Warning: AU. OOC. Typo. Ugly descript and diction (well, I think). ANOTHER HIGH-SCHOOL FIC FROM mysticahime. Not very keen on romance. Mostly friendship. SasuSaku meets another pairing. DON'T LIKE DON'T READ. C&C is accepted. Reviews are received with open-hearted.Different POV in every chapter. NOT A CHARA BASHING FIC!
Disclaimer: I never own Naruto. All is Masashi Kishimoto's masterpiece. Just borrow the characters for my own fiction.
Enjoy.
.
.
.
.
mysticahime™
proudly presents
another high-school fic
Inspired from dorama 'Dragonzakura'
© 2011
.
.
.
.
Don't be dubious to move forward
Don't be afraid to fight your way
'Cause you're not alone
We're all...
U N D E R T H E S A M E S K Y
.
.
.
.
Chapter 1: Sakura — Depraved
Sebuah sekolah kerap dikenal sebagai tempat menuntut ilmu. Wadah yang menjadi sumber penyaluran edukasi bagi anak-anak lelaki dan perempuan yang sanggup membayar tuitisi wajib yang dibebankan oleh penyelenggara pendidikan kepada calon-calon anak didiknya.
Sebuah sekolah biasa dianggap sebagai media pertama yang membaurkan seorang anak ke dalam masyarakat luas—terjun ke dalam dunia sosial budaya yang sebenarnya. Kemampuan intelegensia bocah-bocah pengenyam ilmu itu akan sangat diasah demi kemajuan dunia pengetahuan.
—dan bagiku, semua kata-kata di atas adalah sia-sia.
Orang-orang tua yang kolot itu selalu berpendapat bahwa hanya anak yang berpendidikan tinggi yang akan sukses di masa yang akan datang. Semua itu BOHONG. Siapa yang memerlukan edukasi? Siapa yang mencantumkan fakta bahwa sekolah merupakan tempat terbaik untuk mengasah emosi?
Karena bagiku, sekolah adalah sebuah neraka.
.
.
.
.
Adalah SMA Konoha, tempatku menuntut ilmu. Aku sama sekali tidak memedulikan apa yang orang-orang katakan mengenai sekolahku—bisa dibilang aku sangat membenci sekolah itu. Bila saja keuangan tou-san dan kaa-san tidak terbatas, aku tidak akan mau bersekolah di sekolahan yang berada di pinggiran kota Tokyo ini.
Jangan tanya kenapa aku membenci sekolahku—kurasa karena anak-anak di sekolah ini sangat brengsek.
Setiap pagi—ketika melewati gerbang SMA Konoha yang terbuat dari dua buah pilar yang dirambati oleh sulur-sulur tanaman—entah mengapa rasanya seperti melewati gerbang neraka saja. Seolah ada beban berat yang mencegahku untuk melangkah lebih lanjut ke dalam gerbang itu.
SMA Konoha tidak mempunyai dinding dengan cat kusam yang mulai mengelupas atau langit-langit yang berlumut atau lantai yang berdebu dan bertebaran puntung rokok di mana-mana. Hanya saja, SMA Konoha merupakan tempat anak-anak asosial yang bersikap apatis dan egois satu sama lain. Jumlah siswanya pun tidak banyak—hanya ada tiga buah kelas di dalamnya, masing-masing untuk tiap angkatan. Di kelas tiga—tempatku belajar—sejauh ini hanya ada tujuh orang siswa. Dua perempuan dan lima laki-laki.
Dua orang perempuan itu adalah aku dan Yamanakai Ino. Dan lima orang laki-laki itu adalah Nara Shikamaru, Akimichi Chouji, Inuzuka Kiba, Uzumaki Naruto, dan Uchiha Sasuke.
Yamanaka Ino adalah gadis paling centil yang pernah ada di dunia—sepanjang pengetahuanku. Ino tak pernah bisa melepaskan cermin dan sisir dari kedua tangannya, juga se-pouch make-up. Setiap lima menit sekali, ia akan merapikan tatanan rambutnya, kemudian membenarkan riasan wajahnya.
Nara Shikamaru. Laki-laki berambut nanas coklat tua itu bisa dibilang seorang pemalas tingkat akut. Kerjaannya sehari-hari hanyalah datang ke sekolah dengan seragam berantakan dan wajah masam yang selalu mengantuk, kemudian menenggelamkan diri dalam alam bawah sadar sepanjang pelajaran berlangsung. Shikamaru sebenarnya adalah murid yang pandai, bisa dibilang jenius malah. Namun, ia sama sekali tidak mau memanfaatkan kejeniusannya.
Akimichi Chouji. Bisa dibilang laki-laki bertubuh gempal ini sahabat kental Shikamaru. Chouji tidaklah bodoh, namun yang ia perhatikan hanyalah makanan, makanan, dan makanan. Aku tak akan heran bila suatu hari ia akan berubah menjadi bola raksasa yang berkomposisi tendon, osteon, dan tumpukan lipid.
Inuzuka Kiba. Pemuda yang mengenakan tato merah memanjang pada kedua pipinya itu adalah makhluk paling asosial yang pernah kukenal. Kiba selalu membiarkan anjing putihnya, Akamaru—yang sama sekali tidak mengandung unsur warna merah* pada bulu-bulunya—mondar-mandir di dalam sekolah. Selain itu, Kiba juga jorok. Pernah kudengar dari isu yang tersebar, Kiba mandi hanya seminggu dua kali.
Uzumaki Naruto. Di antara laki-laki yang pernah mampir dalam kehidupanku, Naruto-lah yang paling berisik. Suaranya keras sekali bila berbicara. Pemuda berambut kuning itu juga seorang pecandu ramen. Pecandu? Mengapa aku mengatakan hal itu? Bisa dibilang, satu-satunya makanan yang dimakan Naruto di kantin sekolah adalah ramen, jenis apapun. Selain itu, kepintaran Naruto juga tidak bisa dibilang luar biasa. Nilai-nilainya berada pada batas mean, terkadang berada jauh di bawah titik yang ditetapkan. Dan yang lebih menyebalkan lagi, Naruto selalu menggangguku.
Dan yang terakhi adalah Uchiha Sasuke. Sasuke adalah orang paling apatis dan egois yang pernah ada di muka bumi. Dingin, irit bicara, dan sinis. Selain itu, ia juga tidak pernah memerhatikan orang lain selain dirinya sendiri. Meskipun wajah dan otaknya bisa dibilang oke, ia sama sekali tak patut menjadi seorang idola. Kurasa sikap menyebalkannya itu tertanam dalam jiwanya karena ia adalah anggota klan Uchiha—klan yang mendominasi dunia bisnis di Tokyo. Aku tidak tahu mengapa orang kaya sepertinya masuk ke sekolah di pinggiran kota seperti kami—anak-anak bermasalah lainnya—namun aku segera memaklumi bahwa tidak akan adal perguruan yang mau menerima makhluk arogan seperti itu.
—dan, yeah, mau tidak mau, melewatkan waktu tiga tahun bersama-sama membuat kami semua cukup dekat—kecuali Sasuke—walaupun kami masih membentengi diri.
Sungguh, untuk apa saling membuka diri pada sesama makhluk-makhluk asosial?
Seperti yang kukatakan tadi, sekolahku bukanlah sekolah yang bisa dibanggakan. SMA Konoha kerap dikatai penyelenggara pendidikan yang 'rusak'.
Ya, rusak. Sama seperti kami. Setidaknya sampai kedatangan seorang pria yang mengaku akan memperbaiki SMA Konoha hingga ke akar-akarnya.
●●●To be Continued●●●
*merah = aka
Author's Bacot Area
Sebuah awalan yang pendek dan juga masih belum jelas konfliknya. Yup, inilah karya abal-abal dari seorang mysticahime. Konflik akan dijelaskan pelan-pelan di chapter selanjutnya. Maafkan bila plotnya berjalan lambat, juga bila per-chapter-nya tidak panjang seperti UadM atau UGUTR ;p
Kritik? Saran? Silakan ke kolom review :)
Avec mon plaisir,
mysticahime
09022011
