Annyeong! Berhubung sebentar lagi fanfic When The Last Teardrop Falls mendekati akhir kisahnya *ini bahasa author lebay banget ya -_-* sekarang author siapin fanfic penggantinya. Sebenarnya bukan fanfic baru, tapi masih ada kaitannya sama fanfic yang pertama. Yang mau tau kaitannya dimana, silahkan dibaca sampai tuntas ya. Cara penceritaan ini terinspirasi oleh tetralogi 4 musim-nya Ilana Tan *author cinta mati deh sama gaya tulisan Ilana Tan* Oke, kayanya nggak perlu banyak bacot lagi, here it is! My second fanfic with main cast Im Yoona and Cho Kyuhyun. Hope you'll like it :)
MISTAKE (I WISH YOU WERE MINE)
Sore itu, ruang latihan menari bagi trainee perempuan masih terlihat ramai. Para trainee yang berjumlah 25 orang itu baru saja selesai berlatih dan mulai mengemasi barang-barang mereka. Tak lama kemudian, mereka mulai keluar satu persatu dari ruang latihan. Ada yang langsung turun ke lobby, tetapi ada juga yang masih berkumpul di ruang duduk sambil menunggu jemputan. Sementara itu, seorang trainee masih saja sibuk berkutat dengan barang-barangnya di dalam ruang latihan.
"Aduh, dimana sih buku itu? Aku kan tidak pernah mengeluarkannya dari tas. Tapi kenapa sekarang tidak ada? Bisa gawat kalau ada yang mengambil dan membacanya. Aissh …" gerutu seorang gadis yang masih bersimbah peluh. Jika ditaksir usianya mungkin baru 14-15 tahun, namun usia belianya tidak menutupi kecantikan alami gadis itu yang mulai menjadi topik pembicaraan beberapa trainee laki-laki.
"Yoona-aa, kamu belum pulang? Latihan kan sudah selesai dari setengah jam yang lalu." Tegur pelatihnya. Gadis yang masih sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya itu mendongak dan menatap wanita paruh baya yang baru setahun ini melatihnya. Refleks ia berdiri dan membungkuk rendah pada wanita itu.
"A… Ah, annyeonghaseyo songsengnim. Maaf, saya hanya sedang mencari sesuatu." Jawab gadis yang dipanggil Yoona itu. Pelatihnya mengerutkan kening mendengar jawaban Yoona.
"Memang apa yang sedang kamu cari?" tanya pelatihnya.
"Err, itu songsengnim, buku catatan saya. Bukunya kecil, warna biru muda. Di dalamnya ada banyak catatan penting. Apa songsengnim melihatnya?" jelas Yoona sambil menatap pelatihnya penuh harap. Pelatihnya tampak berpikir sebelum akhirnya menggelengkan kepala.
"Ani. Maaf Yoona-aa, aku tidak melihatnya sepanjang latihan hari ini. Mungkin catatan kamu tertinggal di tempat lain." Yoona mendesah. Bahu kecilnya merosot, menandakan kekecewaan yang dirasakannya. Pelatih yang melihat reaksi Yoona tersenyum menenangkan dan mengelus puncak kepala gadis itu.
"Kalau begitu aku akan membantumu mencari buku itu di ruangan ini sekali lagi. Tetapi jika tidak ada, kamu harus pulang. Kasihan ayah dan kakakmu. Mereka pasti cemas kalau kamu pulang terlambat." Ucap pelatihnya bijak. Binar bahagia kembali menyala di kedua mata Yoona. Senyumnya yang tadi hilang kini kembali mengembang.
"Gomapseumnida songsengnim! Anda memang pelatih terbaik yang pernah saya kenal." Puji Yoona tulus. Pelatihnya tertawa kecil mendengar pujian itu.
"Arraseo. Ayo kita cari sekarang!" ajak pelatihnya yang langsung mendapat anggukan dari Yoona. Kedua perempuan itu kini sibuk menyusuri setiap sudut dan sisi ruangan berukuran 4x5 meter yang hanya berisi sedikit properti. Sudah dua puluh menit mereka mencari, namun buku yang dimaksud tidak juga ditemukan. Dengan terpaksa Yoona harus berhenti dan pulang seperti saran pelatihnya.
"Sudahlah Yoona-aa, mungkin buku itu masih di rumahmu dan lupa kamu bawa. Hari sudah mulai gelap. Jangan membuat ayah dan kakakmu khawatir terlalu lama. Pulanglah." Perintah pelatihnya.
"Ne, songsengnim. Semoga buku itu memang ada di rumah. Terima kasih atas bantuannya. Saya pulang dulu songsengnim. Annyeonghi gyeseyo." Pamit Yoona sambil membungkuk rendah ke pelatihnya. Ia telah mengenakan syal dan jaketnya. Tas ransel coklat miliknya juga telah tersandang di bahunya. Gadis itu telah siap untuk pulang.
"Ne, hati-hati di jalan Yoona-aa." Pesan pelatihnya sebelum gadis itu menghilang dari balik pintu. Lima tahun telah berlalu. Kejadian hilangnya buku catatan Yoona seakan terlupakan begitu saja. Bahkan buku itu juga tidak dapat ditemukan dimanapun. Hingga akhirnya Yoona menyerah dan mulai melupakan buku itu beserta catatan-catatan penting di dalamnya. Catatan yang akan menuntunnya ke seorang pemuda yang kelak menjadi cinta pertamanya.
-o0o0o-
Malam ini langit kota Seoul tampak mendung. Butiran-butiran kecil salju mulai berjatuhan dan melapisi jalanan serta atap bangunan dengan warna putih keperakan. Udara terasa dingin menusuk tulang. Hal ini tidak aneh mengingat saat ini Seoul telah memasuki musim dingin. Temperaturnya saja menunjukkan -10°C menurut pembawa berita di televisi yang tengah menayangkan segmen prakiraan cuaca hari ini.
Tampak delapan gadis dengan kisaran usia 20 tahun tengah menghangatkan diri di ruang santai apartemen yang telah menjadi dorm mereka setahun lalu. Televisi berukuran 21 inch di atas rak buku kayu rendah tampak menghiasi ruangan yang didominasi oleh warna putih itu. Selain televisi, ada juga stand lamp berpenutup kertas di pojok ruangan. Berbagai pigura foto beraneka ukuran tampak menghiasi dinding. Selanjutnya karpet berukuran sedang terhampar menutupi hampir seluruh lantai keramik di ruangan tersebut. Beberapa bantal kecil bersarung coklat muda tersebar di atas karpet dan menjadi tumpuan maupun bantalan bagi kedelapan gadis yang asyik menonton televisi.
Kegiatan ini sangat jarang mereka lakukan mengingat padatnya jadwal mereka semenjak debut sebagai girlband beranggotakan sembilan orang yang bernama So Nyuh Shi Dae (SNSD). Seorang dari mereka sedang berada di luar dorm karena ada jadwal pengambilan gambar untuk iklan seragam sekolah bersama salah satu senior mereka di naungan manajemen yang sama.
"Aish, di luar dingin sekali. Kasian Yoona, dia pasti kedinginan saat ini." Ujar salah seorang dari mereka yang menjadi roommate Yoona, Yuri. Perkataan Yuri mengalihkan perhatian gadis lainnya dari layar televisi.
"Tentu saja tidak. Di sana kan ada manajer oppa. Tidak mungkin manajer oppa akan membiarkannya kedinginan." Jelas gadis itu sesantai mungkin. Yuri menatapnya dan mendesah.
"Ne, aku tahu itu, Fany eonnie. Aku hanya khawatir saja." Ujar Yuri lirih.
"Jangan berlebihan seperti itu, Yuri-aa. Yoona bukan anak kecil lagi yang tidak bisa menjaga diri." Sanggah gadis lainnya yang meletakkan kepalanya di kaki jenjang Yuri dengan bantal di pelukannya.
"Ne, ne, arrachi Sooyoung-aa. Tapi… hei, aku lebih tua darimu Sooyoung-aa! Jangan memanggilku tanpa tambahan eonnie di belakang namaku seperti itu." ucap Yuri entah untuk yang keberapa kalinya pada Sooyoung.
"Shirreo! Aku tidak suka senioritas yang terlalu dijunjung tinggi di negara ini. Di Amerika saja mereka boleh memanggil nama pada orang yang lebih tua setahun-dua tahun." Bantah Sooyoung cepat.
"Itu di Amerika, Sooyoung-aa. Sekarang kamu ada di Korea, tentu saja harus mengikuti budaya Korea. Termasuk masalah perbedaan usia itu." jelas seorang gadis yang tertua di antara mereka, Taeyeon. Sooyoung merengut mendengar itu dan berpura-pura fokus pada televisi yang kini sedang menampilkan iklan produk pelangsing tubuh.
"Tidak bisakah kau belajar untuk lebih sopan pada eonniemu seperti Yoona dan Seohyun?" tanya Yuri lembut. Sooyoung kembali menggeleng.
"Shirreo. Aku bukan Yoona ataupun Seohyun. Aku adalah Choi Sooyoung." Jawab Sooyoung yang hampir mendapat amukan dari member lainnya yang memang lebih tua darinya kalau saja tidak dihentikan oleh gadis termuda di kelompok mereka.
"Sudahlah eonnie, tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Toh sudah setahun ini kita meminta hal yang sama dari Sooyoung eonnie, tapi Sooyoung eonnie tidak mau. Kita tidak bisa memaksanya terus seperti ini." Ucap Seohyun yang memang terkenal sebagai maknae yang berpikiran dewasa. Baru saja Sooyoung ingin menanggapi ucapan Seohyun, bel apartemen berbunyi.
"Itu pasti Yoona! Biar aku yang bukakan pintunya!" teriak Yuri penuh semangat. Saking semangatnya ia lupa pada Sooyoung saat berdiri dan membuat kepala gadis itu membentur karpet.
"Aawwh! Ya! Aish, tidak bisakah kau berdiri pelan-pelan? Aduh, kepalaku." Sungut Sooyoung yang tidak mendapat tanggapan apapun dari Yuri. Terang saja karena gadis itu telah berlari ke pintu apartemen dan membukakannya untuk Yoona, her roommate.
"Sooyoung eonnie, gwaenchanayo" tanya Seohyun khawatir. Gadis itu sampai mendekati Sooyoung dan memeriksa kepala eonnienya yang terbentur.
"Gwaenchana, Seohyun-aa. Memang sakit, tapi kau tidak perlu sampai khawatir seperti itu." jawab Sooyoung sambil tersenyum. Terkadang Seohyun memang khawatir berlebihan kalau menyangkut kondisi eonniedeulnya.
"Jeongmalyo? Eonnie tidak merasa pusing atau berkunang-kunang seperti itu? Apa tidak sebaiknya kita periksa ke dokter untuk memastikan eonnie tidak mengalami gegar otak atau semacamnya?" tanya Seohyun dengan wajah polosnya. Kontan pertanyaan Seohyun itu mengundang gelak tawa dari empat eonnienya yang lain. Sementara itu Sooyoung kembali bersungut-sungut mendengarnya. (Kenapa empat? Yah, karena rupanya salah seorang di antara mereka sudah tertidur lelap. Gadis itu memang dikenal tukang tidur karena ia mudah tertidur dan sulit jika dibangunkan. Gadis itu bernama Jessica)
"Ya! Kau sangat berlebihan Seohyun-aa. Mana mungkin terbentur sedikit saja bisa membuatku gegar otak. Aissh.." Seohyun hanya melongo kebingungan melihat reaksi eonniedeulnya. Ia tidak merasa pertanyaannya salah atau berlebihan seperti yang dituduhkan Sooyoung.
"Memang salah ya kalau aku khawatir pada eonnie?" pertanyaan polos Seohyun selanjutnya mendapat delikan tajam dan tidak percaya dari Sooyoung. Sebelum Sooyoung sempat mengamuk pada Seohyun, Yoona dan Yuri datang bergabung.
"Annyeong eonnie! Annyeong Seohyun-aa! Aku pulang!" teriak Yoona yang semakin meriuhkan suasana di ruangan itu.
"Annyeong Yoona-aa. Bagaimana pemotretannya?" tanya Taeyeon sambil menggeser posisinya dan memberikan Yoona tempat untuk duduk.
"Aah, semuanya berjalan lancar, Taeyeon eonnie! Kibum oppa sangat membantuku dalam pemotretan kali ini." Jawab Yoona semangat. Begitu mendengar nama Kibum, Sooyoung berlari mendekati Yoona dan melupakan kepolosan Seohyun sebelumnya. Sooyoung memang paling lemah dengan sosok laki-laki yang dinilainya memiliki penampilan fisik berada di atas rata-rata, dan Kibum termasuk di dalamnya.
"Kau dipasangkan dengan Kibum oppa? Wah, betapa beruntungnya dirimu! Dari awal aku sangat mengidolakan Kibum oppa. Apa kau meminta tanda tangannya? Apa kau berfoto dengannya?" tanya Sooyoung bertubi-tubi. Yoona membulatkan matanya dan menatap bingung ke arah Sooyoung.
"Ya! Sooyoung-aa, Yoona baru saja pulang dan kau malah menanyakan Kibum oppa. Biarkan dia istirahat dulu." sembur Tiffany yang membuat Sooyoung cemberut. Yoona yang berhasil mencerna pertanyaan Sooyoung tertawa melihat tingkah laku keduanya.
"Hahaha, tidak apa-apa Fany eonnie. Aku bisa mengerti. Dan Sooyoung eonnie, mianhae, aku tidak meminta tanda tangannya. Kalau masalah foto, skenarionya kan memang aku berfoto dengannya. Mungkin nanti bisa aku mintakan hasilnya pada kru setelah dicetak." Jawab Yoona yang kembali membangkitkan semangat Sooyoung.
"Jinjja? Ah, gomawo Yoona-aa! Kau memang dongsaeng yang terbaik!" pekik Sooyoung sambil memeluk Yoona erat.
"N..ne, eonnie. Che..onmaneyo." balas Yoona yang terjepit di pelukan erat Sooyoung. Sebelum Yoona mati lemas karena tercekik Sooyoung, Yuri segera menarik Yoona menjauh.
"Ya! Kau, berhenti mencekik Yoona seperti itu! Kau membuatnya tidak bisa bernapas tahu." Ujar Yuri yang melotot garang pada Sooyoung. Melihat pelototan itu Sooyoung langsung melepas pelukannya dan membuat Yoona limbung sesaat. Untunglah Taeyeon berhasil mencekal pergelangan gadis itu sebelum ia mendaratkan pantatnya di lantai yang dingin.
"Ayo Yoona-aa, lebih baik kau ke dapur dan menghindar dari keributan ini. Aku sudah memanaskan susu untuk temanmu makan sereal." Ajak Taeyeon sambil menggiring Yoona ke dapur kecil mereka. Yoona menurut. Sesampainya di dapur ia melihat Taeyeon telah menyiapkan semangkuk penuh sereal kesukaannya dan segelas susu hangat.
"Gomawoyo eonnie! Tahu saja kalau aku masih lapar, hehe." Ucap Yoona yang langsung menyambar serealnya. Ia menuangkan setengah gelas susu hangat ke dalam mangkuk dan mengaduknya pelan. Setelah dirasa cukup, ia mulai menyendokkan sereal itu ke dalam mulutnya.
"Hmm, neomu mashita." Gumam Yoona senang. Taeyeon hanya tersenyum dan beranjak meninggalkan Yoona sendirian. Dia harus menengahi keributan yang terjadi sebelum tetangga apartemen mereka menggedor pintu dan mengadukan mereka kepada pengurus apartemen. Setelah beberapa teriakan kecil dan sedikit perang bantal, keributan malam itu pun usai sudah. Setelah membersihkan diri masing-masing, kesembilan gadis itu memasuki kamar dan tertidur lelap (tentu saja Jessica sudah dibangunkan untuk pindah tidur ke kamarnya) karena besok mereka harus bersiap menghadiri salah satu acara musik sebagai pengisi acaranya.
Sebelum Yoona terlelap, ponselnya bergetar dan menampilkan satu pesan di layarnya. Yoona membuka pesan itu dan menemukan satu pesan manis yang membuatnya bermimpi indah malam itu.
From : Kibum Oppa
Terima kasih untuk kerja sama yang menakjubkan hari ini, Yoona-aa. Selamat malam dan semoga mimpi indah ^^
-o0o0o-
