Disclaimer : Naruto bukan punya Naw
Enjoy d story!
000
Pernah ngebayangin jadian sama Hinata Hyuuga? Pembaca tahu kan, Hinata Hyuuga yang merupakan anaknya Hiashi Hyuuga, kakaknya Hanabi Hyuuga, dan sepupuan sama Neji Hyuuga? Kalo gak ngerti dari silsilah keluarga, gimana kalo saya bilang Hinata Hyuuga yang temen deketnya Shino Aburame dan Kiba Inuzuka –jangan lupa, si Akamaru juga? Gak ngerti juga? Saya deskripsiin tetek bengeknya aja deh...
Hinata Hyuuga itu seorang cewek berusia 17 tahun. Sekarang sih masih kelas 2 SMA. Mukanya, lumayan. Rambutnya, lumayan. Matanya, lumayan. Hidungnya, lumayan. Bibirnya, lumayan.
…
Intinya, orangnya lumayan. Secara umum sih, lumayan… aneh… ziiiiiing… uhm, maksud saya, lumayan menarik –kalo kalian mengenalnya dekat. Ngomong-ngomong tentang aneh, sebenarnya kita semua kan aneh. Cuma tingkat keanehannya aja yang beda, tul gak?
Well, saya keluar area nih… Balik ke masalah awal. Ada yang pernah ngebayangin jadi pacarnya Hinata?
.
.
.
Lebih baik jangan deh. Pikirkan nasib kalian.
Saya juga gak ngebayangin jadi pacarnya kok. Lha wong saya ini cewek. Tapi kalo saya jadi cowok, saya… juga gak mau sih. Soalnya saya terlanjur suka sama mas Ryosuke, jadi… mo jadi cewek ataupun cowok, tetep sama mas Ryosuke :3 Back to the problem, saya cuma bisa nyaranin untuk jangan ngebayangin, soalnya banyak hal-hal yang mesti dipertimbangkan melalui pemikiran mendalam. Cukup satu orang Sasuke Uchiha sajalah korban menjadi pacar Hinata –pertama dan terakhir. Berbagai macam usaha harus dilalui si Uchiha yang konon katanya punya wajah paling cool se-Konoha ini buat jadi pacarnya si Hinata.
000
Be My Girl
By : Naw d Blume
000
Sasuke meraih tangan Hinata dan mengendus –mencium- tangan itu, "Hinata, jadilah kekasihku, yang pertama… dan terakhir…"
Hinata yang sedikit memerah itu pun berkata dengan gugup, "Ummm, Sasuke…"
"Ya?"
"Bukankah dulu Sasu sudah pernah pacaran sama Karin?"
Hening sejenak.
"He-eh… aku lupa. Ya udah deh, jadi kekasih keduaku?"
"Lalu, Sakura?"
"…"
"Ino?"
"…"
"Tenten?"
"…"
"Tsu…" tangan kanan Sasuke yang semula memegang tangan Hinata telah berpindah tempat menutupi bibir yang menyebutkan satu per satu mantan si pujangga cinta, sepintas terlihat sangat romantis… tapi sebenarnya sih bukan romantisme yang dicari. Sasuke mencegahnya menyebut nama mantannya yang paling tua. Jangan tanya 'mengapa' pada cowok itu. Sampai dunia gonjang-ganjing pun ia tak akan membongkar rahasia itu –well, kecuali kalau saya berkenan, sih…
"Jangan kau lanjutkan lagi, Hina… Jadilah kekasihku yang terakhir. Yang menemaniku hingga akhir nanti."
Senyuman maut yang dikata orang bisa menyebabkan para pemudi –dan pemuda- melanglang buana ke surga itu pun muncul di bibir Sasuke untuk sesaat sebelum Hinata berkata, "Ummm, hal itu… tanyakan kepada ayah, Hanabi, Neji, Shino, dan Kiba saja ya? Jawabanku ikut mereka kok…"
Gubrakk… Hinata…Hinata… tahukah kamu betapa kencangnya jantung Sasuke berdetak untuk menanyakannya langsung padamu? Lagipula, yang pengen dijadiin pacar kan kamu, bukan Hyuuga lain ataupun dua orang weirdos kawan seperjuanganmu…
000
Saat ini, Sasuke tengah duduk manis di hadapan pemimpin klan Hyuuga –Hiashi Hyuuga. Dua buah cangkir berwarna pink cerah bertengger di depan masing-masing individu. Setiap cangkir mengepulkan asap putih yang membumbung, menandakan tingkat panas teh yang dikandungnya.
"Jadi… kau bermaksud menimang putri tertuaku sebagai kekasihmu?"
Sasuke mengelap keningnya yang sedikit basah. Bukan basah karena keringat sih, tapi kena uap teh isi si cangkir. Biasa, Sasuke kalau nervos kan musti minum terus. Minuman itu, meski panas, tetap menarik di matanya yang item kaya kopi itu. Lebih enak tuh kalau minum kopi –biar matching sama matanya, tapi sayang, Hyuuga tua sesepuh klan bermata putih yang tengah duduk di depannya itu meminta dua cangkir teh panas. Umm, bukan sekadar teh panas sih, tapi teh hijau panas. Pembaca tahu kan, teh ijo gak seenak dan selezat teh biasa? Well, pertamanya, si pemimpin klan Hyuuga itu sih pengen ngasih susu rasa vanilla. Tapi gengsi dong… kan udah tua, masa masih minum susu kayak anak batita?
"Iya… ayahanda…"
Mata Hiashi Hyuuga menajam mendengar panggilan itu keluar dari mulut Sasuke si bungsu Uchiha. Belum diterima aja sudah berani manggil ayahanda. Jadi ngrasa kalau si Sasu ini sok kenal sok dekat.
"Hn. Apa alasanmu?"
"Tentu saja alasan saya karena cinta, ayahanda. Cinta saya kepada Hinata seperti sebuah tetesan air dalam gua…"
Sesepuh kita ini menggenggam cangkir teh di tangannya semakin erat, "Beraninya bocah ini memanggilku ayahanda? Fugaku, anakmu ini sungguh…"
"Eh, sebenarnya sih seperti garam..."
"Apa? Maksudmu asin?"
Teh panas di cangkir pun tumpah perlahan karena getaran keras yang diterima si cangkir dari genggaman tangan Hiashi. Tetesannya membasahi bumi bersamaan dengan munculnya bulir-bulir keringat yang menggantikan uap teh di kening Sasuke.
"Uh, maksud saya… seperti sebuah cerita. Ayah tahu kan… kisah putri dan garam? Bagaimana tidak enaknya rasa makanan tanpa garam. Begitulah rasa cinta anaknda terhadap Hinata. Cinta anaknda sangat dalam… dan luas…"
Kalau boleh jujur, sebenarnya Hiashi enggak ngerti apa yang Sasuke omongkan. Intinya, bocah berambut pantat bebek itu suka dan cinta berat sama anaknya, Hinata. Memikirkan berbagai macam hal dalam kepalanya, Hiashi pun mengangguk-anggukkan kepalanya…
Well, Sasuke, tampaknya kau sudah dapat restu dari ketua klan Hyuuga itu.
000
Satu restu telah Sasuke dapatkan –restu dari ayahandanya, Hiashi. Belum jadi ayahandanya sih. Tapi nyaris, kan? Secara, dia bakalan menikah sama anak tertuanya gitu… Tapi tunggu dulu… saya saranin jangan senang dulu, kan masih butuh restu dari Hanabi, Neji, dan prennya Hinata.
000
Kedip.
Jeda.
Hembusan nafas.
Jeda.
Kedip lagi.
Jeda.
Hembusan nafas lagi.
"Jadi?" Sasuke bertanya pelan kepada sosok kecil di depannya.
Sosok yang ditanya hanya mengedip-ngedipkan matanya kemudian meminum jus brokoli-campur-bunga-kol di depannya. Jangan tanya kenapa sosok itu meminum jus itu karena saya ngerasa alasan si sosok itu agak …gak masuk akal.
Sasuke pun menarik nafas perlahan-lahan, berusaha sabar dan tegar menghadapi cobaan di hadapannya. Saat ini ia sedang berada bersama Hanabi di sebuah kios jus dekat Hyuuga Residence. Keduanya baru saja terlibat pembicaraan yang kurang-lebih-penting, paling tidak buat Sasuke Uchiha. Tentang restu untuk berpacaran dengan Hinata tentu saja.
"Hanabi…" baru saja Sasuke hendak berkata ketika Hanabi mengangkat tangannya.
"Bentar dulu…" Hanabi pun menyeruput habis jusnya, "Haaah… kenyang. Kak Sasu kalo mau punya rambut keriting tapi halus, minum jus beginian aja. Hasilnya mulai kelihatan di rambutku lho…"
Nah kan, apa saya bilang. Alasan Hyuuga kecil kita ini emang agak aneh bin ajaib. Teorinya menyatakan bahwa bentuk brokoli sama bunga kol yang mirip rambut Odi Brokoli itu mampu mengubah rambutnya menjadi keriting. Si empunya rambut lurus bak ekor kuda ini udah ngefans sama Mas Odi sejak ia melihatnya muncul di sebuah acara infotainment. Rambut keriting saingan brokoli itu mempesonanya, membuatnya menatap layar kaca tanpa berkedip –bahkan mulutnya pun menganga, menampilkan sesuatu pada dunia sesuatu yang kita sebut sebagai iler. Ia pun bertekad memiliki rambut semacam itu, yah… supaya enggak kembaran sama anggota klan Hyuuga lainnya. Kapan lagi ada Hyuuga berambut kribo kalau bukan dia?
"What the hell?"
"Enggak mau, Hana. Rambut gue nih udah cool banget. Lihat modelnya dong." Sasuke berkata sambil dengan pedenya ber-action seperti model-model iklan shampoo yang sering bermunculan di papan iklan pinggir jalan.
Dalam hati, Hanabi sudah tertawa ngakak, "Rambut model pantat ayam begitu, keren? Kak Sasuke kuno banget sih. Yang cool itu kan model rambutnya Mas Odi Brokoli… Hwaaaah… mempesona…"dan ia pun berubah dalam mode fangirl-nya, ngebayangin foto bareng sama ikon brekele itu di depan kebun brokoli dan bunga kol, maksud hati hendak memamerkan kelebihan mereka.
Sasuke mengibas-ngibaskan tangannya di depan Hanabi sampai ia keluar dari mimpi dalam sadarnya itu, "Hanabi? Lo gak apa-apa kan?"
"Eh. Baik. Emang kenapa, kak?"
"Gak apa-apa. Cuma… never mind deh. Balik ke yang tadi. Lo ngizinin gue pacaran sama Hinata, kan?"
Hanabi menatap Sasuke. Tatapannya sedikit bosan… tapi tetap memberikan goosebumps pada yang ditatap. Jantung Sasuke bergetar hebat –bukan karena terpesona, tapi takut kalau ditolak –ditolak untuk menjadi pacar Hinata!
"Gue orang baik kok. Cinta gue ke Hinata seperti garam. Bla…bla…bla…"
Sasuke pun kembali mendeskripsikan perasaannya, sama seperti deskripsi yang diberikannya kepada Hiashi. Pokoknya, alasan yang diajukannya haruslah konsisten! Dilarang 'bagai air di daun talas' adalah salah satu prinsip yang dipegang teguh olehnya sebagai salah satu anggota keluarga Uchiha. Deskripsi yang dimaksudkan untuk menjelaskan kepada si Hanabi pun mengalir dengan lancar dari bibir seksinya.
Tapi sayang, Hanabi tidak begitu peduli terhadap tiap silabi yang berbaris rapi keluar satu per satu. Ucapkan saja kata terima kasih kepada sebuah stetoskop yang beralih fungsi menjadi telinga kedua baginya. Ya, dia sudah menguping pembicaaraan tetua Hyuuga dan calon pacar kakaknya itu. Kalau boleh jujur, Hanabi dan Hiashi ini tak berbeda jauh –sama-sama tak mengerti apa perkataan si pemuda yang dimabuk asmara itu. Pembaca tahu, kan? Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.
Sasuke masih melanjutkan penjelasannya ketika Hanabi memutus perkataannya, "Kak."
"Ya?"
"Kak Sasuke."
"Ya?"
"Kalau kakak mau pacaran sama Kak Hinata, setiap minggu Kakak harus menyediakan jus brokoli-campur-bunga-kol."
"He?"
"…"
"Lo setuju gue pacaran sama Hinata?"
"Iya. Asalkan kakak selalu ngebawain jus brokoli-campur-bunga-kol."
Ternyata, tidak sesusah yang dibayangkannya. Tinggal ngebeliin jus doang. Gampang kan?
Restu dari Hanabi, kasih cek.
000
Hari pertama berjalan lancer euy, restu dari dua orang penghuni Hyuuga Residence selain Hinatanya telah di dapatkan. Meskipun untuk mendapatkan restu dari Hanabi, ia harus merelakan jatah uang sakunya berkurang. Tapi tak masalah… uang sakunya kan buanyak banget –gak bakal habis meskipun buat mentraktir Naruto makan ramen setiap hari.
Saat ini, Sasuke tengah tersenyum-senyum sendiri tanpa beban apapun. Hatinya berbunga-bunga mengingat-ingat wajah Hinata.
Tekotek kotek kotek… anak ayam turun sepuluh… mati satu tinggal…
"Sembilan…" Sasuke melanjutkan nada pesan masuknya dengan riang seraya menekan tombol pesan masuk, "Sms dari siapa sih… Lagi asyik gini…"
Lagu itu lagu tersayang si bungsu Uchiha. Salahkan Mas Itachi yang selalu menyanyikannya ketika Sasuke masih berupa bayi sampai Sasuke segedhe karung goni –sekitar TK lah… rasanya ada yang kurang jika sehari saja ia tak mendengar lagu itu. Lagu itu ibarat kuah dalam sayur sop. Sayur sop tanpa kuah tidak jadi sayur sop. Sasuke tanpa lagu itu tidak jadi Sasuke.
From : Hinataku yang imut-imut
[Sasuke, gmna tdi?]
"Eh, dari Hinataku. Perhatian sekali… Belum jadi pacar saja perhatian begini, apalagi nanti kalau sudah jadian… Balas apa ya?"
Reply. Yes.
Reply to : Hinataku yang imut-imut
[Nata-chan… Uke-kun udh dpt restu f/ ayahanda sma adiknda…
Luv u much 3]
Send.
Tik-tok-tik-tok-tik-tok. Detik-detik yang berlalu terasa lama sekali, meskipun kenyataannya baru berjalan dua menit, "Nata-chan lama sekali…"
Betul apa kata orang-orang. Seseorang yang dimabuk asmara tidak akan tahan dipisahkan berlama-lama. Rindu setengah mati selalu. Contoh konkritnya adalah Sasuke saat ini. Meskipun pada dasarnya Sasuke dan Hinata tidak bertemu secara langsung dan hanya 'bertemu' lewat sms, tetap saja… menunggu balasan yang hanya dua menit serasa dua ribu tahun! Heh, saya sendiri gak tau, lho, dua ribu tahun tuh rasanya kayak apaan.
Teko…
From : Hinataku yang imut-imut
[Sykrlah…
Luv u too, Uke-kun ^^
Sleep well, ya…]
Reply. Yes.
Reply to : Hinataku yang imut-imut
[Nata-chan… jgn lupa mimpiin Uke-kun ya… Miss u much.
Sleep tight so that u get better soon :*]
Send.
Sasuke pun mencium-cium hape pinknya dengan semangat. Hape pemberian Sakura itu sungguh hape tercintanya. Sebenarnya sih warnanya gak sesuai sama keinginannya. Tapi apa boleh buat… Hape pink itu adalah hape limited edition yang cuma ada sepuluh di dunia ini. Berhubung di tangan Sasuke ada satu, tinggal sembilan hape yang tidak diketahui rimbanya. Jujur, Sasuke mampu membeli hape baru lainnya yang sesuai dengan warna matanya, tapi… kalau ada gratisan, kenapa nolak? Hape mahal pula yang jadi gratisan. Apapun yang gratis emang nikmat… apalagi kalo yang gratisan adalah benda kecil peenyedot uang di kantong.
Sasuke yang lelah mencium hapenya mengganti dengan pelukan. Dibawanya hape itu terbang ke alam mimpi. Di sana, seolah-olah hanya ada dirinya dan Hinata. Dunia serasa milik berdua…
Kalian mungkin berpikir kalau mimpi itu romantis. Dunia yang hanya dimiliki dua orang –soooo sweeeeet… tapi jangan salah, itu kalau dunia yang dimaksud adalah bumi kita tercinta. Tapi sayang, dunia dalam mimpi Sasuke adalah dunia yang hanya selebar daun kelor. Kecil banget. Mau ngajak orang lain, gak muat. Mau gak mau ya dunia itu hanya untuk Sasuke dan Hinata. Cuma berdua aja sempit lho… apalagi kalo ditambah orang-orang lainnya. Gubrakk…
000
TBC
000
Salam kenal, semua… :)
Pertama, Naw minta tolong teman2 buat ngedoain ayah Naw yang sedang di rumah sakit saat ini karena stroke. Semoga ayah cepat sembuh…
Kedua, mohon kritik dan saran yang membangun. Plus pendapat tentang cerita ini, yak!
Danke… Ja nee ^^
