Sakura POV

Dulu aku sempat tergila-gila padamu. Senyummu, tingkah lakumu, suaramu. Kau bagaikan bintang dengan sinar biru. Berkerlap-kerlip menghiasi angkasa malam, walaupun tanpa bulan yang menemani. Besar harapanku untuk menemanimu—menggantikan sang bulan.

Tapi apa kau tahu? Bintang dengan sinar biru adalah bintang yang pertama kali meninggalkan deret bintang lain. Sinarmu yang biru penuh kekuatan, bukankah perlu banyak tenaga untuk memancarkan sinar indahmu itu.

Begitu banyak kata untuk mendeskripsikan betapa sayang aku padamu. Temanku bilang hal-hal yang berlebihan tidaklah baik. Berlebihan menyukaimu, apakah tergolong tidak baik. Kata temanku yang lain aku telah terjerumus terlalu dalam. "Move on, dong!" kata mereka.

Kadang aku berpikir, apakah aku benar-benar menyukaimu atau hanya sedekar mengagumimu? Banyak hal yang tidak kumiliki, namun kau miliki. Besar kemungkinan aku hanya kagum.

Entahlah.. saat ini terasa rumit untuk gadis belia sepertiku.

End of Sakura POV

.

.

SLICE OF LIFE

Naruto belong Masashi Kishimoto

Rated : T

Pair : Sasuke Uchiha x Sakura Haruno x Sabaku Gaara

Warning : AU, OOC, Typo, aneh, always gaje, resiko ditanggung sendiri XD

.

.

.

Apartemen, 20 Mei XXXX

"Hyaa, kenapa melamun, Jidat?" kata Ino, sahabat karib gadis merah muda yang tengah duduk melamun di meja belajarnya.

"Aku tidak melamun, sedang malas. Kapan kau kesini? Masuk kamar tanpa ketok pintu. Sepertinya kau harus segera menghilangkan kebiasaan burukmu, jika tidak ingin diputusin Sai," kata Sakura.

"Ck, kau jahat sekali sih. Dasar jones!" cecar Ino.

"Yeah, terserah padamu. Piggy gendut!" ejek Sakura.

"Jadi, kapan kau bersiap untuk pergi ke festival? Sebentar lagi jam 09.30 dan festival mulai jam 10.00, ingat?" kata Ino sambil berkacak pinggang, kaki jenjangnya melangkah pergi keluar dari kamar bernuansa biru milik Sakura.

"Aku tidak berangkat, festival tidak penting." teriak Sakura.

"APAA? Kau yakin, bisa jadi ada hal menarik disana. Tidak rindu dengan pangeranmu,eh? Sudah seminggu kalian tidak bertemu bukan." kata Ino yang lagi-lagi berkacak pinggang di depan pintu kamar Sakura.

"Hmm, tidak penting."

"Setidaknya kau menemaniku. Sai sedang lomba melukis, lusa baru kembali. Kau tega padaku? Kau kan sudah janji mau menemaniku, Jidat." rayu Ino. Matanya berkaca-kaca, mencoba mengubah keyakinan sahabat pink-nya agar mau menemaninya.

"Ya ya, baiklah. Kau menang. Dengan satu syarat, traktir aku jus cherry dan ice krim di kedai biasanya." kata Sakura sambil melengos pergi.

"Yupp, dengan senang hati!" sorak Ino.

Konoha University

Universitas ternama di kota Konoha ini berisi manusia-manusia pintar dengan IQ diatas rata-rata. Miskin maupun kaya, semuanya dapat melanjutkan study mereka di sini. Fasilitas yang disediakan pun lengkap, dengan gedung-gedung tinggi pencakar langit yang di kelilingi taman yang cukup sejuk membuat universitas ini disegani banyak orang.

Apalagi setiap tahunnya selalu mengadakan festival dengan acara dan stand-stand yang menarik. Salah satunya seperti sekarang ini. Semua mahasiswa diliburkan, kecuali yang menangani festival tentunya.

"Ini akan membosankan." kata Sakura.

"Ck, kau terlalu cuek. Setidaknya bersenang-senanglah, Jidat. Hidup hanya sekali, harus dinikmati." kata Ino.

"Yeah, kita ke stand ice cream di sana. Kau berjanji mentraktirku." ajak Sakura.

"Eh, bukankah mau di kedai biasanya? Padahal aku mau mengajakmu kesana, sepertinya pernak-pernik itu melambai padaku." kata Ino sumringah.

"Inginnya sekarang. Pernak-pernik itu tidak melambai padamu, Pig. Sepertinya aku harus membelikanmu kacamata?" kata Sakura.

"Tidak perlu, aku masih normal. Ayolah ke pernak-pernik dulu. Aku merasa akan ada hal menarik di sana. Let's go!" kata Ino sambil menyeret Sakura yang tampak ogah-ogahan.

"Tuh kan, di sini surga dunia. Lihat yang itu Jidat, bagus sekali. Cocok denganku bukan?" kata Ino sambil menunjuk sebuah gelang dengan aksen kupu-kupu berwarna violet.

" Ya ya terserah," ujar Sakura seadanya. Mata emeraldnya terpaku pada sesosok pemuda yang sedang memilih-milih gelang, tepat dua meter didepannya.

Tangan kekar namun hangat milik pemuda itu dengan lihai menyeleksi gelang yang mungkin akan dibelinya. Mata hitam jelaganya terpaku pada salah satu gelang, gelang berwarna ungu muda dengan ukiran bunga-bunga kecil disekelilingnya. 'Aapakah cocok untuk keponakanku?' bantinnya ragu.

Membeli hadiah atau bisa dibilang oleh-oleh bukan keahliannya. Namun bagaimana lagi, ini untuk anak perempuan Itachi—keponakan kesayangannya itu. Anak kecil yang besok genap berusia lima tahun itu pasti kecewa karena tak jadi diajaknya ke festival ini.

Melihat tangisnya pecah saat Sasuke akan berangkat ke festival, begitu miris Sasuke melihatnya. Tapi apa daya, keponakannya yang akrab dipanggil Yuki itu tiba-tiba demam dan harus rawat inap di rumah Sasuke terjebak di kampusnya dengan tugas-tugas panitia yang tidaklah banyak itu.

Tenggorokan Sakura tercekat, mata emeraldnya bergerak gelisah. Haruskah ia menyapa pemuda itu. "Ss...Sasuke," panggilnya pelan, terselip perasaan ragu dihatinya—takut kecewa.

Dan ya, pemuda itu menoleh. Tatapan terkejut dari pemuda itu sempat Sakura lihat, sebelum akhirnya kembali flat face andalannya. Tangan kekarnya langsung tersentak mengembalikan gelang ungu yang dipegangnya tadi.

Mendengus kecil, Sasuke membalas sapaan gadis yang mengejutkannya tadi. "Hn, ada apa?" tanyanya datar.

"Ah, maaf membuatmu terkejut. Aku heran, ada Uchiha yang datang ke stand pernak-pernik." kata Sakura.

"Kau membuntutiku?" selidik Sasuke. Merasa dituduh Sakura segera membalas perkataan Uchiha bungsu itu. "Ha? Percaya diri sekali. Aku kesini menemani Ino. Kau sendiri?" kata Sakura.

Sebenarnya Sakura sempat terkejut mendapati respon pemuda di depannya itu. Tak menyangka Sasuke akan membalas perkataanya. Perasaan rindu yang dipendamnya, kini berangsur-angsur lenyap. Benar kata Ino, akan ada hal menarik di sini dan hal menarik itu untuk Sakura.

"Hn, mencari sesuatu untuk Yuki."

"Yuki? Keponakanmu itu. Bagaimana kabarnya? Sudah lama sekali aku tidak bertemu." tanya Sakura antusias.

Sedikit banyak Sakura juga mengenal seluk beluk keluarga Uchiha. Uchiha Fugaku dan Uchiha Mikoto adalah orang tua Sasuke. Kemudian ada kakaknya Uchiha Itachi yang menikah dengan Hana Inuzuka yang kini telah berganti menjadi Uchiha Hana—kakak ipar Sasuke. Dan yang terakhir adalah Yuki Uchiha, putri sulung Itachi dengan Hana.

"Sedang sakit. Tadi pagi dibawa ke rumah sakit oleh Itachi-nii." balas Sasuke.

"Ah, kasian sekali. Semoga Yuki cepat sembuh. Hmm, boleh kubantu mencari hadiah untuk Yuki yang besok berulang tahun? Sesuatu yang kau maksud tadi itu, hadiah untuk Yuki, 'kan?" tawar Sakura.

Double lucky, beruntungnya kau Uchiha. Bukankah kau sedang bingung memilih tadi. Ayo ambil kesempatan berlian ini, Sakura pasti lebih ahli dalam memilih hadiah. Ingat! saat ulang tahun Yuki yang ke-4, Sakura membatumu memilih hadiah dan hasilnya Yuki sangat senang dengan hadiah itu.

"Hn, tadinya aku ingin membelikan gelang. Tapi sepertinya tidak cocok." kata Sasuke.

"Gelang? Itu tidak cocok untuk anak usia lima tahun, Sas. Mungkin bandana, kuciran, atau jepit rambut lebih cocok. Bagaimana menurutmu?"

"Yuki sudah punya banyak bandana dan kuciran di rumah. Sepertinya jepit rambut saja. Di mana membelinya?"

"Bagaimana jika belikan boneka juga. Tak mungkin hanya memberi jepitan saja. Kita ke stand di sebelah sana saja. Ayo!" ajak Sakura sambil menunjuk stand yang banyak berisi bandana, boneka, kuciran, dan jepit rambut. Di stand itu ramai sekali anak-anak yang memilih ditemani orang tua mereka.

"Jadi, kau mau meninggalkanku Jidat?" kata Ino berkacak pinggang. Setelah mendapatkan barang yang menurutnya bagus, Ino bertanya tentang pendapat Sakura. Sadar tak mendapati jawaban, Ino segera mencari Sakura yang ternyata sedang mengobrol berdua dengan Sasuke. Tak ingin mengganggu Ino kembali memilih-memilih barang lain, tetapi saat mendengar Sakura akan pergi Ino segera muncul. 'Jahatnya Sakura melupakanku!' bantinnya.

"Eh hehe, sorry Pig. Pergi sama kita atau mau jalan sendiri? Mau nemenin Sasuke cari hadiah nih." ujar Sakura cengengesan.

"Huh, ya udah deh. Aku pergi sendiri aja, tapi ngga jadi traktir lho! Kamu kan perginya sama Sasuke. Nggak mau ganggu kalian juga sih hehehe... See yaa~" kata Ino sambil mengedipkan sebelah matanya.

Sebenarnya Ino malas juga pergi sendiri. Tapi Ino tak ingin jadi kambing congek di antara mereka. Segera saja Ino berpamit pergi, mungkin ia bisa bertemu teman lain yang sejalan dengannya. Seperti Tayuya, Karin atau Shion juga boleh.

Beruntungnya Ino, tak lama setelah pergi meninggalkan dua sejoli manusia jomblo. Ino bertemu Hinata, salah satu sahabatnya juga. Seperti Sasuke, Hinata juga panitia di festival ini.

.-.

"Sas, yang ini?" entah sudah berapa kali Sakura mengatakan itu dan berkali-kali juga Sakura hanya mendapatkan gelengan si Bungsu.

Mereka berdua sudah berada di stand yang ditunjuk Sakura, STAND HAPPY DAY. Sasuke masuk dengan ogah-ogahan, ia tidak suka keramaian. Apalagi banyak tatapan-tatapan memuja dari ibu-ibu yang menemani anak mereka. Wajah Sasuke memang rupawan, tapi dia masih normal. Nggak doyan sama ibu-ibu.

"Arghh.. Kamu cari yang gimana sih? Dari tadi geleng-geleng terus." kata Sakura kesal.

"Yang simple aja. Nggak mencolok dan norak," jawab Sasuke. "Cepatlah! Mereka semakin mengerikan." lanjutnya dengan suara yang lebih pelan.

'Mereka? Siapa coba?' batin Sakura. Mata emeraldnya berkeliling dan mendapati banyak ibu-ibu menatap ke arah mereka, tepatnya ke arah Sasuke. "hmpp.. haha..ha.." Sakura terkikik geli.

"Apa?" ketus Sasuke.

"Fansmu banyak juga, Sas." ejek Sakura. "Baiklah kita percepat hunting hadiahnya. Wait a second... hmm.. kalau yang ini gimana, Sas?" lanjut Sakura.

Tangan Sakura mengambil sepasang jepit rambut berwarna merah muda dengan ukiran bunga Sakura di atasnya. Elegan tapi cantik sekali. Sebenarnya lebih cocok untuk Sakura daripada Yuki. Sasuke mengerutkan dahi saat berpikir, membayangkan Yuki memakai jepitan yang dipilih Sakura.

"Hm, yang itu saja. Cocok untuk Yuki," kata Sasuke. 'Dan cocok juga untukmu' batin Sasuke.

"Oke, ambil yang ini aja. Terus bonekanya, boneka kelinci warna biru muda di sana bagus, 'kan?" tanya Sakura sambil menunjuk boneka kelinci berukuran sedang yang terletak di rak paling atas.

"Ya sudah, kita ambil yang itu." jawab Sasuke sambil menarik Sakura untuk segera membayar.

"Mau dibungkus Nona?" tanya sang penjual.

"Ya boleh. Bungkus dengan kertas merah muda dan pita merah ya." Ujar Sakura sambil tersenyum ramah pada sang penjual.

"Baik, tunggu sebentar ya." penjual itu dengan lihai dan cepat segera membungkus hadiah tadi. Hasilnya rapi dan sangat cantik. "Ini silakan. Berjualan di sini cukup menguntungkan. Festival yang bermanfaat. Apa Nona juga besekolah di sini?"

"Terima kasih, ini uangnya. Wah, syukurlah kalo festival ini bermanfaat. Iya saya bersekolah di sini," jawab Sakura.

"Pasti kamu pintar Nona. Bisa besekolah di universitas sebesar ini. Ini kembaliannya, semoga langgeng dengan pacarnya ya." setelah mengatakan itu, sang penjual segera pergi melayani pelanggang yang lain.

Sakura sempat merona mendengar ucapan penjual tadi. Ditepisnya perasaan senang yang membuncah di dadanya itu. 'Aku dan Sasuke adalah teman' tegasnya dalam hati. Berbeda dengan Sakura, Sasuke hanya diam saja mendengar ucapan penjual itu tetapi mata elangnya menatap Sakura dengan pandangan yang entah apa artinya.

.

.

Bertemu, mengenal, dan bersamamu adalah anugerah terindah dalam hidupku.

.

TBC

A/N: wkwkwk, masih ngga menyangka bakalan publish fic gaje dengan ide pasaran lagi -_-

Tanpa banya bacot, semoga reader semua (bagi yang sedang berpuasa maupun tidak) terhibur dengan fic ini. Seperti biasa, judul ngga nyambung sama ceritanya -_- Segala macam kata, unek-unek, pendapat, kritikan, flame saya terima. Mind to RnR? XD