You and Me in One Story

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Story by : PhiruFi

Rate : T

Pairing : Ino. Y x Naruto. U ( akan berubah di chapter selanjutnya )

WARNING : OOC ( Maybe :3 ) , mainstream (?) , membosankan, Bahasa diksi EYD ( masih harus belajar XD )

Selamat membaca, kuharap kalian suka

Summary :

Yamanaka Ino, gadis remaja yang biasanya ceria, hiperaktif dan selalu cerewet ini tiba-tiba terdiam dan berubah dari sifat biasanya itu. Bukan tanpa sebab ia seperti itu, semua ini karna masalahnya. Masalah yang menurutnya begitu berat. Bisakah ia melewati semuanya? Dengan perjalanan kehidupan ke dunia luar yang asing baginya? Kehidupan yang sesungguhnya baru akan dimulai. Akankah ia menemukan takdir benang merahnya?

Hembusan angin malam berhasil menembus kulit dan menusuk tulangnya. Ini salahnya sediri, mengingat sekarang ia mengenakan gaun tanpa lengan bewarna softpurple, warna kesukaannya. Seharusnya ia pulang sekarang, bukan malah duduk di bangku taman, meringkuk sambil memeluk kedua lututnya. Penampilannya sangat kacau. Rambut pirang yang tadinya ia sanggul rapi kini telah tergerai berantakan. Pandangannya lurus kedepan namun kosong, lebih tepatnya melamun.

' Apa yang harus aku lakukan? ' batin Ino. Memejamkan mata seraya menghela nafas. Mungkin Ia akan terlelap kalau saja tidak ada sesuatu yang mengganggu. Sebuah tepukan pelan dikepalanya. Ia segera membuka mata dan mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang.

" Kenapa masih disini? Kau tidak pulang? " tanya seorang laki-laki dengan rambut yang hampir sama dengannya, namun lebih terang.

Yang ditanya hanya diam, iris aquamarine bertemu dengan shappire milik laki-laki itu. Meskipun tidak jelas karna hanya cahaya redup rembulan yang menjadi penerang saat ini. Namun ia tau jelas siapa orang itu, dari suaranya saja ia sudah sangat mengenalnya. Uzumaki Naruto, sahabatnya dari kecil.

" Aku pikir tidak ada salahnya duduk disini sebentar. " jawab Ino memecah keheningan dan mengakhiri pertemuan kedua mata indah mereka.

" Aku tau, tapi lihat gaunmu itu, kau bisa sakit. Gunakan ini. " ucap Naruto lalu ia melepas dan memakaikan jas hitamnya untuk Ino.

" Terimakasih, Naruto-kun. " gumam Ino namun masih cukup jelas terdengar di telinga Naruto.

" Sebenarnya apa yang terjadi? Tidak biasanya kau seperti ini. Apa ada masalah? Kau bisa bercerita. " tanya Naruto khawatir dengan keadaan langka yang terjadi pada sahabat cerewetnya itu.

Ino hanya terdiam, sama sekali tidak berkeinginan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya itu. Kini ia berdiri di depan Naruto dengan sebuah senyum tipis yang tidak tulus tentunya. Senyum palsu untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja sekarang.

" Aku pulang duluan. Kapan-kapan akan aku ceritakan masalahku jika ada, tapi sekarang semuanya baik-baik saja, Naruto-kun. Kau tidak perlu khawatir. Baiklah aku pulang, aku bawa sepeda. Jadi sampai jumpa. " kata terakhir terucap di bibir Ino sebelum ia beranjak pergi meninggalkan Naruto berdiri mematung sendirian di bawah cahaya rembulan.

Tidak memerlukan waktu lama bagi Ino untuk sampai kerumah. Jarak rumah dengan taman tadi cukup dekat, hanya perlu 10 menit saja. Ia memasuki pekarangan rumah kecil dengan banyak pot dan tanaman hias menyejukkan. Ia parkirkan sepedanya dan segera masuk ke rumah, tapi sebelumnya ia mengunci gerbang, tapi kalau dipikir-pikir mana ada orang jahat yang mau masuk ke rumah seerhana milik keluarga Yamanaka ini kalau saja gerbang dengan tinggi sepinggang orang dewasa itu terbuka. Tentu saja jawabannya tidak ada.

Ia melangkah pelan memasuki rumahnya, menutup pintu dan berjalan mengarah keruangan dimana Ayahnya berada. Langkahnya terhenti di depan pintu kamar setelah teringat masih ada jas menggantung dibadannya, jas milik Naruto. Segera ia lepas dan menaruh asal dikursi terdekat dimana ia berdiri sekarang.

CLEK

Pintu terbuka, menampakkan seorang pria paruh baya terbaring dengan lemah.

" Tou-san menunggumu, Ino-hime. " suara ayah Ino, Inoichi Yamanaka. Terdengar sangat pelan dan lemah.

Ino mendekat dan menggenggam erat tangan Ayahnya. Sekuat tenaga ia menahan agar air mata tidak jatuh. Hal ini akan memperparah keadaan saja.

Masalah datang tak habis-habis. Toko bunga dan rumahnya disita karna hutang Ayahnya untuk biaya pendidikan Ino. Ino bahkan tidak tau soal itu, kalau saja ia tau, mungkin ia lebih memilih bekerja daripada melanjutkan sampai tamat SMA. Lebih baik putus sekolah dibanding harus kehilangan toko bunga dan rumah penuh kenangan dengan ibunya, Misaki Yamanaka yang meinggal dunia saat Ino berumur 10 tahun karena kecelakaan. Pacarnya, Suigetsu kepergok bercinta dengan Karin, sepupu Naruto. Dan yang paling berat sekarang, Ayahnya menderita gagal ginjal dan harus segera dioperasi. Uang darimana? Untuk makan saja, Ino dan Ayahnya harus hemat. Tabungannya jika dihitung mungkin hanya bertahan sampai 6 bulan saja. Sebenarnya masih ada Sakura dan Naruto sahabat setianya, tapi tidak mungkin Ia meminjam uang pada mereka. Itu sangat merepotkan.

Ino tersadar dari lamunannya karna sebuah sentuhan lembut di surai pirangnya. Siapa lagi pelaku kalau bukan Ayahnya.

" Ayah, aku bukan lagi putri kecil Ayah. Aku sudah 17 tahun sekarang. Dan aku berhak memilih jalanku sendiri. Aku tidak akan bergantung terus dengan Ayah, apalagi aekarang Ayah sedang sakit. Keputusanku sudah bulat. Aku akan ke Tokyo untuk bekerja. " ucap Ino panjang lebar, air matanya tidak dapat tertahan lagi. Jatuh bebas begitu saja di pipinya.

" Aku akan melanjutkan kuliahku jika semua sudah membaik. Aku juga akan bekerja keras untuk mengembalikan rumah dan toko bunga kita Ayah. Percayalah, semua akan baik-baik saja. " lanjut Ino meyakinkan Ayahnya.

" Ino... " Ayahnya masih setia mengelus surai milik putrinya itu. Baginya, mau umur berapapun, Ino tetaplah Ino. Putri kecil di keluarganya yang tidak boleh terluka sedikitpun. Sebelum Ibunya meninggal, Ino adalah gadis kecil manja yang tidak bisa apa-apa. Tapi semua berubah sejak kepergian Ibunya dan beberapa masalah kesehatan yang dialami Inoichi. Ino berubah jadi gadis mandiri, melakukan semua pekerjaan rumah untuk meringankan bebannya.

" Percayalah, Ayah. Sebulan sekali aku akan pulang. Dan memastikan semuanya baik-baik saja. Aku sudah merencanakan semuanya. Besok sore aku akan berangkat. Hana-nee akan menemani Ayah selama aku di Tokyo. "

Sifat keras kepala Ino membuat Ayahnya dengan terpaksa menyetujui rencana putrinya itu. Inoichi hanya bisa menghela nafas pasrah dan berdoa agar Tuhan selalu melindungi harta berharga satu-satunya yang ia miliki.

Di kereta dengan tujuan Kyoto-Tokyo adalah tempat Ino berada sekarang. Duduk di dekat jendela sambil menikmati pemandangan luar yang lebih menarik dibanding melihat orang-orang berdesakan didalam kereta. Beruntung ia bisa mendapat tempat duduk sehingga tidak berdiri dan berdempetan dengan bermacam jenis orang yang tidak ia kenal.

Ino melihat layar ponselnya, terdapat 15 panggilan masuk dan 10 email. Tidak salah lagi ini pasti karna Sakura. Kepergiannya ke Tokyo sangat mendadak dan dengan sengaja Ino tidak memberi tau Sakura dan Naruto agar mereka tidak khawatir. Sesampainya di Tokyo nanti Ino akan menelepon Sakura dan bersiap dengan omelan panjangnya.

Sampai di Tokyo tepat pukul 10 malam. Ino melangkahkan kakinya pelan menjauh dari Stasiun. Ino memilih berdiri di halte yang cukup sepi, mengeluarkan ponsel dan menekan nomer yang sudah hafal diluar kepala.

" Ino! Kau kehilangan akal atau bagaimana? Tega sekali, kau anggap aku ini apa? Aku sahabatmu. Berceritalah jika kau ada masalah. Aku akan membantumu. Berapa uang yang kau butuhkan? Berapapun akan aku berikan. Jadi kembalilah, Ino! Kau tidak aku akan membencimu!" oceh Sakura dengan nada kesal bercampur marah.

" Sakura, maafkan aku. Aku akan kembali akhir bulan nanti. Aku hanya ingin mengukur kemampuanku. Bukannya aku bermaksud menyinggungmu atau bagaimana aku hanya- hey! " penjelasan Ino terputus saat seseorang dengan paksa merebut ponselnya dan berlari menjauh. Dengan cepat Ino berlari mengejar seseorang dengan jaket hitam yang tadi mencuri ponselnya. Ino sempat melihat wajahnya tadi, tapi tidak begitu jelas. Tatto segitiga terbalik di kedua pipi orang itu.

" Hey! Berhenti, pencuri! " teriak Ino sedikit kesusahan karna ia juga harus menarik koper yang lumayan berat di tangan kirinya.

Sekuat apapun Ino berteriak, tidak akan ada yang menolongnya. Jalanan terlihat sepi. Larinya juga tidak begitu cepat, bahkan sudah jelas ia tertinggal jauh dan aksi kejar-kejaran ini hanya berakhir sia-sia. Tapi Ino tidak peduli, setidaknya Ia sudah berusaha, siapa tau keberuntungan berpihak kepadanya. Pandangannya lurus kedepan menatap punggul pencuri dan tidak memperhatikan sekeliling sampai sesuatu mendekat.

PIM PIM PIM

Klakson mobil Maybach Exelero terdengar begitu dekat dan dengan kecepatan cukup tinggi melaju kearah Ino. Pengendara mobil itu menginjak pedal rem dan berusaha mengurang kecepatan. Dengan susah payah pengendara itu lakukan karna kondisinya sekarang setengah mabuk dan sangat kacau. Belum sempat Ino berlari menghindar,

DUARG!

Mobil itu menabrak dan menghempaskan tubuh Ino lumayan jauh bergesekan dengan aspal. Ino masih bisa melihat walau pandangannya mulai mengabur, seseorang berlari kearahnya, tepatnya seorang pria. Belum sempat ia melihat wajah pria itu, semuanya sudah gelap. Kesadaran Ino hilang sepenuhnya.

To be continue

Don't forget to REVIEW this Story Arigatou Minna~

Pairing bisa berubah kapan saja maafkan Phi-chan yang labil ini