Seorang gadis berambut blonde berdiri di depan wastafel di dalam kamar mandi. Mata brown hazelnya menatap tidak percaya pada sesuatu yang dipegangnya.
"Po-positif?"
Gadis itu lalu mengarahkan benda tadi—test pack, untuk diletakkan ke atas wastafel. Tangannya yang bergetar menyebabkan benda itu jatuh sebelum sampai ke tujuannya.
"I-ini cuma mimpi kan?"
Kakinya langsung menjadi lemas—tidak kuat lagi menahan beban tubuhnya. Gadis itu jatuh berlutut dengan wajah tidak percaya.
"A-aku? Ti-tidak mungkin kan? A-aku... Aku telah..."
.
.
Forgotten Love
.
By : Gia-XY
.
Summary :
Seto pergi ke Amerika dan menyatakan putus dengan Jou dengan SUBUAH SURAT tanpa mengetahui apa yang saat ini sedang dihadapi Jou. Apa yang terjadi selanjutnya? /"Seto sudah mengeluarkan keputusan, dan sekali dia mengeluarkan keputusan, keputusannya itu sama sekali tidak bisa diganggu gugat."/
.
Disclaimer :
Yu-Gi-Oh! © Takahashi Kazuki
Story, Gia's OC : Kisaragi Yurika © Gia-XY
.
Warning :
OC, OOC, AU, gender bender, misstypo(s), sedikit bahasa Jepang, krisis kosakata, DLDR, dll.
.
~For Anisa Phantomhive~
.
Chapter 1
Forgotten Problem
.
.
Di sebuah kamar apartemen, terlihat seorang gadis berambut blonde sedang menelepon seseorang. Wajahnya terlihat panik dan ketakutan.
/Halo?/ jawab sebuah suara seorang gadis di ujung telepon.
Wajah sang gadis penelepon itu langsung menjadi cerah begitu mendengar suara itu.
"Mokuba! Ini aku, Jou!" kata gadis berambut blonde itu—Jounouchi Katsuya.
/...Jounouchi...?/ Entah kenapa, suara sang pengangkat telepon—Kaiba Mokuba langsung berubah menjadi murung.
Tapi Jou sepertinya sama sekali menyadari perubahan suara Mokuba.
"Iya, ini aku! Apa kakakmu ada di sana?" tanya Jou dengan nada ceria.
Hatinya sangat lega mendengar suara Mokuba. Berarti langkahnya untuk menemui 'lelaki itu'—kakak dari Mokuba, menjadi lebih mudah.
/Nii-sama... Dia... Jou, apa kau tidak mendapat surat darinya...?/ tanya Mokuba.
Jou langsung bingung.
Surat? Surat apa? Dia sama sekali tidak menerima surat apapun dari kemarin.
"Em, aku sama sekali tidak menerima surat apapun dari kemarin. Maksudnya surat apa ya?" tanya Jou bingung.
Sejenak, tidak terdengar suara apapun dari ujung telepon.
"Mokuba?" panggil Jou—memastikan gadis kecil yang dipanggilnya masih ada di ujung sana, menerima telepon darinya.
/...Gomen, Jounouchi... Aku tidak bisa memberitahukan apapun sekarang... Yang pasti, nii-sama tidak di sini. Kau harus menunggu surat darinya untuk tahu semuanya,/ ucap Mokuba.
"Ma-matte! Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kau bicara—"
Tuuut... Tuuut...
Teleponnya terputus...
"—kan... Cih! Diputus! Tumben sekali Mokuba berani memutus telepon seseorang tanpa mengucapkan salam dulu!" seru Jou kesal.
Gadis itu lalu mengacak-ngacak rambutnya. Bagaimana nasibnya setelah ini? Apa yang harus dilakukannya? Apa dia harus menunggu surat dari 'lelaki itu' seperti yang dikatakan oleh Mokuba?
Ting! Tong!
Jou langsung menengok ke arah pintu pintu begitu mendengar suara bel kamar apartemennya dibunyikan. Dia lalu berjalan menuju ke arah pintu dan membuka pintu kamar apartemennya. Terlihat seorang lelaki berumur tiga puluhan dengan baju dari atas sampai bawah berwarna biru dan membawa sebuah tas selempang besar berwarna senada.
"Ah, ohayou! Ada apa? Apa ada surat untukku?" tanya Jou sambil tersenyum lembut pada lelaki tadi—yang kita ketahui sebagai seorang tukas pos.
Walau terlihat tenang, tetapi dalam hatinya, Jou sengat gelisah. Apa tukang pos itu mengantar surat yang dimaksud oleh Mokuba?
Lelaki tadi lalu mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih dengan lambang 'KC' di bagian penutup amplopnya.
"Ini, ada surat untukmu, Jounouchi-san," ucap lelaki itu sambil menyerahkan amplop barusan ke Jou.
Jou hanya bisa menerima amplop itu dengan ragu-ragu, lalu membolak-baliknya—mengecek nama pengirim surat itu. Sebenarnya lambang 'KC' itu sudah cukup menjelaskan siapa pengirimnya, tapi dia hanya ingin memastikan saja apa benar kalau 'lelaki itu' yang mengirim surat itu.
"Ah, soal nama pengirim, tidak tertera di amplopnya. Mungkin saja tertera di bagian dalam surat. Tapi melihat lambangnya, sepertinya dari Kaiba Corporation. Kalau begitu, aku permisi dulu. Masih banyak surat yang harus kuantar," ucap lelaki itu.
"Ah, ya! Silahkan! Terima kasih sudah mengantarkan surat ini untukku!" kata Jou.
Lelaki itu lalu melangkah pergi dari depan kamar apartemen Jou. Jou lalu menatap amplop yang ada di tangannya dengan tatapan lesu.
Tumben 'dia' memakai surat. Kalau memang mau membicarakan sesuatu, kenapa tidak langsung saja? Atau paling tidak telepon atau mengirim e-mail. Dan lagi, yang harusnya membicarakan 'sesuatu' itu JOU, bukan 'DIA'.
Jou lalu masuk ke dalam rumahnya. Dia duduk di atas sofa dan perlahan-lahan membuka amplop surat itu. Kira-kira apa yang ditulis oleh'nya' di surat itu?
Akhirnya amplop itu terbuka. Di dalamnya terdapan 2 lembar kertas. Jou mengambil salah satu kertas di dalamnya dan membuka lipatannya.
Dear,
Jounouchi Katsuya
Kau pasti sudah bisa menebak ini siapa kan? Oke, langsung saja ke inti permasalahan karena aku tidak suka berbasa-basi.
Aku saat ini tidak ada di Domino. Aku tidak bisa memberitahu di mana aku sekarang, karena kurasa memberitahumu juga tidak terlalu penting. Aku tidak tau kapan aku kembali. Malah mungkin saja tidak akan kembali. Intinya, aku tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh dengan jangka waktu yang tidak pasti. Kau mengerti kan? Dengan beradanya surat ini di tanganmu, kunyatakan kita putus. Oh, kau dendam padaku? Silahkan, yang pasti aku sudah bilang kita putus. Sebagai permintaan maaf, aku sudah mengirimimu uang. Kuharap kau tidak menghubungiku lagi. Lagipula mau menghubungi lewat handphone juga percuma. Nomorku sudah kuganti.
Sekian, dan... Selamat tinggal, Jounouchi Katsuya...
Tertanda,
Kaiba Seto
Jou lalu meremas kertas itu dengan wajah kesal. Dirinya membayangkan kalau saja yang diremasnya itu adalah muka seorang lelaki sombong yang sudah membuatnya kesal sekarang.
Kesal? Tentu saja! Bagaimana bisa lelaki itu—Kaiba Seto, memutuskannya begitu saja sementara dia tidak tau kalau Jou sedang...
Mengandung anaknya...
"Dasar kantung uang sialan! Apa maksudnya dengan semua ini?! 'Kurasa memberitahumu juga tidak terlalu penting'?! Apa di otaknya tidak terpikir kalau aku ini hamil karena perbuatannya malam itu?! CHIKUSO! DASAR TEMEEE! MATI SAJA KAU KAIBA SETO!" seru Jou kesal.
Dia lalu berusaha menenangkan dirinya. Di ceknya sekali lagi isi amplop yang dipegangnya. Terdapat selembar kertas lagi di sana. Jou lalu mengambil kertas itu.
"He? Cek? Sepuluh juta yen?! DIA PIKIR AKU INI APA?! PACAR BAYARAN! Ck! Lihat saja! Akan kutunjukkan aku bisa mengurus semua ini sendirian tanpa bantuannya! Ya, tanpa bantuannya!" seru Jou sambil kembali memasukkan cek itu ke amplop dengan kesal, sebelum dia melangkahkan kakinya menuju ke luar kamar apartemennya dengan membawa amplop itu beserta dengan isinya.
~XxX~
Di sebuah mansion, terlihat seorang gadis berambut dark blue dengan warna mata senada dengan rambutnya sedang terduduk di atas sofa. Wajahnya tampak sangat gelisah memikirkan sesuatu.
Dari belakang, seorang lelaki berambut teal dengan iris blue lazuli menempelkan secangkir coklat panas di pipi gadis tadi.
Karena kaget, gadis tadi langsung menoleh ke belakang dan mendapati sosok lelaki berambut tosca tadi.
"Ada apa, Mokuba? Kau kelihatan murung," kata lelaki tadi sambil duduk di sebelah gadis itu—Kaiba Mokuba, orang yang tadi ditelepon Jou.
"Ng, aku... Aku hanya memikirkan Jounouchi... Kira-kira, bagaimana perasaannya setelah nii-sama mengirim surat itu—maksudku, setelah nii-sama... Memutuskan hubungan mereka... Menurutku yang juga seorang gadis, itu seperti tindakan yang seenaknya saja, apalagi nii-sama kan sudah melakukan hubungan tubuh dengan Jonouchi. Bagaimana kalau setelah ini tidak ada lagi yang mau menerimanya? Yah, walau ingin protes, tetapi aku tetap tidak bisa. Seumur hidup aku belum pernah melawan nii-sama," ucap Mokuba sambil mengambil secangkir coklat panas yang disodorkan oleh lelaki tadi—pacarnya, Kaitou Noa, kepadanya.
Noa menghela napas pelan. Ya, pendapatnya juga sama dengan Mokuba. Baginya, tindakan Seto itu memang tindakan yang seenaknya. Dia pikir selama ini calon kakak iparnya itu mencintai Jounouchi Katsuya. Tetapi, bagaimana bisa Seto meninggalkan Jou kalau dia memang mencintai gadis itu? Tetapi memang bisa saja Seto hanya main-main. Kaiba Seto, sebelum ini adalah seorang playboy yang tidak mau mencintai satu orang pun selain adiknya karena melihat ibunya yang terus-terus selingkuh. Sang ayah juga sejak kecil selalu mengatakan pada Seto kalau cinta itu tidak bisa dipercaya. Tetapi, melihat perhatian Seto pada gadis berambut blonde itu selama ini, rasanya tidak mungkin itu cuma main-main. Hubungan jarak jauh juga pasti hanya jadi alasan palsu bagi Seto untuk memutuskan Jou. Hei! Maksudnya, semua keluarga dan rekan kerja Seto tahu kalau CEO Kaiba Corporation itu akan pergi ke Amerika selama 9 tahun, tidak kurang tidak lebih!
"Jounouchi, pasti sakit hati sekali. Tetapi mau bagaimana lagi? Seto sudah mengeluarkan keputusan, dan sekali dia mengeluarkan keputusan, keputusannya itu sama sekali tidak bisa diganggu gugat. Tetapi Mokuba, kau tahu kan kalau Jounouchi itu gadis yang kuat? Dia pasti tidak akan seperti wanita-wanita lainnya yang langsung mencari segala cara untuk memaksa Seto kembali padanya. Dia tidak selemah dan sebodoh itu. Dia selalu berusaha mengatasi segalanya sendiri, dan dia pasti terlalu keras kepala untuk bertekuk lutut di hadapan Seto dan memintanya kembali," ucap Noa sambil terkekeh kecil dan mengelus kepala Mokuba yang sedang meminum coklat panas pemberiannya.
Mokuba mengangguk mendengar penjelasan Noa.
"Kuharap juga begitu... Tetapi bagaimana kalau ternyata dia mengandung—"
Noa lalu meletakkan jari telunjuknya di bibir Mokuba sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kata-katanya.
"Psst... Mokuba, sudah kubilang kan, dia itu gadis yang kuat. Kau juga sudah mengenalnya dengan baik kan? Kau pasti tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini," ucap Noa.
Mokuba terdiam.
Noa benar, Jounouchi tidak selemah itu. Dan bahkan, Jou memang terlalu keras kepala untuk memohon pada seseorang, apalagi pada Seto yang dulu adalah musuh bebuyutannya.
Tiba-tiba telepon rumah berdering. Mokuba langsung meletakkan cangkir yang dipegangnya ke atas meja dan beranjak mengangkat telepon itu.
"Halo?" panggil Mokuba pada sang penelpon.
/Mokuba?! Mana Seto?! Ini gawat! Katakan padanya kalau Katsuya kecelakaan!/ seru suara seorang wanita di ujung telepon itu.
"Ya-yang benar Yurika-nee?! Nii-sama saat ini sedang di Amerika! Aku akan segera menjenguk Jounouchi!" seru Mokuba dengan nada panik.
/Kalau begitu aku akan mengabari Seto nanti. Sampai ketemu nanti!/ kata pemilik suara itu—Kisaragi Yurika, sebelum menutup teleponnya.
Mokuba lalu meletakkan kembali gagang telepon itu di tempatnya.
"Noa! Kita pergi ke Domino Hospital sekarang juga! Jounouchi kecelakaan!" seru Mokuba.
Noa langsung terbelalak kaget.
Tetapi tanpa banyak bicara, dia langsung menarik Mokuba pergi dari sana.
~XxX~
Di lobby Domino Hospital, terlihat seorang gadis berambut blonde sedang berjalan mondar-mandir dengan wajah gelisah sambil memejamkan kedua mata blue aquamarinenya kencang-kencang dan mengepalkan tangannya.
'Katsuya! Kumohon bertahanlah! Aku dan anakku akan benar-benar merasa bersalah kalau terjadi sesuatu padamu!' pikir wanita itu sambil mengelus pelan perutnya.
Satu yang kita tahu, wanita itu sedang hamil.
"Yurika-nee!"
Gadis tadi—Kisaragi Yurika, langsung menoleh begitu menangkap suara yang sangat familiar di telinganya. Telihat Mokuba dan Noa sedang berlari terburu-buru menghampiri Yurika.
"Mokuba! Noa!" seru Yurika.
"Jounouchi... Kenapa dia bisa..."
Mokuba memutus perkataannya dan bernapas terengah-engah, dirinya terlalu lelah untuk bicara. Dia terlalu terburu-buru sampai kelelahan seperti itu.
"Dia... Tadi dia bilang mau ke mansionmu dan mengembalikan sesuatu padamu—tepatnya pada Seto. Yang dibawanya tadi adalah amplop berisi selembar cek. Lalu aku menemaninya pergi ke mansionmu. Tapi saat menyeberang... Aku hampir saja tertabrak dan Katsuya... Katsuya... Dia mendorongku ke tepi jalan dan yang tertabrak malah dirinya...," ucap Yurika sambil terisak pelan.
Gadis itu lalu mengambil sebuah cek dari tasnya. Cek itu adalah cek yang sama dengan cek yang diterima Jou pagi tadi.
Mokuba lalu menerima cek itu dan memperhatikannya dengan seksama.
"Ini kan... Cek yang diberikan Seto pada Jounouchi... Hah, sudah kuduga, gadis itu terlalu keras kepala untuk uang dari orang lain, walaupun uang itu diberikan dengan alasan yang jelas," ucap Noa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sebelum Yurika sempat membuka mulutnya dan bertanya sesuatu tentang cek itu, seorang suster menghampiri mereka dan memberitahukan bahwa mereka sudah bisa masuk ke ruangan Jounouchi.
Ketiga orang itu langsung buru-buru beranjak menuju ke kamar 115, seperti yang dikatakan suster itu barusan.
Di depan pintu kamar 115, terlihat seorang dokter menunggu mereka.
"Maaf, siapa yang merupaka keluarga dari pasien di sini?" tanya dokter itu.
"Aku! Aku sepupunya!" seru Yurika cepat.
"Baiklah, aku akan memberitahu keadaan Jounouchi-san. Keadaannya tidak terlalu buruk, sayangnya, dia mendapat benturan yang cukup keras di kepalanya. Itu memungkin kalau Jounouchi-san akan... Mengalami amnesia...," ucap dokter itu.
Ketiga orang itu langsung terbelalak.
"A-apa? La-lalu, apa ada lagi selain itu?" tanya Mokuba.
"Dia mendapat beberapa luka ringan. Ah, lalu, kalian tenang saja, janinnya selamat," ucap dokteri itu dengan nada senang.
Sekali lagi, merek bertiga kaget.
Janin? Jou hamil?
"Ja-janin? Janin apa?" tanya Yurika kaget.
"Eh, kalian tidak tahu? Jounouchi-san telah mengandung selama tiga minggu," ucap sang dokter.
Mokuba dan Yurika terbelalak kaget. Jou? Mengandung?
"Ano, dokter, apa kami boleh masuk?" tanya Noa untuk mengalihkan topik.
"Ah, ya! Silahkan! Kalau begitu, saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa, panggil saja saya," kata sang dokter sambil pergi meninggalkan tempat itu.
Mokuba dan Noa lalu memasuki ruangan itu.
Yurika baru saja akan menyusul mereka, tapi dirinya merasa, handphone Jou yang ada di sakunya bergetar. Dengan cepat Yurika mengambil hendphone itu dan melihat nama sanga penelepon.
'Otogi... Ryuuji...?'
Yurika lalu mengangkat telepon itu.
"Moshi moshi?" panggil Yurika dengan nada ragu.
/Halo. Maaf, ini, bukan Katsuya ya?/ tanya sebuah suara di seberang telepon.
Yurika menghela napas pelan. Apa dia harus menjelaskan tentang kejadian yang menimpa Jou pada sang penelepon?
"Em, ya. Katsuya sedang tidak bisa menjawab telepon. Ngomong-ngomong, ini siapa ya?" tanya Yurika berusaha sesopan mungkin.
/Otogi Ryuuji, sahabat dari Jounouchi Katsuya. Kalau boleh tahu, kau siapa? Dan apa dengan Katsuya?/ tanya lelaki di seberang telepon itu.
Sahabat? Mungkin tidak ada salahnya menceritakan tentang keadaan Jou sekarang.
"Aku Kisaragi Yurika, sepupu dari Jounouchi Katsuya. Dan yang terjadi pada Katsuya sekarang... Dia kecelakaan. Tadi saat di jalan, aku hampir tertabrak, tapi Katsuya mendorongku, dan malah dia yang tertabrak. Tadi kami sedang dalam jalan ke Mansion Kaiba. Ah, lalu, karena kau sahabatnya, kurasa kau harus tahu hal ini. Katsuya saat ini sedang mengandung. Aku kurang yakin, tapi sepertinya itu anaknya Seto," ucap Yurika sambil menghela napas pelan.
Seorang lelaki berambut black raven yang tidak jauh dari sana, tiba-tiba terdiam dan menengok ke arah Yurika. Dia menurunkan handphone yang menempel di telinganya dan menengok ke arah Yurika.
"Seto...?" ucap lelaki itu tidak percaya.
Yurika menengok ke arah lelaki itu.
"Kau yang menelpon Katsuya ya?" tanya Yurika sambil menunjuk handphone Jou yang sedang dipegangnya.
~XxX~
"Jadi... Seto dan Katsuya... Sudah berpisah...?" tanya Yurika tidak percaya.
Mokuba dan Noa yang tadi menceritakan tentang apa yang terjadi hanya mengangguk pelan.
"Jadi... Seto sendiri juga tidak tahu kan kalau Katsuya mengandung?" tanya Ryuuji.
Mokuba dan Noa kembali mengangguk. Tanpa disadari yang lain, Ryuuji menyeringai tipis sambil menatap sosok Jou yang saat ini sedang terbaring di depan mereka.
"Kurasa Katsuya tidak ingin Seto tahu tentang hal ini. Yah, itu sih kalau kulihat dari sikap Katsuya yang seperti itu... Jadi aku akan membatalkan niatku untuk memberitahu Seto tentang kehamilan Katsuya," tutur Yurika.
Seringai Ryuuji semakin lebar mendengar perkataan Yurika barusan. Sedangkan di sisi lain, Mokuba dan Noa dalam hati hanya bisa setuju dengan pendapat Yurika barusan.
"Yurika-san, apa boleh kalau aku... Menjadi ayah dari anak Katsuya?" tanya Ryuuji
Semua orang di sana hanya terbingung-bingung saja.
"Maksudmu... Kau mau bertanggung jawab atas—"
"Ya, aku yang akan menjadi ayah dari anak itu. Aku yakin Seto juga tidak akan keberatan. Toh mereka juga sudah putus," ucap Ryuuji memotong perkataan Yurika.
Yurika berpikir keras. Apa tidak apa-apa kalau dia membiarkan Ryuuji bertanggung jawab atas anak yang dikandung Jou? Dan lagi, apa Jou dan Seto akan setuju nantinya? Tapi di sisi lain, Jou juga tidak mungkin mengurus anak itu sendirian kan? Baiklah, Jou memang gadis kuat, dia mantan preman yang pernah mengalahkan semua lelaki satu sekolahnya di SMP dulu. Tapi seorang wanita tetap wanita. Wanita itu rapuh—yah, walau Yurika sendiri tidak suka mengakui hal itu.
"Hah... Baiklah... Tapi, kita tetap harus minta persetujuan Katsuya nanti. Aku tidak mau memutuskan sesuatu seenaknya tanpa persetujuan sepupuku," ucap Yurika.
"Baiklah aku mengerti...," ucap Ryuuji sambil tersenyum tipis.
~XxX~
Setelah 5 hari pingsan tidak sadarkan diri, kedua iris hazel Jou perlahan-lahan mulai terbuka. Samar-samar matanya menangkap cahaya yang mulai masuk dan bayangan kamar itu mulai terlihat oleh Jou. Jou menoleh ke arah kanan tempat tidurnya dan mendapati sosok Ryuuji tertidur sambil terduduk di atas bangku di sebelah kasur yang ditidurinya.
"Ryuuji...?" panggil Jou pelan.
Dirinya lalu menyadari tangannya tengah dipegangi oleh pemilik surai raven itu ketika dirinya baru saja akan menggerakkan tangannya.
Ryuuji yang merasa tangan yang digenggamnya bergerak, perlahan membuka kedua iris red crimsonnya. Dirinya lalu tersenyum kecil mendapati Jou yang tengah menatapnya dengan tatapan bingung.
"Ohayou, Ore no tenshi..."
~XxX~
Sudah 2 jam setelah Jou sadar. Saat ini, seorang dokter sedang ada di dalam ruangan dan memastikan keadaan Jou, sedangkan keempat orang lainnya terpaksa menunggu di luar ruangan.
Dokter itu laku kemudian keluar dengan membawa cacatan kesehatan yang ada di tangannya. Tanpa ragu, Yurika langsung menghampiri dokter itu dokter itu.
"Bagaimana dengan keadaan Katsuya?" tanya Yurika panik.
Dokter itu lalu menghela napas pelan sebelum dia kembali menatap keempat orang yang ada di sana.
"Maaf, kalau boleh saya tahu, apa Jounouchi-san punya pacar atau suami—atau mungkin hanya pernah?" tanya sang dokter.
"Dia punya seorang mantan pacar," ucap Mokuba.
Dokter itu sempat ragu, tetapi akhirnya dia mengatakan yang sebenarnya pada keempat orang itu.
"Sepertinya Jounouchi-san... Mengalami amnesia... Tetapi itu bukan berati semua ingatannya menghilang. Hanya beberapa dari ingatan Jounouchi-san saja yang menghilang," ucap dokter itu.
Keempat orang itu lalu menghela napas lega.
Lebih baik beberapa dari pada semua bukan?
"Lalu, apa kami sudah boleh mengunjungi Katsuya?" tanya Ryuuji.
Dokter itu lalu menggangguk.
"Kalau begitu, saya permisi," ucap sang dokter sambil meninggalkan keempat orang itu. Mereka berempat lalu mulai memasuki ruangan itu.
~XxX~
Sudah lima belas menit keempat orang itu ada di dalam ruangan Jou. Mereka bercanda-ria seperti biasa, layaknya tidak terjadi apapun pada Jou.
"Ano, ngomong-ngomong, Jounouchi, aku benar-benar atas tindakan kakakku yang seenaknya...," ucap Mokuba sambil menundukkan wajahnya.
Jou lalu menatap Mokuba dengan tatapan bingung.
"Maksudmu, si Kaiba jamur sialan itu? Oh, tentu saja dia! Kakakmu kan cuma satu! Memang apa yang dia lakukan?" tanya Jou sambil memasang pose berpikir.
Keempat orang dia sana menatap Jou dengan tatapan tidak percaya.
"'Kaiba'? Sejak kapan kau memanggil Seto dengan sebutan lama itu?" tanya Noa.
Kini giliran Jou yang terbingung-bingung melihat Noa.
"Apa maksudmu sebutan lama? Aku memang selalu memangginya begitu kan? Oh, dan, dokter itu sempat menanyaiku, apa aku tahu nama ayah dari bayi yang sedang kukandung. Apa maksudnya? Memangnya aku mengandung bayi apa?" tanya Jou sambil tertawa kecil.
Keempat orang lainnya terdiam. Jou yang menyadari atmosfir yang kurang nyaman di sana, mulai menghentikan tawanya.
"Ada apa? Kenapa kalian tiba-tiba diam?" tanya Jou.
Perkataan sang dokter kembali terngiang di kepala mereka berempat.
"Hanya beberapa dari ingatan Jounouchi-san saja yang menghilang."
Dengan ragu, akhirnya Yurika mulai berbicara.
"Katsuya, kurasa kau harus tahu... Dokter bilang... Kau kehilangan beberapa ingatanmu... Sepertinya kepalamu terbentur cukup keras pada kecelakaan tadi," ucap Yurika pelan.
Jou tertegun. Beberapa ingatannya hilang? Memang benar, dirinya merasa ada beberapa ingatan yang menghilang dari kepalanya. Dia sendiri bahkan tidak bisa mengingat seperti apa kecelakaan yang tadi menimpanya. Apa itu berarti... Dia benar-benar mengandung?!
"Ja-jadi, itu berarti aku benar-benar... Siapa...? Siapa ayah dari anakku?! Siapa?!" tanya Jou panik.
Dari perkataan Jou, mereka berempat sudah bisa menyimpulkan kalau Jou kehilangan ingatannya tentang saat-saat dirinya bersama Seto.
Baru saja Mokuba akan menjawab pertanyaan Jou, Ryuuji sudah duluan menggantikan Mokuba menjawab pertanyaan Jou.
"Aku. Aku ayah dari anakmu. Dan kita sudah memutuskan akan menikah setelah anakmu lahir—itupun jika tidak ada halangan. Bukan begitu, Yurika-san?" tanya Ryuuji sambil tersenyum pada Yurika.
Yurika hanya bisa mengangguk pelan saja.
"A-ah... Benar...," ucap Yurika.
Yah, setidaknya ini lebih baik dari pada membiarkan Jou frustasi karena mengetahui kalau anak yang dikandungnya itu mungkin saja anak dari rivalnya dan lagi saat dia tau kalau Seto sudah membuangnya.
Yurika perlahan tersenyum kecil melihat Ryuuji. Dia sekarang dapat menyimpulkan kalau Ryuuji benar-benar menyayangi Jou. Buktinya dia mau bertanggung jawab atas anak Jou, walau itu bukan anaknya.
"Jadi... Begitu ya... Kita pacaran, Ryuuji?" tanya Jou.
Ryuuji menagguk pelan.
"Ya, kita pacaran sudah sejak kau lulus dari universitas," ucap Ryuuji.
Yurika lalu mengisyaratkan Mokuba dan Noa untuk pergi keluar meninggalkan kedua orang itu. Mereka bertiga lalu keluar meninggalkan kadua orang yang sedang berbincang-bincang itu.
Dalam hatinya, Yurika lega karena kini dia sudah menemukan lelaki yang tepat untuk mendampingi sepupunya.
Tetapi... Apa benar seperti itu...?
.
.
Tsuzuku
.
.
Jou : APA?! WOI! APA-APAAN INI?!
Seto : MANA BAGIAN GUE?! Kaga sudi gue ngasih perliharaan gue ke tuh dadu! MATI AJA LU GIA!
Gia : HYA! AMPUN!
Ryuuji : Huh, gue ini majikannya Jou yang sah tahu! Liat aja di episode DDM!
Gia : Sebenernya awalnya jalan ceritanya kaga seribet ini... Cuma sepertinya ide laknat di otak gue membuat jalan ceritanya agak menyimpang... Tapi intinya tetap sama kok! Maaf chapter 1 baru selesai sekarang! Berhubung ada ujian nasional, pelajaran tambahan, dan kawan-kawannya, aku jadi sibuk banget!
Yurika : Ha! Udah sebulan lebih kali sejak lu terima requestnya, Baka Gia! Orang yang ngerequest mungkin udah jamuran duluan nungguinnya sampe lupa kali! *lirik Gia kesel*
Gia : *Mundung* Habis mau gimana lagi... UJIAN WOI! Dan Seto... *Lirik Seto* Lu bakal muncul di chapter depan~
Yami : BAGIAN GUE?!
Yurika : APA MAKSUDNYA GUE HAMIL SUAMI GUE SIAPA?!
Gia : Yam, gue kaga tau lu bakal muncul atau kaga. Yang pasti, anaknya Yurika bapaknya itu lu! Dan lu berdua UDAH NIKAH di sini!
Jou : GUE KAGA TERIMA! GANTI PEMERAN UTAMA!
Gia : Sayangnya kaga bisa Jou, kemarin gue udah sah-sahan sama Nisa kalo lu bakal jadi pasangannya Seto di sini -w-
Jou : TIDAAAAK! *Stres*
Mokuba : *bungkukin badan* Maaf atas semua typo dan kesalahan yang ada
Noa : Makasih buat yang udah baca, bahkan kalo sampai mau review. DOAIN BAGIAN GUE SAMA MOKUBA MAKIN BANYAK DI CHAPTER DEPAN!
-Noa dikeroyok rame-rame-
Gia : Er, selamat menunggu chapter depan! *Kabur sebelum dikejarin Seto*
