"Datang saja, lah! Kapan lagi dapat liburan selama setengah hari, kan?" Wonwoo mengangguk dengan pasrah. Rencana libur setengah hari hendak ia gunakan untuk bermalas-malasan di kamar apartementnya, namun, sepertinya akan gagal saat lagi-lagi ia dipaksa untuk menghadiri acara pernikahan Xu Minghao, dokter wanita spesialis anak yang merupakan anak dari pemilik yayasan. Tidak tau harus berterimakasih atau merutuk, karena menurut Jeon Wonwoo itu sama saja. Lagipula Wonwoo kedapatan berjaga malam, tidak terlalu berefek padanya.
"Oke, kalau begitu besok akan aku jemput pukul sembilan, ya, di apartementmu. Aku bersama Soonyoung besok." Wonwoo mengangguk dengan jengah. Perempuan itu lama-lama lelah dengan Jihoon yang ini dan itunya selalu bersama Soonyoung. Wajahnya memuakkan, sih.
"Ya, terserah, oke? Sekarang lebih baik kau pulang bersama Soonyoung-mu itu." Wonwoo berucap dengan malas sambil melipat jas putih sepanjang pahanya. Gadis itu hendak pulang juga. Berbeda dengan Jihoon, Wonwoo menganut paham bahwa kemandirian itu yang utama. Gadis itu selalu melakukan apapun seorang diri, kalau memang sedikit berat baru gadis itu menurunkan sedikit gengsi dan meminta sedikit bantuan.
"Oke! Jangan lupa dandan karena teman Minghao itu tampan-tampan!"
Jeon Wonwoo selalu tidak menyukai suasana pesta. Tidak peduli sebagus dan semenarik apa dekorasi ruangan, gadis itu tidak pernah menyukainya. Apalagi saat ini, saat dimana Minghao menghelat acara pernikahan dengan tema garden party dan sialnya, hampir setiap lima menit sekali, Wonwoo dihadapkan dengan mantan teman kampusnya yang sekarang ini sudah menjadi dokter juga di rumah sakit berbeda. Bukannya apa-apa, Wonwoo sendiri tidak terlalu memiliki pengalaman yang bagus saat kuliah dulu. Kerjaannya hanyalah berkutat dengan buku-buku berjumlah 500 halaman atau lebih di perpustakaan. Wonwoo juga pernah mendapatkan skandal. Saat itu, saat ia masih menduduki semester empat, fotonya yang sedang mabok dan dibopong dengan seorang pria asing tersebar di grup angkatan. Asumsi-asumsi aneh berdatangan, menyayangkan tentang sikap Wonwoo yang ternyata adalah gadis liar berkedok sok rajin. Padahal itu adalah kali pertama ia pergi ke kelab malam dan berakhir mabuk.Lagipula laki-laki di foto itu adalah Seokmin, iya adik tingkat yang kerap kali meminjam buku materinya. Wonwoo pikir tidak ada yang salah dengan itu.
...
Gadis itu mengenakan dress A line tanpa lengan berwarna biru muda, cukup kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Kalau tidak disuruh Jihoon, mungkin Wonwoo akan menghadiri acara pernikahan Minghao dengan kemeja pas badan dan rok span selutut serta mantel.
Soonyoung asik menempeli Jihoon kemana-mana, Wonwoo sampai muak sendiri melihatnya. "Kau itu tidak ada teman atau bagaimana, sih? Kenapa berduaan terus?" Wonwoo bertanya dengan sedikit kesal.
Soonyoung menampakkan cengiran khasnya. "Memangnya aku tidak boleh ikut kekasihku?"
"Bukan begitu. Maksudku, ada banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan Jihoon. Kau cari temanmu saja sana!" usir Wonwoo dengan mata tajamnya. Jihoon sedari tadi hanya diam, sesekali melirik Soonyoung sambil menganggukan kepalanya, menyuruh Soonyoung pergi agar Wonwoo tidak marah-marah lagi.
"Ah jahat sekali," ujar Soonyoung, namun tetap bangkit juga. Wonwoo berdecih, melihat punggung Soonyoung yang semakin menjauh.
"Memangnya ada yang ingin kau bicarakan, hm?" Mendengar pertanyaan Jihoon, Wonwoo hanya menggeleng dengan santai.
"Aku hanya malas melihat wajahnya saja. Jadi aku suruh pergi." Jihoon berdecak tidak percaya. Memang Jeon Wonwoo adalah gadis aneh,Jihoon dibuat tidak mengerti.
Wonwoo menyesap minumannya yang terletak di atas meja sambil sesekali mengedarkan pandangannya pada sekeliling. Dari sini ia dapat melihat Minghao dengan prianya. Namanya Junhui. Bekerja sebagai direktur di salah satu perusahaan real estate yang sudah memiliki cabang dimana-mana. Wonwoo bahkan belum menghampiri Minghao. Wonwoo tidak nyaman.
Errr... masalahnya itu Junhui adalah mantan kekasihnya. Wonwoo belum seratus persen lupa akan presensi Junhui. Hubungan keduanya berjalan cukup lama, hampir dua tahun. Tapi,sekarang ia malah melihat karibnya menikah dengan mantannya. Wonwoo tidak tau harus merespon bagaimana.
"Kau tidak menyalami Minghao atas pernikahannya?" tanya Jihoon karena sedari tadi sampai di gedung dimana acara dihelat, Jihoon hanya melihat Wonwoo duduk di kursi tamu bagian VIP, bagian yang berisi dokter-dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama.
"Nanti saja. Aku malas," jawab Wonwoo ogah-ogahan.
Brukkkkk
Tidak jauh dari tempat Wonwoo duduk, tiba-tiba seorang perempuan yang tidak familiar terjatuh sambil memegangi dadanya. Napas sang perempuan memburu dan beberapa orang menghampirinya. Wonwoo dan Jihoon bangkit secara bersamaan dan berlari mendekat.
"Ada apa? Dia kenapa?" tanya Wonwoo sambil menjatuhkan diri di dekat sang perempuan. Wonwoo dengan cekatan mendudukan sang perempuan agar posisi duduknya lebih tegak dan nyaman. Wonwoo dengan segera melepas sabuk putih kecil yang digunakan sang perempuan. "Jihoon tolong panggil ambulans!"
Jihoon segera mencari ponsel dan menghubungi ambulans. Dari penuhnya kerumunan itu, tidak ada yang dapat membantu. Wonwoo bertanya-tanya dimana keberadaan para dokter rumah sakit yang diundang Minghao disini.
"Bernapas dengan pelan, oke? Kau tidak apa-apa, Nona." Wonwoo mengendorkan pakaian sedikit pakaian sang gadis.
"Ini inhaler miliknya." Seorang perempuan datang dengan tergesa sambil memberikan inhaler. Wonwoo dengan cepat menerimanya dan membantu sang perempuan yang sudah ia arahkan agar terduduk dengan tegap, menggunakan inhalernya secara pelan-pelan.
Napasnya yang memburu berangsur-angsur mulai teratur. Dirasa sudah tidak terlalu panik, dengan sengaja sang perempuan kembali menjatuhkan dirinya. Merasa lelah tidak berujung, sang perempuan memutuskan untuk berbaring di karpet gedung tanpa malu. Wonwoo yang menyadari bahwa sang perempuan sudah berangsur-angsur membaik hanya dapat menghela napas lega.
"Kim Doyeon, tidak apa-apa?" Seorang pria berperawakan tinggi dan tegap datang menghampiri Wonwoo, lebih tepatnya perempuan yang masih berbaring dengan napas yang sudah tenang. Namanya Doyeon ternyata.
Pria itu mengenakan jas hitam dan celana bahan hitam. Konklusi Wonwoo sih pasti laki-laki ini orang penting dan masuk ke dalam list tamu VIP Minghao atau Junhui.
"Hhh, Gyu, aku lelah." Sang gadis mencicit pelan. Laki-laki bernama Mingyu itu berjongkok dan memegang dahi Doyeon.
"Mau pulang?" tawar Mingyu sambil mendudukan Doyeon dengan pelan. Wonwoo melihat segalanyam bagaimana sang pria memperlakukan gadisnya dengan sangat istimewa dan lembut.
Doyeon mengangguk dengan lemah. Dengan sedikit bantuan, kini Doyeon sepenuhnya bangkit dan menjadikan lengan Mingyu sebagai pegangan.
"Ah, ya, omong-omong, siapa namamu, emm... dokter?" tanya Mingyu sambil menelusuri tubuh Wonwoo dari bawah hingga atas. Ditatap seperti itu membuat Wonwoo kikuk dan kaku sendiri.
"Engg... aku Jeon Wonwoo."
"Terima kasih, Jeon Wonwoo sudah membantu gadis ini. Aku berhutang padamu, ya."
