Drabble of Junhao
Wen Junhui - Xu Minghao
T | Fluff | Romance
-o0o-
You can leave this page if you don't like this story
Nara's
Junhui memiliki batasan untuk tiap sekat dalam otaknya.
Ia tahu persis seberapa banyak porsi yang harus diletakkan untuk menghapal materi Kimia –ia memberi sepuluh persen jauh di sudut tak tergapai dalam kepalanya-. Sedikit lebih banyak porsi untuk donat oreo dan juga es krim ubi –Junhui mematoknya sebanyak tiga puluh persen-. Dan sisanya, yaitu sebanyak enam puluh persen, sepenuhnya ia berikan untuk kegemarannya menari.
Akan tetapi, tak pernah ada batasan yang Junhui tetapkan bagi keseluruhan isi kepalanya, jika itu adalah hal yang berkaitan dengan Minghao.
Tidak akan pernah, sekalipun puluhan kubikel yang tersusun rapi di tiap sekat otaknya telah memiliki tugas masing-masing untuk mengorganisasikan pergerakan dan juga sistem limbiknya.
Adalah seorang Xu Minghao, lelaki keturunan Tiongkok dan telah lama pindah ke Korea. Menempuh tahun terakhir di sekolah menengah atas, yang mana saat ini tengah membolos kelas tambahan demi berkencan dengan Junhui.
"Kencan di sore hari bukanlah hal yang buruk."
"Membolos di kelas tambahan juga bukan hal yang buruk."
Junhui meringis. Merasa bersalah pada awalnya. Namun melihat senyum lebar Minghao ketika menerima permen kapas dari tangannya, membuatnya urung meminta maaf.
"Mari kita duduk disana." Junhui menunjuk bangku besi bercat putih di dekat kolam air mancur. Minghao mengeratkan genggamannya pada lengan Junhui dan berjalan sembari terus menggigit permen kapas.
"Gege, mengapa hanya membeli satu?"
"Ah, tidak apa-apa. Gege masih kenyang."
"Mau memakannya bersamaku?"
Tawaran spontan Minghao yang disertai wajah teduh dan senyum memikat membuat Junhui terdiam untuk beberapa detik. Waktu seolah menghentikan lajunya, hanya untuk memasukkan visualisasi Minghao sebanyak-banyaknya dalam kepala Junhui. Membuat Junhui kehabisan cara untuk menitipkan barang satu keping saja, karena semua isi kepalanya telah dipenuhi oleh Minghao.
"Apa yang sedang gege pikirkan? Mengapa tak menjawab pertanyaanku?"
Junhui tersadar dari lamunannya bersamaan semburat merah yang memenuhi wajahnya. Menghindari kekikukan yang tak berguna, ia segera merapat ke arah Minghao. Mulai menggigit permen kapas itu dari satu sisi, sementara Minghao menggigitnya dari sisi berlawanan.
Orang lain berpikir ini adalah hal kekanakan yang dilakukan ketika sedang berkencan. Apabila Mingyu memiliki kencan romantis dengan candle light dinner bersama Wonwoo, sementara Seungcheol menyewa sepeda di taman bunga dan berkeliling dengan Jeonghan, dan Seokmin mengajak Jisoo ke satu bilik karaoke lalu bernyanyi semalaman, maka Junhui tak sempat memikirkan agenda romantis apa saja yang bisa ia lakukan ketika sedang berkencan dengan kekasihnya.
Karena semua hal yang ia lakukan selalu membuat Minghao tersenyum lebar,
dan akan membawanya pulang dengan satu kecupan di pipi (jika beruntung, Junhui akan mendapat ciuman di bibir).
Mereka bertemu dengan sederhana. Junhui menyatakan cinta dengan sederhana. Bahkan keduanya berkencan dengan amat sangat sederhana.
Satu tahun lalu, Junhui bekerja di cafe sepupunya untuk mengisi waktu libur kuliah, semetara Minghao yang baru pulang sekolah singgah sejenak bersama beberapa temannya. Mereka makan dan bercengkerama layaknya remaja kebanyakan, kemudian pulang dengan lambaian tangan dan perpisahan di ujung gang. Hingga Junhui menyadari ponsel Minghao tertinggal di meja. Lelaki itu berlari, menyadari bahwa Minghao berdiri kebingungan di depan gang sembari merogoh saku kemejanya, menoleh kesana kemari, dan berlari ceria menyambut Junhui yang berteriak memanggilnya seraya menunjukkan ponselnya.
Mereka menjadi dekat tanpa direncanakan. Sering membuat janji secara spontan. Minghao kerap datang ke cafe meski sekadar meminum frappe dan menikmati fasilitas internet hingga malam demi menunggu Junhui pulang. Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Junhui sudah berada di depan rumah Minghao, menawarkan boncengan untuk berangkat ke sekolah.
Dan Junhui mengutarakan perasaannya begitu saja.
Sore hari ketika motor Junhui mendekam di bengkel dan mereka menunggunya sembari minum cola.
"Minghao, ayo berkencan."
Minghao berkedip beberapa saat sebelum menjawab dengan amat singkat.
"Ayo."
Intensitas kencan mereka pun tak terlalu padat, karena keduanya memiliki kesibukan masing-masing. Junhui sendiri tak pernah merencanakan hal macam-macam untuk agenda kencannya dengan Minghao. Mereka hanya akan berjalan-jalan ke taman, membeli permen kapas, memberi makan ikan-ikan hias, memandikan kucing Junhui yang jumlahnya hampir satu lusin, menonton DVD di rumah ditemani blue milkshake dan semangkuk besar french fries selagi Minghao mendudukkan dirinya di pangkuan Junhui.
Dunia harus tahu betapa Junhui menyayangi kekasihnya, meski hanya hal-hal sederhana yang mampu ia berikan untuk Minghao.
"Kuliah gege bagaimana? Maketnya sudah selesai?"
Ucapan Minghao kembali membuat lamunan Junhui buyar. Lelaki itu baru menyadari bahwa permen kapasnya tinggal sedikit, hanya tersisa serat-serat tipis yang melekat di karton alasnya.
"Sudah. Minghao sendiri?"
"Kwon ssaem membagikan hasil ujian Kimia minggu kemarin."
"Bagaimana hasilnya?"
"Seratus."
Junhui tak pernah meragukan kecerdasan Minghao. Ia pintar di segala bidang. Kimia, Matematika, Seni dan Budaya, wushu, kung fu, hingga break dance. Junhui bahkan beberapa kali sering kecolongan ketika Minghao menggodanya dengan materi-materi sekolah. Ia seolah mengerti bahwa dari semua hal yang Junhui bisa, ia sama sekali tak pandai memberi rayuan.
"Kau selalu hebat, Minghao."
Minghao tertawa, dan juga menggeleng.
Lalu ingatkan Junhui untuk membatasi hormon adrenalin yang berdentum keras dalam tubuhnya.
Minghao membuang sisa permen kapas ke tempat sampah, membuka tasnya, lantas mengeluarkan modul.
Fisika dalam Kehidupan
"Mau belajar, hm?"
"Tidak, ge. Ini, ada yang ingin kuceritakan sedikit padamu." Dengan semangat ia membuka lembaran modul di pangkuannya. Setelah menemukan yang dicari –sebuah halaman dengan gambar penuh lingkaran dan titik yang tak Junhui mengerti-, Minghao lantas membacakannya perlahan di sebelah Junhui.
"Pada suatu titik terdapat medan magnet, apabila muatan yang bergerak pada titik tersebut mengalami gaya magnet. Medan magnet ini dikenal sebagai induksi magnet."
Junhui berdehem perlahan. "Ya, lalu?"
"Katakanlah gege adalah titik pusat, sementara aku adalah objek atau muatan yang berada tak jauh darimu. Lalu—"
Minghao membelalakkan mata bersamaan bibir Junhui yang mendarat tanpa permisi di atas bibirnya. Hal itu hanya berlangsung selama lima detik, namun mampu membuat tubuh Minghao bergetar hebat.
"Aku tahu kemana arah pembicaraanmu, jadi aku segera menghentikannya."
"Kau curang, ge. Padahal aku belum menyelesaikan kalimatku."
Junhui terkekeh. "Memang apa kelanjutannya?"
"Aku tertarik padamu, sebegitu tertariknya sehingga aku mendekat padamu. Inilah yang disebut medan—er? Medan cinta, katakanlah begitu. Medan cinta, sesuai namanya, terjadi pada dua orang yang sedang jatuh cinta."
Hening berlalu selama beberapa detik, sebelum Junhui kembali menghujani bibirnya dengan ciuman-ciuman dalam.
Minghao yang selalu menang dengan rayuan andalannya akan melengkapi Junhui yang hanya mampu memberikan kencan-kencan sederhana.
Minghao yang terus tersenyum tulus akan melengkapi Junhui yang diam-diam suka merekam tingkah kekanakan kekasihnya itu.
Minghao yang selalu bercerita dan apa adanya akan melengkapi Junhui yang tenang dan tak pernah ambil pusing atas segala sesuatu yang Minghao lakukan.
"Gege, di tengah taman sana ada spot untuk berolahraga. Cobalah menari disana. Aku akan merekamnya. Mau, ya?"
Aku memohon dengan amat sangat wahai kepala dan seluruh pekerjanya, berikanlah satu saja ruang kecil untuk menyimpan betapa lucunya ekspresi Minghao ketika ia memintaku menari barusan. Tolong.
.
.
.
(coughing)
HELLO FRIENDS~
Yay! This is Nara and, nice to meet you guys.
Ini FF pertamaku di akun FFN pertamaku (hehe)
Aku suka JunHao. Suka banget. Tapi sayang ff mereka masih amat sangat minim di akun ffn begini. Jadi, aku sumbangkan satu deh. Ini drabble, jadi masih ada cerita/series lain. Part ini buat appetizernya dulu. Nanti kalau banyak yang suka, aku posting yang part selanjutnya. Jadi, mohon reviewnya, ya?
NB : Ada yang nonton Diamond Edge 23 September mendatang?
NB : Bodo amat mo nangis akutu bolak-balik nonton My I huehehehe. Keren banget yalord aku bangga sama China line Bodo amat lah ya mau dibilang delusi, tapi tweet yang The8 posting setelah link My I itu kupikir puisi cheesy -coret- yang romantis buat Jun elah :( dan foto yang dia posting di ig. Coba deh kalian perhatiin, fotonya kalo dibalik mirip kucing :( (cry a lot) Pokoknya aku sayang banget sama Junhao huhu T.T
