Summary :
Baekhyun yang bodoh serta lamban dalam hal percintaan , sikapnya yang selalu ceroboh –hampir– dalam segala hal, tidak pandai dalam mengeja kata penolakan.
Lalu, kenapa harus membuat Chanyeol yang harus kena imbasnya?
Mungkin,itu bagian dari anugrah yang tak pernah Chanyeol bayangkan sebelumnya.
.
.
.
.
.
Cerita murni dari imajinasi saya dan sedikit bumbu pengalaman pribadi ㅋㅋㅋㅋㅋ.
Selamat membaca~
.
.
.
.
.
DUK!
Suara itu membuat laki-laki tinggi -Chanyeol- yang merasa ada yang mengenainya langsung menoleh ke arah sesuatu yang terjatuh tepat pada lengan kanannya. Chanyeol melihat seorang pria pendek yang tertidur dan sekarang kepalanya bersandar di lengan Chanyeol. Chanyeol yang merasa jengah pun mendorong kepala pria pendek tersebut dengan jari telunjuknya. Chanyeol pun kembali menatap lurus ke depan, tanpa mempedulikan pria pendek tersebut. Tiba-tiba ponsel Chanyeol berdering. Ia mengambil dan mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"Halo,bu?"
Karena Chanyeol sudah tau kalau itu ibunya yang meneleponnya.
"Chanyeol, kenapa tidak bawa bekalmu?"
Perlu kalian ketahui, Chanyeol baru pindah ke sekolah baru dan ibunya ini benar-benar amat posesif terhadapnya. Padahal, ia sudah kelas 11 sekarang. Baiklah, bekal itu hal yang wajar bagi seorang pelajar yang akan menghabiskan waktu di sekolah hingga sore. Tapi untuk yang ini, please, bekal yang biasa ibunya siapkan untuknya terlalu unyu untuknya yang sekarang sudah kelas 11. Dengan nasi bentuk kelinci , telur dadar yang dibentuk hati , sayuran warna-warni yang dipotong dengan motif kartun anak-anak. Astaga. Chanyeol mengerti akan hobi ibunya yang suka memasak dan selalu membuat makanannya nampak cantik. Tapi ini cantik yang kelewat batas untuk anak seusia Chanyeol! Gengsi,man! Apalagi dia ini kan bukan anak perempuan.
"Bu, aku akan membawa bekalku lain kali. Tapi, ibu jangan membuat bentuk-bentuk itu lagi,ya?"
Kata Chanyeol dengan sedikit memelas pada ibunya.
"He?Kenapa?Bukankah itu lucu? Dulu kau juga menyukainya."
Ibu Chanyeol mengatakannya dengan bingung. Padahal jika dipikir-pikir Chanyeol memang menyukainya dulu. Ya, dulu. Dulu saat ia masih duduk dibangku sekolah dasar dan ia masih bisa menerimanya pada saat sekolah menengah. Karena Chanyeol –pada saat ia kelas 10- memang sudah mengatakan pada ibunya untuk tidak membuat bekal makanan yang terlalu cute untuknya.
"Jika ibu tidak lupa, aku sudah 16 tahun sekarang. Hari ini aku akan makan di kantin saja,bu."
Terdengar suara kekehan yang terdengar damai yang menyapa indra pendengaran Chanyeol. Namun, Chanyeol mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Apa yang membuat ibunya tertawa?
"Baiklah,Baiklah. Ibu mengerti."
Chanyeol tersenyum mendengar penuturan ibunya yang terkesan tenang itu.
"Berikan saja pada tetangga kita,Junhee,bu. Dia pasti suka."
Saran Chanyeol pada ibunya. Daripada bekalnya dibuang? Sayang kan?
"Ohiya ya! Junhee pasti senang."
Respon ibu Chanyeol dengan nada yang sangat riang.
"Aku rasa ibu hampir melupakan dia."
Kata Chanyeol disambung kekehan diujung kalimatnya. Ingin menggoda ibunya sedikit.
"Tentu saja tidak! Junhee yang manis susah dilupakan, asal kau tau."
Ibu Chanyeol memang punya kepribadian yang sangat membuat orang nyaman berbicara dengannya. Ia juga memperlakukan anaknya dengan santai. Ia tidak ingin anaknya terlalu canggung dengannya. Namun, tetap saja rasa hormat tetap harus ada. Karena , Ibu Chanyeol bisa sangat menyeramkan jika sudah membuatnya marah dan tidak menghormatinya.
Chanyeol pun terkekeh mendengar jawaban ibunya. Ia melirik jam tangannya sekilas dan memutuskan untuk mengakhiri percakapan dengan ibunya.
"Bu, sepertinya sudah mau sampai. Nanti baru kita lanjutkan lagi."
"Baiklah. Yang semangat Chanyeol!"
Chanyeol tersenyum mendengar dukungan ibu yang menggelitik telinganya, ia benar-benar merasa lebih percaya diri pada sekolah barunya sekarang.
"Terima kasih,bu. Sampai Nanti."
"Sampai Nanti."
Chanyeol pun memasukkan ponsel kedalam sakunya dan wajahnya terhias dengan senyuman yang jarang ia tunjukkan pada orang lain.
Setelah beberapa waktu berjalan dengan Chanyol yang memerhatikan jalanan, tiba-tiba kepala pria pendek yang tadi, kembali terjatuh di lengan sebelah kanan Chanyeol. Chanyeol menatap pria itu dengan kesal dan langsung mendorong kepalanya kuat-kuat agar tidak menyentuhnya lagi. Chanyeol mendorong nya terlalu keras sehingga membuat kepala pria pndek tersebut terbentur kaca bus dengan cukup –sangat- kuat dan membuatnya terbangun.
"Aduh."
Ia mengaduh kesakitan sembari mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit.
Pria pendek itu –Baekhyun- pun melihat ke sekelilingnya untuk mencari tahu apa yang mebuat kepalanya yang berharga mencium kaca jendela bus yang tidak bisa dibilang tipis ini. Mata Baekhyun menemukan seorang siswa sepertinya yang memakai baju seragam yang sama dengannya. Namun, Baekhyun merasa kalau ia belum pernah melihatnya sebelum ini. Baekhyun terus berpikir keras hingga tidak sadar kalau ia juga menatap Chanyeol dengan intens. Chanyeol yang merasa risih pun menoleh dengan wajah datarnya.
"Apa?" , Tanyanya ketus.
"Huh?" Pertanyaan Chanyeol membawa Baekhyun kembali pada kesadarannya –walaupun belum sepenuhnya-. Chanyeol hanya terus tetap memandangi Baekhyun namun ia tak kunjung mendapat jawaban. Sehingga ia kembali berbalik dan menatapi jalanan –yang tidak ada menariknya sama sekali-.
"Hei." Panggil Baekhyun. Karena setelah ia meraup kembali seluruh kesadarannya, yang ia dapati malah Chanyeol yang kembali pada kesibukannya – menatap jalanan-.
Chanyeol yang merasa dipanggil pun berbalik ke arah Baekhyun. "Apa?" Masih dengan nada ketusnya yang khas.
Baekhyun mendengus sesaat karena jawaban dari Chanyeol yang tidak bersahabat.
"Kau angkatan akhir?" Tanya Baekhyun pelan-pelan. Karena jika memang iya, maka orang didepannya ini adalah seniornya. Baekhyun yang tadi sudah mendengus tidak sopan dihadapannya harus segera minta maaf jikalau memang benar.
"Tidak." Singkat. Dan Chanyeol kembali pada acaranya. Hal itu membuat Baekhyun sekali lagi mendengus dengan kesal.
"Lalu?" Tanya Baekhyun lagi dengan sabar. Jika orang yang didepannya ini adalah seorang anak psikopat atau bahkan dialah yang psikopat?! Maka habislah sudah Baekhyun!
Hentikan pemikiran konyolmu, Byun.
Chanyeol yang dilempari pertanyaan lagi pun memutar matanya malas dan tanpa berbalik ke arah Baekhyun, ia menjawabnya.
"Bukan urasanmu."
Dan itu membuat darah Baekhyun naik dan mendidih sampai ujung rambutnya dan ia yakin kalau rambutnya sudah berubah menjadi warna merah darah. Ia pun memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut daripada ia mati muda karena darah mendidih. Tidak elit sama sekali –menurut Baekhyun-. Baekhyun pun memasang wajah kesal, tangannya ia lipat di depan dada dan ia mempertahankan posisi tersebut sampai bus tiba di sekolah.
.
.
.
Saat bus nya sudah tiba di halte dekat sekolah, Chanyeol yang hendak turun duluan langsung mendapat hantaman di bagian bahu nya –Baekhyun menyenggolnya-. Ceritanya, Baekhyun mau balas dendam. Padahal dengan badan kecil begitu –jika dibandingkan dengan Chanyeol-, senggolan Baekhyun tidak terasa sama sekali oleh Chanyeol. Chanyeol hanya menatapnya punggung Baekhyun yang menjauh dengan tatapan heran. Sedangkan Baekhyun yang –merasa- berhasil membalas perbuatan Chanyeol –padahal Chanyeol tidak melakukan apa-apa– tersenyum menang sambil berjalan untuk menuju kawasan sekolah.
.
.
.
"Hai!Selamat pagi semua!"
Itu Baekhyun. Sifatnya yang ceria memang melekat padanya setiap saat, sifatnya pun sangat disenangi oleh semua orang karena dengan itu ia jadi mudah berbaur dengan siapa saja –mungkin kecuali untuk Chanyeol–.
"Selamat pagi."
Dari sekian banyak penghuni kelas, hanya Kyungsoo –teman sebangkunya– yang menjawab sapaan Baekhyun. Namun, Baekhyun hanya bersikap acuh. Lagipula kan tidak ada ruginya. Baekhyun pun berjalan menghampiri Kyungsoo yang entah sedang mengerjakan apa.
"Kau membuat kerajinan lagi,ya?" , tanya Baekhyun sambil memandangi apa yang dikerjakan Kyungsoo.
"Iya. Kau tahu kan, kalau sebentar lagi kan ada acara sekolah." Jawab Kyungsoo tanpa mengalihkan pandangan pada pekerjaannya.
Baekhyun mendengus mendengar jawaban Kyungsoo. "Aku tahu, kau pasti disuruh oleh pak kumis itu kan?"
Kyungsoo hanya menanggapinya dengan senyuman dan itu membuat Baekhyun menghela napas. "Dia hanya menyuruhmu?", lanjut Baekhyun dan ditanggapi anggukan kepala oleh Kyungsoo yang sangat terlarut dengan pekerjaan tangannya.
"Karena aku teman yang baik, kurasa aku harus membantumu.", kata Baekhyun dengan menatap lurus kedepan supaya kelihatan sepertia ala-ala pria cool. Padahal ia tidak cocok sama sekali seperti itu.
"Boleh saja.", jawab Kyungsoo seadanya. Baekhyun pun langsung mengambil posisi duduk di sebelah Kyungsoo –lagipula itu memang tempat duduknya– dan berniat membantu Kyungsoo. Ia mengambil selembar origami lalu melihat bagaimana Kyungsoo melipat burung cendrawasih dengan sangat gesit. Baekhyun yang mlihat itu pun memandang takjub dan saat Kyungsoo telah selesai dengan satu burung cendrawasihnya ia mengangguk-anggukkan kepalanya seolah ia sudah mengerti bagaimana cara melipatnya. Tetapi saat ia hendak mulai, tangan nya terhenti pada salah satu sudut kertas origaminya dan terus seperti itu selama beberapa detik. Jika kalian berpikir bahwa ada seseorang yang masuk ke dalam kelas dan memesona Baekhyun, maka kalian sa- Yah, tidak bisa dibilang salah juga sih, karena memang tadi Baekhyun sempat terpesona pada Jung Sooyung, –teman sekelas wanitanya yang terkenal cantik dan baik– pada saat mau memulai membantu Kyungsoo, yang entah kenapa ia terlihat bersinar sekali hari ini di mata Baekhyun,tapi Baekhyun tidak menyukainya. Hanya terpesona saja. Tapi perlu diketahui, Baekhyun yang berhenti –bahkan belum mulai sama sekali– karena ia lupa bagaimana cara melipatnya. Ia memutar kepalanya ke arah Kyungsoo dan tersenyum aneh.
"Soo, ajarkan aku melipatnya." Dan kemudian ia nyengir tidak jelas sambil mengusap-usap rambutnya.
"Baiklah." Kyungsoo menggeser duduknya sedikit miring agar dapat lebih mudah mengajarkan Baekhyun. Baekhyun pun menggeser duduknya lebih dekat dengan Kyungsoo agar lebih mudah memahaminya. Kyungsoo mulai mengajarkan Baekhyun dengan perlahan-lahan agar Baekhyun dapat mudah mengerti. Namun, karena Baekhyun agak lola soal kerajinan tangan, ia sesekali menggaruk kepalanya –tanda ia tak mengerti– lalu meminta Kyungsoo untuk mengulangnya sekali lagi. Baekhyun mengikuti cara Kyungsoo melipat, agar ia dapat cepat bisa membuatnya sendiri tanpa arahan Kyungsoo. Pada penjelasan Kyungsoo yang ke-5, Baekhyun dapat melakukannya dengan lancar dan beberapa saat kemudian,
"Yeah! Sudah selesai." Baekhyun mengangkat burung hasil lipatannya tinggi-tinggi dengan semangat seolah-olah ia baru saja menang lotre. Kyungsoo yang melihat tingkah Baekhyun –yang terkadang seperti bocah umur 7 tahun– hanya tersenyum.
"Ajari aku yang lain lagi , Soo." Kata Baekhyun dengan mata berbinar dan semangat yang menggebu-gebu. Kyungsoo tentu saja sangat senang mengajari Baekhyun. Selain karena ada yang menemaninya, ia juga dapat meminimkan tenaganya karena ada yang membantu. Terkadang Kyungsoo juga bisa bertingkah licik,lho. Namanya juga manusia.
Dan kegiatan mereka terus berlangsung dengan Baekhyun dan Kyungsoo yang sesekali tertawa karena guyonan Baekhyun yang mengelitik.
.
.
.
Kyungsoo dan Baekhyun yang terlarut dalam pekerjaan mereka tak sadar jika bel tanda dimulai pelajar sudah berbunyi. Jadi salah satu teman sekelas mereka yang terkenal hyperaktif –sinting–, Kim Jongdae mengingatkan mereka untuk membereskan benda-benda mereka yang berantakan diatas meja.
"Hoi! Pria manis! Bel sudah berbunyi, sebaiknya kalian bereskan barang kalian sebelum bu macan memarahi kalian."
"Sudah kubilang Kim Jongdae, kalau aku tidak manis! Berhentilah mengatakan pujian yang harusnya ditujukan untuk gadis." Kata Baekhyun sambil berkacak pinggang memandang Jongdae. Heh, sekarang saja tingkah lakumu seperti seorang gadis ,Byun.
"Aku kan tidak bilang 'Baekhyun manis',kenapa marah?" Kata Jongdae sambil menaik-turunkan alisnya untuk menggoda Baekhyun.
"Tadi kau bilang pria manis, aish." Baekhyun mengacak rambutnya frustasi mendengar penuturan Jongdae yang seolah ingin menyudutkannya.
"Yang kumaksud itu Kyungsoo, bukan kau. Ke ge-er an sekali sih." Jongdae mengerdikkan bahunya acuh dan disambut gelak tawa dari beberapa siswa. Karena tadi Baekhyun memarahi Jongdae dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil dan halus. Baekhyun yang naik darah pun segera menghampiri Jongdae yang masih duduk dengan santai dan membaca komiknya. Baekhyun langsung melompati kursi-kursi dan meja-meja yang menghalanginya karena hasrat untuk menyiksa Jongdae sudah menggebu-gebu.
"Mati kau, Kim Jongdae!" Baekhyun bukannya memukul Jongdae dengan tinjuannya tapi malah menjambak dan menarik-narik rambut Jongdae layaknya anak gadis yang sedang menyalurkan amarah pada pacarnya. Kenapa Baekhyun menjambak bukan memukul? Karena ia merasa menjambak lebih logis jika menyangkut teman-temannya. Tinjuannya hanya untuk preman-preman dan orang jahat diluar sana yang ingin mengganggunya. Kalau menjambak kan tidak fatal-fatal amat hukumannya,paling cuma dimarahi sebentar oleh guru dan selesai. Kalau pakai tinjuan kan harus hadapi guru BP dulu. Bisa hancur image Baekhyun yang bagus ini. Begitulah menurutnya. Singkatnya, Baekhyun itu setia kawan. Ia tidak mau menyakiti teman-temannya dengan tinjuan. Pengecualian untuk keadaan mendesak. Karena Baekhyun tetap butuh untuk melindungi diri. Bisa saja kan, kalau ada salah satu temannya yang merebut pacarnya, Baekhyun tentu tidak bisa terima dan pasti akan melayangkan tin-, tunggu sebentar. Memangnya kau punya pacar, Byun? Dan Baekhyun sedih untuk menjawabnya. Baiklah, lupakan!
"Ya!Sakit , Byun Baekhyun. Astaga." Jongdae berteriak dramatis sambil terus memegangi rambutnya yang ingin dimangsa oleh tangan mistis Baekhyun. Tapi Jongdae tidak tahan lagi dengan cengkraman Baekhyun yang sangat kuat. Tangannya kecil tapi kekuatannya pedas,batin Jongdae.
"Baiklah, aku minta maaf. Hei! Jangan ditarik lagi!" Jongdae masih histeris karena Baekhyun masih saja brutal pada rambutnya padahal ia sudah minta maaf. Pada saat akan menyelesaikan pembalasan dendamnya, Baekhyun memiliki sebuah ide yang membuat wajahnya langsung tercetak seringaian menyeramkan –menggemaskan–.
Ia menarik rambut Jongdae lebih kuat daripada yang tadi "Ku." Lalu menghempaskan kepala Jongdae. "Ma." Ditarik lagi oleh Baekhyun yang mengundang teriakan dari Jongdae. "Af." Baekhyun menghempaskan lagi kepalanya. "Kan." Dan menarik rambut Jongdae lebih-lebih kuat daripada yang tadi lalu tersenyum dan kembali pada tempat duduknya. Sedangkan teman-temannya yang lain tidak menghiraukan mereka karena sudah biasa dengan santapan Baekhyun dan Jongdae yang bertengkar.
"Kau benar-benar brutal,Byun." Kata Jongdae dengan sarkastik sambil mengusap-usap rambutnya –lebih tepat,kepalanya– yang terasa nyut-nyutan sekarang karena ulah Baekhyun.
"Kau yang memulai, Kim Jongdae." Jawab Baekhyun dengan senyuman semanis mungkin yang malah terlihat mengerikan bagi Jongdae. Jongdae pun tak menanggapi Baekhyun lagi, bisa-bisa rambutnya habis karena berurusan dengan Baekhyun hari ini. Tapi, mungkin besok boleh,batin Jongdae dan ia terkikik setelahnya. Menggoda Baekhyun adalah kesenangan tersendiri baginya.
Baekhyun yang –tak sengaja– melihat Jongdae terkikik aneh , mengernyitkan alisnya.
"Kurasa ia butuh perawatan." Kata Baekhyun
"Siapa?" Kyungsoo yang mendengar Baekhyun berbicara pun meresponnya.
"Jongdae,siapa lagi." Baekhyun menolehkan kepalanya untuk menghadap Kyungsoo. Kyungsoo pun menanggapi sambil tersenyum , "Tapi ia salah satu teman baikmu kan?"
"Iya sih, tapi kadar kesintingannya itu butuh dikurangi." Baekhyun menghela napas berat.
"Justru itu yang membuat Jongdae jadi menyenangkan." Jawab Kyungsoo sambil kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena menonton acara yang menarik dimatanya –Baekhyun dan Jongdae bertengkar–.
"Betul juga." Baekhyun menyutujui pernyataan Kyungsoo.
Lalu, kenapa Kyungsoo tidak menyuruh Baekhyun untuk minta maaf pada Jongdae karena sikap brutalnya? Bukan. Bukan karena Kyungsoo bukan teman yang baik. Tapi, menurutnya Baekhyun dan Jongdae adalah teman yang menyalurkan rasa sayangnya dengan cara yang berbeda. Jadi ya, dia biarkan saja.
Baekhyun melirik Kyungsoo –dengan ekor matanya– yang masih setia pada lipatan-lipatan origaminya. Jadi ia memutuskan untuk membantu Kyungsoo –lagi–.
.
.
.
Suara high-heels yang mendekati kelas , membuat Baekhyun kalang kabut. Itu guru macan!, batinnya.
"Soo, cepat simpan perlatannya. Kalau tidak , bu macan akan membuang semuanya!" Baekhyun memperingati Kyungsoo –yang masih belum mengerti apa-apa–. Ia memasukkan semua peralatan ke dalam kantung yang dibawa Kyungsoo. Kyungsoo yang melihat Baekhyun panik pun hanya menuruti Baekhyun dan ikut memasukkan peralatannya. Setelah selesai membereskannya, Kyungsoo pun menatap heran pada Baekhyun.
"Memangnya ke-"
Pertanyaan Kyungsoo pun terpotong saat Guru Kwon masuk. Kyungsoo yang mulai mengerti pun menatap Baekhyun dan dengan berbisik-bisik ia bertanya.
"Guru macan yang kau maksud, dia?" Baekhyun menanggapinya dengan anggukan menggemaskan –yang tidak disadarinya–.
Guru Kwon meletakkan buku-buku referensi untuk mengajarnya dan melihat kearah muridnya dengan senyuman.
Aneh sekali, batin Baekhyun. Ia mengernyitkan dahinya saat melihat senyuman yang dipaparkan gurunya.
Pasti ada sesuatu, kali ini Jongdae yang membatin dengan tatapan menyelidik.
Setelah beberapa saat guru Kwon tersenyum. Ia mengucapka salam pada murid-muridnya.
"Selamat pagi." Katanya dan dijawab serentak oleh seluruh murid. Ketua kelas pun langsung mengatakan aba-aba 'bersiap' untuk memberikan salam kepada gurunya. Guru Kwon tersenyum lalu mempersilahkan semuanya untuk duduk.
"Kita kedatangan murid baru." Kata guru Kwon dengan wajah yang berbinar-binar sampai membuat Baekhyun, Jongdae dan murid lainnya yang memiliki sedikit konflik dengannya merasa silau.
Sudah kuduga, batin Jongdae sambil menghela napas.
Salah satu murid dikelas itu –Jang Hae Ri– mengangkat tangannya hendak mengajukan pertanyaan.
"Saya ingin bertanya, Bu."
"Ya,silahkan."
Setelah Guru Kwon mempersilahkan Haeri untuk bertanya, Haeri menghela napas sesaat lalu melontarkan pertanyaannya.
"Murid barunya pasti laki-laki,kan?"
Pertanyaan itu membuat guru Kwon tersenyum malu-malu dan mengiyakan pertanyaan Haeri. Murid laki-laki dalam kelas itu langsung bersorak 'Huuu' dengan serentak. Karena asal kalian tahu, julukan ibu macan bukan tanpa sebabnya. Guru Kwon adalah seorang single parent yang sudah memiliki anak 1. Ia lumayan cantik untuk kategori single parent. Namun sangat centil jika sudah ada murid tampan yang masuk kriterianya. Sifatnya langsung berubah 365 derajat jika sudah bertemu dengan pria yang tampan –menurutnya–. Jadi macan itu adalah singkatan untuk mama cantik. Tapi karena sifatnya yang centil mungkin bisa diselipkan kata centil untuk huruf C nya. Mama centil yang cantik.
"Hei! Sudah, jangan berisik." Jika ini hari biasa tanpa murid baru yang tampan pasti mereka sudah dimarahi habis-habisan karena sudah berani menyorakinya.
"Tidak perlu berlama-lama." Lalu guru Kwon menghadap kearah pintu kelas dan tersenyum.
"Silahkan masuk."
Lalu seorang pria dengan rambut hitam legam dan tubuh yang menjulang tinggi masuk dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya. Setelah berdiri di samping meja guru Kwon, ia mengeluarkan kedua tangannya dan memperkenalkan diri.
"Aku Park Chanyeol. Pindahan dari Busan. Mohon bantuannya." Ia membungku 90 derajat setelah memperkenalkan dirinya. Baekhyun yang melihat pria di depan kelasnya memperkenalkan diri pun sontak membulatkan matanya.
Dia kan yang tadi di bus, batinnya.
Pandangan Baekhyun dan Chanyeol bertemu sesaat. Namun, Chanyeol langsung memutus kontak mata mereka dengan wajah yang datar dan membuat Baekhyun mendengus.
Ck,Sombong sekali, batinnya dongkol.
Guru Kwon mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kelas untuk mencari bangku yang kosong. Dan ia menemukan tiga yang kosong. Satu, disudut kanan paling depan. Satu lagi di sudut kanan paling belakang dan yang terakhir di tengah-tengah di barisan kedua. Guru Kwon memilih opsi yang pertama karena menurutnya itu tempat duduk yang cukup strategis bagi matanya untuk disegarkan. Ia terkikik dengan khayalan anehnya sendiri – yang bisa melihat Chanyeol sambil mengajar–. Murid-murid yang melihat guru Kwon terkikik pun menatap geli kepadanya.
"Baiklah, Chanyeol. Kau duduk di sebelah Im Nara. Im Nara angkat tanganmu."
Chanyeol lalu berjalan ke arah murid yang mengangkat tangannya. Baekhyun langsung menatap horror guru Kwon yang tidak menyadari tatapannya. Karena kalau Chanyeol duduk di sebelah Im Nara berarti Chanyeol duduk di depannya! Lalu kenapa, Byun? Baekhyun hanya tidak suka saja duduk dengan orang yang arogan. Kalau soal benci sih, tidak. Baekhyun selalu menerapkan motto , Waktuku terlalu berharga untuk membenci orang lain. Baekhyun kan tipe yang periang. Ia lebih suka bergaul juga dengan orang yang bisa diajak bercanda.
"Baiklah,kita mulai pelajarannya."
Kalimat yang diucapkan guru Kwon membuat Baekhyun menghela napas dan harus melupakan kekesalannya sejenak dan konsentrasi pada pelajaran.
.
.
.
Setelah pelajaran dari guru Kwon, lalu dilanjutkan dengan pelajaran Bu Jessica –guru bahasa Inggris–. Baekhyun yang memang suka dengan pelajaran itu, membuat wajahnya langsung berbinar cerah. Lain halnya dengan Chanyeol, dia tidak terlalu suka bahasa Inggris karena ia tidak begitu menguasainya. Dia orang Korea dan ia merasa bahasa Korea yang patut diprioritaskan diatas segala bahasa lainnya.
Bu Jessica yang dasarnya memang suka bertanya pada murid, langsung melayangkan pertanyaan kepada si murid baru yang hampir terkena serangan jantung karena dipanggil tiba-tiba. Chanyeol merasa perasaannya tidak enak.
"Chanyeol, can you tell me what the meaning of interjection?"
"Uh.." Chanyeol bangkit berdiri dan bukannya menjawab pertanyaan, ia malah menggaruk-garuk kepalanya karena ia tidak tahu apa itu interjection, karena sedari tadi, pikirannya melambung jauh hingga segitiga bermuda.
"Psst.. Pst.." Baekhyun yang merasa iba pada Chanyeol pun memanggilnya dari belakang dengan suara sekecil mungkin. Chanyeol pun melirik Baekhyun dengan perlahan. Baekhyun mengarahkan matanya kepada buku yang dipegangnya agar Chanyeol mengikuti arah pandangnya. Baekhyun memposisikan tangan kirinya di sebelah mulutnya agar suaranya terdengar lebih jelas di telinga Chanyeol.
Itu jawabannya, bisik Baekhyun.
Karena Chanyeol tidak tahu-menahu soal apa itu interjection, jadi ia hanya mengikuti jawaban Baekhyun saja. Daripada dihukum dihari pertama,kan.
"Chanyeol?" Panggil miss Jessica sekali lagi. Dan Chanyeol pun langsung menolehkan kepalanya pada sang guru setelah beberapa saat melafalkan jawaban yang Baekhyun berikan.
"Um.. Interjection is a word or sentences in English, Uh.. To express pain, miss." Kata Chanyeol dengan sedikit patah-patah,karena ia lupa pada pertengahan kalimatnya. Jessica yang mendengar jawaban Chanyeol pun menganggukan kepalanya dan kembali melanjutkan pelajaran yang sempat terhenti. Chanyeol bernafas lega dan kembali duduk dengan tenang di kursinya. Ia baru selamat dari maut, pikirnya. Ia pun menolehkan kepalanya sedikit ke belakang untuk melihat Baekhyun yang sudah membantunya. Baekhyun sedang menopang dagu dan memperhatikan Jessica menjelaskan.
"Hei." , panggil Chanyeol.
Baekhyun pun menoleh dan menatap Chanyeol dengan tatapan 'apa?'. Beberapa detik seperti itu dengan Chanyeol yang terus-terusan menarik dan membuang napas.
"Terima kasih." Katanya kemudian. Dan langsung berbalik ke arah papan tulis untuk melihat sang guru menjelaskan. Baekhyun hanya tersenyum menanggapinya. Lagipula, memang seharusnya Chanyeol berterima kasih, bukan?
.
.
.
Bel tanda istirahat berbunyi, setelah satu jam lamanya untuk pelajaran bahasa Inggris. Chanyeol entah kenapa merasa lega. Akhirnyaa, gumamnya.
"Ok then, we will continue this lesson for next week. See you." Jessica mengatakan itu sambil tersenyum lalu melangkah keluar kelas setelah membereskan buku-bukunya.
Murid-murid yang ada di dalamnya langsung bersorak riang karena jam mengisi perut sudah datang. Atau mungkin jam ngapel ke tempat kekasih yang tidak sekelas? Mungkin juga, untuk mencari kekasih atau sekedar menggoda orang. Ya, banyak hal yang bisa dilakukan saat jam istirahat datang. Baekhyun yang memang dasarnya mudah lapar langsung mengajak Kyungsoo untuk pergi ke kantin sebelum ia mulai melanjutkan pekerjaan tangannya. Yang dimana, apabila Kyungsoo sudah mengerjakannya maka ia tidak dapat diganggu lagi bahkan untuk satu dengungan menggemaskan dari Byun Baekhyun.
.
.
.
"Kau mau makan apa, Baek? Biar aku yang mengambilnya." Tawar Kyungsoo dengan senyumannya.
"Eum.. Kantin sedang ada menu apa?" Tanya Baekhyun
"Itu, ada soggogi Bokkeumbap, Ramen jamur ,pasta , bimbimbap , Kimb-" Perkataan dari Kyungsoo yang layaknya pelayan-pelayan di restoran yang sedang menawari menu langsung di potong oleh Baekhyun yang sudah tahu ingin mengganjal perutnya dengan apa.
"Aku ingin ramen jamur saja , Soo." Kata Baekhyun dengan bersemangat.
"Dan juga sekotak susu stroberi nya jangan lupa." Sambung Baekhyun dengan cengiran khas anak kecil. Kyungsoo langsung tersenyum kecil dan mengangguk dan berjalan ke petugas kantin untuk mengambil apa yang ia dan Baekhyun ingin makan.
Baekhyun mulai mengeluarkan ponselnya untuk membunuh waktu sembari menunggu Kyungsoo yang sedang mengambil asupan untuk cacing-cacing diperutnya yang sedang mendemo.
Beberapa saat setelahnya, datang seorang siswa dengan map-map ditangannya yang berjalan ke arah Baekhyun. Tentu saja, Baekhyun tidak menyadarinya karena terlanjur larut dengan dunia virtualnya –game–.
"Uhm.. Permisi." Panggil siswa itu pada Baekhyun dengan sopan. Baekhyun langsung mendongakkan kepalanya untuk menoleh ke sumber suara yang –sedikit– mengganggu acaranya.
"Ya?" Jawab Baekhyun sopan. Baekhyun memberi pandangan meneliti dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Baekhyun terus begitu sebanyak tiga kali untuk memastikan apakah ia mengenal orang ini atau tidak. Yah, Baekhyun memiliki ingatan yang cukup buruk,asal kau tau.
"Bisa bantu aku?" Pinta siswa itu dengan sopan dan senyum yang terkembang di bibirnya.
"Heh?" Baekhyun bingung kenapa orang ini langsung meminta bantuannya padahal setelah ia berpikir –cukup– lama, ia merasa tidak mengenal orang yang di depannya ini.
"Ah, harusnya aku perkenalkan diri dulu. Aku Ma Songhae. Aku sekretaris OSIS sekolah ini , jika kau tak tau." Katanya dengan senyuman yang masih setia menempel di bibirnya. Baekhyun mengambil kesimpulan bahwa orang di depannya ini benar-benar murahan. Murah senyum, maksudnya.
"Oh, aku Byun Baekhyun." Kata Baekhyun secara refleks. Jika orang memperkenalkan diri, kita juga harus balik memperkenalkan diri, bukan?
"Baiklah,Baekhyun. Jadi,bisakah kau membantuku?" Lanjut Songhae. Karena sepertinya Baekhyun tidak berniat menjawab pertanyaan yang memang sudah ia lontarkan sedari tadi.
"Membantu apa, eum.. sunbae?" Baekhyun mengatakannya dengan sedikit jeda untuk mengatakan sunbae karena ia ragu apakah orang di depannya ini adalah seniornya atau bukan.
"Kukira kau tak tau kalau aku satu angkatan di atasmu." Songhae lalu melanjutkan dengan sedikit tawa renyahnya.
"Biasanya anggota OSIS selalu dari angkatan terakhir." Baekhyun menjelaskan. Takut-takut ia malah disangka fans dari sekretaris OSIS ini pula.
"Yah, benar juga. Tapi, tidak semua." Baekhyun hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Bisa kau bantu berikan ini kepada seksi pentas dan tata panggung?" Kata Songhae dengan menyodorkan setumpuk map kepada Baekhyun.
"Eh?Baiklah." Jawab Baekhyun. Songhae pun langsung tersenyum kepada Baekhyun.
"Terima kasih. Aku mengandalkanmu." Kata Songhae kemudian dengan menepuk sedikit pundak Baekhyun. Lalu, ia melenggang pergi dengan Baekhyun yang masih menatap map yang sekarang sudah tergeletak di meja yang ditempatinya. Baekhyun menghela napas.
Harusnya aku menolak tadi. aku kan harus makan, batinnya.
Baekhyun pun kembali bermain dengan ponselnya. Ia berpikir untuk memberikan map-map itu pada saat akan bel masuk saja. Hitung-hitung untuk mengurangi jam pelajaran. Kalau-kalau dia terlambat masuk dia kan jadi punya alasan.
Kyungsoo yang tak kunjung datang membuat Baekhyun benar-benar kesal karena game yang dimainkannya kalah ditambah lagi cacing-cacing di perutnya makin meraung-raung agar diberi makan. Baekhyun pun menyimpan ponsel di saku celananya dan memutuskan untuk meratapi map-map di depannya saja. Beberapa menit seperti itu, Kyungsoo pun datang dengan nampan yang berisi makanan.
"Uh.. Orang itu menyebalkan sekali." Sungut Kyungsoo dan langsung mengambil perhatian Baekhyun.
"Siapa?" Tanya Baekhyun penasaran.
"Tidak kenal." Kata kyungsoo dengan raut wajah yang kesal bukan main.
"Memangnya orang itu kenapa?" Tanya Baekhyun lagi. Karena Kyungsoo sangat jarang marah. Tetapi, kalau ia sudah marah maka mampuslah orang yang terkena murkanya.
"Memotong antrian. Tidak tau sopan santun." Kyungsoo menjawabnya dengan nada datar dan Baekhyun tahu kalau ia sedang meredam amarahnya.
"Sabar,sabar." Baekhyun mencoba menenangkan Kyungsoo. Namun, Kyungsoo tidak bergeming dan memindahkan semua makanan mereka dari nampan ke meja yang mereka tempati. Saat hampir semua makanan dipindahkan, Kyungsoo baru menyadari ada setumpuk map yang juga bernaung di meja mereka.
"Ini punya siapa, Baek?" Kyungsoo seolah telah lupa dengan kekesalannya tadi. Ya, Kyungsoo memang mampu meredam amarahnya dengan baik.
"Oh,itu. Tadi sekretaris OSIS meminta bantuanku." Jawab Baekhyun santai sambil memulai untuk memakan ramen jamurnya yang terlihat sangat menggiurkan.
"Lalu, map ini untuk apa?" Tanya Kyungsoo lagi.
"Diberikan kepada seksi pentas dan tata panggung, katanya." Baekhyun mulai memasukkan ramen ke dalam mulutnya dan saat rasa ramen itu mulai dikecap dan menjalar ke seluruh permukaan lidahnya, ia memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali dan bergumam kata, ini enak sekali!,dengan aksen bocah, tentunya.
"Kau tau siapa mereka?" Kyungsoo memastikan sambil menyuruput jus jeruk yang dipesannya. Pertanyaan Kyungsoo langsung membuat tangan Baekhyun yang baru saja akan memasukkan kembali ramen pada mulutnya menggantung di udara dengan Baekhyun langsung berekspresi kosong menatap ramennya. Kyungsoo yang merasa aneh karena tak kunjung mendapat respon pun langsung menoleh ke arah Baekhyun.
"Kau kenapa?" Dan pertanyaan Kyungsoo itu, sukses membawa Baekhyun kembali ke alam sadarnya. Ia menatap horror kepada Kyungsoo. Dan langsung berteriak–
"ASTAGA SOO! AKU TIDAK TAU SIAPA SEKSI PENTAS DAN TATA PANGGUNGNYA!"
–histeris.
Kyungsoo pun melotot tak percaya.
