Light yagami, seorang pemuda jenius sekaligus KIRA pertama, berjalan dengan senyum kemenangan di bibirnya. Mengalahkan L, lawan terbesarnya merupakan suatu prestasi yang perlu diberi penghargaan bagi Light. Dengan penuh kemenangan Light menjejakkan kakinya di jalanan yang tertutup salju pada musim dingin. Ryuk sang shinigami mengikutinya dari belakang.

Light menghampiri bangku taman kota dan membersihkannya dari tumpukan salju sebelum mendudukinya. Menghela nafas, light meminum kopi panas yang sedari tadi ada dalam genggamannya.

Light tertawa ketika mengingat L yang memasukkan gula ke kopinya hingga menjulang seperti gunung. Lalu Light juga ingat saat dimana L melemparinya dengan gula balok karena kesal ketika berdebat dengannya tentang KIRA.

Hahahaha

Light tersenyum mengingat L yang begitu menyukai segala macam bentuk gula, hingga tega menyeret Light pada tengah malam hanya untuk mengambil sekotak gula balok. Kalian tahu sendiri kan ? keduanya terantai jadi mau tidak mau Light harus menuruti kemana L pergi. Mengingat sifat L yang keras kepala dan tidak mau mengalah.

…..

Lama Light terdiam. Sementara disampingnya Ryuk tertawa keras dan tentunya hanya bisa didengar Light.

...

Sesuatu yang hangat mengalir ke pipi Light. Airmata.

...

khukhukhu ... Tawa Ryuk terdengar lebih keras.

Light buru – buru mengusap air matanya. Walau senyum kemenangan tadi terpatri di bibirnya, tak dapat dipungkiri bahwa jauh dilubuk hatinya Light begitu merindukan sosok rivalnya tersebut.

Ketika melihat rivalnya tersebut terjatuh dari kursinya akibat serangan jantung seonggok perasaan bersalah menghantam hati Light saat itu juga. Tanpa pikir panjang, Light maju dan merangkul tubuh tersebut sebelum menghantam lantai.

Sungguh, ketika Light melihat kesedihan dan kekecewaan terirat dalam mata hitam kelamnya. Light tidak kuat, batinnya menangis sedih ketika itu.

Tetapi tanpa ia duga, sisi KIRA nya muncul dan memperlihatkan senyum licik kemenangannya dihadapan L.

Yah, itulah yang Light sesalkan sampai hari ini.

Ryuk masih saja tertawa melihat Light. Light menoleh sekilas kepada Ryuk dan memberinya tatapan mematikan, tandanya menyuruh Ryuk diam.

Setelah tawa Ryuk tak terdengar, Light merenung.

Ketika sibuk merenung, terdengar suara tangis yang berasal tak jauh darinya.

Light's pov.

Huaa… hikss… hiksss…

Hei ! suara tangisan?. Benarkah itu suara tangisan ? tanyaku kepada diriku sendiri. Segera kuedarkan pandangan ke sumber suara.

Ah ! Kulihat seorang anak kecil yang sedang berjongkok dan menangis dibawah pohon yang tertutup salju. Kutengok ke kanan dan kiri dengan heran. Kok dengan tangisan sekeras itu tidak ada seorangpun yang merasa kasihan ataupun sekedar menoleh padanya? Pikirku dalam hati.

Aku memandangi orang – orang yang berlalu didepanku dengan tatapan bersungut – sungut. Tega sekali mereka membiarkan anak kecil menangis sendirian. Dunia memang kejam !

Kulirik Ryuk sekilas sambil bergumam pelan, ' Kali ini jangan ikut campur, lebih baik kau diam saja! '

Khu khu khu ' Baiklah aku tidak ikut campur dan tidak mau tahu' gumam Ryuk lalu terbang entah kemana. Masa bodoh, toh aku tidak peduli dia mau kemana. Jadi, kuputuskan untuk tidak mempedulikan Ryuk.

Kuputuskan untuk mendekati anak kacil tersebut. Setelah berdiri dihadapannya aku berjongkok agar tinggiku sejajar dengannya. Kuulurkan tanganku menyentuh bahunya lembut. Terkejut, dia mendongakkan kepalanya dan menatapku. Saat itulah kurasakan petir bak menyambarku.

Light's pov end.

Light terkejut setengah mati ketika melihat wajah anak itu. Benar – benar mirip L ! Dengan sedikit gemetar, Light menurunkan tangannya dari bahu si anak yang menatapnya takut. Light memejamkan mata dan meyakinkan dirinya bahwa yang berada dihadapannya kini hanya seorang anak kecil, bukan L. Ya, pasti bukan L. Mungkin, hanya wajahnya saja yang mirip.

Light menghela napas dan membuka matanya. Dilihatnya anak kecil itu dengan cermat, yeah, dia memang mirip L. CATAT ! HANYA MIRIP ! begitu pikir Light.

Rambut si anak hitam dan berantakan. Kulitnya putih da matanya gelap. Dia memakai kaus putih panjang dan celana jeans biru. Light seperti melihat L dalam usia belia.

Si anak masih terus menangis sembari menatap Light takut.

Hei ! apa dia tidak kedinginan ?! Musim dingin begini hanya mengenakan baju tipis itu? Light menyadari baju yang dikenakan sang anak tidak bisa melawan cuaca yang begitu dingin. Light melepas syal hijaunya dan melilitkannya dengan lembut di leher pucat sang anak.

Sang anak sedikit meronta, namun Light menahannya dengan lembut dan menjelaskan kepada sang anak bahwa dia tidak berniat jahat. Anak tersebut masih menangis dan kembali menenggelamkan kepalanya dikedua lututnya. Light mengusap rambutnya lembut dan merasakan sensasi yang pernah dia rasakan sebelumnya.

"Ehemm, kenapa kamu menangis ? Siapa kamu?" Tanya Light. Perlahan anak tersebut menatap Light.

...

TBC :)

Hayo ! siapa hayo :v L atau bukan? Wkwkwkwk :D

Semoga gak ada typo dan semoga ceritanya nyambung , dan semoga pula masih bisa ngelanjutin chapter lainnya #meringis