"Minna-san! Pelajaran telah selesai, jadi kalian boleh keluar kelas sekarang!"

Sesosok gurita kuning yang menjadi guru dari kelas 3-E itu mulai bersuara, membuat para siswa dikelasnya menjadi senang minta ampun saat mereka memasuki jam istirahatnya setelah otak mereka yang dipaksa bertarung dengan rumus-rumus matematika

Ngomong-ngomong, sosok guru itu dipanggil dengan nama Koro-sensei – nama yang agak konyol sih, namun namanya bukanlah sekedar nama biasa. Namanya berasal dari kata 'Korosenai' yang berarti tidak bisa dibunuh – yang kenyataannya memang begitu, dia adalah makhluk aneh yang memiliki kecepatan hingga 20 Mach, yang artinya kau bisa pergi dari Tokyo ke Kyoto hanya dalam hitungan detik –

– Bahkan lebih dari itu, ia bisa pulang pergi dari Tokyo ke Italy dalam hitungan jam hanya karena ia menginginkan sebuah es krim, sungguh konyol tapi memang begitulah kenyataannya

"Koro-sensei! Memangnya sekarang sudah istirahat?"

"Tentu saja Kayano-san!"

Kayano Kaede – seorang gadis yang juga siswa dari kelas 3-E, gadis manis berkulit putih dan berambut hijau cerah dengan iris mata Hazel-nya yang menawan – bahkan senyum simpul diwajahnya membuat dirinya terlihat cantik sebagai siswi yang cukup rajin dikelasnya

Melempar senyum pada Koro-sensei, malu-malu kepalanya menoleh kearah samping tepat disebelah bangkunya – sesosok remaja laki-laki yang belakangan membuat hatinya bergetar lebih kencang dari biasanya ketika berada didekat sosok itu

"Na-Nagisa!" ucap Kaede mencoba memanggil sosok itu

Shiota Nagisa – seorang remaja laki-laki yang menyerupai perempuan cantik, kulit putih serta rambut berwarna birunya yang sepertinya diikat dua, iris mata Azure-nya kini terpaku pada Kaede yang notabene memanggil namanya

"Kayano? Ada apa?"

Tatapan polos Nagisa kearahnya membuat wajah Kaede sekilas memerah merona, bibirnya yang manis bergetar pelan ketika kedua tangannya masuk kedalam kolong mejanya – seolah mengambil sesuatu dari sana

"A-apa kau mau makan siang bersamaku?"

Ucap Kaede agak terbata saat kedua tangannya keluar dari kolong meja dan membawa sebuah kotak bento berwarna pink yang terlihat begitu feminim dari sana. Pandangannya terlihat malu untuk menatap langsung sepasang Azure didepannya

Nagisa sempat terpukau untuk beberapa detik ketika Kaede membuka kotak Bento yang ia miliki. Isinya terlihat begitu lengkap dan membuat perut kosongnya berbunyi pelan

*Kriiiuuk!*

"Hihi~ kau lapar bukan?"

Kaede kembali bersuara, kini ia memberanikan diri untuk menatap sepasang Azure yang indah itu – tenggelam dalam indahnya sepasang Azure yang Nagisa miliki

Yah, bisa dibilang Kaede memang memiliki rasa terhadap teman sebelah bangkunya ini. Meski ia malu untuk mengungkapkan rasanya pada Nagisa, tapi kelakuannya saat berada didekat Nagisa bisa ketahuan dengan begitu mudahnya – ia sangat gugup bila situasinya terasa begitu serius atau ketika mereka hanya berdua saja

Namun jika situasinya santai seperti ini, mereka bisa menjadi teman yang sangat akrab lebih dari yang lainnya

"Gomen"

"Untuk apa kau minta maaf padaku? Ayo makan siang bersama!"

Menutup kembali kotak Bento yang ia miliki. Kaede terlihat tersenyum dengan begitu senangnya saat ia menarik lengan Nagisa secara paksa – membuat Nagisa hanya bisa menghela nafas pelan sambil menuruti teman dekatnya itu

Mungkin dipikiran Nagisa saat ini – selama ia bisa kenyang dan bisa membuat Kaede senang karenanya, menurutnya itu tidaklah terlalu buruk

.

.

.

.

.

.

.

.

.

:: [Kokuhaku] ::

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Nagisa! Aaam~"

"Ka-Kayano?!"

Desiran angin lembut disiang hari seperti ini memang terasa menyejukkan, suasana sepi dan damai dipinggir lapangan – [yang dibuat oleh Koro-sensei] – memang sangat pas untuk bersantai, rerumputan hijau yang membatasi bangunan kelas dan lapangan terlihat bergoyang bahagia ketika angin mencoba merayunya untuk bermain bersama

Sosok remaja laki-laki berambut biru langit kini terlihat begitu terkejut dengan semburat merah dikedua pipinya ketika sepotong Kaarage yang dijepit dengan sepasang sumpit mengarah kearah mulutnya

Shiota Nagisa – kini hanya bisa membungkam mulutnya yang bergetar dan menatap sepasang manik Hazel didepannya seolah berkata bahwa 'Aku bisa makan sendiri, jadi tak perlu disuapi lagi!'

"Ayolah Nagisa~ buka mulutmu!"

Meski awalnya ragu, remaja yang memiliki mata yang tajam seperti seorang pembunuh pro itu membuka mulutnya perlahan ketika Kayano Kaede – gadis yang menyodorkan sepotong Kaarage itu memaksanya untuk membuka mulut

*Aaaam~!*

Dan ya, Kaede berhasil menyumpal mulut Nagisa dengan potongan Kaarage yang terlihat begitu nikmat, terkikik pelan ketika menatap Nagisa yang kini mengunyah potongan Kaarage dengan perlahan

"Dou da?"

Kembali menatap sepasang manik Hazel yang berada disampingnya, membuat Nagisa terpaku untuk beberapa detik ketika dirinya terkagum dengan ekspresi Kaede yang menantikan jawaban darinya –

– ekspresinya begitu manis dimatanya hingga ia lupa bagaimana caranya untuk menyembunyikan semburat merah tipis dikedua pipinya

"Enak kok, aku tak menyangka seorang penyuka Puding seperti dirimu bisa membuat Kaarage seenak ini!"

Ucap Nagisa tersenyum dengan harapan bisa membuat Kaede senang dengan ucapannya – bukan karena ia bohong. Ia jujur dengan perkataannya dengan harapan Kaede bisa menampilkan senyum bahagianya padanya, karena baginya Kaede adalah teman sekelasnya yang cantik dan berharga baginya

"B-Begitukah.."

"Kayano?"

Kaede menundukkan wajahnya menutupi kedua pipinya yang kini dipenuhi dengan semburat merah karena perkataan Nagisa. Bahkan tangan kirinya yang memegang kotak bento yang berada dipangkuannya terasa sedikit bergetar

Entah kenapa ia merasa sangat bahagia sekali ketika Nagisa mau memakan Bento miliknya dan memberikan senyum tulusnya hanya untuknya – untuk Kaede seorang. Ia benar-benar bahagia hanya karena hal yang sederhana itu

Hatinya kini berdegup lebih kencang dari biasanya – berdegup cepat serasa ingin meledak. Bahkan matanya kini terpejam erat mencoba meredam hatinya yang kini tengah dilanda rasa bahagia hanya karena sebuah pujian

"Kayano?!"

"Ha-Ha'i!"

Agak kaget saat Nagisa memanggil namanya, membuat Kaede tersadar dari keadaan sebelumnya dan tenggelam dalam manik Azure yang indah itu – benar, sangat indah

Kaede tak mengerti dengan apa yang dirasakannya saat ini, entah kenapa berada disamping Nagisa membuatnya senang dan agak gugup secara bersamaan – dia benar-benar tidak mengerti

Namun jika orang lain yang melihat tingkahnya maka mereka sudah menduganya bahwa Kaede suka dengan Nagisa

- itu benar! Dia sangat suka dengan Nagisa!

Tapi sayang Kaede terlalu polos untuk mengerti hal itu, ia benar-benar belum mengerti perasaaan rumit seperti yang ia rasakan sekarang dan hanya bisa menikmatinya dalam diam

"Kayano? Aku tadi memanggilmu tapi kau terus saja diam, apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

"A-Ah~ Gomen Nagisa! Aku melamun"

Begitulah Kaede, ia hanya bisa tertawa pelan menutupi rasa yang tengah dirasakannya saat ini ketika menatap langsung wajah Nagisa yang menatap khawatir tentang dirinya. Perhatian Nagisa terhadap dirinya membuat pemilik manik Hazel itu semakin nyaman didekatnya

Yah, dia hanya ingin merasakan hal seperti ini sedikit lebih lama. Bersama dan terus bersama sahabat sekaligus remaja yang telah berhasil mencuri hatinya ini

.

.

.

'Apa kau tahu Nagisa?'

.

.

'Aku ini menyukaimu...'

.

.

.

- [Next Day]

Hari berjalan seperti biasa, kelas 3-E yang biasa disebut sebagai Kelas Pembunuh itu mulai menjalani pelajaran yang mereka ini pelajarannya adalah Matematika – terlihat Koro-sensei yang antusias menulis rumus-rumus matematika dengan dua tentakelnya

Disisi lain, sepasang manik Hazel mencoba diam-diam melirik kesebelahnya – sesosok remaja berambut biru yang kini fokus dengan pelajaran yang disampaikan oleh Koro-sensei

Kayano Kaede – entah mengapa ia begitu tertarik dengan Nagisa, hampir setiap hari ia memperhatikan Nagisa, memperhatikan wajah seriusnya, memperhatikan iris mata Azurenya yang tajam nan dingin. Meskipun begitu ia amat menyukai mata tajam itu

Bahkan ia sendiri pun heran, kenapa ia sangat tertarik dengan lelaki yang menyerupai seorang perempuan ini?

*Teng! Tong!*

Tanpa ia sadari bel telah berbunyi, menandakan bahwa jam istirahat pun akan segera dimulai. Koro-sensei pun mengakhiri pelajarannya dengan sedikit berbicara kepada seluruh siswanya tak terkecuali dirinya – Kaede sendiri

Selepas sang Sensei pergi keluar sekolah, Kaede kini mencoba curi-curi melirik kearah Nagisa yang tengah asik sendiri

Ingin rasanya gadis bersurai hijau itu menegurnya seperti biasa yang ia lakukan, namun untuk sekarang entah kenapa ia merasa tidak begitu yakin. Bukan karena ia tidak ingin, hanya saja hatinya yang tengah menggebu membuatnya merasa sulit untuk menegur Nagisa meski itu hanya sebatas salam saja

Tidak seperti kemarin saat ia mendapatkan ide yaitu mengajak Nagisa untuk makan siang bersama. Kali ini Kaede benar-benar kehabisan ide. Ia benar-benar bingung untuk memulainya darimana jika ia ingin memulai pembicaraan dengan Nagisa

Lagipula Nagisa juga orangnya cukup pendiam dan tidak terlalu banyak bicara, ia hanya bicara seperlunya saja dan akan bicara jika ada sesuatu yang membuatnya penasaran ataupun membuatnya tertarik. Karena itulah Kaede kehabisan akal

Masalahnya? Hal apa yang akan ia bahas jika akan memulai pembicaraan dengan Nagisa?

Ayolah Kaede! Kau Pasti bisa! Batinnya mencoba meyakinkan diri

"Na-Nagisa!"

Ucapnya memberanikan diri memanggil nama depan sang remaja yang menjadi pusat perhatiannya. Suara agak berteriak tertahan dengan sepasang rona merah yang hinggap dikedua pipinya

Inilah yang dia lakukan. Setidaknya ia bisa memanggil Nagisa dan menyapanya walau ia tak punya hal yang bisa dibahas nantinya – namun setidaknya ia berharap Nagisa mempunyai cerita yang mau dibagi dengannya

"Ka-Kayano..."

"Eh? A-Are?!"

Oh tidak! Menjadi pusat perhatian membuat Kayano sedikit merasa malu. Bagaimana tidak? Kini semua pasang mata yang ada dikelasnya menatapnya langsung ketika mendengar suaranya yang menjerit tertahan – memanggil nama teman sebelah bangkunya itu

Ini tidak seperti yang diharapkan oleh Kaede! Ia hanya ingin berbicara dan menghabiskan waktu istirahatnya dengan Nagisa – mungkin saja mengajaknya keluar kelas atau semacamnya –

- buru-buru ia mengharapkan hal seperti itu, kini ia malah menjadi pusat perhatian seluruh siswa dikelas

"Kayano-chan, kau lucu sekali ketika kau tidak bisa menyembunyikan raut wajahmu itu"

Kini giliran Akabane Karma – remaja berambut merah yang duduk dibangku paling belakang – bersuara. Tawa pelannya pun terdengar jelas ditelinga Kaede membuat gadis bersurai hijau itu menundukkan wajahnya malu

Seluruh siswa dikelas hanya bisa tertawa pelan ketika menatap Kaede yang tertunduk malu – mereka semua tahu kalau semua itu karena Nagisa, hanya saja Nagisa kurang peka untuk memahami perasaan teman sebelah bangkunya itu

Sedangkan Nagisa? Ia memang tidak tahu menahu tentang keadaan yang Kaede alami sekarang dan kurang memahaminya. Hanya saja ia kini tersenyum pada gadis bersurai hijau itu ketika nama depannya dipanggil olehnya

"Kayano..."

Sepasang mata Hazel itu terlihat malu untuk menatap wajah Nagisa. Meski keraguan hinggap dihatinya ketika ia hendak menegakkan kembali kepalanya dan menatap wajah Nagisa

"Na-Nagisa..."

Dan begitulah... senyum Nagisa seakan membuat dunia Kaede berhenti – terpaku pada senyum Nagisa, bahagia ketika sang pujaan menatapnya dengan tatapan lembut meski itu hanya sekedar senyuman saja

Kedua pipinya dihinggapi rona merah ketika sepasang Hazel yang ia punya tenggelam dalam indahnya Azure yang terlukis indah didepannya – tenggelam dalam tatapan lembut Nagisa hingga membuat Kaede serasa mengkhayalkan sesuatu yang tak berarti

"Mau keluar sebentar?"

"U-Um!"

.

.

.

.

"Na-Nagisa..."

Angin terasa yang menerpa kulit terasa begitu lembut, suara gemuruh rerumputan hijau yang menari dipinggiran lapangan serta cuaca yang mendukung berupa langit yang berwarna biru indah dengan awan abstrak sebagai penghiasnya

Duduk direrumputan hijau tepat dipinggir lapangan bersama seorang remaja yang ia kagumi, surai hijaunya yang senada dengan rerumputan yang menjadi dudukannya teralun lembut oleh sang angin yang berdesir cukup kencang –

- wajahnya memerah, sepasang Hazel miliknya terlihat enggan untuk menatap si remaja bersurai biru disebelahnya meski ia sangat ingin menatap sepasang Azure yang dingin itu

"Cuacanya bagus ya! Kayano..."

"U-Um!"

Gumamnya dalam perasaannya yang gugup. Dalam diam matanya mencoba melirik Nagisa – remaja bersurai biru yang duduk santai disebelahnya itu

"..."

Kaede terpaku untuk beberapa menit ketika menatap wajah Nagisa, rambutnya yang bergerak seiring dengan angin yang menerpanya, iris mata Azure yang jauh memandang kedepan yang terlihat dingin namun sejuk

"Kayano?"

"E-Eh?"

Tatapan polos dari sepasang mata Azure yang Nagisa miliki seakan menjadi satu-satunya perhatian bagi Kaede sekarang – terpaku pada tatapan sang pujaan, kedua pipinya memerah saat hal seperti ini terjadi padanya

"Kau gugup?"

"Go-Gomen!"

*Pluuk!*

Matanya terpejam sebelah ketika tangan Nagisa menggapai pucuk rambut hijaunya. Dielusnya pelan oleh Nagisa membuat Kaede hanya bisa terdiam menikmati elusan lembut yang Nagisa berikan padanya

Mungkin inilah yang diinginkan kebanyakan gadis seperti Kaede. Ia tahu bahwa Nagisa memanglah pribadi yang kurang peka terhadap perasaan seseorang, namun perlakuan lembutnya yang selalu diberikan padanya seolah menjadii kehangatan tersendiri bagi Kaede

"Kau tidak seperti biasanya, kemarin kau terlihat lebih riang dari yang sekarang"

"Ti-Tidak kok! Aku hanya bingung ingin membahas apa denganmu"

"Begitukah?"

"Um!"

Nagisa tersenyum lembut seiring dengan kelopak matanya yang menutupi iris matanya yang indah seindah langit yang menjadi latar dimana mereka duduk saat ini. Tangannya mencoba bergerak menuju pucuk helaian rambut hijau milik Kaede yang menatap jauh kedepan – entah apa yang ia pikirkan Nagisa tidak tahu apapun tentang hal itu

*Pluk!*

"Are?"

Mencoba menoleh kesamping, Kaede terpaku pada tatapan Nagisa saat ini – tatapan tulus yang lembut yang membuat hatinya terasa menghangat, elusan lembut dari Nagisa tepat dipucuk kepalanya seakan memanjakan dirinya yang tengah dilanda rona merah diwajahnya

"Nagisa?"

"Hm?"

Desiran angin semakin lembut seiring dengan senyum tulus Nagisa yang masih terpampang diwajahnya. Membuat Kaede seakan tenggelam dalam indahnya senyum tulus dari Nagisa yang jarang ia lihat

Inilah yang diinginkan oleh Kaede yang sebenarnya – hatinya merasa ingin terus diperhatikan oleh Nagisa, ingin terus dimanjakan oleh Nagisa yang menjadi pusat perhatiannya belakangan ini, namun sayang pikirannya seolah membohongi dirinya sendiri

Ia ingin memiliki Nagisa seutuhnya!

Ia tahu bahwa Nagisa termasuk orang yang cukup bodoh untuk mengetahui perasaan seorang gadis macam dirinya. Nagisa hanyalah seorang pelajar bodoh yang terus memikirkan bagaimana cara membunuh Koro-sensei tanpa bisa menyadari perasaan orang lain tentang dirinya

Namun meski begitu, kehadiran Nagisa seakan menjadi penyemangat tersendiri bagi Kaede – Melihatnya kembali, melihat senyumnya yang tulus, membahas sesuatu dengannya, lalu pulang dengan hari yang begitu menyenangkan

Terkadang Kaede berharap andai waktu berhenti – berhenti dimana saat Nagisa meluangkan waktunya untuk selalu bersamanya dan membuatnya sedikit merasa bahagia. Namun itu hanyalah harapan, tak akan bisa ia lakukan

Walau begitu. Waktu yang sekarang bagi Kaede adalah sebuah anugerah tersendiri baginya – karena baginya, jarang untuk Nagisa yang begitu perhatian pada dirinya

"Boleh aku mengungkapkan sesuatu padamu?"

"..."

Ucap Kaede dalam diam, rayuan sang angin seakan membawa ucapannya kata per kata pada Nagisa yang duduk disebelahnya, surai hijau itu mencoba menutupi raut wajahnya yang entah bagaimana sekarang rupanya

Disamping itu, Nagisa terdiam memikirkan apa yang barusan dikataka oleh Kaede. Memahami tiap kata yang dilontarkan Kaede agar ia tidak terlalu salah paham pada Kaede

Mengungkapkan sesuatu?

Dua kata itu masih terasa asing bagi Nagisa yang notabene tidak paham dengan apa yang ada didalam isi kepala para gadis kebanyakan. Mengungkapkan sesuatu? Apa ia selama ini berlaku buruk pada Kaede sehingga mencoba mengungkapkan sesuatu padanya?

Dia tidak mengerti – benar-benar tidak mengerti...

Meski ucapan Kaede sudah terlewat beberapa detik yang lalu, namun Nagisa enggan untuk mencoba merespon. Bukan karena ia segan - hanya saja ia merasa ada yang ingin dikatakan lagi oleh Kaede walau ia belum merespon ucapannya

"..."

Tak ada sepatah katapun dari Kaede, apa ia perlu merespon ucapannya yang sebelumnya?

"Silahkan..."

Satu patah kata itu keluar begitu saja dari mulut seorang Nagisa – mencoba menjelaskan pada Kaede untuk mempersilahkan apa yang ingin ia utarakan pada dirinya. Meski ia terdiam duduk disamping Kaede, namun hatinya merasa ada perasaan yang sedikit berkecamuk

Ini terasa canggung dari yang sebelumnya – ia tidak terlalu menyukai suasana seperti ini, hanya saja ia merasa takdir sudah memaksanya untuk masuk kedalam suasana yang membuat hatinya kini tak tenang

"U-Um!"

Lain Nagisa, lain juga dengan Kaede. Wajah manisnya kini memerah layaknya kepiting yang baru saja direbus matang – tak kuat menahan rasa malu yang melanda dirinya

Ia tahu bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengutarakan sesuatu – mengatakan bahwa ia menyukai Nagisa apa adanya dan menunggu apa yang dikatakan oleh Nagisa sebagai jawaban untuknya

Tapi itu tidak seperti yang ia duga!

Ini terasa berat bagi dirinya! Ia tak bisa menahan perasaan ini untuk waktu yang lebih lama – perasaaan yang menyiksa ketika ia berada didekat Nagisa. Ia ingin memiliki remaja itu seutuhnya – memilikinya dan terus bersamanya

Sepasang mata Hazel indah miliknya bergetar ketika niat didalam hatinya telah sempurna. Mungkin hanyalah usaha yang kurang didalam dirinya saat ini – usaha untuk mengungkapkan semua isi hatinya pada Nagisa

*Srak..*

"Kayano?"

Nagisa menoleh dengan tatapan penasaran ketika Kaede beranjak berdiri dengan pandangan yang masih lurus kedepan. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan si pemilik surai hijau itu namun ia rasa pilihan terbaik adalah diam bagi dirinya

"Nagisa..."

Mata itu...

Entah kenapa sekarang Nagisa mulai terpaku terdiam menatap ekspresi Kaede yang sekarang – senyum dengan mata yang sedikit berkaca-kaca yang membuat dirinya merasa sedikit bersalah walau ia tidak tahu letak kesalahannya berada dimana

Sungguh! Ini benar-benar tidak seperti Kaede yang ia kenal – Kaede yang ceria yang selalu berada disisinya ketika ia membutuhkannya, Kaede yang selalu mendukungnya dari belakang walau sesekali ia kerepotan karenanya, Kaede yang mencoba selalu tersenyum pada dirinya

Cairan liquid bening itu mulai jatuh ke pipinya, membuat Nagisa merasa sangat khawatir akan keadaan Kaede saat ini. Tatapan dan juga ekspresi tertahan Kaede seakan mencoba memberitahu sesuatu pada dirinya yang tak bisa ia ketahui apa artinya

Dia bodoh! Tapi dia benar-benar tidak mengerti!

Dan Kaede pun mengerti tentang Nagisa. Remaja yang akhir-akhir ini menjadi pusat perhatiannya itu terlalu bodoh untuk menyadari perasaannya. Nagisa hanya selalu menganggapnya sahabat dan akan selalu mengkhawatirkannya jika ia berada didalam masalah –

- Namun Kaede ingin lebih dari itu!

Ia tahu apa resikonya jika ia mengutarakan perasaannya pada Nagisa, mungkin saja remaja bersurai biru ini menjauhinya hanya karena perasaannya, atau mungkin Nagisa tidak pernah berpikir untuk merubah status hubungannya dengan dirinya

Tapi satu yang ingin Kaede lakukan – ia hanya ingin mencoba melepas semua isi hatinya yang begitu menyesakkan ini. Membuatnya sesak hingga sulit untuk memilih kata yang pas untuk mengutarakan perasaannya pada Nagisa seorang

"A-Aku..."

"..."

"Kayano?"

"A-Aku tunggu dirimu sore nanti! Jaa~!"

*Drap! Drap!*

Dan begitulah. Akhirnya Kaede menggagalkan pengakuannya pada Nagisa hanya karena ia sangat gugup hingga sulit untuk bisa mengungkapkan semuanya pada Nagisa dan memilih untuk pergi ke kelas meninggalkan Nagisa seorang disana

Sementara Nagisa? Ia hanya bisa terdiam bingung menatap Kaede yang tengah berlari kearah kelas

.

.

.

'Dasar Nagisa!'

.

.

'Kau tidak peka sama sekali!'

.

.

.

Sore hari mulai menimpa bumi – meninggalkan langit yang awalnya biru cerah kini berganti menjadi oranye yang indah, alunan merdu dari burung yang terbang bebas mengangkasa terasa begitu lembut seiring dengan kakinya yang melangkah kedepan

"Ne... Nagisa-kun"

Akabane Karma – sosok remaja bersurai merah itu mulai membuka suara, mencoba mencari sesuatu yang pantas untuk dibicarakan dengan sesosok remaja bersurai biru langit yang berjalan disebelahnya

Kedua pasang matanya yang senada dengan surai merahnya menatap lurus kedepan. Mungkin ia terlihat seperti siswa nakal yang selalu memiliki masalah dengan siapapun – namun aslinya dia adalah pribadi yang cukup baik

"Hm?"

Ucapan ambigu itu terasa bagaikan respon dari Nagisa – sosok remaja surai biru cerah yang berada disebelahnya bagi Akabane Karma. Meski ia tahu bahwa Nagisa kini menoleh kearahnya, Karma tak ada niat sedikitpun untuk menoleh kearah Nagisa dan tetap memandang jauh kedepan

"Aku tahu ini mendadak, tapi bagaimana kesanmu tentang Kayano-chan?"

Karma tahu apa hubungan Nagisa dengan Kaede dan tahu tentang perasaan Kaede yang sebenarnya hanya dari melihat tingkahnya saja – karena itulah ia memberikan pertanyaan tentang Kaede pada Nagisa

Nagisa tahu semua yang ada didalam kelasnya merupakan sahabatnya terlebih pada Kayano Kaede. Namun Nagisa terlalu bodoh untuk menyadari perasaaan dari sahabatnya sendiri

Disamping itu Karma pun memang suka menjahili Nagisa maupun Kaede karena hubungan mereka berdua, tak jarang bagi Karma untuk menggoda Nagisa dan Kaede secara bersamaan belakangan ini

"Tentang Kayano?"

"Tentu!"

"..."

Nagisa memegang dagunya pertanda ia berpikir sejenak, meski dikepalanya banyak gambaran tentang Kaede – entah itu saat ia tertawa, senang, sedih ataupun ekspresi yang lainnya – namun untuk memberikan sebuah kesan pada Kaede terasa begitu sulit bagi Nagisa

Kayano Kaede adalah seorang gadis manis bersurai hijau yang telah lama menjadi sahabat baginya, pribadi yang cukup menyenangkan disaat bersama dan memiliki banyak ekspresi dibalik wajah manisnya – mungkin itulah gambaran Kaede yang ada dikepala Nagisa sekarang

Tapi baginya, itu terlalu panjang untuk dijelaskan pada Karma

"Aku mungkin tidak terlalu pandai dalam merangkai kata, namun kurasa ia adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki selain dirimu Karma-kun"

Nagisa tahu pemilihan kata itu terlalu berlebihan, tapi ia rasa itulah yang terbaik karena ia tak menemukan kalimat lain didalam kepalanya

Ia bukanlah orang yang pandai berbicara macam Koro-sensei yang selalu memberikan motivasi ataupun dukungan pada murid-murid tercintanya, disamakan dengan Karma yang memiliki kharisma pun ia tak pantas untuk hal itu

Ia hanyalah remaja berpandangan dingin yang ingin masa sekolahnya ini akan selalu terkenang selalu bersama para sahabatnya yang selalu ada untuknya – mungkin ia tahu beberapa tahun kedepan semua sahabatnya tak bisa bersama lagi dengan beberapa alasan yang masuk akal, namun setidaknya ia berharap teman-temannya nanti bisa kembali berkumpul dalam acara reuni meski itu masih hanya harapan mengingat itu masih jauh beberapa tahun lagi

"..."

"Kau tidak pernah berubah Nagisa-kun!"

"Apa maksudmu Karma-kun?"

"Tidak! Tidak ada maksud apapun kok!"

Karma tertawa pelan ketika sekilas ia melihat raut ekspresi penasaran yang dikeluarkan oleh Nagisa seiring dengan cahaya matahari menyinari dibalik awan dengan langit yang berwarna oranye cerah yang terlihat begitu indah

Ternyata benar! – Nagisa yang selalu ada dipikiran Karma tidak pernah berubah. Sosok remaja dengan tatapan mata layaknya pembunuh professional itu terlalu buruk untuk memahami apa yang ada di dalam isi hati orang lain termasuk sahabatnya sendiri –

- Maksud Karma adalah Kaede!

Ia adalah sosok yang tahu perasaan Kaede terhadap Nagisa selain Nakamura dan yang lainnya. Meski Kaede selalu mengelak ketika ditimpa dengan pertanyaan yang menanyakan tentang hubungannya dengan Nagisa, namun mereka semua tahu perasaan Kaede hanya dari melihat tingkah lakunya saja

Namun Karma hanya bisa mendoakan hubungan mereka berdua menjadi baik-baik saja, mengingat kasihan juga dengan Kaede yang selalu menahan perasaannya pada Nagisa dan Nagisa yang terlalu bodoh untuk menyadari perasaan Kaede

"..."

"Oh ya Nagisa-kun, kau tidak pulang dengan Kayano-chan? biasanya kau selalu pulang bareng dengannya"

"Oh itu, Aku tidak melihatnya sejak sepulang sekolah tadi, jadi aku pulang terlebih dahulu"

"Hm?"

Karma diam dengan sedikit ambigu. Entah ini perasaannya atau bukan, namun ia rasa Kaede tadi masih ada dikelas –

- Ia tidak terlalu peduli sih, namun ia rasa Nagisa terlihat cukup mengkhawatirkannya – begitu jelas dari raut wajahnya

"Apa yang kau katakan Nagisa-kun? Seingatku tadi Kayano-chan masih ada dikelas ketika semua siswa sudah mulai melangkah pergi untuk pulang ke rumah"

"A-Apa?"

.

.

"A-Aku tunggu dirimu sore nanti! Jaa~!"

.

.

'Jadi itukah maksudmu Kayano?'

.

.

.

Dan tebakan Karma benar! Mungkin jika didunia ini ada seseorang yang paling peka terhadap orang lain, maka Karma bisa dimasukkan kedalam kategori tersebut

Bukan tanpa alasan. Biasanya sih Nagisa memang selalu pulang bersama Kaede walau sesekali ia pulang dengan dirinya. Namun melihat raut wajah Nagisa yang cukup khawatir ketika ia bilang bahwa ia tidak melihat bayangan Kaede saat pulang sekolah – sejak saat itu Karma tahu bahwa Nagisa mengkhawatirkan si surai hijau itu

*Swuuush!*

"Na-Nagisa-kun?"

"Gomen Karma-kun! Kau boleh pulang tanpa diriku, aku akan kembali ke kelas dulu!"

Dan cerita romansa itu kembali dimulai ketika Karma tersenyum simpul menatap Nagisa yang berlari kembali ke kelas mereka – menemui Kaede yang diduga masih berdiri dikelas menunggu kedatangannya

.

.

.

'A-Aku lupa!'

.

.

.

'Aku lupa jika aku punya janji padamu Kayano!'

.

.

.

*Drap! Drap!*

Suara derapan langkah kaki yang lebar itu terdengar memantul disana, menampilkan siluet seorang remaja bersurai biru indah yang tengah berlari sekencang yang ia bisa. Meski peluh terlihat sedikit mengucur dari dahinya, namun hal itu tak membuatnya sedikitpun menyerah dan lelah untuk tetap berlari

'Tunggu aku Kayano!'

Raut wajahnya begitu terlihat khawatir, ucapan batinnya yang senantiasa memanggil sang gadis bersurai hijau yang berkata padanya bahwa ia harus menemuinya sore ini namun ia lupa akan hal itu

*Braak!*

Nagisa – pemuda bersurai biru cerah itu membuka pintu utama gedung sekolah lama dengan agak kasar. Langkah kakinya memantul dari dinding gedung itu dan terus memantul ketika langkah kakinya semakin melebar

'Kayano!'

Matanya tidak bisa fokus lagi, hatinya terasa begitu bergetar khawatir. Bahkan keringat yang mengucur akibat berlari dari tempat ia bersama Karma hingga kembali ke sekolah yang cukup jauh dan membuat siapapun pasti akan lelah

Ini salah! Ini salah! Dan ini salahnya!

Nagisa mengutuk dirinya sendiri ketika ia lupa pada ucapan Kaede yang menyuruhnya untuk menemui Kaede ketika sore hari telah tiba – dan bodohnya ia saat sore hari telah tiba ia melupakan hal itu

Meski ia tahu kalau nanti Kaede akan marah padanya, namun setidaknya jika benar ia masih berada dikelas Nagisa bisa meminta maaf terlebih dahulu karena ia melupakan janji padanya

Karena satu hal yang terpenting baginya – Kayano Kaede adalah sosok yang amat berharga bagi dirinya!

*Sraaak!*

"Kayano!"

"..."

Ucap Nagisa dengan lantang memanggil nama Kayano Kaede, namun seketika ia diam membisu saat menatap sosok Kaede yang kini berdiri dibangkunya membelakangi Nagisa sehingga ia tak bisa menatap ekspresi yang saat ini Kaede pasang

"Ka-Kayano?"

*Drap... Drap...*

Kakinya perlahan berjalan mendekati Kaede yang masih terdiam seiring dengan bibirnya yang kembali memanggil nama sang gadis berharap yang dipanggil mau menampakkan wajahnya pada dirinya

Masih belum mau menoleh meski dipanggil beberapa kali olehnya, membuat Nagisa semakin penasaran sekaligus khawatir – khawatir akan gadis bersurai hijau itu marah dan membencinya karena kesalahannya

*Grep!*

"Kayano!" ucapnya khawatir yang dapat dilihat dari raut wajahnya yang begitu cemas pada gadis yang lengannya kini ia genggam itu

Nagisa terdiam menunggu jawaban dari Kaede. Meski ia merasakan ada getaran pada Kaede ketika ia menggenggam lengannya – namun itu tak membuat Kaede mau berbalik dan menatap wajahnya. Menyadari hal itu membuat Nagisa melepaskan genggaman tangannya pada lengan Kaede

"Gomen, aku mengecewakanmu..."

Dilain sisi. Kayano Kaede – gadis manis nan cantik bersurai hijau yang berdiri membelakangi Nagisa itu masih terdiam membisu, raut wajahnya benar-benar tak terlihat berkat rambutnya yang menutupi akan ekspresi yang ia pasang kali ini

Meski ada rasa marah pada Nagisa. Namun tetap saja hatinya seakan luntur akan ucapan lirih dari sang pujaan hatinya itu, kata maaf dari Nagisa seakan melelehkan semua sifat keras kepalanya dan mencoba merayu untuk berbalik dan menatap wajah yang dipasang Nagisa -

- Namun tetap saja ia masih enggan!

Jika mungkin ia mengikuti apa yang diinginkan hatinya, maka ia akan berbalik pada Nagisa Memeluk erat sang pujaan dengan mengutarakan semua isi hatinya yang dipenuhi akan semua perlakuan Nagisa mengatakan bahwa ia sungguh mencintainya dan ingin selalu bersama dengannya selamanya!

Tapi apa ia mau melakukan hal seperti itu?

"Gomennasai Kayano. Aku tahu kau marah padaku namun setidaknya berbaliklah, kumohon..."

Ucapan lirih dari Nagisa seakan menjadi pemicu untuk Kaede segera berbalik menghadapinya. Meski sifat keras kepalanya memerintahkannya untuk tidak menanggapi apa yang dikatakan Nagisa. Namun hati kecilnya serasa rindu dengan iris mata Azure yang indah itu

*Sraak...*

"Kayano-"

.

.

.

'Gomen...'

.

.

'Membuatmu menangis seperti ini...'

.

.

.

"Ka-Kayano?!"

Nagisa terkejut dengan tubuh yang bergetar hebat ketika mendapati Kaede yang kini berbalik kearahnya dengan sebuah liquid bening yang mulai jatuh dari pelupuk matanya – hal itu seakan menorehkan sedikit luka pada hati Nagisa

Ini salahku! Tolong Maafkan aku!

Mungkin itulah yang ingin ia katakan saat ini, namun melihat Kaede yang terdiam tanpa sedikitpun memberikan respon yang berarti padanya – membuat Nagisa enggan untuk mengatakan hal itu

Bukan karena gengsi untuk mengakui kesalahannya, dia hanya mencoba untuk mengerti dengan apa yang Kaede rasakan. Membiarkan terlebih dahulu si pemilik surai hijau ini sedikit merasa tenang

Jika mempertanyakan tentang siapa yang salah, maka Nagisa bersedia sebagai sosok yang pantas untuk disalahkan. Ini semua karena kecerobohannya yang bisa-bisanya melupakan apa yang dikatakan Kaede tenang menemuinya setelah sepulang sekolah – dengan kata lain yaitu sore hari

Tapi melihat Kaede menangis karena kecerobohannya?

'Bodohnya Aku!'

Tangannya perlahan terulur – mencoba menggapai cairan bening yang mulai jatuh ke pipi Kaede. Disapunya pelan tanpa sedikitpun maksud lain hingga membuat Kaede sedikit merasa terkejut

"Na-Nagisa..."

"Gomen" ucapan itu terlantun tulus dari bibir Nagisa, pandangan matanya menatap sepasang sepatu yang ia kenakan dan takut untuk menatap ekspresi Kaede saat ini, "Aku meninggalkanmu sendirian..."

"..."

Sepasang Hazel itu menatap Nagisa yang kini tertunduk takut untuk melihatnya. Rasa kesal dan marahnya pada sang pujaan serasa hilang lenyap tak tersisa sesaat setelah permintaan maaf dari Nagisa menyelundup masuk kedalam indra pendengarannya

"Ka-Kayano..."

Dan kali ini Nagisa mencoba memberanikan diri untuk mengadahkan kepalanya – menatap sepasang Hazel yang saat ini senantiasa menanti iris Azure yang ia miliki

"Um! Tidak apa-apa kok!"

"Kayano! Gomennasai Gomennasai!"

"Um! Kau tidak perlu meminta maaf sebanyak itu padaku Nagisa"

"Itu tidak bisa, aku harus meminta maaf padamu karena aku meninggalkanmu sendirian disini. Aku tidak ingin meninggalkanmu sendirian lagi –"

"- Terlebih, kau adalah sosok yang berharga bagiku!"

*Swuuuush~!"

.

.

.

'Nagisa...'

.

.

'Apa kau mengerti apa yang kau ucapkan itu membuatku merasa seperti melayang diudara karenamu?'

.

.

.

"Nagisa!"

Matahari benar-benar begitu indah jika dilihat dari halaman gedung sekolah mereka yang notabene berada dibukit. Langit sore yang perlahan bersinar menembus awan putih abstrak yang bergerak bebas terasa menyejukkan semua pasang mata yang ada disana

Di sore itu pun, Kaede menyerukan suaranya memanggil Nagisa yang kini terpaut jarak sejauh satu meter dari dirinya. Kedua tangannya yang terkepal kini berada didadanya memberikan postur tubuh persis seperti di Manga Shoujo dimana sang Main Heroine mengutarakan perasaannya pada sang Hero

"Uh?"

Nagisa membalikkan tubuhnya – mendapati sosok Kaede yang tengah berdiri dengan wajah tertunduk dengan berlatarkan gedung sekolah mereka mengingat mereka saat ini berada dihalaman sekolah hendak pergi menuju rumah mereka masing-masing

"Kayano?"

"..."

"Na-Nagisa!"

Ini terasa berat bagi Kaede! Meski ia sudah melampaui semua yang ia bisa termasuk mengadahkan kepalanya menatap Nagisa yang kini memandangnya dari sana. Tapi tetap saja mengutarakan apa yang selama ini ia tahan didalam hatinya pada Nagisa terasa begitu berat dan sedikit memalukan!

Mengutarakan perasaannya berharap Nagisa berjalan mendekatinya Perasannnya lalu dibalas dengan hangat oleh Nagisa Menjadi sepasang kekasih yang selama ini ia inginkan?

Semua dugaan itu sudah terangkai bagaikan sebuah puzzle yang membingungkan. Namun tetap saja dugaan hanyalah sebuah dugaan – tidak ada artinya sama sekali jika ia tidak berusaha!

*Drap... Drap...*

Kembali – Kaede dikejutkan dengan suara langkah kaki yang sepatu itu, membuat Kaede terpaksa mengadahkan kepalanya kedepan dan mendapati sosok Nagisa yang kini tengah berjalan mendekatinya dengan sedikit senyum yang nampak dari wajahnya

"Ada apa Kayano? Ayo pulang..."

"..."

"A-Aku..." suaranya agak tersendat – mencoba melawan semua kegugupan yang melanda dirinya. "...Ingin menyatakan sesuatu padamu!"

"Ya?"

Dan inilah saatnya! Ia sudah melewati semua keraguan yang ada didalam hatinya dan tidak akan bisa kembali kedalam posisi awal hingga mengharuskannya untuk melanjutkan apa yang seharusnya ia katakan

Pasti bisa! Pasti bisa!

Mencoba meyakinkan diri sendiri dengan dua kata yang berpasangan itu, Kaede kini memberanikan diri untuk menatap wajah Nagisa yang kini berada didepannya dengan kedua tangan yang terkepal sedikit gemetaran itu

Inilah saatnya! Walau ia tidak tahu apa jawaban yang akan datang padanya namun setidaknya perasaan hatinya ini tersampaikan dan tidak lagi membebani dirinya!

"A-Aku tahu bahwa aku tidak pandai merangkai kata yang bagus..."

"Merangkai kata?" didapatinya alis Nagisa yang naik sebelah, membuat jantungnya serasa dipompa dua kali lebih cepat "Apa serumit itu?"

"A-Aku –"

"Ya?"

"- Aku menyukaimu Nagisa! Aku benar-benar menyukai dirimu sejak lama!"

.

.

.

'Bodoh!'

.

.

'Apa yang baru saja kukatakan?'

.

.

.

Wajahnya dipenuhi dengan rona merah sesaat setelah mengatakan apa yang baru saja ia katakan. Meski ia merasa lega setelah mengeluarkan apa yang selama ini ia tahan, namun tetap saja apa yang menjadi jawaban akan terasa lebih menakutkan bagi Kaede

Bagaimana jika ia ditolak? Misalnya?

"..."

Lain Kaede lain juga dengan Nagisa. Apa yang baru saja Kaede katakan padanya terasa begitu berat dan mengacak semua apa yang ada dikepalanya – bingung untuk melakukan apa setelah ini

Ia masih tak menyangka jika sahabatnya ini benar-benar menyukainya – menyukai dalam artian perempuan terhadap laki-laki bukan sebagai sahabat tentunya. Iris Azure nya terlihat sedikit membulat terkejut

Meski apa yang baru saja terjadi terasa seperti ilusi – namun tetap saja kenyataannya bahwa telinganya tak akan pernah membohongi dirinya sendiri!

Ia tidak terlalu paham dengan perasaan yang disebut dengan suka itu. Memang tidak terlalu penting sih didalam kehidupan sekolah namun tetap saja setiap orang memiliki perasaan itu terhadap orang lain –

- dan karena itulah ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya menyukai orang lain, karena pada dasarnya ia tak pernah tahu apa yang dirasakan hatinya!

Pikirannya dengan Hatinya serasa bertolak belakang!

Kayano Kaede – ia tidak terlalu tahu perasaannya sendiri pada gadis bersurai hijau yang baru saja menyatakan perasaannya pada dirinya itu. Meski ada perasaan nyaman didekat Kaede namun pikirannya seakan menyimpulkan bahwa ia dan Kaede hanyalah sebatas sahabat – tidak pernah lebih dari itu!

Jadi apa yang dimaksud dengan perasaan suka yang sebenarnya? Apa perasaan nyaman bisa dikatakan sebagai perasaan suka yang sesungguhnya?

Ia benar-benar tidak mengerti! Dan entah kenapa sekarang ia paham apa yang dikatakan Karma sore tadi!

"Aku juga bingung kenapa aku bisa seperti ini! Tapi perasaan ini tidak bisa kutampung lagi untuk waktu yang lebih lama!"

"Ka-Kayano?"

"Kau tidak tahu Nagisa! Kau tidak tahu betapa pedihnya menahan perasaan ini dalam waktu yang cukup lama!"

Dan pandangannya pada Kaede sekarang berubah. Sepasang iris Azure yang awalnya membelalak terkejut itu digantikan dengan tatapan khawatir yang ia miliki – menatap Kaede yang kini mulai sedikit emosional

Ditatapnya sepasang Hazel yang mulai berkaca-kaca itu dalam-dalam, mencoba menelusup masuk kedalam semua yang dipikirkan oleh Kaede saat ini meski itu terasa mustahil bagi dirinya

"Kau terlalu bodoh Nagisa! Kau terlalu bodoh untuk menyadari perasaanku dan memaksaku untuk menahan semua perasaan yang tertahan ini!"

"Ka-Kayano!?"

"Tapi bodohnya aku! Kenapa aku bisa-bisanya menyukaimu seperti ini?!"

Cairan bening itu kembali tumpah dari sudut pasang mata Hazel yang Kaede miliki, membiarkan air matanya yang mulai turun ke pipinya dengan sorot mata yang masih menatap Nagisa lekat-lekat – dan hal itu membuat hati Nagisa seakan teriris oleh sesuatu

Ini terasa pedih! Sosok Kaede yang menangis didepannya serasa mengiris hatinya sendiri!

.

.

.

'Gomen...'

.

.

'Gomen, Kayano!'

.

.

.

"Gomen..."

Sepatah kata itu seakan menghancurkan semua harapan yang telah dibangun Kaede selama ini. Perlahan kedua pasang Hazel indah yang ia miliki membulat sempurna ketika mendapati sosok Nagisa yang kini tengah menunduk

Perasaan apa ini? Ia tidak mengerti? Apa ada maksud lain dari Nagisa tentang kata maafnya?

Mencoba tersenyum meski itu terasa pahit bagi dirinya sendiri. Pandangan matanya masih senantiasa menunggu Nagisa untuk menatapnya walau air matanya membanjiri kedua pipinya

"Hiks~ Na-Nagisa..."

Di lain sisi. Nagisa merasa terkejut ketika mendengar isakan tangis dari gadis yang berada didepannya ini – memaksanya untuk mengadahkan kepalanya menatap wajah Kaede yang sekarang –

- Dan iapun kembali terkejut ketika mendapati sosok Kaede yang menangis padanya dengan wajah yang tersenyum meski itu terlihat sulit

Dan sekali lagi! Itu terasa mengiris hatinya!

Ia meminta maaf karena kebodohannya yang selama ini tak menyadari perasaan Kaede yang sesungguhnya. Namun karena pengakuan maafnya membuat Kaede menjadi seperti ini – Menangis dengan senyum yang terlihat sangat menyakitkan!

Dan entah kenapa... ia menyesal untuk meminta maaf pada Kaede jika pada akhirnya menjadi seperti ini!

"Kayano.."

"Hiks~ apa aku tidak berarti bagimu Nagisa?"

"A-Apa yang kau katakan Kayano?!"

Kali ini Nagisa yang terbelalak, ia hanya ingin meminta maaf karena tidak memahami apa yang dirasakan oleh Kayano, tapi kenapa arah pembicaraan ini seperti kearah yang lain saja?

Jika boleh berkata jujur. Keberadaan Kaede merupakan hal yang sangat begitu berharga bagi Nagisa, perlakuan hangatnya yang membuat Nagisa merasa nyaman, senyum manisnya yang membuat Nagisa merasa senang, begitu juga dengan kebahagiaannya yang membuat Nagisa merasakan apa arti sahabat yang sesungguhnya

Tapi? Kenapa Kaede harus bertanya seperti itu padanya?

Dilain sisi, Kaede merasa seperti semuanya sudah berakhir. Air mata yang jatuh ke pipinya ia biarkan begitu saja tanpa ada niat untuk menghapusnya, bahkan kata maaf yang Nagisa lontarkan padanya terasa seperti membuat seluruh tubuhnya membeku tak dapat digerakkan

Ini menyedihkan! Ini sungguh menyedihkan baginya! Meski ia tidak tahu apa maksud lain dari perkataan maaf Nagisa, namun tetap saja kata yang dilontarkan oleh sosok yang menjadi perhatiannya selama ini terasa seperti penolakan bagi dirinya!

"Hiks~ Nagisa..."

"Ka-Kayano..."

"Katakan padaku Nagisa! Apa kau tidak menyukaiku?"

"...!"

Nagisa tidak mengerti sekarang, Kaede berubah sejak ia melontarkan kata maafnya pada gadis bersurai hijau dengan sepasang manik Hazel yang memberi kesan manis pada wajahnya yang cantik itu – kata maaf yang dilontarkan karena selama ini ia tidak menyadari perasaan yang Kaede simpan untuknya

Tapi ada apa ini? Kenapa Kaede seperti salah mengartikan kata maafnya?

"Nagisa!"

"...!"

"Cepat katakan Nagisa! Apa kau tidak-"

*Cup!*

.

.

.

'Dan sekarang...'

.

.

'Kau tahu apa balasan dariku bukan?'

.

.

.

'Kayano?'

.

.

.

Kayano Kaede – gadis manis itu membulatkan mata tatkala kalimat yang dihantarkannya pada Nagisa terputus begitu saja. Kedua bola matanya membulat sempurna dengan pipi yang dihinggapi rona merah

Bagaimana tidak? Saat ini bibirnya dikunci oleh bibir Nagisa – atau dengan kata lain, ia tengah dicium oleh Nagisa!

Kaede benar-benar tidak mengerti sekarang, semua perasaannya kecewanya pada Nagisa seakan luntur sepenuhnya saat bibirnya kini merasakan ada yang menabraknya dari depan – membasahi bibir polosnya yang belum pernah dijamah oleh siapapun sebelumnya

"Mmhh~"

Meski sedikit mengerang dalam ciumannya, Kaede tak ada niat sedikitpun untuk lepas dari ciuman yang diberikan oleh Nagisa, bibir polosnya seakan ketagihan oleh pagutan yang sedikit diberikan oleh Nagisa

- yang notabene menciumnya secara tiba-tiba!

*Swuuuush...*

Angin seakan berdesir dengan kencang, hembusan angin yang begitu sejuk terlihat membawa pergi dedaunan yang terbang entah dibawa kemana, suasana sunyi sepi khas sore hari terasa begitu kental seiring dengan ciuman yang dilepaskan Nagisa pada Kaede

"Na-Nagisa?"

"Apa hal tadi bisa menjawab pertanyaanmu Kayano?"

Dan begitulah – pada akhirnya Kaede tersenyum dengan air mata yang masih senantiasa membasahi kedua pipinya ketika mengerti apa yang dimaksud oleh Nagisa. Bahkan senyum simpul yang diberikan oleh Nagisa padanya terasa begitu menghangatkan hatinya yang awalnya kecewa

Semua harapan yang hancur itu seakan kembali dibangun didalam hati Kaede, mencoba meyakinkan diri bahwa kini dirinya hanyalah milik Nagisa seorang dan Nagisa hanya miliknya seorang – tak ada yang memilikinya kecuali dirinya!

Rona merah hinggap dikedua pipinya, cahaya harapan yang begitu tinggi bersinar dimata Hazelnya dengan senyum yang begitu manis yang terlukis indah diwajah cantiknya – membuat Nagisa terkesiap dan memalingkan wajahnya kearah lain, mencoba menutupi semburat merahnya dari Kaede walau Kaede melihatnya dengan jelas

"Ne Kayano..."

"Um?"

"Ka-Kau tidak marah padaku?"

"Marah?" Kaede memiringkan kepalanya ketika Nagisa mempertanyakan sesuatu yang tidak ia mengerti "Untuk apa aku marah padamu?"

"A-Anoo... Maksudku ciuman tadi..."

"Eh?!"

Wajah keduanya mendadak memerah bak kepiting rebus. Ciuman sebelumnya yang telah mereka lakukan begitu manis dan mereka tidak begitu menyadarinya – mereka hanya bisa memikirkan apa yang mereka rasakan. Dan ketika mereka tersadar mereka telah kehilangan Ciuman Pertamanya masing-masing, mereka berdua menjadi malu untuk bertatap muka

Meski keduanya memalingkan wajah – malu untuk mempertemukan sepasang Hazel dengan iris Azure itu. Namun didalam hati mereka begitu amat senang

Yah... Bagi Kaede tak apa jika ciuman pertamanya diambil oleh Nagisa – toh Nagisa adalah remaja yang ia cintai yang pada akhirnya menjadi kekasihnya beberapa menit yang lalu

Dan Nagisa? Yah itu bisa disebut sebagai ciuman pertamanya namun bisa juga tidak, karena sebelumnya First-Kiss miliknya telah diambil oleh Bitch-sensei yang seenaknya menciumnya tanpa aba-aba hingga membuatnya lemas –

- namun bagi Nagisa inilah Ciuman pertamanya – dimana ia bisa merasakannya tanpa harus dipaksa maupun terpaksa , dan lebih dari itu ciumannya berakhir pada sosok yang akhirnya menjadi kekasihnya

Yaitu Kayano Kaede!

"Na-Nagisa!"

"Ka-Kayano..." kali ini Nagisa mencoba menatap Kaede, kembali mempertemukan sepasang Azure yang ia miliki dengan sepasang Hazel yang Kaede miliki "A-ada apa?"

"Ma-Mau melakukannya lagi?"

"Soal apa?"

"Ba-Baka! Soal Ciuman tadi"

*Glek!*

Nagisa hanya bisa menelan ludah dengan kasar. Ia tidak pernah tahu bahwa Kaede bisa seagresif ini meski wajahnya yang terlihat lugu dan polos dengan sikapnya yang kekanak-kanakan

Hatinya belum siap untuk hal ini! Hal yang sebelumnya terjadi itu adalah spontanitas yang keluar begitu saja dari dirinya ketika apa yang dikatakan Kaede tidak sejalan dengan apa yang ia katakan

Namun mau tak mau ia harus menuruti apa yang diinginkan gadisnya ini – gadis bersurai hijau yang kini memejamkan mata dengan bibir yang terlihat masih sedikit basah dan tentunya menggoda!

"Ka-Kayano? Kau yakin?"

"Untuk apa aku memejamkan mataku jika aku tidak yakin Baka!"

Nagisa hanya bisa menghela nafas pelan...

Memejamkan matanya menutupi iris Azure yang seindah langit pagi itu, wajahnya makin lama semakin dekat dengan wajah Kaede hingga jarak yang tercipta diantara keduanya hampir hilang sepenuhnya, deru nafas yang memburu terasa begitu hangat oleh keduanya

"Ka-Kayano? Kau-"

*Cup!*

Kedua bibir itu menyatu, memberikan kehangatan satu sama lain, membasahi satu sama lain, menikmati tiap detik yang berjalan disela ciuman yang tengah mereka lakukan

Ini begitu manis bukan?

Mereka menikmatinya! Mereka benar-benar menikmatinya! Semua yang telah berlalu seolah hilang begitu saja dan hanya menampilkan mereka berdua. Bahkan saat ini, tiap detik amat begitu berharga bagi keduanya!

Hembusan angin seakan memberi efek yang begitu berarti, membiarkan beberapa detik terakhir disela mereka menikmati ciuman manis mereka, bibir Nagisa yang hangat dipadu dengan milik Kaede yang belum pernah dijamah oleh siapapun menjadi gambaran utama

Nagisa membuka matanya – mencoba melepaskan ciumannya pada Kaede. Awalnya gadis bersurai hijau itu menolak dengan kedua lengannya yang melingkar di leher Nagisa namun pada akhirnya ia menyerah juga

"Na-Nagisa!"

"Ayo pulang, sayang..."

"Um! Ayo pulang Nagisa!"

:

:

:

:

:: [Fin!] ::

:

:

:

:

:: [Kokuhaku] ::

::

:: [Disclaimer] ::

Yuusei Matsui

::

:: [Genre] ::

Romance, Friendship, School

::

:: [Rating] ::

T+ for Teen [With Lime Scene]

::

:: [Warning] ::

OOC[?], Typo[!], Miss-Typo, Bahasa tidak baku, Tanda baca yang cukup berantakan, dan lainnya...

::

::

::

:: [A/N] :: Osu! Ketemu lagi dengan saya Kurosaki Kitahara!

Oke! kali ini mampir dulu ke Fandom Kelas Pembunuh yang animenya cukup menyita perhatian saya dan bahkan membuat saya terharu pada Endingnya yang begitu amat keren [Oke! saya sampai-sampai berlinang air mata pas Koro-sensei Mokad beneran!]

Well, satu Romance Fic yang berhasil dibuat oleh kerja keras otak dan kedua tangan saya yang berhasil mengetik 6,967k kata ini! Mungkin masih banyak kesalahan disana-sini yang tentunya butuh perhatian lebih dan membutuhkan kritik dan tentunya saran [Yah... seingat saya belum sempat di check ulang jadi saya rasa masih ada beberapa Typo yang bertebaran]

Awal-awal ide untuk membuat fic ini muncul ketika saya memberanikan diri untuk Rewatch Anime Ansatsu Kyoushitsu [Season keduanya saja] dan ide untuk membuat fic pun muncul saat salah satu adegan menampilkan Nagisa yang mencium Kaede [Etto? Episode berapa ya? Episode 15?] dan ya! Jadilah Fic ini! [Toh saya juga suka ama Pairing NagiKae]

Jadi? Bagaimana menurutmu tentang Oneshoot yang satu ini? Alur ceritanya memang mainstream dan cukup membosankan [Mungkin?] juga Ending yang menurut saya kurang greget. Jadi jangan sungkan untuk meluapkan apa yang ingin kalian sampaikan melalui kolom review!

Oh ya! Tentang Fic saya yang lainnya [Macam 'Stray Dogs!' dan 'New Line!'] mungkin membutuhkan waktu untuk update, belakangan [sekitar seminggu ini] saya mengalami sebuah pengalaman yang biasa disebut sebagai Prakerin – And You Know lah! Saya hanya bisa melanjutkan semua seri Fic yang kumiliki di malam hari [Itupun jika Mood dan ide lagi ada!]

And Then... mungkin sampai disini saja pertemuan kita, doakan saja jika lain kali bakalan ada Oneshot yang saya publish suatu saat nanti. Mohon maaf jika ada penyampaian kata yang salah [Baik ataupun buruknya] Salam~!

.

Bye Bee~

.

- Sign :: Kurosaki Kitahara