"Yeah, I wish..."

This is my first fanfict and originally mine. I hope you all like it and I'm sorry if the story is a bit odd hehehe...

Happy reading!

This magic story is Mum JK'S but the plot is mine.


Chapter 1

"Ayo Alex, nanti kita ketinggalan kereta!", teriak Hermione seraya menggandeng seorang cowok berusia sekitar 11 tahun berambut cokelat gelap seperti dirinya. Alex masih memandangi Stasiun King Cross yang ramai hari itu, tanggal 1 September 1996. Mereka berdua bergandengan tangan menembus sebuah dinding untuk mencapai Peron 9¾. "Wah, Hermione. Aku tak percaya kita baru saja menembus dinding!", ucap Alex dengan riang. Hermione tersenyum mendengarnya. 'Ya, aku juga, Alex. Sampai sekarang aku masih merasa heran namun juga senang, karena aku memiliki kemampuan sihir. Sekarang, kau harus percaya juga pada sihir dan gunakan secara bijak." "Ya, Mione.", balas Alex.

Mereka berdua berjalan mencari teman-teman Hermione. "Harry, Ron!", panggil Hermione sambil berjalan agak cepat. Alex yang masih kecil tidak dapat menyaingi kemampuan berjalan Hermione yang seperti sedang dikejar Banshee. Karena Alex tergesa-gesa mengejar Hermione, Ia tanpa sadar menabrak sepasang kaki panjang bercelana hitam dan bersepatu mahal. Alex mendongak. "Hei, kau! Sembarangan saja kau jalan! Setelan mahalku jadi kotor nih!", ucap sang pemilik kaki panjang bercelana hitam itu, yang tak lain tak bukan, adalah Draco Lucius Malfoy. "Ma-ma-mafkan aku ehm...", ucap Alex terbata-bata. "Rasanya aku belum pernah melihatmu. Kau murid baru ya?", Draco bertanya setelah mengamati Alex. "Iya. Ehm, kenalkan. Aku Alex. Alex Granger.", jawab Alex seraya mengajak Draco untuk bersalaman. Sebelah alis Draco terangkat dan matanya membesar. "Kau anak dari Hermione? Tak kusangka Ia telah punya anak. Jelas saja tingkahnya seperti Ibu-ibu yang cerewet sekali.", ucap Draco lengkap dengan nada sarkastiknya. "Bukan, aku...", Alex berhenti menjawab karena tangannya disambar Hermione. Mau tak mau Alex mengikuti Hermione yang meninggalkan Draco dengan tatapan aku-masih-penasaran.

"Alex, aku kan sudah bilang jangan mejawab pertanyaan orang yang baru kau kenal. Itu berbahaya!", ucap Hermione kesal. Mereka telah duduk di kompartemen bersama dengan Harry, Ginny dan Ron. "Aku hanya meminta maaf padanya karena tadi aku menabraknya. Kau jalannya cepat sekali, Mione. Aku kan masih kecil.", ucap Alex membela diri. "Masalahnya, dia itu orang yang paling aku benci. Dia yang selalu memanggilku Mudblood dan menertawai kami ― aku, Harry dan Ron.", ucap Hermione sedih. Alex tertegun. Di kepalanya berbunyi 'ding-dong", yang berarti Hermione berbohong. Ah, mana mungkin Hermione berbohong, batin Alex. Paling alarmnya sedang error pikirnya. Namun, pikiran tentang kemungkinan Hermione berbohong terus terngiang di kepalanya, bahkan sampai Hogwarts Express berhenti melaju...

"Alex, ayo kita turun!". Alex tergagap kaget. Hermione tidak memerhatikannya. Alex berjalan pelan-pelan mengikuti Hermione.

Makan malam di Aula Besar

"Drake, kau sudah tahu belom? Ternyata, tahun ini ada lagi Mudblood yang diterima. Namanya Alex Granger." , ucap Pansy sambil mengambil anggur untuknya. "Ya. Aku sudah bertemu dengannya. Dia anak si Granger.", jawab Draco kalem. Pansy menyemburkan anggurnya yang mengenai wajah Blaise. Draco terbahak, sedangkan Blaise melayangkan pandangan awas-kau-Pansy-aku-akan-membalas. Pansy ingin tertawa juga, namun jika Ia lakukan hal itu, entah apa yang akan dilakukan oleh pewaris pertama The Sparkling, Rumah Wine no.1 di dunia sihir itu padanya. "Maafkan aku, Blaise. Pernyataan Draco bahwa si Mudblood Granger telah mempunyai anak membuatku sangat shock.", ucap Pansy dengan nada memelas. "Yah, Pans. Kau tidak salah sih. Aku juga sangaaaaat kaget pada kenyataan bahwa Alex Granger adalah anaknya. Wow.", ucap Blaise.

"Ya, dan aku akan membuat anak itu sangat menderita sebagai balas dendam kepada ibunya.", ucap Draco dengan dinginnya.

Seleksi Asrama sebentar lagi akan dimulai. Murid-murid baru sudah tak sabar menunggu. Seperti biasa, siswa dipanggil menurut abjad awal nama mereka. Alex Granger yang pertama. Alex berjalan mantap ke depan, menuju Professor Minerva McGonaggall dengan Sorting Hat yang telah menunggunya. "Silahkan duduk Mr. Granger.", kemudian Professor McGonaggall menaruh The Sorting Hat di atas kepala Alex. Kemudian sang topi berkata, "Kecerdasan yang mengagumkan, keberanian, kejujuran dan ah... tampaknya kau mempunyai kemampuan ekstra, Ales. Sangat spesial. Hmm... kemana aku harus menaruhmu?". Sang topi kemudian berteriak, "Ravenclaw.". Para murid Ravenclaw pun bersorak-sorak karena mendapatkan seorang newbie yang 'wah'. Kemudian, proses seleksi terus dilanjutkan...

Di meja Gryffindor...

"Mione, kenapa ya, sepupumu masuk Ravenclaw? Dia seharusnya bersama kita saja.", ucap Harry. "Apa kau tidak tahu, Harry? Satu Hermione saja sudah membuatku pusing, apalagi sepupunya? Aku tak bisa bayangkan.", jawab Ron sambil kembali menikmati sup dombanya. "Hhhh..., aku juga berharap dia di Gryffindor saja. Namun, menurutku Ravenclaw cocok untuknya. Dia agak pendiam.", jawab Hermione. "Namun, tentu saja karena dia tidak berada di Gryffindor, aku agak cemas. Dia tidak dapat kuawasi terus-menerus. Aku takut." "Tenang, Mione. Alex anak yang cerdas sama sepertimu. Dia pasti dapat melewati hari-harinya di Hogwarts dengan sempurna..", balas Harry.

"Yeah I wish...", ucap Hermione lirih.