BLACK OPS

Prolog.

13 mei 2015.
21.00 Hours.

Terlihat seseorang yang mengenakan jaket kulit coklat dan topi pet hitam berjalan di antara sebuah gang sempit di salah satu pemukiman padat penduduk di kota Jakarta. Ia beberapa kali menolehkan kepalanya ke belakang memastikan dirinya tak diikuti. Raut wajah pria berusia sekitar tiga puluhan itu nampak tegang ketika berjalan menyusuri beberapa gang sempit dan jalan-jalan setapak menuju tempat tujuannya. Beberapa menit kemudian pria itu sampai di depan sebuah rumah kecil di pojokan kampung itu. ia mengetuk pintu, seseorang mengintip dari balik lubang pintu kemudian pintu pun terbuka dan ia segera melangkahkan kakinya ke dalam.

"anda sudah di tunggu."

Pria itu mengangguk, ia berjalan ke arah sebuah ruangan lalu membuka pintunya. Di dalam ruangan tersebut telah menunggu lima orang yang tengah duduk melingkar menghadap sebuah meja bundar kusam di tengah. Kelima orang itu langsung menoleh ketika pintu tiba-tiba di buka. Pria yang mengenakan jaket kulit tadi langsung masuk dan mendudukkan diri di kursi yang masih tersisa.

"Ramdan, ada kabar apa ?" tanya seorang pria bertubuh kekar dengan jambang yang tumbuh di sisi wajahnya. Pria yang di panggil Ramdan tadi mendesah.

"polisi sudah mulai tahu banyak tentang kita. Kita harus segera mengambil tindakan."

"apa maksud kamu !?" timpal seorang pria kurus yang mengenakan kemeja kotak-kotak dengan dahi berkerut.

"informan ku mengatakannya."

"bagaimana mereka bisa tahu, kita bergerak dengan sangat rahasia." Gumam seorang pria muda dengan kumis tipis.

"mungkin seseorang telah berkhianat." Sontak semuanya terdiam. Mereka menatap ke arah seorang pria berkulit sawo matang yang dengan aksen jawa-nya yang baru saja berkata.

"siapa yang berani-beraninya berkhianat !" pria kekar berjambang tadi geram. Lalu tak lama kemudian lampu di ruangan itu mati. Disusul dengan suara benda jatuh di luar. Keenam orang itu dengan sigap meraih pistol mereka yang tersimpan.

"Ahmad. Periksa keadaan di luar. Ramdan, ambil senter di lemari di sampingmu !" Perintah si pria jawa dalam kegelapan. Ramdan segera mengais-ngais lemari di sampingnya dan mengambil dua buah senter besar lalu menyalakannya. Ia pun memberikan satu ke pria berjambang yang di panggil Ahmad tadi. Dengan hati-hati Ahmad berjalan ke arah pintu lalu membukanya perlahan. Ia memeriksa keadaan sekitar beberapa saat sebelum berjalan dengan hati-hati ke luar sambil menodongkan pistolnya.

BRAAK !

Tiba-tiba terdengar suara keras dari luar. Kelima orang di dalam ruangan itu segera mengambil sikap siaga dengan mengacungkan senjata masing-masing, menunggu dengan cemas di temani cahaya terbatas dari senter yang di pegang Ramdan yang mengarah ke pintu yang terbuka. Lalu secara mengejutkan sebuah bayangan muncul di pintu di hadapan mereka.

"argh !" sesaat kemudian Ramdan mengerang lalu terjatuh bersama senter yang di pegangnya. Keempat orang itu sontak panik dan menembakkan senjata mereka secara membabi buta ke arah pintu. Namun, sesuatu yang tak terlihat karena kegelapan berhasil melumpuhkan mereka satu demi satu. Sesaat kemudian lampu pun menyala. Tampak kelima orang menggeletak tak berdaya di dalam ruangan itu. Dari arah pintu terlihat tiga orang yang mengenakan pakaian serba hitam dan night vision google yang membantu mereka melihat dalam kegelapan berdiri sembari menenteng pistol berperedam. Ketiga orang itu langsung membuka NVG-nya sehingga rambut mereka terlepas dan tergerai. Menampakkan jati diri mereka yang merupakan seorang wanita.

"mereka sudah di lumpuhkan." Ucap seorang di antara mereka yang berambut panjang dan berbadan jangkung dengan earphone yang terpasang di telinga kanannya.

"baik. Segera cari dokumen itu dan kembali. Tim pembersih akan segera datang."

"siap !"

Mereka bertiga pun segera bergerak menyisir ruangan itu. Membuka lemari dan semua tempat yang bisa di gunakan untuk menyimpan dokumen penting. Beberapa menit mereka habiskan dalam pencarian, barang-barang yang mereka lemparkan berserakan tak karuan di ruangan itu. Hingga seseorang dari mereka yang berambut sebahu lebih menemukan sesuatu.

"Shania, Nabilah. Aku menemukannya."

Kedua rekannya pun menoleh dan langsung bergerak ke arahnya.

"coba aku lihat, Beby." Sahut seorang rekannya yang berambut panjang namun bertubuh lebih pendek dari yang satu lagi. Yang di panggil Beby itu pun memberikan sebuah map berwarna hijau tua padanya yang langsung di bukanya.

"Shania, ini benar dokumennya."

Shania segera meraih dokumen yang di sodorkan padanya. Ia mengeceknya lalu mengangguk.

"oke. Sekarang kita kembali. Ayo Beby, Nabilah." Kata Shania pada kedua rekannya.

"siap !" sahut mereka berdua bersamaan. Mereka bertiga pun bergerak dengan cepat meninggalkan ruangan itu. Sesampainya di luar rumah, terlihat dua orang lain yang sudah menunggu di dalam mobil. Mereka langsung menaiki mobil SUV hitam yang juga menjadi kendaraan mereka ke sini. Shania yang langsung duduk sebagai pengemudi segera menyalakan mesin dan memacu mobil itu meninggalkan lokasi. Beberapa saat kemudian mereka telah menghilang dari tempat itu.

Mall F(X).
24.00 WIB.

Sebuah mobil SUV hitam tampak masuk ke dalam basement sebuah mall di Jakarta selatan. Mobil itu segera berhenti di sebuah lahan parkir yang masih kosong, kemudian keluarlah lima wanita cantik yang terlihat masih belia dari dalam mobil itu. Mereka terlihat sensual dengan balutan pakaian taktis sederhana berwarna hitam. Kelimanya segera menuju ke sebuah pintu di sudut ruangan yang sangat tersembunyi lalu memasukinya. Mereka kemudian menuruni tangga ke bawah di dalam ruangan itu selama beberapa menit sebelum akhirnya sampai di depan sebuah pintu besi. Shania segera mengarahkan matanya ke lubang yang ada di pintu tersebut. Sedetik kemudian sebuah sinar berwarna biru keluar dan memindai mata Shania lalu pintu pun terbuka ke samping dengan sendirinya. Mereka bertiga pun segera masuk ke dalam. Di dalam mereka masih harus menyusuri lorong dan membuka sebuah pintu kembali. Akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan besar yang terdapat banyak orang dengan aktifitas masing-masing di dalamnya. Kelima gadis belia itu berjalan dalam formasi dengan Shania yang berdiri paling depan, beberapa waktu kemudian mereka sampai di depan pintu bertuliskan Captain-Melody N.L. Shania mengetuk pintu beberapa kali lalu sebuah suara berucap dari dalam.

"masuk."

Shania dan yang lainnya pun langsung membuka pintu dan memasuki ruangan itu. Di dalamnya, seorang wanita muda berusia dua puluh tahunan yang mengenakan kaos hitam di balut blazer berwarna serupa tengah duduk di balik meja kerjanya. Sebuah cangkir yang hanya tersisa ampasnya yang kehitaman teronggok di sisi kanan meja. Wanita yang diketahui bernama Melody itu memandang Shania dan rekan-rekannya.

"bagaimana ?"

Shania melangkah maju dan menyerahkan map berwarna hijau yang di bawanya di meja.

"semua anggota-nya telah berhasil di lumpuhkan. Dokumen yang berisi rencana penyerangan mereka sudah di amankan." Ujar Shania. Melody mengambil map hijau itu lalu membukanya. Ia membaca isi dokumen itu lalu tersenyum puas.

"bagus, misi pertama kalian berhasil." Melody tersenyum kepada Shania dan rekan-rekannya.

"terima kasih, kapten."

To Be Continued...