Overlord Series
Battle Mages

Yahoo, lama tidak berjumpa. Untuk merayakan keberhasilan Zhitachi untuk novel saya, Zhitachi akan membuat sebuah Fanfict kolaborasi antara 3 novel milik sendiri. Novel apa saja itu? Nanti akan Zhitachi sebutkan.

Kolaborasi 3 novel untuk Fanfict ini adalah... Overlord, Master of Highschool, dan Antara Aku Dengan Dia.

Kedua novel tersebut merupakan karya Zhitachi sendiri dan novel Master of Highschool yang telah mencapai titik akhir.

Untuk cerita ini bakal diupdate cukup lama, dikarenakan kegiatan Zhitachi di dunia nyata cukup merogoh kehidupan singkat Zhitachi (?).

Chapter depan di perkiraan akan rilis sekitar 3 minggu... Jadi, mohon maaf yah para reader yang menunggu cerita Overlord milik Zhitachi ini...

Oke tanpa kelamaan, langsung aja di scroll ke bawah...

Disclaimer: Zhitachi and Maruyama Kugane.

Genre: Super power, Fantasy, Action.

Character: All Chara in Overlord, Master of Highschool, and Antara Aku Dengan Dia.

Rate: K+ up to M.

Sinopsis: Seorang penjelajah waktu dengan kekuatan over power tiba di wilayah Nazarick dan mengumumkan sebuah turnamen besar antara dia dengan penguasa Nazarick. Ainz yang mengetahui hadiah utama dalam turnamen tersebut ingin mengikuti pertandingan, sekaligus menghilangkan rasa kebosanan.

~Not Like, Don't Read~

Chapter Zero: Visitor.

Tanah hijau yang terpampang luas sejauh mata memandang, rumput kecil nan hijau yang menghiasi tanah dan menjadikannya sebagai tersubur. keindahan yang absolut ini akan terus ada untuk beberapa waktu mendatang.

Suasana tenang ini berubah menjadi mencekam ketika sebuah tekanan udara terkumpul dan membentuk sebuah portal berukuran sedang. Angin yang semula tenang kini menjadi tidak beraturan, khususnya yang berada di sekitar portal.

Seorang manusia bergender perempuan berambut hitam panjang keluar dari portal. Gadis itu mendarat dengan kaki kanan disusul dengan kaki kiri. Pandangannya terfokus ke arah sekitar.

Wajahnya tersenyum, ia merasa seperti pertama kalinya melihat pemandangan seperti ini. Dari jarak dekat, ia melihat tanah hijau yang mampu merilekskan mata. Ketika melihat ke arah kejauhan, ia melihat sebuah bukit dengan warna yang sama seperti ia injak sekarang.

Gadis itu menutup portal dan kembali menatap ke arah bukit.

"Sebuah bukit? Di tempat yang sangat luas ini?".

Ia memejamkan kedua mata, pandangannya menjadi sangat luas ketika ia melihat dari atas langit. Benar yang ia duga, bukit yang ia lihat seperti bukan bukit pada umumnya. Jika diukur dengan logika, tidak mungkin alam akan membuat sebuah bukit tepat ditengah daratan rata.

Ia menajamkan penglihatannya, ada sebuah garis putih berada di tengah bukit.

Gadis itu membuka mata, wajahnya tersenyum tipis.

"Sepertinya tempat ini akan menarik".

Bisa kita simpulkan bahwa gadis ini...

Bukan orang biasa.

Gadis itu tiba di atas bukit dalam beberapa detik, ia terbang dan turun perlahan ke arah pintu masuk sebuah ruangan.

Dua maid tengah berdiri di tengah pintu masuk. Tatapan tajam terlukis dari wajah mereka ke arah gadis asing.

"Untuk apa seorang manusia datang ke tempat ini?".

"Aku ingin bertemu dengan penguasa kalian, katakan kepadanya bahwa aku merupakan utusan dari negeri jauh".

"Aku tidak mengizinkan tujuan sedangkal itu untuk bertemu dengan yang maha hebat".

"Sepertinya negosiasi sopanku gagal, apa boleh buat...".

Gadis itu memejamkan mata sekilas, perlahan menatap tajam ke arah dua maid.

Kedua mata maid tersebut sedikit terkejut ketika melihat pancaran mata itu.

"Kau...".

~ZHITACHI~

Seorang gadis bertanduk putih dengan lekukan tubuh para idaman pria tengah duduk santai di ruang tamu, ditemani dengan pemuda berkacamata yang tengah duduk santai sembari membaca sebuah lembaran kertas.

Seorang maid membuka pintu ruangan dan memberi hormat kepada mereka.

"Maaf mengganggu istirahat anda Albedo-sama, sepertinya kita kedatangan tamu".

"Tamu? Siapa dia?" Ucapnya sembari menaruh gelas minuman.

"Dilihat dari bentuknya ia adalah manusia".

"Musnahkan saja! Makam Agung Nazarick tidak mengizinkan makhluk lemah seperti mereka menginjakkan kaki di sini!".

"Maaf jika ini mengela perintahmu, Albedo-sama, orang itu terlihat kuat... Jauh lebih kuat dari manusia biasa".

Albedo tersenyum sekali, namun, senyuman itu seperti tanda ia tidak percaya.

"Jauh lebih kuat dari manusia biasa? Ainz-sama jauh lebih kuat dari orang itu!".

"Tenanglah Albedo, aku akan menemui orang itu dan memastikannya... Paling hanya manusia lemah dan bodoh yang tidak sengaja ingin mengantarkan nyawanya ke tempat ini, dan juga kebetulan sekali hewan peliharaanku sedang lapar dan ingin makan daging manusia".

"Jika benar dia bukan orang biasa, segera hubungi Ainz-sama".

Pemuda berkacamata berdiri lalu berjalan ke arah pintu, maid tersebut memberi hormat lalu meninggalkan ruangan.

"Siapa kau sebenarnya?" Tanya seorang maid berambut hitam diikat.

"Aku hanya seorang penjelajah waktu yang kebetulan tiba di tempat ini".

'Jika memang dia orang biasa, kenapa ia memiliki kekuatan sebesar itu... Aku kecualikan kepada seluruh penjaga, dia lebih kuat dariku maupun pelayan lain. Kekuatannya setingkat para penjaga, bahkan bisa...'.

Gadis asing itu pura-pura batuk sekali.

"Maaf jika aku mengganggu pemikiranmu, nona, apa aku harus menunggu di tempat ini lebih lama?".

"Kau! Lancang sekali di tem-".

"Tenangkan dirimu, Yuri".

"De-Demiurge-sama! Maaf kelancangan saya".

Sosok pemuda berkacamata berjalan menghampiri seorang maid yang bernama Yuri.

*Set!*.

*Tap!*.

Posisi mereka saling sejajar, kedua tangan yang semula dilipat ke belakang kini beralih ke samping. Tatapan tajam terarah ke gadis berambut hitam panjang. Walau tertutup oleh kacamata, gadis itu yakin bahwa ia tengah diawasi.

"Sepertinya kau bukan orang sini, kenapa kau datang ke tempat ini?".

"Aku ha-".

"Siapa yang mengizinkanmu bicara!".

*Deg!*.

Tubuh gadis itu bergetar hebat, mulutnya seakan sulit untuk bicara ketika pemuda itu membentaknya. Seakan seperti seluruh tubuhnya dikendalikan oleh pemuda itu.

"Bersujudlah kau dihadapanku!".

*Deg!*.

Tubuh gadis itu perlahan mengikuti ucapan dari Demiurge.

'Tu-tubuhku!'.

"Apa boleh buat... Anti Magic: Delay!".

*Trang!*.

Sihir pengikat yang mengendalikan gadis itu menghilang. Ia kembali berdiri dengan tegap namun dengan tatapan tajam ke arah Demiurge.

"Siapa kau sebenarnya?".

"Sudah aku bilang, aku seorang penjelajah waktu yang ingin bertemu penguasa... Ano, bisakah kau mempertemukanku dengan rajamu?".

"Penguasa kami terlalu sibuk untuk mengurusi pertemuanmu, manusia... Jika kau masih ingin hidup, pergilah dari sini!".

Gadis itu hanya menghela nafas pelan.

"Kau juga sama sulitnya dengan orang itu... Apa boleh buat".

Tangan gadis itu beralih ke arah anting telinga dan menyentuhnya pelan.

*Deg!*.

Demiurge mundur beberapa langkah dan bersiaga, disusul oleh Yuri.

"Energi barusan...".

"Dia mempunyai energi sehebat itu?".

"Dilihat dari ras kalian, aku memilih energi ini... Sebenarnya aku tidak harus mengeluarkan energi sekecil ini untuk memperlihatkan kepada kalian".

'Energi sekecil itu?'.

"Jika berkenan, aku bisa mengalahkan kalian berdua dan melangkah maju mencari penguasa Nazarick ini".

"Kau tahu tempat ini?".

"Hoh? Ternyata benar tempat ini yang bernama Nazarick... Ternyata tempat ini lebih indah dari yang aku kira" Ucap gadis itu sesekali menengok ke arah samping.

Tatapannya kembali ke arah Demiurge dan Yuri, kali ini dengan tatapan tajam.

"Jadi... Apa jawaban kalian berdua? Mau melawanku atau mempertemukanku dengan penguasa Nazarick secara damai?".

Demiurge dan Yuri memasang posisi semula. Pandangan Yuri beralih ke arah Demiurge.

"Demiurge-sama?".

"Apa boleh buat".

Tangan kanan Demiurge beralih ke telinga.

"Albedo".

"Ada apa Demiurge?".

"Hubungi Ainz-sama, kita kedatangan seorang tamu penting".

"Tamu? Aku tidak mengizinkan siapapun bertemu dengan Ainz-sama selain orang penting di Nazarick!".

"Nanti aku jelaskan, sekarang hubungi Ainz-sama".

Albedo menghela nafas.

"Tunggu sebentar".

Kota E-Rantel...

*Kriet!*.

Sosok pendekar berjubah hitam dengan postur tubuh tinggi nan besar membuka pintu kayu, bersama dengan gadis menawan dengan warna rambut hitam diikat satu ke arah belakang.

Kota E-Rantel, tempat perkumpulan serikat petualang dari kerajaan Re-Estize. Tempat perkumpulan para petualang dari seluruh tempat di negeri ini berkumpul. Selain banyaknya para petualang yang singgah di sini, ada dua orang dengan tingkat Adamantite yang tinggal di kota ini.

Perlu diketahui, Adamantite merupakan gelar tertinggi yang bisa dimiliki oleh para petualang yang sangat berpengalaman. Semakin tinggi gelar yang mereka dapat, semakin besar resiko yang akan mereka dapat ketika menjalan sebuah misi.

Dua orang yang menduduki tingkat ini memiliki panggilan mereka sendiri. Mereka ditakuti bukan karena tingkat ataupun postur tubuhnya, melainkan cara mereka menjalankan dan menyelesaikan misi.

Salah satu info yang tersebar luas bahwa salah satu dari mereka berdua telah mengalahkan seorang vampir yang mengamuk.

Julukan yang mereka dapat pun sebanding dengan cara berpenampilan mereka.

Momon si kesatria kegelapan dan Nabe si gadis menawan.

Itulah julukan yang mereka dapat dari kota itu.

Sosok pemuda bertinggi besar bernama momon berjalan ke meja misi.

*Tap!*.

"Aku sudah menyelesaikan permintaan yang kuterima. Kami ingin pekerjaan lagi, tolong carikan".

"Maafkan saya, Momon-sama. Saat ini tidak ada misi besar yang bisa anda kerjakan".

"Begitu".

*Tit!*.

Sebuah pesan panggilan telah masuk. Momon memegang bagian kiri helm besi.

"Begitu ya, kebetulan sekali... Sepertinya aku ada perlu, aku akan kembali ke penginapan".

*Set!*.

Momon berbalik arah.

"Kabari aku jika ada keperluan denganku".

"Baik, Momon-sama".

Momon kembali berjalan menuju pintu keluar, disusul oleh Nabe dari arah belakang.

*Kriet!*.

*Tap! Tap!*.

"Ada apa Albedo?".

"Maaf mengganggumu, Ainz-sama... Kita telah kedatangan tamu di Nazarick".

"Tamu? Sejauh yang aku ingat aku tidak mengenal siapapun orang dari luar Nazarick".

"Dia menyebut dirinya seorang penjelajah waktu".

"Penjelajah waktu?".

'Siapa dia'.

"Antarkan dia ke ruang singgasana Nazarick, kumpulkan semua penjaga lantai kecuali Gargantua dan Victim ke ruang singgasana".

"Baik, Ainz-sama".

*Tit!*.

"Naberal, kita kembali ke Nazarick".

"Baik, Ainz-sama".

*Kriet!*.

Pintu besar yang menutupi singgasana perlahan mulai terbuka, cahaya ungu seakan cahaya malam terlukis dari dalam singgsana. Lukisan berbentuk lambang serta beberapa ukiran terlukis di setiap tiang dinding. Sebuah karpet panjang merentang dari pintu sampai ujung kursi singgsana, ditambah beberapa prajurit tengkorak dengan zirah emas berjaga di samping karpet merah.

Kemegahan serta kekuatan seakan seperti memperlihatkan wujudnya di tempat ini.

"Sungguh kekuasaan yang hebat!" Puji gadis itu ke arah singgasana.

Puluhan prajurit tengkorak berjubah elit mengangkat tombak mereka di samping karpet. Yang menjadi perhatian dari gadis itu adalah sosok manusia tengkorak tengah duduk di singgsana, ditemani oleh 7 sosok yang dianggap sebagai penjaga lantai kini berdiri disamping manusia tengkorak.

Tatapan tajam nan dingin dari tengkorak itu terarah ke gadis asing tersebut. Gadis itu membalasnya dengan senyuman.

"Sungguh tatapan yang indah".

*Tap!*.

Gadis itu berhenti tak jauh di depan penguasa Nazarick.

"Selamat datang di makam Nazarick, manusia. Aku penguasa makam agung Nazarick, Ainz Ooal Gown. Ada urusan apa kau ingin menemuiku?".

Gadis itu memberi hormat sekali.

"Sebelum menjawab pertanyaanmu, ijinkan saya memberi kehormatan dari lubuk hati saya untuk anda".

"Silakan".

Gadis itu mengangkat tangan kanannya sedikit ke atas, sementara tangan kirinya diarahkan ke dada. Tatapan wajahnya terarah ke tangan kanan.

"Aku terkagum dengan suasana di tempat yang bernama Nazarick ini, wahai penguasa agung, terimalah hormatku... Keberadaanmu seakan seperti tanda dari kematian para dewa, tatapanmu seakan menuntun para kematian untuk datang kepada mereka yang menghinamu. Rasa takut yang kau sebarkan melalui tekanan ini seperti menekan jantung manusia untuk tidak berdetak... Kekuasaanmu seakan menjadi jawaban dari ucapan para pendusta yang berani menantangmu".

Gadis itu mengubah posisinya menjadi setengah sujud.

"Sungguh keberadaan yang absolut, wahai penguasa Nazarick, Ainz Ooal Gown-sama".

Seluruh penjaga tersenyum puas mendengar ucapan barusan.

Ainz melepaskan pegangan tongkatnya dan bertepuk tangan dua kali.

"Pujian yang sangat menakjubkan, pendatang... Katakan, apa yang ingin kau sampaikan kepadaku!".

"Sebelum mendengar keinginan saya, persilahkan diri saya mengubah sedikit kasta tingkatan antara sesama makhluk di tempat ini, Ainz-dono".

"Hm?".

Gadis itu berdiri dengan senyuman tipis, tangan kirinya menyentuh pelan anting telinga di bagian kiri.

*Tling!*.

*Deg!*.

Semua orang mendadak terkejut, terutama Ainz, ia sampai harus berdiri dari singgasana.

"Kekuatan barusan...".

Gadis itu menghentikan gerakan anting telinga kiri.

"Maaf membuatmu terkejut, Ainz-dono... Itu hanya sebagian kecil dari kekuatan saya".

"Sebagian kecil!" Ucap Cocytus dengan sedikit nada terkejut.

Ainz kembali duduk ke singgsana, namun perasaannya sedikit terkejut ketika merasakan kekuatan aneh barusan.

"Siapa kau sebenarnya? Apa kau masih seorang... Manusia?".

Gadis itu mengangkat bahunya sekali.

"Mungkin aku bisa mengatakan bahwa sebagian diriku masih manusia, hanya itu saja".

"Baiklah, apa yang kau inginkan ke tempat ini?".

"Aku ingin melakukan tawaran khusus kepadamu, Ainz-dono... Aku ingin berbicara 4 mata denganmu".

"Oh maaf, kau bisa mengajak satu orang lagi jika nanti ucapanku sedikit membingungkan".

"Cih! Manusia ini sangat merepotkan".

"Tenanglah Shalltear... Baiklah, aku akan mendengarnya".

Ainz menoleh ke arah Sebas.

"Sebas".

Sebas menoleh ke arah Ainz dan memberi hormat.

"Ya Ainz-sama".

"Antarkan tamu ini ke ruang tamu, siapkan segala sesuatu yang ada untuk menyambut gadis ini".

"Baik, Ainz-sama".

Sebas segera pergi usai menerima perintah.

"Demiurge, kau akan menemaniku di ruang tamu".

"Baik, Ainz-sama".

"Kalian, tetaplah di tempat ini... Ubah penjagaan menjadi level 3".

"Baik".

~ZHITACHI~

"Albedo-sama, sebenarnya siapa gadis itu tadi? Serta hawa membunuh barusan, seperti ingin menghabisi kita semua" Tanya Laure ke Albedo dengan wajah cemas.

"Aku tidak bisa menjawabnya dengan pasti... Namun, tidak salah lagi hawa itu memang seakan seperti ingin menghabisi kita".

"Ketakutan, kecemasan, kebengisan, kehancuran, kehampaan... 5 sifat yang menjadi satu pada hawa barusan" Tambah Cocytus.

"Be-berarti kekuatannya jauh di atas kita?".

"Dia mungkin berada di atas kita, tapi bagi Ainz-sama, manusia itu hanya sebuah debu" Ucap Albedo.

"Dia bisa menjadi ancaman besar bagi Nazarick, jika kita tidak bergerak, kehancuran bakal terjadi".

"Selama ada Ainz-sama di sini, maka tidak ada kehancuran bagi Nazarick".

Di ruang Tamu...

"Sebelum aku mulai, aku ucapkan terima kasih atas keramahan anda beserta pengawal anda terhadap saya".

"Aku menerimanya".

"Selain hebat anda juga cukup baik, Ainz-sama".

"Sungguh? Aku hanya bertindak sesuai yang diinginkan Nazarick".

'Jika aku salah mengambil keputusan, akan menjadi masalah besar di tempat ini'.

"Sebenarnya aku ingin menanyakan hal ini, siapa namamu?".

"Oh maaf saya lupa, nama saya memiliki ratusan sebutan. Namun, hanya ada satu nama yang banyak diucapkan... Panggil saja saya Faith".

"Baiklah, Faith-san, kenapa kau datang ke tempat ini?".

"Kedatanganku ke tempat ini adalah mengajak anda beserta seluruh pengawal untuk mengikuti sebuah turnamen besar di negeri saya. Untuk membuktikan kualitas dari antar penguasa hebat".

"Jika aku menolak, apa yang akan kau lakukan, Faith-san?".

"Itu tidak masalah, karena kedatanganku ke sini dengan maksud baik. Jika anda menolak, anda akan kehilangan kesempatan untuk mendapat sebuah item khusus".

'Item Khusus?'.

"Kami sudah banyak memiliki item di sini, kami tidak memerlukan item lagi".

"Aku sudah menduga akan ada jawaban seperti itu".

*Tlick!*.

Sebuah hologram muncul di depan Ainz. Di hologram tersebut terdapat sebuah bola emas dengan tengah berwarna biru muda.

"Item itu bernama World Creator . Item ini mampu menciptakan sebuah planet bahkan alam semesta dalam sekejap. Kau bisa mengaturnya seakan seperti dewa".

Demiurge sedikit terkejut mendengar ucapan barusan.

"Item yang sangat menggiurkan... Maaf, aku tetap menolaknya".

Faith tersenyum kembali.

"Baiklah, ini tawaran terakhir. Mungkin Ainz-dono akan memikirkannya kembali".

Gambar bola emas berganti menjadi sebuah buku coklat.

"Buku itu bernama All Thing in One . Sebuah buku yang berisi segala sesuatu yang ada di semua kehidupan".

"Bahkan buku ini bisa mengembalikanmu ke tempat semula atau mencari keberadaan pemain lain di bumi ini" Ucapnya lagi dengan nada menekan.

Ainz terkejut ketika mendengar ucapan terakhir.

"Demiurge, bisakah kau meninggalkanku untuk sesaat".

"Tapi Ainz-sama".

"Pergilah, Demiurge!".

"Baik, Ainz-sama".

*Kriet!*.

*Dum!*.

"Kini hanya ada kita berdua".

"Tidak apa jika pengawalmu pergi, Ainz-dono?".

"Dia tidak termasuk dalam rapat kita".

"Baiklah-baiklah".

Tatapan Ainz menjadi dingin ke arah Faith.

"Kenapa kau tahu tentang hal ini? Apakah kau seorang pemain dari Yggdrassil?".

"Entahlah".

"Aku tidak membutuhkan jawaban seperti itu!" Balas Ainz dengan nada tajam.

"Dan aku juga tidak membuat gurauan, Ainz-dono" Tatapan Faith berubah menjadi tajam, bahkan lebih menakutkan dari sebelumnya.

"Hm, lupakan masalah barusan".

"Baiklah" Balas Faith dengan senyuman.

"Demiurge, kau boleh masuk!" Panggil Ainz ke arah Demiurge yang tengah menunggunya di balik pintu.

"Baik, Ainz-sama".

*Kriet!*.

*Dum!*.

Demiurge berjalan dan berhenti di belakang Ainz.

Kali ini muncul dua hologram di depan Ainz.

"Jika Nazarick bersedia mengikuti turnamen ini, kami akan memberikan dua item tersebut jika berhasil menang".

"Lalu, jawabanmu?".

Ainz terdiam untuk sesaat. Ia memegang dagunya, menandakan ia sedang berpikir.

Ia menurunkan tangannya dari dagu, tatapannya terfokus ke Faith.

"Jawabanku...".

~TBC~

Ciah! Selesai juga. Gimana? Cukup di sini dulu yah.

Bagaimana jawaban Ainz tentang penawaran yang cukup menggiurkan itu? Apakah menerimanya, atau menolaknya?. Tunggu saja di chapter depan.

Sampai di sini dulu yah, bye...