Summary:
Bangsa peri di anugerahi umur yang lebih panjang dari pada manusia. Itulah alasan mengapa Sakura dan Hinata enggan menerima cinta dari dua pangeran manusia penguasa Konohamour & Konohaent. Mereka takut akan duka kematian dan memilih mengikat cinta pada Forest Cage.
.
==00==00==00==
.
Prologue:
Dibagian utara daratan Konohariven terdapat hutan dengan julukan Forest Cage. Hutan itu terlihat mengerikan karena warna dahan-dahan pohon di pinggirannya terlihat putih pucat, tak berdaun, tak berbuah. Pohon-pohon raksasa yang menancap kuat pada tanah tandus itu terlihat begitu menggelapkan sisi terdalam hutan.
Kabar yang terdengar, semua makhluk yang memasuki hutan tersebut tidak akan pernah kembali. Sekalipun ia bangsa peri atau turunan berdarah iblis. Tidak akan ada yang selamat.
Dan karena itulah, para pelanggar hukum terberat akan di kirim ke Forest Cage. Dari para pendosa yang sudah selayaknya, hingga manusia tak berdosa yang dijebloskan manusia lain yang tak berperasaan dengan paksa—dan dengan segala cara.
Forest Cage—penjara hutan. Sekali saja masuk, tak akan keluar selamanya. Masuk ke dalam hutan yang amat ditakuti itu sama dengan bunuh diri. Maka sudah selayaknya, Forest Cage menjadi mimpi buruk bagi siapa saja.
.
.
.
==00==00==00==
Forest Cage
Naruto © Mashashi Kishimoto | Forest Cage © aikuromi
AU/OC/OOC/Fantasy/Mengarang Bebas/SakuHina family-friendship
Soundtrack yang mungkin bisa kamu dengarkan saat membaca fic ini:
Muse - Blackout
Muse - Exogenesis Symphony Part III (Redemption)
==00==00==00==
.
.
.
Sepasang iris sewarna lavender pucat itu menerawang jauh menatap hamparan air danau yang begitu jernih di hadapannya. Tubuh sintal yang terbalut kain panjang dengan rangkaian indahnya daun berwarna ungu di atasnya, kini sedang duduk di sebuah dahan pohon raksasa. Tanpa takut terjatuh.
Rambut berwarna biru indigonya terjuntai lembut sepunggung. Tak lupa mahkota yang melingkar di pucuk kepalanya. Mahkota yang terbuat dari rangkaian akar pohon dan dedaunan segar serta kelopak bunga berwarna ungu.
Ekspresi datarnya kini perlahan berubah karena kerutan alis. Matanya sedikit memicing saat melihat seekor naga berbulu oranye terbang dari kejauhan.
Karena jarak yang terasa terlalu jauh itu, ia makin memicingkan matanya. Naga itu! Kepala seperti seokor rubah dengan juntaian sembilan ekor, dan sayap naga yang mengepak lebar. Terdapat seorang manusia dengan jubah dan setelan seorang bangsawan sedang menunggangi naga tersebut, manusia itu begitu tampan dengan rambut pirang dan iris mata sebiru dan sejernih lautan.
Melihat sang pengendara naga semakin mendekat membuatnya tersentak, ia terjun kebawah dengan bebas.
HUP!
Dengan mulus, kaki-kakinya yang putih bersih dan tanpa alas, menapak anggun di atas tanah rerumputan yang basah. Ia mulai berlari ke arah pepohonan raksasa yang lebih lebat untuk bersembunyi. Iris lavendernya bergerak mengikuti pergerakan sang pengendara naga berekor sembilan jauh di atas sana. Ia pun memejamkan mata…
Angin tersuci Forest Cage, berhembuslah engkau dan sampaikan apa yang telah kulihat pada satu-satunya teman periku di daratan ini.
.
==00==00==00==
.
Hamparan hutan lebat seluas lima ratus kilometer itu dikelilingi pepohonan raksasa yang terlihat menyeramkan dan menggelap selebar seratus kilometer.
Pemandangan hijau itu berkilauan dari atas langit dan di kelilingi sinar kegelapan sekitarnya. Tidak ada yang pernah tahu, bahwa Forest Cage menyimpan surga yang begitu indah, jauh di dalamnya.
Seorang peri dengan helaian daun hijau yang di rangkai indah untuk menghias selembar kain putih yang mebungkus tubuh langsingnya, kini sedang berjalan menyusuri serangkaian pohon raksasa yang nampak bercahaya karena sinar matahari menerpanya. Mata cemerlang berwarna hijaunya bergerak jenaka menyapu pandang pada setiap daun yang bergoyang tertiup angin.
Bibir tipisnya tertarik melengkung membentuk sebuah senyuman tipis, hidung mungil dan mancungnya menghirup udara segar sambil memejamkan mata. Ia kembali meneruskan langkahnya, rambut panjang berwarna merah muda lembut yang terjuntai indah sepunggung—berhiaskan lingkaran mahkota yang terbuat dari akar pohon yang dirangkai dengan dedaunan segar dan kelopak bunga sakura.
Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat pergerakan angin janggal menyapa tubuhnya. Ia memejamkan mata dan menggerakan telinga runcingnya seraya menggumamkan sesuatu.
Degan segera ia berlari dan melompat mencari-cari dahan pohon yang cukup kuat untuk dia pijaki. Setelah menemukan sebuah dahan berwarna putih gading dan besar itu dia menjatuhkan diri di atasnya.
Tangannya bergerak menyilang di depan dada, dengan ujung-ujung jari yang menyentuh pundak kecilnya. Ia pejamkan mata. Perlahan titik-titk cahaya kehijauan di sekitar tubuhnya mengembang dan membuatnya tak terlihat karena tertutupi cahaya silau itu, sedetik kemudian cahayanya lenyap bersama sosoknya yang turut menghilang.
Bila pemandangan ditarik ke atas menuju langit biru, maka bisa dilihat ada makhluk besar yang baru saja datang untuk melintas di atas sana. Seekor naga hitam legam yang cantik sedang mengepakkan sayapnya, terbang membelah angin dengan cepat. Membuat rambut hitam kebiruan pengendaranya bergoyang tertiup angin, mengibarkan jubah sang pengendara kebelakang dengan gagahnya.
Iris berwarna batu obsidian itu dibingkai mata yang setajam elang, kini menelusuri hamparan lingkaran hijau yang sangat luas dibawahnya. Matanya menangkap seekor naga berekor sembilan yang sedang ditunggangi seseorang yang ia kenal.
Dengan sekali hentakan halus, ia bersama naga hitamnya pun melesat mendekat.
.
==00==00==00==
.
Kedua naga itu bertemu dan nampak akur dengan saling mengejar dan menindih lalu mengusik satu sama lainnya di pinggir danau. Membiarkan pemiliknya pergi meninggalkan mereka.
"Jadi, semudah ini untuk menembus Forest Cage, eh? Yang konon katanya mengerikan itu? Hahaha, bahkan perbatasan kegelapan itu dapat Kyuubi dan Nafurry lewatkan." Pemuda dengan setelan bangsawan berambut pirang itu sesumbar sambil menaikan sebelah kakinya di atas batu, menghirup dalam-dalam udara segar di sekitarnya.
"Ck, kau tidak ingat? Kita sudah dua hari tidak bisa keluar dari perbatasan kegelapan yang berada di sana." Sahut pemuda tampan berambut hitam kebiruan, dengan mata setajam elangnya ia menerawang ke daerah sekitar.
Tangannya terulur ke bawah saat ia berjongkok dengan satu lutut di tanah. Telapak tangannya meraba permukaan cokelat yang ia rasa janggal itu. Mata tegasnya memicing seolah mengikuti arah jejak yang tidak akan terlihat secara kasat mata bagi manusia biasa.
"Hei, kau mau kemana, Sasuke?" pemuda pirang itu mengikuti jejak temannya. Sementara Sasuke masih sedikit melangkah dan seringkali berjongkok untuk meraba tanah kemudian berfikir sejenak.
"Ini jejak dua manusia, Naruto. Berat tubuhnya tidak normal untuk tinggi badannya, mereka terlalu ringan." Jawab Sasuke tanpa menoleh, sesekali hidung mancungnya itu menghirup kasar, matanya memicing kembali saat pandangannya jatuh pada kelopak berwarna merah muda dan lavender pucat yang berada di tanah.
"Mungkin itu hanya hewan." Celetuk asal teman pirangnya yang ternyata bernama Naruto.
Sasuke segera bangun dari posisi jongkoknya untuk menghampiri kelopak yang terlihat begitu segar dan cemerlang tersebut. Tangannya kembali terulur untuk meraih dua kelopak yang sepertinya sedikit bersinar.
"Tidak mungkin…" gumam Sasuke menatap intens kelopak bunga itu.
"Ada apa?" mata bening beriris biru batu safir Naruto ikut menatap dua kelopak bunga yang sedang Sasuke perhatikan. Terlihat begitu segar dan sedikit bersinar. Naruto menulurkan tangan, merebut halus kelopak berwarna lavender pucat. Dihirupnya wangi lavender yang begitu lembut itu seraya memejamkan mata.
Sementara Sasuke masih menatap intens kelopak berwarna merah muda di tangannya. Didekatinya kelopak itu ke hidung dan menghirup aroma bunga sakura yang begitu lembut. Sesuatu yang aneh berdesir di dadanya. Kelopak ini memberi sebuah dampak untuk emosinya. Semacam menenangkan.
"Hei, kelopak ini terlihat aneh dari kelopak biasa." Naruto Namikaze—pangeran penguasa Konohaent itu memecahkan keheningan.
Sasuke Uchiha yang juga partner dari Naruto dan penguasa Konohamour—kembali menatap kelopak yang terasa sejuk di tangannya itu. "Rivenleaf."
"Uh?" Naruto menoleh dan mendapati sahabatnya masih menatap kelopak itu dengan senyuman tipis.
"Rivenleaf, daun yang tidak akan pernah kering meski ribuan tahun."
"Ma-maksudmu? Ini…"
"Ya, ternyata ada peri yang tinggal di tempat ini."
.
==00==00==00==
.
"Ga-gawat, Sakura…" sepasang iris lavender itu menatap dua manusia tampan dari kejauhan, lalu menoleh ke arah temannya yang berambut merah muda di sebelahnya. Didapatinya iris hijau cemerlang itu bergerak gelisah menatap dua manusia tampan di sana.
"Rivenleaf kita terbawa angin…" desis Sakura pelan. "Tapi, kau kan bisa meminta bantuan angin forest cage untuk mengembalikan Rivenleaf ke tangan kita, Hinata…"
Peri cantik bernama Hinata itu menggeleng pelan. "Ini kehendak angin suci itu sendiri, angin forest cage tidak mendengarkan bisikanku." lirihnya sambil menatap jauh pada sosok manusia yang sedang mengenggam rivenleaf miliknya dan teman peri satu-satunya di Forest Cage ini.
"Angin forest cage telah berkehendak." Tegas Hinata lagi agar Sakura mengerti. Peri cantik berambut merah muda pudar di hadapan Hinata itu membelalakan mata. Tersirat ketakutan di kedua iris sewarna hijau batu emerald-nya yang sedang tertunduk. "Itu berarti… mereka—"
"Ya," sela Hinata sebelum Sakura mengatakan hal yang tidak ingin mereka berdua dengar. Sakura sedikit tertunduk, matanya panas, pandangannya memburam. Ia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, tidak lagi, Hinata." Suaranya bergetar menahan tangis.
Hinata mengelus punggung sahabat perinya. Sakura pun menghapus air yang baru saja merembes, helaan napas berat terdengar, ia menatap mata beriris lavender pucat milik Hinata.
Seakan mengerti, Hinata menggeleng sedikit mencengkram lengan Sakura. Namun peri berambut merah muda lembut itu tak menghiraukan. Sakura menoleh ke arah dua manusia di sana. "Biarkan aku membunuh mereka…"
.
.
.
.
.
Bersambung…
Short, mungkin setiap chapternya akan pendek-pendek. Karena banyak author's note yang mengganggu serta spoiler-spoiler yang tidak seharusnya, maka aku edit supaya lebih enak dibaca. Di-edit pada tanggal: April 2013.
Author note:
- Forest Cage: hutan yang terkenal suram dan gelap karena terlihat tak ada kehidupan dan justru menyeramkan. Tapi setelah menelusuri seratus kilometer kedalam, pasti menemukan hutan indah sebagai bagian inti dari Forest Cage itu sendiri. di namai Forest Cage, karena tidak ada makhluk hidup yang kembali setelah masuk ke dalam hutan tersebut.
- Rivenleaf: daun peri yang tidak akan pernah kering, masing-masing peri mempunyai rivenleaf dengan ciri khas dan aroma tersendiri.
- Konohamour dan Konohaent adalah dua kerajaan yang menguasai daratan Konohariven. Sasuke dan Naruto adalah calon raja kedua kerajaan tersebut.
- Akibat keisengan kedua pangeran penguasa daratan Konohariven sebagai pemuda itu, mereka nekat masuk ke Forest Cage karena merasa tertantang dan penasaran setelah mempelajari legenda hutan yang terkenal mengerikan tersebut. Bersama kedua naga peliharaan mereka Kyuubi dan Nafurry.
