?"

"Wanita itu pasti sangat penting untuknya."

Reihan merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Meletakannya diatas meja, Reihan membukanya. Sakura hanya bisa membulatkan matanya.

"Sakura, kamu mau menikah denganku?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Seorang koki ternama bernama Reihan Rizaski dikabarkan dekat dengan seorang wanita berambut merah muda yang belum diketahui namanya. Sebagai seorang koki yang sudah terkenal di kalangan anak muda, nama Reihan Rizaski memng mencuri hati publik dan netizen.

Reihan memang dikabarkan dekat dengan beberapa model dan artis yang terkenal. Tetapi, baru kali ini Reihan membawa seseorang yang spesial kepada publik."

Suara televisi memenuhi sebuah kamar di apartemen mewah di Korea. Seorang pria berambut merah meletakan cangkirnya yang berisi kopi dan menyandarkan bahunya di sandaran sofa. Matanya melirik kakaknya yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Gaara." Kankuro memanggil adiknya.

"Siapkan tiket ke Indonesia."

Mengganti channel televisinya, dia menerawang jauh. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan calon istrinya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tbc

Masih dengan Reihan Rizaski disini.. entah kenapa rasanya baper terus liat itu orang :" kok rasanya keren banget gituuuuu..

Oh.. ini sequelnya Love at First sight.. rasanya gemes aja setiap liat Reihan. Bawaannya baper dan bikin tangan jadi gabisa diem Luntuk cerita yang lain sedang dalam proses, harap bersabar ya.

nb : ffn sedang dalam kondisi eror.. buat upload aja harus pakai perjuangan tidak seperti biasanya. jadi, mohon dimklumi jika ada kata yang hilang atau tanda baca yang hilang. jika sudah mulai membaik akan diperbaiki. Terima kasih.

Sampai ketemu di chap selanjutnya!

-Aomine Sakura-