Immortal Marionette
© Souma Yuna
Vocaloid © Crypton and Yamaha Corp
Suatu pagi yang cerah di Musica Village...
Tok Tok Tok
"Ha~i! Chotto matte kudasai!" ujar seseorang dari dalam sebuah toko bernama Doll's Shop. Orang itu pun membuka pintu tokonya.
"Yo, Taya! Ohayou ne!" sapa Todoroki Eiichi, seorang wizard-in-training dengan senyum yang ramah.
"Ah, ohayou gozaimasu, Ei-kun, silahkan masuk!" balas Soune Taya, seorang pembuat boneka, pemilik toko Doll's Shop.
Eiichi pun masuk ke toko sahabat baiknya itu, sambil melihat sekeliling toko.
"Tumben belum ada boneka baru, biasanya setiap aku datang ke sini, pasti ada satu atau dua boneka baru yang terlihat." komentar Eiichi sambil melihat setiap rak-rak boneka dengan seksama.
"Hahaha~" Taya pun tertawa. "Kau ini sangat teliti ya, Ei-kun. Sebenarnya ada satu boneka baru, sebuah marionette, tapi aku belum sempat memajangnya."
"Oh, ya. Ngomong-ngomong soal boneka, Taya, boleh gak aku meminjam salah satu bonekamu?"
"Boleh-boleh saja. Kalau aku boleh tau, untuk apa bonekanya, Ei-kun?"
"I-itu..." Eiichi pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aku ada tugas dari Shishou, katanya aku harus membuat suatu benda menjadi hidup. Kalau aku memakai benda-benda biasa, nanti pasti akan mengerikan jadinya. Karena itu lebih baik boneka saja."
"Oh, baiklah. Mari, ikut aku." ajak Taya seraya berjalan menuju sebuah pintu.
Saat pintu dibuka, terlihat anak-anak tangga menuju ke bawah yang berwarna coklat kayu. Mereka berdua pun menuruni tangga tersebut.
Tap Tap Tap
"Nah, ini dia." ucap Taya sambil melihat ke arah sesuatu yang ditutupi dengan kain berwarna biru tua. Ia pun membuka kain tersebut.
Srak
"!" Eiichi pun kaget. Matanya terbelalak. Di balik kain itu, ada sebuah marionette yang sangat cantik.
Rambutnya yang panjang berwarna merah api, matanya berwarna hijau muda, dan memakai dress bergaya gothic lolita.
"Ki-kirei..." ucap Eiichi. "Jadi i-ini..."
"Ya, ini marionette yang aku buat kemarin, selama satu hari penuh. Aku pinjamkan ini padamu, Ei-kun." Taya pun tersenyum.
"E-eh? Kau yakin, Taya? Marionette ini terlalu bagus... Tidak, terlalu sempurna. Mana mungkin aku-"
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Nanti aku bisa selalu membuat yang lain."
"..." Eiichi pun terdiam sebentar. "Taya... Arigatou!" Eiichi pun memeluk sahabatnya itu.
"Ei-kun..." Taya pun agak kaget dengan reaksi sahabatnya itu. "Iya, sama-sama."
Tap Tap Tap
"Yo, Taya~ Kau ada di sini? Tadi aku langsung masuk karena pintunya tidak di-"
Laki-laki yang baru masuk tadi, dengan mata terbelalak melihat ke arah Eiichi dan Taya.
"Kun-ci..."
-Diam sejenak-
"HIIIEEEEEEEEE!" teriak Rook, laki-laki tadi, sambil berlari keluar ruang bawah tanah itu.
"Ch-chotto, matte kudasai yo, Rook-kun!" Taya pun melepaskan pelukan Eiichi dan mengejar Rook.
"Oi, Rook!" Eiichi pun mengikuti Taya.
"Kalian jangan dekat-dekat denganku! Kalian slash!" teriak Rook lagi. Ia sudah berlari sampai keluar toko.
Orang-orang pun bingung dengan tingkah Rook, dan bertambah bingung melihat dua orang mengejarnya.
"Rook! Jangan berteriak yang bukan-bukan!" teriak Eiichi yang malu dilihat orang-orang.
Rook tidak mau mendengarkan perkataan Eiichi. Ia lalu berhenti di depan sebuah rumah.
Tok Tok Tok
"Ruko! Tolong buka pintunya! Hayaku!" ujar Rook sambil mengetuk-ngetuk pintu rumah tersebut.
"Huh, kau ini, pagi-pagi sudah ribut dan teriak-teriak. Ada apa sih?" sahut seorang gadis berambut hitam berkuncir dua dengan bagian poni kiri berwarna biru.
"Ruko!" tangis -?- Rook seraya memeluk Ruko.
"E-eh? C-cho-chotto matte, kono yaro! Yamete!" ujar Ruko-dengan wajah memerah-sambil mendorong-dorong Rook agar melepaskan pelukannya.
"Hidoi, hidoi! Ruko sudah gak sayang sama Rook lagi!" gerutu Rook yang akhirnya melepaskan pelukannya.
"Baka yaro, memangnya siapa yang sayang padamu?" ujar Ruko sewot. "Lagi pula, ada apa sebenarnya?"
"Taya, Taya dan Eiichi!"
"Ada apa dengan mereka?"
"Mereka berdua slash! Yaoi! Maho! Biseks! Abnormal!"
"Hee?" Ruko pun sweatdropped. "Jangan bercanda, dasar bodoh."
"Aku serius, Ruko! Tadi aku melihat dengan mataku sendiri, mereka berpelukan mesra seperti ini!" Rook pun memeluk Ruko lagi.
"Kono yaro..."
Bletak!
"Itte, Ruko... Hikssu..." rintih Rook sambil mengelus-ngelus kepalanya yang dijitak Ruko tadi.
"Kau tidak perlu mencontohkannya, baka!" Ruko pun menghela nafas. "Apa kau yakin?" ucap Ruko ragu.
"Iya kok, aku-"
"K-kau ini, ja-jangan bikin gossip yang aneh-aneh, b-baka!" ujar Eiichi yang kecape'an berlari.
"R-Rook-kun, i-itu tadi, h-hanya kesalahpahaman saja!" ucap Taya yang juga kelelahan.
"Uso! Tadi aku lihat sendiri kalian berpelukan!" ujar Rook-yang langsung sembunyi di belakang Ruko-ngotot.
"Sudah Taya bilang tadi, itu hanya kesalahpahaman. Aku memeluk Taya karena ia sudah mau membantuku." jelas Eiichi
"Iya, itu benar, Rook-kun. Aku tadi meminjamkan marionette buatanku kepada Ei-kun." jelas Taya.
"Kalian tidak bohong, serius?" ucap Rook memastikan.
"Iya Rook, seribu-rius malah." ujar Eiichi sewot.
"Tuh, sudah kuduga 'kan, kau pasti salah sangka." ujar Ruko seraya kembali masuk ke rumahnya. "Kalau kalian berani menggangguku lagi, kalian akan tau akibatnya." Ruko pun menatap mereka bertiga dengan sinis, dan menutup (baca: membanting) pintu rumahnya.
"Ru-Ruko-san..." gumam Taya.
"Se-seram..." gumam Eiichi.
Mereka bertiga pun merinding seketika.
"Oh iya, Ei-kun, kau belum mengambil marionette-nya ya?" tanya Taya.
"Astaga! Aku lupa! Ya sudah, ayo kita balik!" ajak Eiichi seraya berlari kembali ke toko Taya.
.
.
.
"TAYA!"
Tok Tok Tok
"Taya! Buka pintunya! Hayaku!"
Tok Tok Tok
"Matte kudasai ne!"
Tap Tap Tap
"Ada apa, E- Eh?"
Tanpa ba-bi-bu lagi, Eiichi langsung menarik (baca: menyeret Taya keluar dari toko + rumahnya itu.
"C-cho-chotto matte, Ei-kun! A-ada apa sebenarnya?" tanya Taya-yang masih diseret oleh Eiichi.
"Ini soal marionette-mu!" ujar Eiichi-yang masih menyeret Taya.
"Eh, ada apa dengan-"
"Pokoknya ikut saja!"
"E-eh?"
-Di rumah Eiichi-
Brak!
"Ei-kun, sebenarnya ada-" kata-kata Taya pun terpotong saat melihat sebuah sosok di kamar Eiichi.
"Ah, ohayou gozaimasu, Taya-san!" sapa sosok itu.
"..."
-Diam sejenak-
"UWAAAA!" jerit -?- Taya dengan wajah pucat pasi.
"T-Taya-san, ada apa?" tanya sosok tadi, yang adalah marionette buatan Taya yang dipinjam oleh Eiichi. "Apa ada yang sakit?"
"Ti-ti-ti-tidak, tidak ada..." ucap Taya dengan senyum yang terpaksa.
"Hontou ni?" tanya marionette itu lagi, dengan tatapan polos.
"I-iya, aku tidak apa-apa..." Taya pun blushing.
"Nah, sudah mengerti 'kan maksudku?" tanya Eiichi.
"Iya, tapi... Aku masih tidak mengerti, mengapa kau tadi berteriak-teriak, padahal sepertinya tidak ada hal yang gawat di sini."
"Marionette ini... Dia, memiliki 'hati'..." ucap Eiichi sambil menepuk-nepuk kepala marionette itu.
"E-eh?"
"Kau lihat 'kan, ekspresinya tadi? Itu bukan hanya sekedar 'pertanyaan', tapi dia benar-benar punya perasaan 'khawatir' padamu, yang adalah penciptanya."
"Benar juga... Dia, seperti bayi yang baru saja lahir..." ujar Taya sambil menatap marionette itu.
"Hn... Tidak bisa kuperkirakan kalau akan seperti ini jadinya. Padahal kukira, ia akan menjadi seperti, semacam robot."
"Sudah, tidak usah dipikirkan lagi." Taya pun menepuk pundak Eiichi. "Sekarang, kita harus memberinya nama."
"Nama?"
"Iya, nama. Tidak mungkin kita hanya memanggilnya dengan sebutan 'marionette' 'kan?" ucap Taya.
"B-benar juga... Hm..."
"Bagaimana kalau 'Nami' (ombak)?"
"Nami... Nami... Namine (suara ombak)?"
"Namine... Namine Ritsu (Rima)?"
"Ah, nama yang bagus!" ujar Eiichi.
"Baiklah, mulai sekarang, namamu adalah Namine Ritsu." ujar Taya kepada Ritsu.
"Hai, arigatou, Taya-san, Ei-san." Ritsu pun tersenyum.
Tap Tap Tap
"Eiichi!" panggil Rook yang baru saja masuk. "E-eh?"
"Rook?"
"Kalian berdua sama saja, masa' pintu rumah sendiri gak dikunci sih?" tegur Rook. "Ngomong-ngomong, siapa gadis itu?"
"Ah, dia..."
Tsudzuku
Banzaii! Selesai juga fic ini! XD
Yosh, ayo lanjutkan! -heh?-
Interviewee with Soune Taya
Author (A): Ya-chan! Aku minta waktumu sebentar ya~? X3 -sok akrab, ditendang-
Taya (T): Ah, silahkan, Yuna-san!
A: Ya-chan suka Ritsu ya? -terlalu to the point-
T: Ehm... Tolong berhenti memanggil saya 'Ya-chan', Yuna-san. D-dan, saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Ritsu-sa-etto, Ritsu.
A: Kalau memang gak ada hubungan apa-apa, kenapa blushing tadi? -gak menghiraukan perkataan Taya soal 'Ya-chan'-
T: I-itu... -blush-
A: Wah, Ya-chan imut kalo blushing! X3 -iseng mode: on-
Ritsu (R): Berhenti mengganggu Taya-kun, Yunyun! -he?-
A: Yunyun? =='a
T: Ri-Ritsu?
R: Taya-kun, daijobu desu ka? -ekspresi khawatir yang polos-
T: E-e... I-iya... Daijobu desu ^/^
A: Oi, oi, jangan membuat atmosfer lovey-dovey gitu donk! Ritsu, siapa yang ngajarin kau manggil aku 'Yunyun'? -sewot-
R: Sirik aja kau! =3= Oh, itu aku bikin sendiri.
A: Yakin? -curiga-
R: Emang kenapa? Lagipula, nama itu imut untukmu :P
A: I-imut apanya? =/=+
T: E-etto, menurut saya, nama itu memang cocok untuk Yuna-san -takut-takut-
A: Itu tidak imut! Itu memalukan! /"
R: Ah sudahlah, susah ngomong sama kamu -capek- Taya-kun, ayo pergi. -nyeret Taya-
A: Eits! Tunggu, satu pertanyaan terakhirku! -narik Taya balik-
T: A-apa itu, Yuna-san?
A: Kau itu cewek apa cowok sih? -dengan inosennya bertanya-
T: -pundung (nancep)-
R: Taya-kun! Taya-kun! -bingung mau ngapain-
Oke, kita owari-in aja interviewee gaje ini -Ritsu: Dari tadi juga cuma elu doank yang gaje!-
Info: FemRitsu, umur: anggap aja lebih muda 2-3 tahun dari Taya.
RnR minna! XD
Kamikorosu if u don't! -evil smirk, kicked-
