Kaum adam dan hawa meliuk-liukkan badannya mengikuti suara musik DJ yang terdengar kencang di sebuah diskotik di tengah kota Tokyo.
Seorang pria berambut hitam kelam hanya duduk di sofa yang disiapkan dengan banyak makanan ringan dan minuman beralkohol di atas mejanya. Banyak wanita dengan tampilan menggoda dan pakaian minim nampak mendekati Sasuke namun Sasuke nampak mengacuhkannya.
"cih, menjijikkan" Sasuke melap pipinya dengan tisu yang bekas dicium salah satu gadis dan meninggalkan jejak lipstik dan menenggak segelas vodka di tangannya.
"Dobe, kau tidak mau memesan gadis-gadis cantik ini?" temannya dengan rambut nyentrik seperti buah durian menghampiri Sasuke.
"tidak tertarik" Sasuke mengalihkan pandangannya ke kerumunan orang yang sedang menari.
"ya terserah kau saja lah" Naruto asik dengan wanita-wanita yang mengelilinginya.
"hei pelayan!" Naruto memanggil seorang pelayan pria dengan tato segitiga di dahinya yang lewat.
"iya tuan?"
"aku pesan 2 botol chivas untuk gadis-gadis ini"
"baik tuan"
Sasuke menenggak vodkanya sampai habis dan mengecek ponselnya.
Jujur, Sasuke membenci pergi ke diskotik, terlalu bising dan banyak wanita yang mendekatinya. Memang Sasuke sangat mudah mendapatkan wanita manapun yang dia mau, tapi dia tidak mau dengan wanita dari dunia malam. Dan karena dia punya masa lalu yang tidak mau dia ingat disana.
Kalau dia ingin minum alkohol, dia lebih memilih pergi ke bar klasik yang ada di dekat rumahnya, setidaknya itu lebih tenang dan jarang ada orang yang membuat kebisingan, kebanyakan hanya pebisnis sepertinya.
"Hinata, pria dimeja nomor 6 pesan 2 botol chivas, tolong antarkan ya" pria yang mengambil pesanan Naruto, meminta gadis dihadapannya untuk mengantarkannya.
"2 botol Chivas? Baiklah Kiba-kun" Hinata tersenyum dan mengambil nampan.
"kalau kau digoda, tendang saja" pelayan bernama Kiba itu memperagakan gerakan menendang dan gadis itu tersenyum.
"tapi nanti dia bisa terluka" Hinata itu mengatakannya dengan tatapan polos.
"kau mau digoda dengan tangan kotor mereka atau menendang mereka?"
Hinata diam dan mengangguk pada Kiba.
"mana sih?" Naruto seperti mencari sesuatu.
"tunggu saja Naruto-kun, nanti juga datang" wanita disamping Naruto mengusap dadanya.
"aku pergi" Sasuke berdiri dan mengambil jas-nya.
"hei, kau kan baru sebentar disini, tinggalah lebih lama tampan" wanita lainnya mendekati Sasuke.
"singkirkan tanganmu dari tubuhku" Sasuke menatap tajam wanita yang menyentuh bahunya.
"kau tidak asik" wanita itu nampak kesal dan duduk lagi.
"2 chivas pesanan anda tuan" Hinata meletakkan 2 botol chivas dimeja.
"wah, kau cantik juga! Kau mau temani temanku ini? Dia ingin pulang lebih awal" Naruto menunjuk Sasuke yang baru akan pergi.
"e-eh? Ta-tapi aku bu-bukan.." Hinata menahan kalimat "wanita penghibur", karena ada banyak wanita dengan profesi itu didekat Naruto sekarang.
"kau bukan seperti mereka? Lalu apa?" Naruto nampak bingung, Hinata hanya mengenakan kemeja putih dengan dasi kupu-kupu hitam dan celana hitam setengah paha.
"dia bartender" Sasuke tiba-tiba menambahkan.
"oh, kau bartender, tapi apa tetap tidak bisa menemani temanku?"
"a-ano…"
"dia bukan wanita yang dibayar seperti wanita yang sedang menjilat lehermu itu" ucapan Sasuke mungkin kasar, tapi itu memang benar adanya.
Hinata menunduk, tidak mau menatap onyx kelam Sasuke yang nampak menyeramkan.
"lihat? Dia bahkan takut padaku" tatapan Sasuke seakan menunjuk Hinata.
"sa-saya bukan takut tuan..hanya saja, saya rasa ucapan tuan tadi terlalu kasar" Hinata masih menunduk.
"anggaplah aku semaumu" Sasuke beranjak pergi namun setelah beberapa langkah, di berbalik lagi
"awalnya kukira kau gadis baik-baik" Sasuke tersenyum meremehkan ke arah Hinata.
Hati Hinata terasa ditusuk besi, perkataan Sasuke benar-benar menyakiti Hinata.
"hei Sasuke, bukankah ini sudah terlalu malam? Ayo pulang?" Naruto berdiri.
"hn"
"maafkan dia nona..?" Naruto bicara pada Hinata yang masih menunduk dan matanya nampak sudah berkaca-kaca.
"Hi-Hinata" jawab Hinata tergagap.
"ah, Hinata-san, dia sebenarnya bukan orang jahat kok" Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"ku-kurasa perkataan dari orang sepertinya tidak penting didengar" Hinata tersenyum tipis.
"baiklah, kami akan mampir lagi nanti"
"terima kasih sudah datang kesini tuan" lirih Hinata.
"kau keterlaluan Sasuke" Naruto menepuk bahu Sasuke sebelum Sasuke masuk ke mobilnya.
"lalu?"
"apa maksudmu lalu? Apa kau tidak merasa bersalah sama sekali?"
"aku tidak melukainya"
"kau menghinanya Sasuke" Naruto benar-benar tidak mengerti dengan sahabatnya ini, sesaat, dia bisa menjadi orang yang baik, dan semenit kemudian, dia bisa sangat kasar.
"aku lelah" Sasuke tidak menjawab Naruto dan masuk ke dalam mobilnya.
"padahal gadis itu manis" Naruto menatap kepergian Sasuke.
Di ruang ganti, Hinata mengganti bajunya dengan kaos biasa dan jeans. Walaupun dia melakukan aktifitas, otaknya masih memikirkan kalimat Sasuke, rasanya kalimat itu menempel di kepala Hinata.
"kau kenapa Hinata?" tanya Matsuri, teman Hinata yang juga berprofesi sebagai bartender.
"eh? Tidak apa-apa" Hinata menutupi kegusarannya sekarang.
"ada masalah di rumah ya?"
"bukan kok"
"baiklah, ayo pulang"
Mereka berpisah didepan diskotik, Matsuri ke halte bis, sedangkan Hinata membawa sepeda.
Hinata mengayuh sepeda biru usang miliknya ke rumah. Sekarang sudah jam 3 pagi, tapi saat Hinata baru berdiri didepan pintu masuk, terdengar suara ibu dan ayah tirinya dari dalam rumah.
"bohong kau! Dimana uangnya?!" bentak ayah tiri Hinata, Suzuki Hibito.
"aku tak punya uang!" tangisan ibu Hinata, Hyuuga Hikari, terdengar di telinga Hinata sangat memilukan.
Ayah kandung Hinata, Hyuuga Hiashi, meninggal 5 tahun yang lalu tepat saat ulang tahunnya yang menginjak 16 tahun. 3 tahun kemudian ibunya menikah lagi dengan Suzuki Hibito, berbeda dengan sekarang, dulu Hibito sangat baik dan menyayangi ibu Hinata dan Hinata, tapi sekarang semuanya berubah. Hibito sering memukuli keluarganya sendiri, mencuri uang Hikari dan terkadang uang Hinata untuk berjudi, bahkan hampir memperkosa Hinata, tapi ketauan oleh Hikari.
"tadaima" Hinata masuk ke dalam rumah dan melihatnya dalam keadaan berantakkan.
"kau sudah pulang ya anak sialan? Mana uangmu?" tanya Hibito.
"a-aku tidak punya uang" hinata menjawab Hibito dan Hibito langsung geram dan memecahkan benda-benda disekitarnya.
"kalau kau tidak punya uang dan ibumu juga tidak, untuk apa kalian tinggal disini hah?!" Hibito baru akan memukul ibu Hinata, namun langsung dihalangi Hinata dan alhasil, dahi Hinata berdarah karena terkena pukulan asbak.
"Hinata-chan!" Hikari menahan tubuh Hinata yang akan roboh, dan Hibito akan langsung menuju pintu.
"dasar tidak berguna" Hibito meludah di depan pintu masuk dan melenggang pergi.
"oka-san.." darah mengucur deras di dahi Hinata, dan Hinata jatuh pingsan.
Jam 8 pagi, Hinata bangun dengan sakit kepala menderanya. Dia duduk dipinggir kasur dan mengingat kejadian dini hari tadi. Hinata mengambil sebuah foto dari dalam lacinya.
"otou-san.." Hinata mengusap foto keluarga Hinata, saat ayah kandung Hinata masih hidup.
Lelehan air mata menuruni pipi Hinata, bukan hanya kepalanya yang sakit, hatinya juga begitu sakit. Bagi Hinata, hanya untuk bernafas lega didalam rumahnya ini, rasanya sangat menyiksa, dia selalu merasa sesak nafas.
Hinata baru berusia 21 tahun, dia melewati ulang tahunnya yang ke-17 dengan duka, tidak ada ayahnya lagi disampingnya, saat umurnya 19 tahun, dia dihadiahi lebam disekujur tubuhnya karena dipukuli Hibito, dan diulang tahunnya ke 20, untuk pertama kalinya Hinata mempunyai pekerjaan tetap sebagai bartender. Menyedihkan memang, tapi inilah kehidupan seorang Hyuuga Hinata yang penuh luka dan masa lalu yang kelam.
TOKK TOKK
"ini laporan yang anda minta tuan" sekretaris Sasuke masuk ke ruangan Sasuke dan membawa beberapa map dokumen.
"hn"
"tuan, sebenarnya..tadi ada yang menelpon dan ingin bicara dengan tuan" sekretaris Sasuke bicara takut-takut.
"siapa?"
"Haruno-sama tuan" Sasuke menatap sekretarisnya cepat.
"kenapa tidak disambungkan?"
"itu.."
"apa itu Haruno Sakura?" tanya Sasuke.
"iya tuan"
Sasuke diam, setelah mendengar kalau Sakura yang menelpon, untuk sesaat Sasuke berharap itu memang dari Sakura, tapi sekarang dia malah ingin mendengar kalau ayah Sakura, yang merupakan rekan bisnisnya, yang menelpon.
"akan kutangani, kau boleh keluar" dan sekretaris Sasuke itu keluar dari ruangannya.
Sasuke meraih telepon genggamnya dan menelpon seseorang.
"moshi-mosh?" jawab gadis diseberang sana.
"kenapa menelponku?" tanya Sasuke to the point.
"tidak boleh ya?"
"aku sibuk, cepat bicara"
"aku merindukanmu Sasuke-kun" Sasuke terpaku mendengar kalimat gadis yang sedang diteleponnya ini yang tidak lain adalah Sakura.
"aku sedang tidak mau mendengar lelucon"
"aku merindukanmu lebih dari yang kau bayangkan"
"hentikan omong kosongmu itu!" suara Sasuke meninggi.
"apa sudah tidak ada kesempatan Sasuke? Untukku?"
"kau akan menikah 3 bulan lagi" Sasuke memijit pelipisnya pelan.
"tapi masih belum terlambat kan?"
Sasuke diam seribu bahasa dan berakhir tidak menjawab pertanyaan Sakura dan mematikan sambungannya.
Sakura adalah teman masa kecil Sasuke, mereka berteman sejak duduk di bangku SD, dan dia merupakan cinta pertama Sasuke.
Setelah lulus SMP, Sakura pindah ke Kyoto dan bersekolah disana, namun Sasuke tetap merahasiakan perasaannya pada Sakura. Sampai pada suatu hari, Sasuke tiba-tiba pindah ke sekolah Sakura di Kyoto dan menyatakan perasaannya dihadapan semua murid.
Mereka menjadi 'lovey dovey couple' di sekolah mereka, banyak yang iri akan kemesraan mereka. Hubungan mereka berjalan lancar sampai 3 tahun, dan akhirnya berakhir setelah Sasuke memergoki Sakura dan Sai, yang merupakan sepupu jauh Sasuke, berciuman di sebuah diskotik.
Belum lagi saat Sakura memutuskan untuk pergi dengan Sai ke San Fransisco dan meninggalkan Sasuke.
"kalau tidak akan ada kesempatan untukmu lagi Sakura, apa kau akan memilihku dan bukan Sai?" Sasuke bergumam pelan.
TBC
Satu lagi fanfic SasuHina dari Aya :3
Lanjut / hapus? Tuliskan review dan saran minna-san ^^
Arigato gozaimase~
