Disc: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto sepenuhnya.
Gendre: cerita awal = sedih : kakashi, team 7 minato dan Konohagakure
Di pertengahan cerita = sedih dan romantis : kakashi, team 7
Memasuki akhir cerita = romantis : kakashi dan sakura
Akhir cerita = humor : kakashi dan Konohagakure
Maaf kalau gendre cerita ini banyak dan pairing tiap gendre berbeda, tapi memang begitulah aku membuatnya
-o-
Satu hal yang dapat membuat kakashi, seorang shinobi yang baru menjadi shinobi level jounin menyadari bahwa apa yang dilakukan ayahnya adalah bukan perbuatan sampah hanyalah seorang Uchiha Obito yang bodoh dan lemah.
Itu dulu, sebelum kenyataan baru, saat ini, saat perang dunia shinobi ke empat yang di dalangi oleh seorang dari Akatsuki yang mengaku dirinya adalah Uchiha Madara membuat kakashi sadar bahwa dunia tidak sedikitpun adil padanya.
Namun seiring waktu berjalan dan satu persatu kenyataan mulai terungkap, kakashi tak dapat menerimanya. Tidak untuk semua apa yang telah dilakukan Obito pada semua rekannya dan dirinya. Kenyataan bahwa Obito masih hidup sungguh membuatnya senang tentunya bila kini situasi dan kondisi tidak untuk membuat kakashi membenci Obito atau membenci dirinya.
-o—
BUKAN AKHIR
CHAP 1
Pertarungan antara Obito vs Naruto dan Sasuke akhirnya berakhir dengan kemenangan Naruto dan Sasuke telak. Kini tubuh Obito tergeletak di tanah bersatu dengan darahnya. Namun sebelum matanya tertutup ia tersenyum dan mengalihkan pandangannya pada sesosok hatake yang sedari tadi tubuhnya tak bisa bergerak akibat serangan darinya. Sebenarnya ia rindu pada sosok rambut perak itu, ingin ia berceloteh sepanjang waktu melihat dunia –serta desanya seiring waktu berubah menuju masa depan yang tak bisa ia pastikan serta bersama seorang medic-nin berambut coklat yang ia sukai sejak dulu juga menunggu reaksi dari rambut perak itu. Namun sayang, semua itu hanya tinggal anganan yang pastinya mustahil untuk diwujudkan.
"hei... kakashi. Kau tau? Akhirnya aku bisa mengalahkanmu juga. Aku senang". Hanya itu kata terakhir yang bisa Obito katakan bersamaan senyum dan tangisannya untuk kakashi hingga matanya menutup sempurna.
Kakashi hanya diam, tidak merintih kesakitan ataupun...
Menangis. Kakashi menangis dalam diam, melihat seseorang yang telah mengubahnya menjadi dalang di balik semua peristiwa pelepasan jinchuriki kyubi dulu dan pertarungan dunia shinobi keempat ini. Seberapapun nalarnya mencoba untuk menolaknya, namun itu memang kenyataan yang sekarang ada didepannya. Rasa perih yang menjalar di tubuhnya mengalahkan rasa sakit yang tak terbendung di hati. Rasa senang, bahagia karena Obito masih hidup tapi di sisi lain ia harus menelan kekecewaan yang besar terhadap Obito atau paling tidak, perasaan untuk menyalahkan dirinya.
Naruto dan Sasuke yang telah berhasil mengalahkan Uchiha Obito, dalang dari semua kejadian ini membuat mereka menyadari satu hal bahwa masih terdapat masalah untuk menghilangkan –memusnahkan seekor jinchiruki Juubi beerekor sepuluh yang kini mulai mengamuk seenaknya.
"Naruto, bagaimana kita harus memusnahkan jinchiruki itu?" tanya sasuke di tengah nafasnya yang terengah - engah akibat kelelahan bertarung itu.
"aku tidak tau, Sasuke. Yang pasti kita harus membuat Juubi menjauh dari sini" jawab Naruto pada sasuke, sama lelahnya.
"cih, payah. Namun baiklah aku akan mencoba untuk memecah konsentrasi Juubi untuk menjauh dari sini"
"hei...!" sebal naruto karena dirinya dikatai 'payah'
"... seenaknya saja kalau bicara. Baiklah, saat kau mencoba untuk menjauhkan Juubi dari sini aku akan mencari tau bagaimana caranya untuk menghilangkan Juubi"
"baiklah,dobe" ucap Sasuke mengerti. Dan tentunya membuat saraf di tangan Naruto ingin menghajarnya saat ini juga.
Namun sebelum Sasuke mulai mencoba untuk mengalihkan perhatiaan Juubi, seorang yang dikenal sebagai sensei-nya kini berada tepat di hadapan Juubi dan tentunya monster berekor sepuluh itupun mengalihkan perhatianya pada kakashi yang mencoba menantangnya.
"hei... apa yang akan dilakukan oleh Kakashi-sensei?" tanya Sasuke pada Naruto yang sama melihat pemandangan yang di lakukan oleh sensei-nya itu.
...
Kakashi berdiri tepat di hadapan Juubi, monster berekor sepuluh yang tercipta dari cakra yang terlepas dari 9 jinchuriki dari kejauhan Naruto memanggilnya namun kakashi menghiraukannya.
'sekarang ini giliranku' hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mencegah semuanya kembali menjadi kacau.
Kakashi mulai melakukan sebuah jutsu terlarang. Jutsu yang hanya dan biasanya para kage lakukan untuk menyegel jinchuriki. Namun ini bukan sembarang jutsu yang dapat menyebabkan seseorang yang tak memiliki dosa harus menanggung beban berat. Kakashi tidak ingin ada lagi seorang manusia jinchuriki yang hadir di antara manusia biasa.
Kakashi tersenyum sambil menatap Juubi yang juga menatap dirinya. "Selamat tinggal" ucap kakashi sebelum jutsu nya dilancarkan pada Juubi yang tak sempat berpindah dan juga pada dirinya yang tumbang setelah melancarkan jutsu itu.
...
Naruto, Sasuke, Sakura dan shinobi lainnya hanya diam membisu ketika Kakashi melakukan sebuah jurus yang hanya dikenal oleh para kage itu.
"Kakashi-sensei" teriak naruto menyadari tubuh senseinya itu terjatuh ke tanah. Sasuke yang tanpa ba-bi-bu langsung berdiri, berlari ke arah senseinya itu. naruto, sakura, gai dan beberapa shinobipun mengikuti hal serupa: menuju tubuh kakashi yang sudah tergeletak. Mereka tak perlu khawatir dengan Juubi, karena tampaknya apa yang dilakukan oleh kakashi telah membuat Juubi hilang dari hadapan mereka –untuk selamanya.
Sebuah kunai melayang dihadapan sasuke, untungnya ia dapat menghindari kunai itu dan juga membuatnya berhenti bergerak. naruto dan yang lainnya berhenti ketika melihat seorang yang melempar kunai kepada sasuke berjalan ke arah kakashi tergeletak.
"siapa kau?" tanya naruto
"apa kau anggota akatsuki yang masih tersisa?" tanya sakura dan tentunya pertanyaan itu sontak membuat shinobi bersikap waspada termasuk Naruto.
Mengetahui tidak ada balasan dari orang yang seharusnya menjawab pertanyaan itu, membuat naruto, sasuke, sakura serta shinobi lainnya bersiap untuk menyerang.
"hei.. mengapa kau tak menjawab pertanyaannya!"ungkap gai, was-was.
"aku bukannya tidak ingin menjawabnya, hanya sulit untuk mengatakan apa yang telah terjadi di sini" ungkap orang itu.
"siapa kau?"
"akh.." keterkejutan gai membuat yang lainnya menoleh kepadanya.
"gai-sensei, apa kau mengenalnya?"ucap lee dan yang lainnya mengangguk setuju.
Namun gai terlalu terkejut untuk membalas pertanyaan dari lee.
"akh.. su.. itu. tidak mungkin! Tidak mungkin itu kau!" teriak gai frustasi membuat tanda tanya diantara shinobi lainnya bertambah besar.
"ya, ini aku gai" ucap orang itu sambil membuka tudung yang sedari tadi menyembunyikan wajahnya. Semua shinobi dan shinobi yang mengenalnya dari kejauhanpun terkejut dengan hadirnya sesosok yang familiar dengan mereka. Sosok yang juga telah menghilang dari eksistensi yang dilupakan.
Seorang perempuan dengan tato di pipi yang mirip dengan kiba serta mempunyai rambut coklat yang terurai sebahu membuat tubuh gai melemas seketika.
"si..siiapa kau?" ucap naruto waspada dengan gerakan perempuan itu.
"rin" satu nama itu terngiang seketika di otak gai.
"kau.. ingat padaku, gai?" ucap perempuan itu yang ternyata bernama rin. Homura rin, lebih jelasnya.
"aku selalu mengingatmu dengan jelas. Juga Obito"ungkap gai membuat jelas naruto dan kawan-kawan yang lain. Bahwa perempuan yang dipanggil rin itu adalah teman satu akademi dengan gai dulu.
"tapi.. mengapa kau bisa dan masih hidup, rin? Bukankah kau sudah meninggal sejak berakhirnya perang dunia ke dua?" ungkap gai. Naruto dan kawan-kawan terkejut mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh gai. "apa maksudmu, gai-sensei?" ucap sakura tak mengerti.
"aku tak tau, gai. Seingatku, aku dan kakashi saat itu ada di tengah-tengah pasukan Kirigakure untuk menyeleseikan misi dan terakhir yang kuingat adalah bahwa tubuhku tertusuk oleh..." rin memberi jeda. "...oleh jutsu kakashi. Dan setelah itu aku tak ingat apapun juga" jelas rin, membuat naruto, sasuke, sakura sangat-sangat terkejut.
"bukankah kau adalah wanita yang ada di dalam tabung eksperimen orochimaru?" tanya sasuke
"ya" rin mengangguk. "namun aku tak tau, mengapa aku ada di tempat seperti itu. dan tampaknya aku melewati sesuatu ya?"ungkap rin.
"gai, tolong katakan padaku bahwa semua ini hanyalah mimpi. Bahwa aku hanya bermimpi."
Gai menunduk, menggeleng dan mengarahkan bola matanya pada bola mata hazult yang menatapnya penuh mohon. "tidak, rin. Kau sudah tersadar sepenuhnya. Dan... ini adalah kenyataan yang harus kau terima"
Rin hanya ber-oh. Namun kini matanya mengeluarkan banyak cairan bening. "Huaaa" tangisan yang tak kuasa rin tahan, akhirnya meledak seperti bom waktu yang telah menghancurkan dan meluluh lantahkan semua harapan yang tak akan bisa kembali –mungkin.
"naruto, sasuke, sakura coba kalian bertiga periksa keadaan kakashi" perintah gai
Naruto, sasuke, dan sakura menuruti perintah yang diajukan oleh gai. Namun, mereka di hentikan oleh rin. "mengapa?"tanya naruto pada rin.
"ka..kas..hi sudah meninggal saat ia selesai menggunakan jutsu 'itu'" jelas rin membuat kaget naruto, sasuke, sakura, gai dan yang lainnya.
"apa maksudmu?"
"chakranya telah lenyap sama sekali dan aku adalah seorang medic-nin, dan aku juga tau jutsu apa yang telah digunakan oleh kakashi"
"ah.. kau pasti sedang bercanda"pekik naruto. narutopun berlari menuju tubuh kakashi yang tergeletak dan mencoba menyadarkan kakashi, namun sayang usahanya gagal.
Kakashi mati.
"ba..bangun, sensei." Air mata naruto perlahan tapi pasti keluar dari mata orenge-nya. Sasuke dan sakura membulatkan matanya. "i..ni t.a...k mungkin!" ucap sakura berulang-ulang. "tak mungkin!"
Rin melangkah menuju naruto yang kini menangis. "pergilah"perintah rin, cukup membuat naruto dan yang lainnya bertanya. "a..pa ma. .mu?" ucap naruto terbata-bata di sertai air mata yang masih mengalir di pipinya."aku bilang pergi! Kembali pada teman-temanmu!"
"tapi kakashi sensei bagaimana?"
"pergilah."rin menangis. "ku mohon" kata itu terucap berulang kali meminta pengertian pada naruto yang sedang menangis.
Sasuke tanpa persetujuan naruto membawa naruto pergi. "apa yang kau lakukan padaku, sasuke? Lepaskan. Aku akan membawa kakashi-sensei. Aku akan membawanya!" protes naruto.
"aku tau". Naruto terkejut manakala melihat sasuke menangis. "aku tau. Aku juga ingin membawa kakashi-sensei. Namun wanita itu lebih berhak daripada kita, naruto". naruto kembali menangis sesengukan. Sebenarnya dalam hati narutopun, apa yang sasuke sangat-sangat jelas baginya kalau sebenarnya antara ia dan rin, rin lah yang berhak atas semua ini.
Rin menunduk, 'mengapa ini harus terjadi pada kami, Kami-sama? Mengapa kami?' pertanyaan itulah yang kini menjadi pertanyaan terbesar yang tak mungkin untuk ia mengerti, tidak ada satupun yang harus di mengerti. Rin menyerah, hatinya kini tak peduli pada hal apapun juga. Kini matanya hanya menatap hampa pemandangan di depannya. Pemandangan? Pemandangan apa yang harus di pandangi selain hamparan yang gersang?. Konoha sudah hancur lebur. Tanah yang dulu penuh dengan rerumputan hijau kini telah hilang. Begitu pula dengan desa yang dulu dihiasi dengan canda tawa, kini sepi, hilang dan hanya suara tangisan dari shinobi yang kehilangan rekan yang di sayanginya, sama dengan kondisinya sekarang. Menangis dalam kesendirian, selalu.
Rin mengalihkan pandangannya yang juga familiar dengannya, tergeletak. Sesosok Uchiha yang berbeda dengan dulu. Sesosok Uchiha yang terkadang bisa membuat suasana team 7 tidak kaku. Ia berjalan menuju sosok Uchiha bernama Obito. Ia terdiam dalam waktu lama.
Flashback...
"hei, rin" panggil Obito pada sosok perempuan berambut coklat yang bernama Rin itu.
"apa, Obito?" tanya Rin, lembut membuat obito makin menyukainya.
"hm.. apa kau menyukai kakashi?". Seketika itu pula, rin berhenti melakukan kegiatan dan memandangi obito penuh arti.
"bagaimana kalau kujawab 'ya'?"
"hm... tidak ada apa-apa sih" ujar obito lembut. "tapi kenapa sih, kau bisa menyukai 'si menyebalkan' itu?" tanyanya berapi-api. Rin tau siapa yang dimaksud 'si menyebalkan' yang di ungkapkan oleh Obito.
"entahlah, aku hanya ingin keberadaanku..., sedikit saja dapat membantu kesepiannya itu."
"hah?" Obito kebingungan dengan jawaban rin yang menurutnya setengah memaksa. Rin tersenyum –manis sekali jika dilihat dari Obito melihat pemilik nama Uchiha memandanginya dengan tatapan membingungkan.
"boleh aku bertanya satu hal kepadamu tentang kakashi, Obito" pinta rin
"oh.. tentu. Memangnya pertanyaan yang seperti apa?"
"mengapa kau begitu sangat membenci kakashi?" rin to the point
"aku? Membenci dia?" tanya obito tak percaya. "maaf, bukan maksud pertanyaanku menyinggungmu. " sesal rin.
"oh bukan itu..." panik Obito. "maksudku apa di matamu aku seperti membencinya?"
Rin menimang-nimang "kupikir justru kau menganggap kakashi seperti seorang..., hm.. idola. Apa aku salah?". Obito membulatkan matanya, lalu setengah warna merah menghiasi pipinya. "tidak salah tetapi sangat benar" jawabnya. "lalu mengapa kau mengatakan aku membenci kakashi?"
"aku merasa sikapmu seperti memusihinya dan kupikir itu tidak baik"
Obito tampak menunduk, "aku hanya tidak tau bagaimana bersikap di depan dia. Rasanya semua sikap yang aku tunjukan di depannya semuanya salah dimatanya. Jadi kupikir memang lebih baik menjadi diri sendiri mau seburuk apapun dia menilaiku, semuanya terserah dia. Yang pasti aku seudah berusaha untuk baik padanya" ungkapnya
"baguslah"
"hm.. rin boleh tidak aku jujur padamu?"
"soal apa?"
"soal kakashi"
"tentu. Lagipula sejak dulu aku ingin mengetahui tentang kakashi menurutmu"
"benarkah?". Rin mengangguk.
"aku hanya ingin dia mengakui keberadaanku dan berusaha untuk tidak membiarkannya sendiri dalam bahaya"
Rin terdiam dalam waktu yang lama sebelum akhirnya ia memberi jawaban. "aku juga sama sepertimu, obito. Aku ingin membawa kakashi masuk ke dalam duniaku dan melihat semua senyuman dan canda tawa yang ada di sekitarnya. Mangajaknya meskipun sesaat untuk tersenyum dan tertawa"
"hei bagaimana bila suatu hari nanti kita melakukan seperti apa yang kau ingin lakukan pada kakashi?" usul obito. Rin mengangguk dengan puas tak lupa senyum di wajahnya yang lebih cerah dan obitopun tampaknya juga puas.
Percakapan itu pun berakhir sampai disitu. 2 orang teman yang berjanji untuk mengubah teman mereka yang sangat mereka sayangi, seorang yang menurut mereka, keberadaan orang itu begitu istimewa, yaitu Hatake Kakashi.
End Flash...
"apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya berubah, obito? Apa?" rin menunggu jawaban, namun yang di dapatnya hanya semilir angin yang berhembus cukup mampu untuk menembus lubang dihatinya.
Rin menghapus air matanya , mengadahkan wajahnya pada obito. Ia pun mengangkat tubuh obito meskipun harus bersusah payah, ia tak peduli. Hatinya sekarang, hanya ingin mendekatkan obito pada kakashi. Hanya itu.
Naruto, sasuke, sakura yang melihat dari kejauhan hanya bisa terdiam menyaksikan drama melankolis yang dihadapi perempuan bernama rin itu. perih, sedih, kecewa, perasaan itu yang pastinya berada di dalam diri gadis itu, naruto dan yang lainnya menyadari itu semua.
Rin dengan susah payah akhirnya bisa membuat tubuh obito berada di dekat tubuh kakashi. Di dekatkannya lengan obito dan kakashi. "kita akhirnya bisa berkumpul kembali" air mata yang berusaha di tahan, namun gagal. Air matanya memaksanya untuk keluar. Ia menangis, sangat keras. "sekarang, aku, obito, dan kakashi akan selalu bersama. Namun meskipun begitu tidak dengan diriku sekarang. Tidak! Karena aku masih hidup, sedangkan kalian telah mati. Aku tidak mau seperti ini. Tidak mau!" protesnya pada dirinya sendiri. Ia mendekat ke arah kakashi, mengelus wajahnya yang tertutupi masker dan berkata di telinga kakashi. Setelah itu, ia beralih pada obito. Mengelus wajah yang rusak akibat tertimpa batu dan menangis didada obito. "obito kau menyayangi kakashi kan? Kalau iya aku mohon kau jangan menyalahkan kakashi karena aku juga menyayanginya.". rin membalikkan tubuhnya ke arah para shinobi yang melihatnya. Ia melakukan sebuah jutsu.
Naruto dan yang lainnya pun para shinobi heran dengan apa yang dilakukan oleh rin. Dilihatnya, rin seperti sedang konsentrasi pada jurusnya yang tentunya jutsu yang tak dikenal mereka. Mereka kaget, manakala shinobi-shinobi yang seharusnya mati kini termasuk Neji Hyuuga telah mulai sadar. Bahkan luka-luka seperti tusukan, hilang membekas dari para shinobi yang di bangkitkan itu. akhirnya naruto dan yang lainnya mengerti apa yang dilakukan oleh rin. Perempuan berambut coklat itu mencoba membangkitkan shinobi yang tewas di medan pereng dengan jutsunya itu. "mengapa aku..., hidup?" ucap neji yang sepenuhnya sadar. Namun tak satupun jawaban yang keluar dari mulut teman-teman neji lainnya.
Rin mengeluarkan darah. Jutsu yang berhasil dilakukannya pada shinobi yang telah mati kini berhasil dilakukan. Jutsu untuk membangkitkan orang-orang yang telah mati. Setelah itu rin membalikkan tubuhnya pada kakashi. Ia ingin menebus kesalahan obito pada semuanya termasuk pada kakashi. 'biarlah aku yang menanggung semuanya, kakashi'. Rin melakukan sebuah jutsu yang dikenal baik oleh sakura.
"ah.. jurus itu! tidak mungkin"
"ada apa, sakura" ucap ino
"jurus itu, jurus yang sama yang dilakukan oleh nenek chiyo pada kazekage sebelum nenek chiyo meninggal" jelas sakura yang membuat naruto, gai, lee, tenten, dan neji –tentunya setelah sadar terkejut dibuatnya.
"jadi maksudmu, sakura. Perempuan bernama rin itu mencoba untuk menghidupkan kakashi sensei dengan jutsu yang sama di lakukan oleh nenek chiyo pada gaara dulu?" tanya naruto.
"ya" hanya satu kata itu dapat meruntuhkan semangat gai. Dan sepertinya, rin berhasil melakukan jurus itu dan tubuh rin terjatuh di antara tubuh obito dan kakashi.
"rin..." gai berteriak, namun gagal.
...
Gai menangis, bukan tangisan bohongan dan lee sebagai murid gai yang sangat mengidolakan gurunya itu memang mengetahuinya dari ekspresi sang guru.
Naruto, sasuke, sakura dan shinobi yang lainnya hanya...
Entahlah, mereka ingin marah pada diri mereka namun di sisi lain mereka juga bingung apa yang harus di lakukan.
Tiba-tiba, dua sosok muncul di hadapan naruto. Sosok yang shinobi konoha kenal sebagai hokage ke-4 muncul beserta sang isti Yondaime. Dua sosok itu langsung berlari, menuju tiga orang yang tergeletak yang dikenal sebagai mantan, tidak, mereka masih murid sang yondaime sampai sekarang.
Naruto yang terkejut dengan keberadaan ke-2 orang tuanya yang baru diketahui selama perang belum sempat bertanya dengan maksud kehadiran orang tuanya itu. begitu pula dengan shinobi lainnya yang kembali terkejut dengan sosok hebat konoha yang muncul dari dalam tubuh naruto –sepertinya.
Dua sosok itu berhenti ketika mereka berada dekat dengan 3 sosok yang pernah mengisi sang Yondaime dan juga sosok yang pernah mengisi canda tawa seorang Kushina.
Minato lunglai, ia terjatuh dalam keadaan yang rasanya sulit untuk ia terima. Sangat sulit untuk diterima oleh nalar seorang shinobi yang hebat.
TERNYATA PRIA BERTOPENG ITU ADALAH UCHIHA OBITO, murid konyol dan begitu lemahnya, murid yang dinyatakan telah tewas dalam perang dunia shinobi ke-2. Muridnya itulah yang membuat desa konoha diserang oleh siluman kyuubi dan berhasil jua mengalahkan dirinya.
'Obito telah kuat bahkan dari diriku sendiri' pikir minato.
Kushina hanya mematung, mengingat episode sepotong masa lalu bersama mereka.
Kushina menenggelamkan kepalanya di bahu sang suami, menangis begitu keras dan cukup untuk naruto dan yang lainnya mendengar tangisan dari sang istri Yondaime .
Cukup lama bagi naruto untuk melihat pemandangan ke-2 orangtuanya yang seperti itu. lama. Lama sekali untuk menyadari bahwa kakashi, obito, rin pernah hadir diantara ke-2 orang tuanya sebagai murid dari ayahnya, Minato Kamikaze.
Suara tangisan dari kushina sudah berhenti, namun tidak cukup untuk menghilangkan air mata yang mengalir dipipinya. Kushina berjalan menuju naruto, putranya. Diraihnya wajah putranya, dielus lalu dipeluklah naruto dalam dekapan kushina. "naruto. tolong ibu, sayang. Tolong ayahmu juga" ucap kushina penuh harap pada putra semata wayangnya. Shinobi di sekitar naruto terkejut dengan apa yang diucapkan oleh kushina istri dari hokage4. 'ibu? Ayah? Apa maksudnya? Apa sebenarnya naruto itu anak dari hokage-4?' pertanyaan itu yang ada di pikiran shinobi sekitar naruto yang mengenal siapa kushina itu.
Naruto hanya membalas pelukan ibunya itu dengan penuh kelembutan. "maaf, bu. Naruto tidak tau harus berbuat apa sekarang" jawab naruto jelas, sangat jelas. Kushina mengangguk mengerti, tidak ada satu orangun yang tidak tau harus berbuat apa sekarang. Kushina melepaskan pelukannya, mengelus wajah putranya dan tersenyum.
"ibu dan ayah sangat bangga padamu, naruto" ungkapnya. Naruto mengangguk. "ini semua berkat bantuan dari semuanya, bu" ujarnya seraya menjelaskan pada ibunya bahwa yang naruto lakukan bukan hanya dia seorang namun semua shinobi yang ada di sekelilingnya lah yang membantu semua ini, membantunya dalam perang dunia shinobi ke-4 ini.
"naruto, apa di sekitar sini ada seorang medic-nin?"
"untuk apa, bu?" tanya naruto
"ah.. itu saya. Saya seorang medic-nin" ucap sakura membuat kushina mengalihkan pandangannya pada sesosok rambut pink di samping kanan naruto. Kushina mengangguk, memegang tangan sakura dan tersenyum lalu menarik sakura. Sakura yang tidak mengerti mengapa kushina, ibunaruto yang baru ia ketahui sekarang menariknya –paksa tanpa persetujuannya hanya mengikuti dibelakang kushina tanpa bertanya satupun alasannya.
Kushina berhenti begitupula sakura ikut berhenti. "tolong sembuhkan kakashi bodoh ini" pinta kushina. Sakura membulatkan matanya, ia mengerti bahwa tujuan kushina menariknya adalah untuk menyembuhkan sensei-nya.
Sakurapun mengobati kakashi. Ia tau, senseinya itu masih hidup –lebih tepatnya dihidupkan kembali. Sakura tak habis pikir, mengapa semua ini, kejadian ini menimpa sensei bodohnya. Ini lebih rumit dari sekedar hubungan dirinya, Naruto, dan Sasuke. Sangat rumit dan harus menelan kekecewaan yang lebih berat dari apa yang ia dan naruto terima.
'kakashi sensei, harus kuat. Kakashi sensei tidak boleh kalah dalam semua ini. Kakashi sensei harus bangkit dan mengajari kami lagi arti sebuah team yang sebenarnya. Aku tak terima bila aku harus kehilangan kakashi sensei yang dulu.' Pekik sakura menyadarinya bahwa sekarang ia tengah menangis perih, perih sekali ketimbang saat bertemu sasuke yang telah berubah.
"minato" kushina mencoba membuat suaminya menerima semua ini. "minato, aku tau kalau kau pasti tak menyangka bahwa..." kushina menggigit bibir bawahnya mencoba untuk menahan tangisannya yang lagi-lagi ingin ia keluarkan. Ia tidak rela bahwa semua ini harus menjadi seperti ini. "... obito setelah lama ini ternyata masih hidup dan membuat semua ini lebih rumit. Juga... rin, minato. Aku tau, sebagai guru mereka aku mengerti perasaanmu. Namun kau harus menerimanya. Harus dan tak boleh mengingkari semua ini.". kushina menyandarkan kepala suaminya di bahunya, mencoba untuk menenangkan minato yang sedari tadi diam menatap ngeri ke arah muridnya.
"aku..., aku selalu saja terlambat di saat mereka membutuhkan bantuanku, kushina. Aku tidak pantas menjadi seorang guru, kushina. Tidak pantas sedikitpun. Dan aku... selalu saja membebankan semua urusan misi pada mereka yang masih polos dan lugu juga konyol" ungkap minato membuat kushina hanya diam. Kushina tak berani untuk bicara karena ia tau bukan sekarang tepatnya ia harus bicara.
"aku selalu saja sibuk dengan urusanku sendiri. Aku menelantarkan mereka di tengah-tengah musuh yang lebih berpengalaman daripada mereka. Aku sebagai guru mereka, aku..." minato menangis. Baru kali kushina melihat minato menangis seperti ini. "aku mengabaikan mereka yang butuh bantuanku. Aku selalu mengabaikan mereka, dan tak dapat menolong satupun dari mereka. Obito yang dulu anak konyol, bodoh, dan juga lemah kini ia menjadi lebih hebat dariku namun membuatku menelan kekecewaan. Rin yang polos, yang selalu memberikan pertolongan sebagai medic-nin, sekarang ia terbaring lagi, disini dan harus melihat mereka menjadi seperti ini. Anak ini perasaannya sangat halus dan mudah terluka namun di sisi lain ia mencoba menahannya agar tak dianggap lemah oleh kakashi. Kakashi yang dingin, selalu menuntut bahwa aturan dan misi adalah yang terpenting dari hidupnya sekarang ia harus merasa sebagai orang yang harus menerima semua ini, sendirian. Aku tau, setelah mereka meninggal, setelah makam mereka dibuat, ia selalu datang dan menghabiskan waktu berlama-lama di tempat itu, menceritakan perjalanan hidupnya, juga..., menyesali bahwa ia tak bisa melindungi obito dan rin. Mereka tewas di depannya dan ia menerimanya hanya dengan ekspresi datar, namun aku tau di dalam hati kakashi, ia akan selalu merutuki karena tak ada satupun yang dapat ia selamatkan diantara mereka" minato menangis pelan, mencoba menahan agar tangisannya tak dapat di dengar oleh siapapun.
"apanya yang hokage ke-4? Apanya? Apa gunanya jika aku tak dapat menyelamatkan mereka, murid-muridku sendiri?!" teriak minato membuat naruto dan shinobi lainnya cukup untuk menunduk mendengar tangisan yang di sertai teriakan memilukan dari seorang pahlawah desa yang dikenal sebagai hokage ke-4 itu.
Kushina memeluk erat minato, sangat-sangat erat, namun sayang, tangisan dan teriakan minato lebih kuat ketimbang pelukan kushina.
Sakura yang ada di antara mereka juga sudah mulai terisak-isak. Ia juga tak tahan menerima semua ini. Tak tahan mengapa gurunya harus menerima semua peristiwa mengerikan ini. Salah apakah, kakashi sensei sampai harus kakashi sensei menerima semua ini? Pertanyaan itu tanpa sadar terlontar dari pikiran tanpa ia mau bernegoisasi terlebih dahulu.
"aku juga tau, minato. Mereka itu adalah anak baik. Kau ingat minato? Saat pertama kali aku bertemu mereka, mereka begitu anehnya, hahahahaha" tawa hambar kushina. "saat itu..."
Flashback...
Sore hari yang cerah, saat kakashi, obito, dan rin sedang mengusap lelah akibat latihan yang mereka lakukan datanglah sesosok perempuan berambut merah sepunggung dengan senyuman jail yang selalu terpampang jelas di mukanya.
"kau.. siapa?" tanya obito yang aneh melihat perempuan seusia gurunya itu sedang cengiran di depan mereka, seolah-olah mengenal mereka.
"akh.. aku? Aku tersesat." Ucap perempuan itu.
"heh? Tersesat? Aneh?" pekik obito, yang di balas dengan jitakan maut dari perempuan itu tanpa rasa bersalah alias Wajah Tanpa Dosa. "hei, apaan sih!" protes obito yang tidak terima ia diperlakukan oleh perempuan yang tak dikenalnya. 'kalau rin yang menjitakku sih tak apa-apa malah aku senang. Tapi ini? Perempuan yang muncul entah darimana, aneh, dan tentunya gak jelas. Eh, malah menjitakku seenaknya, membuatku tambah bad mood. Huh' dengus obito dalam hatinya.
"dasar perempuan aneh". Ucapan dari kakashi membuat obito senang. Jelas obito, bukan ia yang mencari perkara dengan perempuan yang tak diketahui asal usulnya dan ia menunggu reaksi dari perempuan itu. namun, sayang perempuan itu hanya tersenyum manis –tentu bagi obito, senyuman rin lebih manis ketimbang senyuman wanita manapun bahkan lebih manis dari gula, memberikan perkataan yang membuat obito ingin muntah. Sangat ingin!.
"karena kau keren dan penampilanmu memang keren, jadi aku gak akan menjitakmu karena mengatakan hal itu". Sumpah, saat itu rasanya kakashi ingin muntah mengeluarkan makanan yang tadi baru di makannya.
"curang! Apa bedanya sih?!" protes obito tak terima di perlakukan tak adil oleh perempuan itu.
"apa, hah? Apanya yang beda?" tantang perempuan itu membuat saraf kepala obito nampak.
"tentu aja beda!. Aku mengatakan kau aneh lalu kau menjitakku. Tapi kakashi yang juga mengatakan kau aneh tapi kau tak menjitaknya. Ini curang! Sangat curang!dan aku gak terima ini!" amarah obito meluap-luap sambil menunjuk-nunjuk perempuan itu.
"kau iri, hah?" ucap kakashi dan perempuan itu serempak, membuat obito menjambaki rambutnya tanda bahwa ia benar-benar sangat kesal. "bodoh" teriak obito frustasi "mengapa aku harus bertemu dengan orang-orangan sawah (maksudnya kakashi) yang sok dan perempuan aneh yang tiba-tiba nongol lalu menjitakku. Argh..."
"salahkan saja takdirmu, bodoh" ucap kakashi tenang.
"salahkan saja mulutmu yang kurang ajar itu. dan tentunya penampilanmu yang tak sekeren dia" unkap perempuan itu tersenyum menang.
Dan obito? Ia tiba-tiba tak bisa bersuara ia hanya mencerucutkan bibirnya. Yah, obito kalah telak dari mereka.
"hihihihihihihi" suara tawa lembut dari perempuan berambut coklat itu membuat hatinya kembali normal, ralat, sangat-sangat tidak normal karena obito benar-benar sudah sangat sinting, tentunya hanya di mata kakashi dan perempuan itu.
"kalian semua lucu." Ungkap rin, membuat obito salting
(padahal bukan padanya seorang rin mengatakan itu, tapi dasar obito, apapun yang dikatakan oleh rin sejelek apapun bahkan pada dirinya ia terima dengan hati berbunga-bunga. Baik sih, artinya setengah dari reaksi itu ia sadar bahwa dirinya sangat 'tak bagus' dari kakashi namun setengahnya lagi? Hm.. lebih baik jangan di bahas. Hihihihi, obito, obito. Kau itu lah yang aneh)
"kamu siapa?" ucap perempuan itu.
"heh, yang harusnya bertanya seperti itu rin tau dan tentunya padamu" ungkap obito, gak terima perempuan itu menanyakan seperti itu.
Kali ini kakashi setuju dengan pendapat obito.
"diam kau 'tidak keren'"sebal perempuan itu sambil menekankan kata laknat bagi obito yang baru di dengarnya –gak ding, sering di dengarnya dari gay.
'hihihi" rin menggeleng-geleng atas tingkah obito. "namaku rin. Homura rin. Dan anda?"
"oh aku? Namaku Uzumaki Kushina. Dan orang-orang yang mengenalku sering memanggilku Kushina si pemberani"
(taukan sekarang darimana sifat naruto yang selalu menyebutkan namanya, terlalu lengkap bagi orang yang gak sudi menerima ocehan panjang lebar yang harus sampai mendengarkan 'aku, Uzumaki Naruto yang akan menjadi seorang pahlawan dan Hokage'?)
'sinting' satu kata itu yang ada di otak kakashi dan obito. (kalian berdua kejam, akh..)
Sedangkan rin? Hm.. tak mungkin kata-kata kasar terlintas dari bibir manis nan indah juga berhati polos itu. namun, sayang kali ini obito harus menelan kenyataan. Faktanya apa yang rin ucapkan berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan obito, yaitu:
"gila" ucap rin tanpa ba-bi-bu. Membuat kakashi syok dan obito sweetdrop.
(maksudnya: gak nyangka rin bisa mengeluarkan kata-kata sekasar itu, hm.. bagi kakashi dan obito yang selalu melihat dari rin adalah selalu mengucapkan kata-kata halus sambil tersenyum)
Lalu perempuan bernama Kushina itu? Hm... aura hitam keluar dari tubuhnya, memancarkan betapa ia ingin menghajar rin dengan sangat-sangat kuat. Kalau bisa sampai wajah manisnya rusak. Namun hal itu tak jadi ia lakukan dan sayangnya obitolah yang harus menerima pukulan super kuat dari kushina.
"gyah..." rintihnya saat di hajar oleh kushina. (malangnya nasibmu, obito)
"apaan sih?" protes obito –lagi, gak menerima semua itu.
"apaan, hah? Mau protes?. Itu bagus kan daripada aku menghancurkan muka manis bernama rin itu" ungkap kushina, sama protesnya dengan obito.
"apa kau bilang? Kau ingin memukul rin? Kurang ajar!" obito gak terima kalo kushina benar-benar melakukan hal yang tak baik pada orang yang dicintainya itu – meskipun rin tidak dan sama sekali tidak mencintai obito.
"mulutmu itu yang kurang ajar, tau!" kushina gak mau kalah.
"apa?". Dan akhirnya terjadi adu debat yang mengenaskan sekali antara obito dan kushina.
Kakashi tidak mau ikut-ikutan, jadi ia memilih diam saja. Rin yang bersikap sama dengan Wajah Tanpa Dosanya hanya menyuguhkan dango pada kakashi dan tidak mempedulikan obito yang sepertinya sudah mengenaskan diperlakukan buruk oleh kushina –padahal obito membelanya -,-.
"maaf ya, aku baru datang. Aku banyak urusan di kantor hokage. Jadi bagaimana se...si.. la... ti... han..nya? Kacau!" umpat minato tentunya hanya di akhir kalimat 'kacau' yang disebutkannya.
Kushina berhenti adu debat dengan obito, ia mengalihkan pandangannya pada sesosok rambut kuning yang dikenalnya. Matanya berbinar. Ia berlari dan akhirnya memeluk minato, sang guru dari orang-orang yang di kerjai oleh kushina.
"oh, sayangku. Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu, loh"ucap kushina sok cari perhatian minato (alay, kushina. Sungguh alay)
Kakashi, rin, terutama obito yang babak belur hanya sweetdrop melihat tingkah perempuan bernama kushina itu yang sok manja pada guru mereka.
"kau..mengenalnya, guru?" introgasi obito.
"hahaha. Iya" sambil garuk-garuk kepala melihat wajah obito ancur.
"apa hubungan guru dengannya?" kali ini suara rin yang tepatnya ingin tau ada hubungan apa gurunya dengan perempuan itu.
"hm...itu.." ucap minato gagap.
"apa artinya seperti seorang yang istimewa? Atau lebih tepatnya perempuan itu kekasih, guru?"
Jreng..., pertanyaan kakashi tepat 100% untuk membuat minato seperti kepiting rebus.
"hahahaha begitulah hubunganku. Dan aku kemari karena mencari sayangku yang katanya akan melatih murid-muridnya, yah.. yang ternyata muridnya adalah kalian" jelas kushina.
Obito hanya tersenyum kecut. "guru..." teriak obito frustasi, sangat-sangat frustasi.
"a..apa, obito?"
"'apa guru tau apa yang di lakukan perempuan itu padaku?" masih dengan nada yang sama.
"hm.. tampaknya aku tau dari wajahmu yang... sedikit ancur" ucap minato sepelan mungkin, terutama di akhir kalimatnya yang hampir samar-samar terdengar.
"mengapa guru punya kekasih orang aneh, sih" masih dengan nada yang sama, namun kali ini ditambah dengan obito memukul kepalanya ke pohon.
"kushina, apa yang telah kau lakukan sih?"
"tidak,sayangku. Merekalah yang memulainya"
"apa?" obito gak terima.
"kakashi, rin, sebenarnya ada apa sih?" tanya minato pada ke-2 muridnya yang tampaknya memang masa bodo dengan masalah ini dan kushina juga obito memulai pertarungan adu debat yang seru, lebih seru dari awal.
"cari tau saja sendiri, sensei. Dan.. tampaknya aku harus memberi masukan pada sensei tentang kekasih sensei" usul kakashi.
"apa itu, kakashi?" was-was alias dag-dig-dug.
Kakashi melihat wajah gurunya yang sedang memerah. "sensei, mempunyai kekashi yang sangat aneh!"
Jleb, perkataan kakashi cukup mengenai ulu hati minato dengan telak. Rin hanya mendesah dan mengangguk, setuju dengan apa yang di ucapkan kakashi.
"hah.. kupikir mungkin ini takdir, sensei" ucap kakashi dan perkataannya itu cukup membuat ujung shiruken mengenai ulu hatinya dan membuat minato berdarah-darah (bohong! Abaikan saja!).
End Flash...
Kushina yang mengingat itu semua hanya tersenyum di tengah air mata yang mengenangi wajahnya. Minato mulai tenang, mengingat itu semua. Peristiwa itu adalah salah salah satu peristiwa yang dapat membuat hati minato tenang. Dan sedikitnya, senyuman samar terpampang jelas di wajahnya.
Minato dan kushina hanya diam. Membiarkan banyak kenangan masa lalu merasuki hati mereka. Mengingatnya dengan baik, mengolahnya dan membuat hati mereka untuk tidak goyah. Memori itu tersimpan begitu baik, sangat-sangat baik dan akan mereka jaga kenangan itu.
"namamu Haruno sakura kan?" tanya kushina pelan pada sakura yang sedari tadi melakukan pengobatan pada gurunya.
"iya, benar."
"bolehkan aku meminta sesuatu padamu dan tentunya aku ingin pesanku juga di sampaikan pada naruto?"
"tentu" sakura mengangguk, setuju.
"aku tidak tau apakah kau mengenal kakashi atau tidak..."
"aku mengenalnya, setidaknya kakashi adalah guru kami" jelas sakura memberikan jawaban dari pertanyaan yang belum sepenuhnya tersampaikan itu.
Kushina tersenyum, "syukurlah. Maukah kau menjaga kakashi? Membuatnya menerima semua ini dan juga menerima bahwa semua bukan semata-mata karena kesalahannya?'
"ya, tentu. Dengan sangat. Naruto dan sasukepun aku yakin mereka akan menjaga kakashi sensei"
"baguslah. Dan aku ingin, ini hanya pendapat pribadiku saja tentunya untukmu"
"apakah itu?"tanya sakura, entah mengapa terasa sesak.
"maukah kau membuat kakashi bahagia?"
Sakura membulatkan matanya, ia ingin mengucapkan kata 'tidak' dengan jelas, namun entah mengapa terhalang sesuatu yang sangat mencekam kerongkongannya untuk bersuara. Ia hanya diam, seperti menimbang-nimbang pertanyaan itu.
"bila kau tak mau tak apa. Aku yakin suatu hari nanti 'seseorang yang istemewa' yang dapat mengubah hidupnya menjadi lebih lengkap akan hadir di sisinya"
"bukan!" tanpa sadar sakura berteriak. "ma..maafkan aku" ucap sakura karena ia berteriak pada orang di sampingnya yang membuat mereka kaget. Kushina mengerti, "maafkan aku juga karena membuatmu bimbang karena pertanyaanku yang aneh"
"bukan itu"
Mata kushina membuka lebar, begitupula dengan minato. "bukan itu. hanya aku merasa ini membuatku menjadi bimbang atas perasaanku pada orang yang aku sukai" ucap sakura.
"sebegitu bimbang untuk menentukan?" tanya kushina, penasaran.
Sakura mengangguk, "sulit, sulit sekali. Aku tidak tau mengapa aku berkata seperti ini. Aku tidak tau. Aku sendiripun bimbang atas perasaanku pada orang yang kusukai sejak aku masih duduk di akademi" jelas sakura. Membuat jelas kushina dan minato yang mendengarnya.
'perempuan inipun sedang sulit untuk menentukan hatinya rupanya' pikir kushina.
"mudah-mudahan semoga kau bisa menentukan siapa pilihanmu, nanti" ucap kushina
"ya, mudah-mudahan dan tentunya terimakasih"
Kushina dan minato tersenyum, seketika itupula, 2 sosok itu menghilang dari pandangan semuanya. Menimbulkan sebuah fakta yang akan segera terungkap dengan sangat jelas. Sangat, sangat jelas.
.
.
.
.
.
TBC
Cerita ini terinspirasi dari manga naruto chapter 600-610, tentang bagaimana akhir naruto yang ingin kubuat. Maaf, kalau banyak keanehan yang ada di cerita ini. Maklum, cerita ini hanya fiksi belaka, bukan aslinya toh narutokan belum tamat . Jadi aku hanya ingin membuat akhir pertarungan dunia shinobi ke-4 seperti ini. Maaf bagi penggemar naruto yang membaca karya ku, jika ada yang merasa tokoh yang kalian sukai agak sedikit diabaikan. Soalnya fic ini dibuat khusus untuk KAKASHI TERSAYANGKU dan tak lupa OBITO dan RIN yang juga sama sayangnya di chapter 1 ini.
Tolong, tinggalkan kritik dan saran demi chapter berikutnya yang akan datang .
Disc: Naruto hanya milik Masashi Kishimoto sepenuhnya.
Gendre: cerita awal = sedih : kakashi, team 7 minato dan Konohagakure
Di pertengahan cerita = sedih dan romantis : kakashi, team 7
Memasuki akhir cerita = romantis : kakashi dan sakura
Akhir cerita = humor : kakashi dan Konohagakure
Maaf kalau gendre cerita ini banyak dan pairing tiap gendre berbeda, tapi memang begitulah aku membuatnya
...
Yang terlihat di mata kakashi saat ini hanyalah langit-langit pondok yang dibuat yamato –sepertinya.
"kakashi sensei!" pekik seorang gadis berambut pink itu senang.
"sakura..." ucap kakashi perlahan.
"akh.. ya?"
"apa yang sudah terjadi? Dan berapa lama aku berada di tempat ini?" tanya kakashi.
Sakura terdiam, hingga ia berusaha untuk bicara "sudah sebulan kakashi sensei tak sadarkan"
"a..p..a?" kakashi terkejut.
'Sebulan? Jangan bercanda!'
